Anda di halaman 1dari 23

SIANOSIS

Oleh : dr M. Mukhson, SpA


Fakultas Kedokteran Unsoed
RS Margono Soekarjo Purwokerto
Definisi
Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit dan membran mukosa
disebabkan peningkatan konsentrasi hemoglobin tereduksi > 1,9
mmol/L (=3 gr/dl) di arteri atau > 3,1 mmol/L (=5 gr/dl) dalam darah
vena.
Hemoglobin teroksigenasi berwarna merah cerah.
Hemoglobin tereduksi berwarna biru tua atau keunguan.
Sianosis akibat hipoksemia lebih mudah terlihat pada kondisi
polisitemia dibanding anemia.
Sianosis Sentral Sianosis Perifer
Klasifikasi
1. Sianosis perifer.
Sianosis perifer adalah kebiruan pada kulit tanpa melibatkan mukosa
membran dan lidah, dengan kadar PaO2 normal.
Terjadi karena peningkatan ekstraksi oksigen selama aliran darah
lamban melalui kapiler, menyebabkan peningkatan darah
terdeoksigenasi di vena.
Aliran lamban di kapiler bisa terjadi akibat ketidakstabilan vasomotor
dan vasokonstriksi akibat penurunan curah jantung, kedinginan dan
polisitemia.
Klasifikasi
2. Sianosis sentral.
Sianosis sentral adalah perubahan warna kebiruan di seluruh tubuh
termasuk pada kulit, lidah, dan bibir.
Sianosis sentral terjadi jika hemoglobin terdeoksigenasi > 3 gr/dl diukur
dari darah arteri atau > 5 gr/dl diukur dari darah kapiler.
Sianosis sentral berhubungan dengan tekanan oksigen parsial arteri
yang rendah (PaO2) dan rendahnya saturasi hemoglobin oksigen
(SaO2) yang diukur dengan oksimetri.
Klasifikasi berdasarkan durasi sianosis
1. Sianosis Intermiten, sering terjadi akibat gangguan neurologis,
misalnya apneic spells pada bayi.
2. Sianosis kontinyu, akibat gangguan respirasi dan kardiologi,
misalnya pneumotoraks dan tetralogy Fallot.
3. Sianosis yang menghilang saat menangis, dicurigai terjadi pada
atresia koana.
Klasifikasi berdasarkan durasi sianosis

Apneic Spells Pneumotoraks Atresia Koana


Etiologi Sianosis Sentral
1. ambilan oksigen paru tidak efektif.
Gagal nafas : sindrom distres respirasi, pneumonia, aspirasi
mekoneum, pneumotoraks, hernia diafragmatika.
Obstruksi saluran nafas atas : sindrom Pierre-Robin, cincin vaskuler,
tumor leher dan facial.
Hipoventilasi : apneu, asfiksia perinatal, sepsis, gangguan
metabolisme, anomali saraf pusat atau otot, neonatal botulisme.
Etiologi Sianosis Sentral
‘

Hernia Diafragmatika Sindrom Pierre-RobinAsfiksia Perinatal


Etiologi
2. Aliran darah paru yang tidak efektif.
Peningkatan resistensi vaskuler paru : hipertensi pulmonal persisten
idiopatik, total anomalous pulmonary venous return dengan obstruksi,
cor triatrium sinistrum.
Anomali jantung kongenital : tetralogi Fallot, atresia pulmonal, stenosis
pulmonal dengan septum ventikel intak, atresia katup trikuspid, anomali
Ebstein.
Etiologi
Etiologi
3. Aliran darah paru abnormal.
Transposisi arteri besar
Total anomalous pulmonary venous return.
Cor triatrium dexter.
Pulmonary arterio venous malformation.

Transposisi Arteri Besar


Etiologi
4. Penyebab lain dengan PaO2 normal.
Methemoglobinemia (keracunan nitrit,
sulfonamid).
Polisitemia (hematokrit > 65%).

Methemoglobinemia
Faktor risiko dari riwayat kehamilan
Diabetes : transient tachipneu of the newborn,
respiratory distres sindrome, hipoglikemia,
transposisi arteri besar.
Oligohidramnion : hipoplasi pulmonal.
Hipertensi : IUGR, polisitemia, hipoglikemi.
Konsumsi lithium : anomali Ebstein.
Usia tua : trisomi 21 dengan PJB.

Transient Tachipneu of the Newborn


Faktor risiko riwayat persalinan
Ketuban pecah dini : demam, sepsis, infeksi
selama kehamilan.
Sedatif/anestesi : distres respirasi, apneu,
transient tachipneu of the newborn, hipertensi
pulmonal persisten.
Prematur : RDS.
Mekoneum + : sindrom aspirasi mekoneum.
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis .
Keluhan utama : sesak nafas, demam, biru saat menyusui.
Riwayat kehamilan : DM, oligohidramnion, hipertensi, lithium, ibu usia
tua.
Riwayat persalinan : KPD, sedatif, SC, prematur, mekoneum +.

Oligohidramnion Prematur
2. Pemeriksaan Fisik.
BB neonatus : KMK atau BMK rentan polisitemia.
Distres respirasi : nafas cuping hidung, retraksi dada, takipneu,
merintih,
Neurologis : tonus, apneic spells, hipoventilasi, Erb’s palsy.
Jantung : takikardi, BJ I dan II, murmur, gallop.
Abdomen : scapoid pada hernia diafragmatika,
hepatomegali pada gagal jantung kongestif.
Atresia koana : kateterisasi nares.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap : lekositopenia dan
lekositosis pada sepsis, hematokrit
>65% pada polisitemia.
GDS : hipoglikemia.
Analisis gas darah : Pa02 turun pada
sianosis sentral, pH rendah pada
sepsis, syok, dan hipoksemia berat.
Methemoglobinemia : Sa02 turun,
PaO2 normal, darah berwarna coklat
pekat.
Pemeriksaan Lain
Tes hiperoksi : berikan oksigen 100% selama 10-20 menit, periksa
AGD, jika PaO2 < 150 kemungkinan PJB sianotik.
Mengukur PaO2 atau SaO2 preduktal dan postduktal untuk menilai
hipertensi pulmonal persisten. Jika perbedaan 10-15% dapat diduga
adanya shunt.
Transiluminasi dada : jika dicurigai pneumotoraks.
Radiologi : pneumonia, paralisis diafragma, emfisema lobaris, PJB,
kardiomegali.
Pemeriksaan Lain
Transiluminasi Dada
Pemeriksaan Lain
Elektrokardiografi : mengetahui pembesaran ruang jantung.
Echocardiografi : mengetahui morfologi dan fungsi jantung.
USG kepala : perdarahan peri dan intraventrikuler.
Tatalaksana
Aspirasi mekoneum : suction mekoneum dan antibiotik.
Transient tachipneu of the Newborn : oksigenasi.
Penyakit membran hialin : surfactan dan oksigenasi.
Pneumotoraks : dekompresi dan oksigenasi.
Hernia diafragmatika : koreksi bedah.
PJB : koreksi bedah.
Perdarahan peri-intraventrikuler : inj Vit K, antikonvulsan.
Tatalaksana
Methemoglobinemia : methylene blue 1% 1 mg/kg BB.
Syok : cairan kristaloid atau koloid pada syok hipovolemik, dan
dopamin atau dobutamin pada syok kardiogenik.
Polisitemia : rehidrasi pada keadaan dehidrasi, transfusi tukar.
Atresia koana : prosedur bedah.
Hipotermia : rewarming 1’ C/jam.
Hipoglikemia : bolus D10% 2 ml/kg BB, IVFD Glukosa 6-8 mg/kg
BB/menit.

Anda mungkin juga menyukai