Disusun Oleh:
Evinola Windy Ardenasuti
42200413
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA
WACANA YOGYAKARTA
2021
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T. H. / 01-10-XX-XX
Tanggal Lahir : 17 Mei 1994 (26 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tgl. Periksa : 02 Juni 2021
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sejak ± 1 tahun yang lalu, muncul bercak kemerahan yang terasa gatal di
pantat, dada, dan selangkangan. Rasa gatal hilang timbul, sering kambuh.
STATUS LOKALIS
Gambar 1.
Pada area dada ditemukan patch eritem, berbentuk anular, berbatas tegas, pada
bagian tengah lesi sudah membaik (sentral healing), dan pada tepi lesi masih aktif.
Gambar 2.
Gambar 3.
Pada area pantat dan selangkangan ditemukan patch eritem polisiklis, berbatas
tegas, disertai skuama kasar pada lesi.
Tidak dilakukan.
VII. TATALAKSANA
Antifungal sistemik
R/ Caps Itrakonazol 100 mg No XXX
s 2 dd caps 1 pc
Antihistamin
R/Tab Histrine 10 mg No VII
S 1 dd tab 1
Antifungal topikal
R/ Sol ketomed 2% Scalp 60 ml no.I
S 2 dd ue
VIII. EDUKASI
1. Pasien disarankan untuk menjaga kebersihan area yang terdapat lesi.
3. Gunakan sabun dan shampoo setelah melakukan olahraga dengan kontak fisik.
IX. PROGNOSIS
Quo Ad vitam : dubia ad bonam
Quo Ad functionam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
REFLEKSI KASUS
I. PERASAAN PRIBADI
1. Perasaan yang Menyenangkan
Ny. T.H. (26 tahun) datang dengan keluhan lesi gatal pada area dada, pantat,
dan selangkangan. Keluhan sudah dirasakan sejak satu tahun yang lalu,, dan sudah
disertai dengan pengobatan.
IV. EVALUASI
Dari kasus ini saya belajar bahwa di era digital, dimana informasi dapat
didapatkan dengan mudah, konsultasi dengan dokter ahli dapat dijangkau dimana
saja dan kapan saja, ternyata tidak mempermudah pasien untuk menjaga kualitas
hidupnya. Perlu upaya lebih bagi tenaga Kesehatan dalam edukasi terkait dengan
penyakit pasien, faktor resiko, tatalaksana, dan modifikasi gaya hidup yang sesuai
agar rekurensi penyakit dapat dihindari.
V. KESIMPULAN
Penegakkan diagnosis tinea cruris dan tinea corporis dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, yang didukung dengan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis terkait dengan riwayat komorbid, kebersihan diri, dan gaya hidup
sangat mendasari dan mengarahkan diagnosis yang tepat. Tatalaksana
farmakoterapi penting untuk eradikasi infeksi, namun, tatalaksana non-farmakologi
dan edukasi terkait perjalanan penyakit, faktor resiko, perawatan diri, dan
pencegahan rekurensi dapat mengembalikan, mempertahankan, bahkan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bolognia, Jean L., dkk. 2018. Dermatology, 4th Ed. Graz, Austria: Elsevier.
Craddock LN, Schieke SM. Superficial Fungal Infection. In: Kang S, Amagai M, Bruckner
AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al., editors. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th
Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2019. p. 2925-51.
Leung A, Lam J, Leong K, Hon K. Tinea corporis: an updated review. Drugs Context 2020; 9:
1-12.
Sahoo AK, Mahajan R. Management of tinea corporis, tinea cruris, and tinea pedis: A
comprehensive review. Indian Dermatol Online J. 2016;7(2):77-86. doi:10.4103/2229-
5178.178099
Yuwita W, Ramali LM, Miliawati R. Karakteristik Tinea Kruris dan/atau Tinea Korporis di
RSUD Ciamis Jawa Barat. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 2016; 28(2): 42-51.