Anda di halaman 1dari 47

CASE BASED DISCUSSION

“HIPERTENSI DAN DM TIPE 2”

DISUSUN OLEH :
Tiva Ismadyanti Christine Prabowo (42190380)

DOKTER PEMBIMBING :
dr. Florentina Sita Murti
Dr. Deta Intan Herdyan

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


PUSKESMAS IMOGIRI I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
Hasil
dan
Kajian
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan
secara bertahap
Pada tanggal 13 Maret 2021 di puskesmas
Imogiri 1 yang kemudian dilanjutkan kunjungan
ke rumah pasien pada tanggal 17 Maret 2021
dan 22 Maret 2021

Nama : Ny. L
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat :Turen Dk. Canden RT 002
Jaminan kesehatan : Kartu Indonesia Sehat
Keluhan Utama

Sudah berobat rutin > 5 tahun namun


tekanan darah tetap selalu tinggi
Pasien perempuan usia 63 tahun datang ke Puskesmas
Imogiri 1 pada tanggal 13 Maret 2021 untuk kontrol
hipertensi-DM dan meminta obat rutin. Pasien
mengeluhkan sudah rutin minum obat dan selalu
kontrol rutin namun tekanan darah dan gula darah
masih selalu tinggi. Pasien juga mengeluhkan pinggang
sebelah kanan sakit menjalar hingga ke perut sebelah
kanan. Kaku dan pegal di leher dan bahu (-), pusing
(-), lemas(-), kesemutan (-). Pasien rutin minum obat
hipertensi dan suntik insulin setiap hari.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat hipertensi (+) pasien tidak ingat persis
sejak kapan dan tidak ada keluhan yang dirasa
• Riwayat DM (+) sejak tahun 2004, keluhan awal
berupa kesemutan pada kaki
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat operasi (+), Polip tahun 2011
• Riwayat asma (-)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat merokok (-)
• Riwayat konsumsi alkohol (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (+)
Riwayat DM (+)
Riwayat alergi (+)
Riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
LIFE STYLE
• Aktivitas sehari-hari pasien adalah mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, menyapu, mengepel rumah,
membersihkan halaman, mencuci baju, mencuci piring

• Aktivitas lainnya : Pergi ke pasar 2x seminggu dengan


kendaraan, tidak pernah berolahraga sejak pandemi,
juga tidak pernah jalan kaki di sekitar tempat tinggal
sejak pandemi

 Suami sering merokok di dalam rumah

 Pola makan : sehari 3 kali, mempunyai kebiasaan


mengemil yang sulit dikontrol, konsumsi air putih < 2
liter/hari, jarang minum minuman yang manis, rutin
puasa Senin dan Kamis

 Makanan yang dikonsumsi pasien : nasi putih, sayuran,


lauk berprotein (ayam, tahu, telur, tempe, ikan), buah
tidak setiap hari
FAMILY CYCLE
Social : hubungan antar keluarga dan
sekitar terjalin dengan baik
Economy : berdasarkan hasil observasi,
didapatkan bahwa pasien dan keluarga dari
golongan menengah
Culture : pasien dan keluarga
berasal dari suku Jawa

Medical : pasien dan keluarga memiliki jaminan


Religion : pasien dan keluarga kesehatan Kartu Indonesia Sehat. Akses ke
beragama Muslim tempat praktek kesehatan dari rumah pasien
dapat dijangkau dengan mudah, pasien memiliki
kendaraan

Education : Pendidikan terakhir


pasien  SMA
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 13 Maret 2021
di Poli Umum

KU : Baik
GCS : E4 V5 M6
BB : 54 kg
TB : 149 cm
IMT : 24.32
(obese level 1)

Vital Sign :
• Tekanan darah : 156/81 mmHg
• Nadi : 72 kali/menit
• Respirasi : 20 kali/menit
• Suhu : 36,4oC
• Kepala : Normochepali, konjungtiva Abdomen
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) • Inspeksi : Distensi (-), asites (-)
• Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan • Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
(-) (12 kali/menit)
• Perkusi : Timpani 9 regio abdomen
• Palpasi : Supel (+), nyeri tekan
epigastrik (-), hepatomegali (-),
Thorax
splenomegali (-)
Paru
• Inspeksi : Gerakan dada simetris
• Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus kanan
dan kiri simetris, ketinggalan gerak (-)
• Perkusi : sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), • Ekstremitas : Akral hangat, nadi kuat angkat, CRT <2
wheezing (-/-) detik, edema (-)
Jantung : suara jantung S1/S2 normal
(reguler), S3 (-) dan S4 (-) • Pemeriksaan kekuatan otot
DIAGNOSIS

Hipertensi derajat 1
DM tipe 2

DIAGNOSIS KOMUNITAS

• Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan


• Kurangnya pengetahuan mengenai pengaruh gaya hidup
terhadap keberhasilan terapi hipertensi dan diabetes
• Kurangnya pengetahuan bahwa keteraturan minum obat tidak
hanya menurut frekuensi
TATALAKSANA
Non Farmakologi
Farmakologi
• Memberi edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
R/ Candesartan tab 1 x 16 mg definisi hipertensi, penyebab, faktor risiko, tatalaksana
R/ Diltiazem tab 1 x 1 baik medis maupun non medis, serta komplikasi hipertensi
Insulin 1 x 12 iu (pagi) • Motivasi dan edukasi pasien beserta keluarga untuk terus
Insulin 1 x 10 iu (sore) mengawasi pola makan pasien terutama diet rendah garam
Metformin 3 x 500mg dan gula, mengurangi kebiasaan mengemil
• Mengedukasi pasien untuk lebih banyak konsumsi air putih
• Memotivasi pasien untuk rutin mengkonsumsi obat sesuai
jam dan tetap kontrol ke Puskesmas
• Mengedukasi keluarga (suami) pasien agar tidak merokok di
dalam rumah
• Mengajak pasien untuk PATUH (Periksa kesehatan secara
rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan
pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi
seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, Hindari
asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya)
MONITORING
• Memantau tekanan darah dan
PLANNING JANGKA PANJANG
gula darah pasien
• Melibatkan keluarga pasien untuk keberhasilan terapi
• Memantau pola makan, konsumsi
• Memberikan leaflet untuk pasien dan keluarga
air putih, serta keteraturan
• Mengajak pasien untuk PATUH (Periksa kesehatan secara rutin
minum obat hipertensi serta
dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan
diabetes (tepat jam)
yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang,
Upayakan aktivitas fisik dengan aman, Hindari asap rokok,
alkohol, dan zat karsinogenik lainnya)
PLANNING JANGKA PENDEK
• Meminta kesediaan suami pasien untuk menjadi PMO
• Pasang pengingat minum obat
sesuai jam melalui media
handphone
• Memberikan edukasi terhadap
pasien dan keluarga mengenai
hipertensi dan diabetes PROGNOSIS
• Edukasi pola makan sehat dan • Ad Vitam : Bonam
diet hipertensi-diabetes • Ad Sanationam : Dubia ad bonam
• Edukasi jenis aktivitas fisik • Ad Functionam : Bonam
atau olahraga yang bisa
dilakukan di masa pandemi
Tinjauan
Pustaka
DEFINISI
Definisi hipertensi menurut JNC VIII adalah HIPERTENSI
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah didalam arteri diatas 140/90
mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya ETIOLOGI
tiga kali pengukuran secara berurutan • Hipertensi primer / esensial
• Hipertensi sekuder / non
esensial
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JNC 7
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prahipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII


EPIDEMIOLOGI
Tidak dapat dimodifikasi
1. Keturunan
2. Jenis kelamin
3. Usia
FAKTOR RISIKO
1. Tidak dapat dimodifikasi
2. Dapat dimodifikasi

Dapat dimodifikasi
1. Kegemukan (obesitas)
2. Diet tidak seimbang
3. Konsumsi garam berlebih
4. Aktivitas fisik
5. Merokok dan konsumsi alkohol
6. Stress
Umumnya gejala yang dikeluhkan
berkaitan dengan :
Manifestasi Klinis • Peningkatan tekanan darah : sakit
Umumnya penderita hipertensi tidak memiliki kepala (pada hipertensi berat),
keluhan (the silent killer) paling sering di daerah occipital dan
Baru ada keluhan setelah mengalami komplikasi dikeluhkan saat bangun pagi,
dari TOD (Target Organ Damage). selanjutnya berkurang secara
spontan setelah beberapa jam,
dizziness, palpitasi, dan mudah
lelah.
• Gangguan vaskuler : epistaksis,
hematuria, penglihatan kabur
karena perubahan retina, episode
kelemahan oleh karena transient
cerebral ischemia, angina pectoris,
dan sesak karena gagal jantung.
• Penyakit yang mendasari
TERAPI NON FARMAKOLOGI
JNC 7 merekomendasikan :
- Menurunkan berat badan, TERAPI FARMAKOLOGI
- pembatasan asupan kurang atau • Diuretika, terutama jenis Thiazide atau
sama dengan 100 meq/L/hari Aldosterone Antagonist
(2.4 natrium g atau 6 natrium g), • Beta Blocker (BB)
- Meningkatkan konsumsi buah dan • Calcium Channel Blocker atau Calcium
sayur, antagonist (CCB)
- Menurunkan konsumsi alkohol • Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
- Meningkatkan aktivitas fisik (ACEI)
paling tidak berjalan 30 • Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1
menit/hari selama 5 hari/minggu receptor antagonist/blocker (ARB)
- Menghentikan kebiasaan merokok • Direct renin inhibitor (DRI)
DEFINISI
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang DIABETES MELITUS TIPE 2
terjadi ketika insulin yang dihasilkan oleh pankreas
tidak adekuat atau insulin yang dihasilkan tidak
dapat digunakan oleh tubuh secara efektif. Hal ini FAKTOR RISIKO
dapat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam 1. Tidak dapat dimodifikasi
darah meningkat (hiperglikemia) - Keturunan
- Usia
KLASIFIKASI
- Ras
- Riw. melahirkan bayi dengan BB > 4000 gr / riw.
1. DM tipe 1 (insulin dependent diabetes melitus) DM gestasional
2. DM tipe 2 (non insulin dependent diabetes
- Riw. BBLR
melitus
3. Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes 2. Dapat dimodifikasi
- Obesitas, lingkaran perut lebih dari batas
melitus)
4. Diabetes Melitus tipe lain normal
- Kurang aktivitas fisik
- Diet tidak sehat
- Menderita PCOS
- Menderita sindrom metabolik
- Konsumsi alkohol dan merokok
Kriteria Diagnosa
1. Keluhan klasik DM : polydipsia (sering minum),
polyuria (sering kencing), polifagia (sering makan)
dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain : badan lemas, kesemutan, gatal,
penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita
3. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥1 26 mg/dL
4. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam
setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
5. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200mg/dL
dengan keluhan klasik DM
6. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5%.
TUJUAN

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas


hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM

TERAPI FARMAKOLOGI
1. Obat antihiperglikemia oral
- Pemacu sekresi insulin : Sulfonilurea, Glinid
- Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin : Metformin,
Thiazid
TERAPI NON FARMAKOLOGI

- Edukasi pola hidup sehat, minum 2. Obat antihiperglikemia suntik


- Insulin (insulin kerja cepat (rapid acting insulin),
obat rutin, kontrol rutin
- Terapi nutrisi medis insulin kerja pendek (short acting insulin), insulin kerja
- Latihan jasmani menengah (intermediate acting insulin), kerjang
panjang (long acting isulin)
KEPATUHAN (SELF MANAGEMENT)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Demografi (usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosioekonomi, dan pendidikan)
2. Pengetahuan dan kesadaran pasien tentang pengobatan dan kondisinya
3. Komunikasi terapeutik
4. Psikososial
5. Dukungan keluarga
Analisa Kasus
dan
Determinan
ANALISA KASUS
• Pasien merupakan seorang ibu berusia 63
tahun
• Bertempat tinggal di Turen Dk. Canden,
Imogiri
• Pasien didiagnosis DM sejak tahun 2014, • Pasien mulai mengetahui dirinya memiliki DM karena
kemudian ipertensi beberapa tahun mengalami kesemutan pada kedua kaki dan nyeri saat
setelahnya berjalan
• Pasien termasuk penderita hipertensi yang • Sebelumnya pasien rutin memeriksakan kondisi
rutin melakukan kontrol ke Puskesmas dan diabetesnya ke RS di Sumenep (2004-2006) dan rutin
ke RS rujukan PKU Bantul, juga sering minum obat diabetes oral
memeriksakan diri ke Posyandu lansia • Kemudian tahun 2006 pasien pindah ke Imogiri dan
(sebelum pandemi), juga tergabung dalam mulai rutin berobat di Puskesmas Imogiri, hingga
program Prolanis dirujuk ke RS PKU
• Pasien selalu rutin minum obat hipertensi- • Pasien rutin kontrol setiap 1 bulan sekali
DM, namun tidak pernah tepat jam • Tahun 2011 pasien operasi polip, setelah itu
• Pasien tahu bahwa dirinya perlu disarankan dokter untuk mulai terapi insulin
memeriksakan diri ke dokter dan
mengetahui bahwa hipertens-DM
membutuhkan obat yang diminum seumur
hidup untuk mengontrol tekanan darah dan
gula darahnya
• Pola makan pasien makan 3 kali sehari, makanan yang
dikonsumsi berupa nasi, sayuran, lauk berprotein,
buah dam daging tidak setiap hari. • Dari pemaparan di atas dapat dinilai
• Akan tetapi pasien memiliki kebiasaan mengemil yang pengetahuan tentang hipertensi-DM pada
sulit dikontrol. Satu toples camilan bisa dihabiskan pasien sudah cukup namun tingkat
pasien dalam 2 hari. kepatuhannya masih kurang
• Pasien mengaku sulit untuk mengubah pola makan • Pasien perlu diberi pemahaman mengenai
karena sudah menjadi kebiasaan dan merasa jengkel faktor risiko, tatalaksana hipertensi-DM
jika diingatkan mengenai kebiasaan mengemil secara farmakologis dan non farmakologis,
• Pasien mengonsumsi air putih < 2 liter / hari, pola makan sehat, jenis aktivitas fisik,
sekalipun pasien jarang minum minuman manis serta komplikasi hipertensi-DM
• Selain itu, perhatian dan pengawasan dari
keluarga dapat mendukung terkontrolnya
tekanan darah serta gula darah
• Keluarga dapat membantu mengawasi dan
• Pasien bekerja sebagai pedagang di pasar dan juga
memfasilitasi agar pasien melakukan
memiliki aktivitas lain seperti PKK, senam lansia,
kontrol rutin dan mengendalikan kebiasaan
dan senam aerobik di pedukuhannya.
mengemil, serta minum obat tepat jam,
• Waktu tidur pasien perhari diakui kurang lebih 6
juga menerapkan gaya hidup yang sehat.
jam.
• Pendidikan terakhir pasien adalah SMP
ANALISA DETERMINAN
Faktor penjamu / host : Ny L
• Usia  usia lansia
• Tingkat Pendidikan  Pasien beum paham bahwa pengobatan hipertensi dan
diabetes harus disertai dengan melakukan pola hidup sehat, pasien bingung
dengan persediaan obat yang diberikan dari dokter cukup banyak namun tidak
tahu kegunaan dari masing-masing obat tersebut, Pasien tidak mengetahui
pentingnya konsumsi air putih dengan kondisi konsumsi obat rutin yang cukup
banyak
• Tingkat kepatuhan  Jengkel jika diingatkan tentang kebiasaan mengemil

Agen
• Faktor makanan  konsumsi camilan
• Faktor fisik  kurangnya aktivitas
fisik
Lingkungan
• Dukungan keluarga namun jauh dari
anak-anaknya
• Dukungan tenaga kesehatan
• Akses ke pelayanan kesehatan yang
mudah
STRATEGI PENANGGULANGAN
DI KELUARGA Kegunaan Strategi
Penanggulangan Penyakit
• Pemberian edukasi mengenai definisi penyakit
hipertensi-DM, penyebab, hal yang boleh
dilakukan dan patut dihindari, komplikasi • Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas
hipertensi dan diabetes kesehatan, kader dan masyarakat mengenai
• Keluarga diberi edukasi untuk mengawasi dan penyakit hipertensi.
memfasilitasi pasien agar dapat mengontrol Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada
tekanan darah-gula darah dan menerapkan masyarakat seperti melakukan penyuluhan mengenai
gaya hidup sehat hipertensi dan diabetes serta pola makan sehat.
• Memberikan motivasi kepada pasien untuk Mengontrol setiap dusun dan menghimbau bapak/ibu
dapat mengatur asupan gizi dan aktivitas fisik dukuh dan kader untuk rutin melaksanakan posyandu
sehari-hari sehingga pasien dapat memperoleh balita, remaja maupun lansia.
istirahat, aktivitas fisik, dan asupan gizi yang Dalam kondisi pandemi, penyuluhan dan pelatihan
seimbang dapat difasilitasi menggunakan video yang disebar
• Suami pasien juga diminta untuk menjadi melalui grup whatsapp ataupun pertemuan online
pendamping minum obat bagi pasien agar Memfasilitasi seperti menyediakan alat tensi otomatis
pasien dapat mengonsumsi obat tepat sesuai dan POCT gula darah pada posyandu lansia dan
jamnya. menghimbau para kader untuk melakukan edukasi
pada para lansia yang berisiko maupun terdiagnosis
hipertensi dan diabetes
Kegunaan Strategi
Penanggulangan Penyakit

• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan, kader dan masyarakat mengenai
penyakit hipertensi dan diabetes
• Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat seperti melakukan penyuluhan
mengenai hipertensi dan diabetes serta pola makan sehat
• Mengontrol setiap dusun dan menghimbau bapak/ibu dukuh dan kader untuk rutin melaksanakan
posyandu balita, remaja maupun lansia
• Dalam kondisi pandemi, penyuluhan dan pelatihan dapat difasilitasi menggunakan video yang
disebar melalui grup whatsapp ataupun pertemuan online
• Memfasilitasi seperti menyediakan alat tensi otomatis dan POCT gula darah pada posyandu lansia
dan menghimbau para kader untuk melakukan edukasi pada para lansia yang berisiko maupun
terdiagnosis hipertensi dan diabetes
• Meningkatkan komitmen dan peran serta aktif pimpinan daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat
untuk bersama-sama mencegah penyakit hipertensi dan diabetes
• Kerjasama puskesmas dengan laboratorium klinik, psikolog, dan instalasi gizi untuk melakukan
skrining atau pemeriksaan secara berkala, seperti misalnya pada program prolanis atau posyandu
lansia dan kemudian melakukan monitoring gizi dan tingkat kepatuhan pasien dengan kuesioner
sebagai salah satu media.
ANALISIS SWOT
Pembinaan
Acara ini dilaksanakan pada : Tujuan pembinaan mengenai hipertensi :
Hari, tanggal : Senin, 22 Maret 2021 • meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
Waktu : 12.00 – selesai masyarakat akan penyakit hipertensi dan
Tempat : Rumah pasien diabetes
Dokter muda : Tiva ICP • Membuat masyarakat lebih waspada sehingga
rutin memeriksakan diri untuk mengontrol
tekanan darah dan gula darah
• Penyakit hipertensi-DM merupakan masalah
kesehatan golongan penyakit tidak menular yang • Pembinaan ini dihadiri :
paling banyak dijumpai di wilayah kerja Puskesmas • Pasien dan suami pasien
Imogiri 1. Pengelolaan penyakit hipertensi • Terjadi komunikasi dua arah, dimana
memerlukan terapi medis dan non medis yang
dokter muda menjelaskan dan pasien juga
berkesinambungan untuk mencegah komplikasi.
keluarga aktif bertanya.
• Terdapat berbagai macam komplikasi dari hipertensi
yaitu stroke, gagal ginjal, gagal jantung, jantung
koroner.
• Dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai penyakit hipertensi-DM, sehingga kualitas Pengukuran Tekanan Darah saat Pembinaan :
hidup masyarakat dengan hipertensi dapat  17 Maret 2021 : 163/95 mmHg
ditingkatkan dan mencegah terjadinya komplikasi.  22 Maret 2021 : 159/89 mmHg
 GDS 222 Maret 2021 : 219
(Kemenkes RI, 2018)
(Kemenkes RI, 2018)
(Kemenkes RI, 2018)
(Kemenkes RI, 2018)
(Kemenkes RI, 2018)
Kesimpulan
dan
Saran
Kesimpulan
 Hipertensi dan diabetes adalah penyakit tidak
menular yang paling banyak dialami oleh para lansia.
 Penyebab hipertensi-DM terkadang tidak diketahui
penyebabnya dan dapat disebabkan karena gaya hidup
yang salah.
 Pada kasus ini, tekanan darah dan gula darah yang
tidak kunjung normal disebabkan karena kesadaran
pasien kurang dalam hal menjaga pola makan dan Saran
pengetahuan pasien yang menganggap hipertensi dan
diabetes bisa diobati hanya dengan minum obat
• Untuk ke depannya lebih diperlukan
 Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan
pembinaan berupa penyuluhan hipertensi
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi dan
dan diabetes ke masyarakat luas
diabetes, serta cara mengontrol kondisi tersebut
• Melibatkan psikolog untuk konsultasi
masalah kepatuhan pasien
• Melibatkan petugas gizi untuk
membuatkan menu diet
• Melakukan monitoring self management
melalui media kuesioner sebagai salah
satu contoh
Refleksi
 Hipertensi dan diabetes merupakan penyakit yang paling banyak dialami para lansia.
 Perlu mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan bagi lansia dengan hipertensi-DM
supaya tekanan darah dan gula darah dapat terkontrol dan mencegah munculnya berbagai
komplikasi
 Kunjungan rumah merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat, tidak hanya bagi pasien tetapi
juga untuk keluarga pasien
 Bahwa banyak faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi-DM (usia, gaya hidup,
aktivitas fisik, tingkat pendidikan, tingkat kepatuhan, dan lingkungan sosial)
 Pada kasus ini, pasien telah rutin memeriksakan dirinya ke Puskesmas serta RS dan rutin minum
obat hipertensi dan diabetes, faskes juga mudah dijangkau
 Untuk menangani masalah PTM membutuhkan kerja sama yang cukup kompleks, tidak hanya
dokter dan keluarga, namun juga harus melibatkan masyarakat, psikolog, dan gizi
 Sebagai dokter, tidak hanya menangani keluhan pasien dan memberikan terapi medis, tetapi
juga penting untuk memberikan edukasi dan memberikan penangan secara holistik, membuat
strategi program penanganan penanggulangan penyakit
 kuratif bukanlah satu-satunya tugas dokter tetapi juga melakukan upaya promotif dan prenventif
agar tercapai kesehatan yang menyeluruh
Daftar Pustaka
 American Diabetes Association (ADA). (2018). American Diabetes Association Standards Of Medical Care In Diabetes—
2018. https://diabetesed.net.
 Dalimartha, S. (2008). Care Yourself Hipertensi. Jakarta. Penebar Plus.
 Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.
 Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2018; (Hipertensi):1-7
 McPhee SJ & Ganong WF. (2010). Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Alihbahasa oleh
Brahm U Pendit. Jakarta: EGC.
 Mohani., Chandra I. (2014). Hipertensi Primer In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II (ed VI) Jakarta: Interna
Publishing. pp:2285-2286
 Muhadi. (2016). Jnc 8 : Evidence-Based Guideline Penanggulangan Pasien Hipertensi Dewasa. CDK-236, 43(1) : 54-59.
 PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. pbperkeni.or.id.
 Ponto LW, Kandou GD, Mayulu N. (2016). Hubungan Antara Obesitas, Konsumsi Natrium, dan Stres dengan Kejadian
Hipertensi pada Orang Dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Paradigma, 4(2): 115-129.
 Pranawa, Artaria Tjempakasari. (2015), Hipertensi, In: Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Budi Setiawan, Chairul
Effendi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.Soetomo
Surabaya. Ed.2. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair, Surabaya.pp. 514-524
 Tedjakusuma, P., 2012. Tatalaksana Hipertensi, Cermin Dunia Kedokteran. Volume 39 no. 4 tahun 2012.
 WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016.
 Yogiantoro, M. Pendekatan Klinis Hipertensi. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2015 p. 2259-61
LAMPIRAN

Sebelum Pembinaan
Saat Pembinaan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai