Anda di halaman 1dari 16

Sindrom Dispepsia

Aulia Pratiwi 1740312051


M. Randi Sakti 1740312026
Yolanda Juni Ardi 1740312119

dr. Restu Susanti, Sp.S, M.biomed


LAPORAN
• Identitas Pasien
KASUS
• Nama/Kelamin/Umur : An. AR / Laki-laki / 16 tahun
• Pekerjaan/pendidikan : Pelajar
• Alamat : Jalan Batik 3 No 2 Perumahan Raya Indah

• Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


• Status Perkawinan : Belum menikah
• Jumlah Anak :-
• Status Ekonomi Keluarga : Berasal dari golongan ekonomi menengah
• ke bawah dengan penghasilan keluarga
• perbulan sekitar Rp. 3.000.000
• Kondisi Rumah :
• Rumah permanen, perkarangan tidak ada
• Listrik ada
• Sumber air minum : air galon
• Jamban ada 1 buah
• Sampah dikumpulkan dan di jemput petugas kebersihan
• Kondisi Lingkungan Keluarga
• Jumlah penghuni rumah 5 orang, pasien, orang tua, dan 2 orang adik
• Aspek Psikologis di keluarga
• Hubungan didalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
• Keluhan Utama
• Nyeri ulu hati semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu.
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Nyeri ulu hati semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Pasien
sudah merasakan nyeri pada ulu hati sejak kurang lebih tiga bulan
ini, nyeri dirasakan hilang timbul, terutama bila pasien terlambat
makan.
• Penurunan nafsu makan ada akibat perut terasa lebih cepat
kenyang.
• Rasa penuh pada perut ada.
• Mual tidak ada.
• Muntah tidak ada.
• BAB dan BAK tidak ada kelainan
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya tidak ada
• Riwayat HT (-), DM (-), sakit jantung (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama seperti
pasien
• Riwayat Pengobatan
• Pasien baru pertama kali berobat ke Puskesmas, riwayat
pengobatan sebelumnya tidak ada
• Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
• Pasien seorang pelajar dan pekerja paruh waktu sebagai kuli
angkut, dengan aktifitas fisik sedang - berat
• Pasien mempunyai kebiasaan main game online, sehingga sering
membuat telat makan
• Riwayat mengonsumsi obat anti nyeri (-)
• Pasien makan tidak teratur
• Merokok (+) sekitar 2 batang sehar , alkohol (-), riwayat
pemakaian narkoba dan jarum suntik bergantian (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Nadi : 80x/ menit
• Nafas : 19x/menit
• Suhu : 370C
• TD :110/ 70 mmHg
• BB : 60 kg TB : 150 cm
• IMT : 26,6 kg/m2
• Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera
tidak
• Status Generalis
• Kepala : normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
• Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
• Telinga : dalam batas normal
• Hidung : dalam batas normal
• Tenggorokan : tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis
• Leher : tidak ada pembesaran KGB
• Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
• Palpasi : ictus cordis teraba.
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
• Auskultasi : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
• Paru
• Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris saat statis dan dinamis.
• Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri.
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi: Suaranapasvesikuler, rhonkhi -/-, wheezing -/-
• Abdomen
• Inspeksi : supel (+)
• Auskultasi : BU (+) normal.
• Palpasi : hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan (+) epigastrium
• Perkusi : timpani (+)
• Ekstremitas
• Superior : akral hangat, udema (-/-), capillary refill <2 detik
• Inferior : akral hangat, udema (-/-), capillary refill < 2 detik
• Laboratorium
-
• Diagnosis Kerja
Dyspepsia fungsional

• Pemeriksaan Anjuran
• Cek darah rutin
• Endoskopi
SCREEM
• Social: Interaksi dengan teman-teman dan tetangga baik
• Culture: keluarga mengikuti semua budaya, tatakrama yang
ada tanpa adanya paksaan dari siapapun dan keluarga
menyadari penuh mengenai etika dan sopan santun
• Religious: Keluarga beragama Islam dan selalu menjalankan
ibadah wajib sesuai waktunya.
• Economic: Berasal dari golongan ekonomi menengah
kebawah. Pasien seorang pelajar dan pekerja paruh waktu .
Penghasilan keluarga yakni ± Rp 3.000.000/bulan
• Educational: pasien seorang pelajar SMA
• Medical: Anggota keluarga dan pasien berobat ke puskesmas
.
• Tatalaksana
• Medikamentosa:
• Antasida 3x 500 mg PO
• Edukasi:
• Makan tepat waktu
• Makan dengan porsi kecil tapi sering
• Hindari makanan yang merangsang seperti makanan pedas, asam
dan tinggi lemak.
• Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
DISKUSI
• Pasien laki-laki usia 16 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan
keluhan utama nyeri ulu hati semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Pasien merasakan nyeri ulu hati sejak kurang lebih
tiga bulan ini, nyeri dirasakan hilang timbul, terutama bila
pasien terlambat makan. Penurunan nafsu makan ada akibat
perut terasa lebih cepat kenyang. Rasa penuh pada perut ada.
Mual dan muntah tidak ada. Pada pasien ini terdapat
kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman di
epigastrium, kembung, cepat kenyang, dan rasa penuh yang
dikenal dengan sindroma dyspepsia.
• Dyspepsia terdiri atas dyspepsia organik dan fungsional. Namun,
pada pasien tidak terdapat adanya faktor risiko dyspepsia organik
yaitu usia >50 tahun, riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus
peptikum, kegagalan terapi, riwayat perdarahan saluran cerna,
penggunaan NSAID dosis tinggi dan konsumsi alkohol kronis
sehingga diagnosis pasien lebih mengarah pada dyspepsia
fungsional.
• Pasien telah memenuhi kriteria dyspepsia fungsional menurut
kriteria Rome III yaitu adanya nyeri ulu hati, rasa penuh setelah
makan yang mengganggu, rasa cepat kenyang serta belum
ditemukan adanya kelainan struktural yang menyebabkan timbulnya
gejala. Dyspepsia fungsional terbagi atas 2 subtipe yaitu sindroma
nyeri epigastrium dan sindroma distress postprandial. Pasien
mengeluhkan adanya nyeri pada ulu hati, yang hilang timbul, tidak
menajalar, tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
mengarahkan pada subtipe sindroma nyeri epigastrium.
Pemeriksaan anjuran berupa cek darah rutin, dan endoskopi dapat
dilakukan pada pasien untuk menegakkan diagnosis pasti.
• Pasien diberikan antasida 3x500mg peroral. Antasida
merupakan basa lemah yang bereaksi dengan HCl lambung
akan membentuk garam dan air. Antasida memiliki
kemampuan untuk menurunkan keasaman isi lambung dan
menurunkan aktivitas pepsin sehingga mengurangi iritasi
terhadap mukosa lambung. Pasien diberikan edukasi
modifikasi pola hidup dan dietetik. Prinsip dasar adalah
dengan menghindari makanan pencetus serangan. Makanan
yang merangsang seperti makanan pedas, asam dan tinggi
lemak sebaiknya dihindari.

Anda mungkin juga menyukai