• Pemeriksaan Anjuran
• Cek darah rutin
• Endoskopi
SCREEM
• Social: Interaksi dengan teman-teman dan tetangga baik
• Culture: keluarga mengikuti semua budaya, tatakrama yang
ada tanpa adanya paksaan dari siapapun dan keluarga
menyadari penuh mengenai etika dan sopan santun
• Religious: Keluarga beragama Islam dan selalu menjalankan
ibadah wajib sesuai waktunya.
• Economic: Berasal dari golongan ekonomi menengah
kebawah. Pasien seorang pelajar dan pekerja paruh waktu .
Penghasilan keluarga yakni ± Rp 3.000.000/bulan
• Educational: pasien seorang pelajar SMA
• Medical: Anggota keluarga dan pasien berobat ke puskesmas
.
• Tatalaksana
• Medikamentosa:
• Antasida 3x 500 mg PO
• Edukasi:
• Makan tepat waktu
• Makan dengan porsi kecil tapi sering
• Hindari makanan yang merangsang seperti makanan pedas, asam
dan tinggi lemak.
• Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
DISKUSI
• Pasien laki-laki usia 16 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan
keluhan utama nyeri ulu hati semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Pasien merasakan nyeri ulu hati sejak kurang lebih
tiga bulan ini, nyeri dirasakan hilang timbul, terutama bila
pasien terlambat makan. Penurunan nafsu makan ada akibat
perut terasa lebih cepat kenyang. Rasa penuh pada perut ada.
Mual dan muntah tidak ada. Pada pasien ini terdapat
kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman di
epigastrium, kembung, cepat kenyang, dan rasa penuh yang
dikenal dengan sindroma dyspepsia.
• Dyspepsia terdiri atas dyspepsia organik dan fungsional. Namun,
pada pasien tidak terdapat adanya faktor risiko dyspepsia organik
yaitu usia >50 tahun, riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus
peptikum, kegagalan terapi, riwayat perdarahan saluran cerna,
penggunaan NSAID dosis tinggi dan konsumsi alkohol kronis
sehingga diagnosis pasien lebih mengarah pada dyspepsia
fungsional.
• Pasien telah memenuhi kriteria dyspepsia fungsional menurut
kriteria Rome III yaitu adanya nyeri ulu hati, rasa penuh setelah
makan yang mengganggu, rasa cepat kenyang serta belum
ditemukan adanya kelainan struktural yang menyebabkan timbulnya
gejala. Dyspepsia fungsional terbagi atas 2 subtipe yaitu sindroma
nyeri epigastrium dan sindroma distress postprandial. Pasien
mengeluhkan adanya nyeri pada ulu hati, yang hilang timbul, tidak
menajalar, tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
mengarahkan pada subtipe sindroma nyeri epigastrium.
Pemeriksaan anjuran berupa cek darah rutin, dan endoskopi dapat
dilakukan pada pasien untuk menegakkan diagnosis pasti.
• Pasien diberikan antasida 3x500mg peroral. Antasida
merupakan basa lemah yang bereaksi dengan HCl lambung
akan membentuk garam dan air. Antasida memiliki
kemampuan untuk menurunkan keasaman isi lambung dan
menurunkan aktivitas pepsin sehingga mengurangi iritasi
terhadap mukosa lambung. Pasien diberikan edukasi
modifikasi pola hidup dan dietetik. Prinsip dasar adalah
dengan menghindari makanan pencetus serangan. Makanan
yang merangsang seperti makanan pedas, asam dan tinggi
lemak sebaiknya dihindari.