Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

KUNJUNGAN RUMAH
DIARE AKUT

Disusun oleh :
Dwi Arumaniya 20710001

Pembimbing :
dr. Aprilia Eka Very Rachmawati
 
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, walaupun telah banyak kemajuan
diperoleh di bidang pemberantasan penyakit diare di Indonesia
namun hingga kini angka kesakitan diare tetap masih tinggi.
• Angka kesakitan diare diperkirakan antara 120-130 kejadian per 1000
penduduk, 60% kejadian diare. Morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi.
• Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di banyak negara
berkembang termasuk Indonesia
RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny.G , dan
mengetahui hubungan antara penyakit yang diderita pasien
dengan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan tentang penyakit,
kepatuhan minum obat dan lingkungan penderita.
TUJUAN
• Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. G , dan mengetahui
hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan kondisi sosial
ekonomi, pengetahuan tentang penyakit, kepatuhan minum obat dan
lingkungan penderita.
TUJUAN
TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi penyakit pasien
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
c. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan fisik dan sosial ekonomi
BAB 2
• TINJAUAN PUSTAKA
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny.G
• Umur : 70 tahun
• Jenis kelamin :Perempuan
• Pekerjaan : Tukang Cari Kayu
• Pendidikan : Tidak sekolah
• Agama : Islam
• Alamat : Dusun Cepoko Rt 2 Rw 6, Desa sambiawang.
• Status Marital : Menikah
• Suku : Jawa
• Tanggal periksa : 4 Oktober 2022
ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : BAB Cair

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


• Pasien berusia 70 tahun, datang ke Puskesmas mengeluh Buang Air Besar Cair sejak 2 hari yang lalu, sehari
BAB cair sebanyak 4 kali, disertai perut mulas. BAB lebih cair dari biasanya. Berwarna kuning, Berbuih,
Berbau Amis, BAB berdempul (-), BAB darah (-). Setiap kali BAB dikatakan banyak sekitar 1 gelas aqua.
Pasien mengatakan bahwa badannya terasa lemas dan perut terasa panas sehingga sulit untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari. Pasien mengatakan keluhannya tidak disertai dengan demam atau keluhan lain. Pasien
mengatakan sudah minum obat loperamide hcl dan promag, namun belum membaik. Pasien mengaku sebelum
BAB cair, pasien makan mangga yang belum masak dan jarang mencuci tangan. BAK tidak ada keluhan.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat sakit seperti ini : Pasien tidak pernah sakit seperti ini
b. Riwayat alergi obat : Disangkal
c. Riwayat alergi makanan : Disangkal
d. Riwayat alergi yang lain : Disangkal
e. Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
f. Riwayat penyakit asma : Disangkal
g. Riwayat hipertensi :Pasien menderita hipertensi sejak
2 Tahun Yang lalu
h. Riwayat penyakit lain : Disangkal
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat sakit seperti pasien : anak dan cucu pasien tidak pernah sakit seperti ini
b. Riwayat sakit sesak nafas : Disangkal
c. Riwayat hipertensi : Disangkal
d. Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
ANAMNESIS

Riwayat Kebiasaan
•Pasien hingga saat ini suka makan-makanan pedas dan kecut
a. Riwayat merokok : Disangkal
b. Riwayat NAPZA : Disangkal
c. Riwayat olah raga : Jarang berolahraga
ANAMNESIS

Riwayat Pengobatan
a. Membeli obat sendiri yaitu Loperamid HCL dan Promag
b. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan saat ini keluhan sudah mulai membaik.
Dari puskesmas, pasien mendapat obat Loperamid, Antasida Doen, Oralit, dan
Amlodipin.
ANAMNESIS

Riwayat Sosial Ekonomi


•Pasien merupakan seorang Tukang cari kayu yang tinggal di rumahnya bersama 1 anak, 1 menantu dan
1 cucu. Anak pasien yang tinggal Bersama pasien seorang ibu rumah tangga merupakan anak kedua dari
pasien, pasien mempunyai 6 orang anak, yang meninggal 2 dan yang masih hidup hingga sekarang 4. Anak
pasien semua sudah menikah dan sudah kerja.
•Hubungan interaksi pasien dengan keluarga dirumah baik. Sebelum pasien mengalami sakit, tidak ada
anggota keluarga dirumah yang sakit. Untuk kebutuhan sehari-hari, dipenuhi oleh menantu pasien.
Keadaan sosial ekonomi terkesan menengah kebawah.
ANAMNESIS

Riwayat Gizi
•Pasien makan sehari-harinya teratur 3 kali dalam sehari namun kadang-kadang juga tidak makan kalua
tidak enak badan, dengan nasi porsi 1 piring kadang setengah piring.
• Pasien sering memakan sayur – sayuran. Lauk pauk yang biasa dimakan seperti tahu-tempe, ikan asin.
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, pedas dan kecut.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum

• Kesadaran : Compos mentis


Nilai BMI Status Gizi
• GCS : E4V5M >30 Obesitas

• Tanda Vital 25-29,5 Berat badan lebih


• Nadi : 96x/menit 18,5- 24,5 Berat badan ideal
• Pernafasan : 22x/menit <18,5 Berat badan kurang
• Suhu : 36,2oC
• Tensi : 141/83 mmHg
• Status Gizi
• Berat badan: 45kg
• Tinggi badan : 150cm

• BMI = = = 18,9
Perhitungan status gizi berdasarkan body mass index (BMI) :
Pemeriksaan Psikis

• Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup


• Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif composmentis
• Afek : Appropriate
• Psikomotor : Normoaktif
• Proses pikir :
Bentuk: realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)


Arus : koheren
Insight: Baik
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
RESUME
• Pasien berusia 70 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan Buang Air Besar Cair. Sehari BAB cair sebanyak 4
kali, disertai perut mulas. BAB lebih cair dari biasanya, berwarna kuning, berbuih dan berbau amis, BAB berdempul
(-), BAB berdarah (-).
• Setiap kali BAB dikatakan banyak sekitar 1 gelas aqua. Badan pasien terasa lemas dan perut terasa panas sehingga
sulit melakukan pekerjaan sehari-hari. Demam (-), dan keluhan lain (-). Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 hari yang
lalu setelah pasien mengonsumsi mangga.
• BAK dalam batas normal. Pasien sempat membeli obat sendiri yaitu loperamide hcl dan promag sebelum datang ke
Puskesmas. Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
• Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat penyakit seperti asma, diabetes mellitus disangkal dan
hipertensi (+).
• Status gizi pasien BB : 45 kg, TB : 150 cm, status gizi berdasarkan BMI adalah termasuk berat badan ideal.
RESUME
• Diagnosis Biofisik : Diare Akut
• Diagnosis Psikologis : Afek emosi dalam batas normal
• Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
• - Status Ekonomi Menengah Kebawah
• - Kondisi lingkungan rumah cukup bersih
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
1. Jika terdapat keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas agar segera mendapatkan penanganan.
2. Edukasi kepada pasien, bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat maka BAB cair dapat berkurang dan komplikasi akibat diare
dapat dicegah.
3. Edukasi kepada anggota keluarga , mengenai faktor resiko yang ada pada mereka dan pentingnya melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat.
4. Edukasi kepada keluarga untuk melakukan Tindakan pencegahan penyakit diare, dengan cara mencuci tangan setiap sebelum
makan dan setelah dari kamar mandi.
5. Edukasi kepada pasien agar menghindari makanan tinggi serat (seperti sayur dan buah).
6. Edukasi kepada pasien agar menghindari makanan atau minuman yang terbuat dari susu (misalnya susu, keju) dan kafein (seperti
kopi).
7. Edukasi kepada pasien agar minum obat yang diberikan oleh dokter sesuai aturan.
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA :
1. Oralit ( S 1 dd sach 1 ).
2. Loperamid HCL 2mg (S 3 dd Tab I)
3. Amlodipin 5mg (S 1 dd Tab I)
4. Antasida Doen (S 3 dd Tab I)
PENGELOLAAN PASIEN

BAB 3
Patient Centered Management

• Medikamentosa:
1. Oralit (1 x 1 sachet) diminum 1 kali sehari 1 sachet.
2. Loperamid HCL 2mg (S 3 dd Tab I) diminum 3 kali sehari 1 tablet.
3. Amlodipin 5mg (S 1 dd Tab I) diminum 1 kali sehari 1 tablet.
4. Antasida Doen (S 3 dd Tab I) diminum 3 kali sehari 1 tablet.
Patient Centered Management
NON MEDIKAMENTOSA
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga
a) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban sehat (BAB pada
tempatnya) agar terhindar dari penyakit diare .
b) Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman
yang baik untuk kesehatan.
c) Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk menjaga pola makan, kebersihan diri dan
lingkungan.
Patient Centered Management

Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga


a) Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit diare akut.
b) Menjelaskan pentingnya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit kepada anggota keluarga maupun orang lain.
c) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini adalah penyakit yang sering dialami
oleh sebagian besar masyarakat baik yang dewasa maupun anak-anak.
d) Menjelaskan pentingnya untuk selalu taat terhadap pengobatan.
Prevensi bebas penyakit untuk keluarga lain

Adapun beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran dan menularnya diare ialah :
1) Pemberian makanan yang higienis.
2) Menyediakan air minum yang bersih
3) Menjaga kebersihan perorangan.
4) Membiasakan mencuci tangan.
5) Buang air besar pada tempatnya.
6) Menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai.
7) Memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit diare.

 
BAB IV
HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN
 
BAB IV

STRUKTUR BENTUK
KELUARGA KELUARGA

• PATRIAKAL • NUCLEAR
FAMILY
BAB IV
FAKTOR KELUARGA
Pasien

Anak menantu cucu

• Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik . Interaksi


antara pasien dengan anak, anak menantu serta cucu dan sebaliknya
berjalan dengan baik dalam suatu harmoni hubungan keluarga yang baik.
FAKTOR KELUARGA
• Tingkah laku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler)
1) Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan keluarga ?
 Jawab : Keluarga pasien langsung menyarankan untuk mengonsumsi obat dan mengantarkan pasien berobat ke puskesmas.
2) Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan keluarga yang lain?
 Jawab : Ikut mendukung dan membantu mengenai kesembuhan pasien serta mengurangi hal-hal yang dapat memperburuk
penyakit pasien.
3) Jika dibutuhkan rawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?
 Jawab : Dibutuhkan izin dari anak.
4) Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?
 Jawab : Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah Anak ke 2 pasien.
5)Selanjutnya siapa?
 Jawab : Selanjutnya adalah menantu pasien.
FAKTOR KELUARGA

6) Siapa secara emosional jauh dari pasien?


• Jawab : Tidak ada
7) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
• Jawab : Tidak ada.
• Kesimpulan : Keluarga pasien selalu mendukung semua hal yang
positif dan tidak setuju apabila hal tersebut negatif dan mengganggu
kesehatan keluarganya. Hubungan antara Ny. G dan keluarganya
terasa baik dan dekat.
FAKTOR TEORI TEMUAN
Score
Kriteria :
2 1 0

Bagaimana dukungan dari keluarga Pasien bila mendapat masalah


apabila ada salah seorang anggota kesehatan sering dibantu oleh
Skor < 5 : Ada permasalahan dalam keluarga yang memerlukan
keluarga mengalami masalah, terutama Anak. Keluarga dan pasien

Adaptation
untuk masalah kesehatan. Adakah saling menerima kondisi penyakitnya,
keterbukaan di dalam keluarga tersebut dari Ny. G mampu memahami
(Notoatmodjo, 2003). dan bersedia melakukan √    
intervensi
pengobatan.

Skore 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan


Komunikasi yang terjalin antara anggota Pada saat pasien sakit, keluarga
keluarga. Apakah pada saat salah satu pasien
anggota keluarga memiliki masalah, mengantarkan dan menemani
bersepakat memerlukan intervensi
terutama untuk masalah kesehatan, Ny. G ke puskesmas terdekat.
Partnership didiskusikan bersama bagaimana √    
pemecahannya (Notoatmodjo, 2003). Skor 8 – 10 : Fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak
Apakah keluarga tersebut dapat Keluarga pasien sabar dalam
memenuhi kebutuhan -kebutuhannya menghadapi penyakit pasien yang
memerlukan intervensi
(Notoatmodjo,2003). harus berobat dan menjaga pola
hidup pasien. Keluarga pasien juga
Growth tidak merasa terbebani.   √   Hasil Analisis :

Hubungan kasih sayang dan interaksi Seluruh keluarga menyayangi


Total poin dari APGAR keluarga Ny.G adalah 7. Hal ini
antar anggota keluarga (Notoatmodjo, pasien dan tidak mengeluh atas
Affection   √  
2003). keadaan pasien.
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga
Kepuasan di dalam keluarga akan waktu Kebersaman keluarga inti dan
dan kebersamaan yang diluangkan oleh keluarga besar Ny. G dalam
masing-masing anggota keluarga bagi menghadapi keadaan pasien sudah
keluarganya (Notoatmodjo, 2003). baik.
Ny. G dalam keadaaan memiliki masalah ringan dan butuh
keluarga bekerjasama dalam setiap
kesempatan untuk menghadapi
Resolve
setiap masalah dalam keluarga
dengan saling membantu untuk   √   intervensi yang ringan. Intervensi yang dapat diberikan
mengusahakan kesembuhan dari
Ny.G
adalah tentang edukasi pola hidup bersih dan sehat untuk
Total Score 7 mencegah kekambuhan penyakit khususnya Diare.
Sumber Patologi KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan +
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup baik.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat _
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup baik. Dalam keadaan Ny. G yang –


  menderita Diare tidak menghambat Ny.G untuk menjalankan sholat
5 waktu, ikut dalam kegiatan keagamaan di masjid dekat rumah.
Keterangan :
Patologi : (-) artinya tidak ada tekanan
Economy ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah, untuk –
memenuhi kebutuhan primer dan sekunder sudah bisa terpenuhi.
(masalah) antara Ny. G dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. -
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan Ny. G datang ke puskesmas –
Patologi : (+) artinya Ny. G dan keluarga ada
  dengan menggunakan BPJS dan rajin serta teratur untuk control
hambatan/tekanan/masalah menyangkut
SCREEM
SCREEM
• Hasil Analisis:
• Pasien dan keluarga di desa Cepoko merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi
patologis terutama yang menyangkut masalah sosial, ekonomi, edukasi, dan pelayanan kesehatan.
Tingkat penghasilan keluarga tergolong kurang untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan
tersier dari anggota keluarga.
FAKTOR LINGKUNGAN
a) Lingkungan Fisik/Sanitasi Rumah
• Ny. G tinggal di sebuah rumah berukuran 7x12m tanpa pintu pagar,
memiliki Halaman yang cukup dengan lantai rumah ruangan terpasang
keramik. Dinding rumah di bagian ruang tamu, kamar tidur, dapur dan
kamar mandi terbuat dari tembok dan sudah di cat. Rumah terdiri dari teras,
ruang tamu, 3 kamar tidur,1 dapur, dan 1 kamar mandi yang memiliki
fasilitas jamban. Pencahayaan secara umum dinilai cukup baik di dalam
kamar maupun di ruangan lain dalam rumah. Ventilasi rumah dalam
keadaan cukup baik. Tempat tidur diletakkan dilantai. Perabotan rumah
tangga cukup. Penataan rumah terkesan kurang rapi dan kebersihan dari
rumah terkesan cukup. Rumah dengan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas.
Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Lingkungan Sosial
•Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga ekonomi menengah Kebawah.
Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari gaji yang diperoleh pada pekerjaannya
dan pekerjaan anaknya. Tingkat pendidikan yang baik dalam anggota keluarga mampu
memahami tentang keadaan pasien.
Lingkungan Ekonomi
•Dari segi perumahan dan pemukiman dan fasilitas umum yang tersedia lingkungan
kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. G tergolong cukup.
FAKTOR PERILAKU KELUARGA

• Ny. G Merupakan nenek yang bekerja mencari kayu.


Suami pasien sudah meninggal sehingga pasien tinggal
Bersama anaknya. Untuk perekonomian cukup terbantu
karena anak dan anak menantu pasien seorang pekerja.
Ny. G setelah bekerja jarang mencuci tangan,langsung
makan-makanan yang tersedia, juga sering makan-
makanan pedas dan kecut. Pasien sering buang air besar
sembarangan Ketika bekerja. Disimpulkan bahwa pola
hidup Ny.G kurang baik, karena pasien tidak bisa menjaga
makanan yang dikonsumsi sehari-hari Dan suka buang air
besar sembarangan. sehingga, dalam hal pola hidup masih
sangat kurang dalam penerapan pola hidup bersih dan
sehat. Hubungan komunikasi pasien dengan keluarga baik
Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan keluarga Ny.G Kurang baik, karena rumah dan akses ke Puskesmas jaraknya cukup
jauh dan jalan dari desa menuju rumahnya ada yang masih diperbaiki sehingga membutuhkan waktu sekitar 17
menit dari rumahnya ke puskesmas.

• Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. G masih menemui beberapa


kendala diantaranya adalah:
ASPEK a.Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
PELAYANAN b.Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

• Ny.G mengikuti kepesertaan BPJS, sehingga apabila kontrol ke Puskesmas


biaya ditanggung oleh BPJS. Artinya tidak ada menyediakan dana apabila
KEPERSERTAAN memeriksakan kesehatan atau kontrol penyakitnya.
BPJS KESEHATAN
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

 Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang terdapat dalam bentuk keluarga, pola interaksi,
pertanyaan sirkuler, identifikasi informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR), patologi lingkungan keluarga
(metode SCREEM), faktor-faktor resiko tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan
kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan Ny. G dan keluarga serta masyarakat sekitar yang
kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum.
A. Temuan Masalah

• 1. Masalah aktif (Individu pasien)

• a. Ny. G menderita Diare akut.

• b. Ny.G tidak memahami tentang penyakit yang diderita.

• 2. Faktor perilaku

• a. Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat (gizi kurang seimbang)

• b. Kurangnya kebersihan sanitasi lingkungan.


BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3. Faktor Lingkungan

• a. Lingkungan fisik

1. Sanitasi lingkungan yang kurang bersih.

2. Sebagian lantai dapur masih dari tanah.


• b. Lingkungan sosial/budaya
1) Kondisi sosial ekonomi menengah kebawah
2) Pola hidup sehat belum membudaya ditengah masyarakat
4.Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
5.Faktor Genetik
• Tidak ditemukan
ANALISIS 1. Faktor Lingkungan
a. Kondisi sosial ekonomi keluarga Ny.G termasuk kelompok
menegah kebawah. Kondisi masyarakat demikian
berpengaruh terhadap perilaku yang dinilai kurang baik,
seperti kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan
setelah dari kamar mandi dan juga kebiasaan sering BAB
disungai akan menyebabkan pasien mudah terkena Diare.
b. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat
yang masih belum optimal untuk pola hidup sehat. Pola
hidup masyarakat sekitar pasien yang kurang sehat dapat
memperberat penyakit Diare.
 
ANALISIS
2. Faktor Perilaku
a. Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat merupakan masalah yang dapat mengganggu kesehatan Ny.G,
dengan kurangnya penerapan pola hidup bersih dan sehat berdampak kepada kesehatan pasien. Hal ini juga
dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat hingga pengaruh perilaku
hidup bersih dan sehat. Kurang pemahaman juga dapat disebabkan karena rendahnya pendidikan dari pasien
dan keluarga hingga masyarakat sekitar. Sehingga dapat dilakukan edukasi berkala tentang pola hidup bersih
dan sehat dan melakukan penerapannya secara rutin.
b. Pola hidup yang tidak sehat seperti sering mengabaikan perilaku mencuci tangan, sering BAB sembarangan
(seperti disungai dan di pantai) kurangnya kebersihan sanitasi lingkungan menyebabkan penyakitnya tidak
terkendali dengan baik sehingga berisiko terjadinya keparahan penyakit.
ANALISIS

Faktor Pelayanan Kesehatan


• Kurang tersampaikannya materi edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat kepada pasien dan
anggota keluarga. Dikarenakan kurangnya tingkat pendidikan sehingga menyebabkan penyerapan
informasi edukasi kurang tersampaikan. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian penyuluhan secara
intens dengan materi informasi dapat disampaikan dengan media edukasi yang bisa lebih diterima oleh
masyarakat.
PEMBAHASAN
• Dalam mengatasi masalah Ny. G (70th) dengan status sebagai pasien Diare yang tinggal di tengah-tengah
masyarakat desa cepoko kabupaten Mojokerto dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Faktor makanan juga sering menjadi faktor penyebab seseorang
mengalami diare. Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan kebersihannya karena jika makanan yang kita
konsumsi tidak bersih maka kuman atau bakteri yang terdapat pada makanan dapat ikut masuk kedalam tubuh kita,
sehingga makanan harus selalu dalam keadaan tertutup agar tidak dihinggapi lalat. Makanan basi dan makanan pedas,
makanan basi tidak layak makan karena ada bakteri yang masuk kedalam makanan tersebut. Makanan yang pedas dan
diare sepertinya tidak dapat dipisahkan. Bila kita merasa sanggup memakan makanan pedas, tidak berarti demikian
dengan pencernaan kita. Makanan yang pedas secara langsung dapat mengganggu pencernaan, menyebabkan
terjadinya diare bagi banyak orang dengan kondisi pencernaan yang sensitive. Adanya komposisi kimia dalam
makanan yang pedas serta bagaimana interaksinya dalam tubuh dapat menyebabkan diare bagi pencernaan.
PEMBAHASAN
2. Menyediakan air minum yang bersih
• Umunya orang menganggap bahwa diare hanya disebabkan oleh makanan yang tidak bersih. Tetapi kalau
dilihat dari faktor-faktor penyebab diare, penyebab diare lebih dominan disebabkan oleh bakteri. Bakteri
itu sendiri dapat masuk ketubuh kita melalui banyak hal, salah satunya melalui air minum yang
terkontaminasi. Oleh karena itu, air yang bersih dan steril patut kita perjuangkan seperti air minum harus
selalu dimasak, tidak minum air kran, selalu menutup minuman serta air minum harus bersih, tidak
berwarna dan tidak berbau.
PEMBAHASAN
3) Menjaga kebersihan perorangan.
Dasar kebersihan adalah pengetahuan, banyak masalah Kesehatan timbul akibat kelalaian kita tetapi standar
hygiene dapat mengontrol kondisi ini. Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu cara agar tubuh terhindar
dari kuman dan bakteri sehingga tidak mudah terjangkit penyakit, termasuk diare. Misalnya mencuci tangan,
menjaga kebersihan kuku seperti memotong kuku agar kuku tidak Panjang dan kuku tidak kotor.
4) Langkah yang paling mudah dilakukan untuk menghindari diare adalah rajin mencuci tangan pakai sabun,
karena tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak kita gunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Sehingga sangat rentan untuk bakteri dan kuman menempel pada tangan kita, saat kita memegang apapun. Cuci
tangan merupakan Tindakan yang murah, namun efektif untuk menurunkan penyakit yang dapat ditularkan
melalui tangan, misalnya diare. Sehingga untuk menghindari diare dapat dilakukan mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum makan dan setelah makan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan
dan setiap tangan kotor.
PEMBAHASAN
5. Buang air besar pada tempatnya
• Perilaku buang air besar sembarangan masih terjadi di Indonesia, disejumlah daerah masyarakat masih BAB sembarangan
dikali atau sungai. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang
air besar sembarangan ke sungai adalah Escherichia Coli, itu merupakan penyakit yang membuat orang terkena diare. Setelah
itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit lain.
6. Menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai
• Selain merusak pemandangan, kebiasaan buang sampah sembarangan
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti diare .
7. Memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan.
• Kebersihan merupakan langkah awal agar dapat terhindar dari penyakit
diare, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas lalat. Faktor
kebersihan menjadi faktor yang penting untuk menghindarkan anak dari penyakit diare .
Terapi non farmakologi Diare

1) Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan


khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan hygiene dan sanitasi karena
peningkatan hygiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden diare,
2) Jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah,
3) Mengkonsumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu,
4) Mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja,
5) Buang air besar (BAB) di jamban.
FARMAKOLOGI
1) Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang dalam tubuh yang terbuang pada saat diare.
2) Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau diare dengan disertai penyakit lain. 5
3) Adsorben dan pembentuk massa
• Adsorben seperti koalin, tidak dianjurkan untuk diare akut. Obat-obat pembentuk massa seperti metil selulosa, isphagula, dan sterculia
bermanfaat dalam mengendalikan konsistensi tinja pada ileostomy, serta dalam mengendalikan diare akibat diverticular. Contoh obat yang
termasuk dalam golongan antara lain kaolin, pectin, dan attalpulgit.
4) Antimotilitas
Yang termasuk
dalam golongan ini adalah codein fosfat, co-fenotrop, loperamid HCL, dan
morfin
5) Pengobatan diare kronis
• Bila diare menetap, beberapa kondisi seperti Chron, Kolitis, Pseudomembran dan penyakit diverticular perlu
dipertimbangkan. Diperlukan terapi spesifik, termaksuk manipulasi diet, obat-obat, dan
pemeliharaan hidrasi yang cukup
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Hasil Anamnesis Penyakit Pasien


• Hasil resume dari anamnesis sampai pada kesimpulan bahwa Ny. G menderita Diare akut.
2. Hasil Identifikasi Metode Manajemen Pasien
• Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented
3. Hasil Identifikasi Fungsi Faktor Keluarga dan Lingkungannya:
a. Faktor keluarga: Keluarga Ny.G termasuk dalam keluarga patriakal, berbentuk nuclear family dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan
dalam menghadapi permasalahan penyakit Ny.G setiap anggota keluarga menunjukkan dukungan terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk
terhadap perkembangan penyakitnya.
b. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota keluarga khususnya penerimaan anggota keluarga Ny.G sebagai penderita Diare
baik-baik saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan metode SCREEM menunjukkan bahwa keluarga Ny.G mempunyai permasalahan keluarga
lebih ringan dalam fungsi patologis.
c. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal pasien cukup baik. Lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. G termasuk lingkungan kelas menengah
kebawah dan tergolong cukup.
Hasil Analisis Faktor Resiko

• Faktor resiko dari pasien (Ny.G) sebagai penderita Diare adalah sebagai berikut:
a. Perilaku pasien: Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat dan pasien gemar mengkonsumsi makanan
pedas.
b. Faktor Lingkungan: Kondisi sosial ekonomi menengah bawah dan pola hidup sehat belum membudaya
ditengah masyarakat
c. Pelayanan Kesehatan: Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
Saran
Untuk masalah medis Diare dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Preventif:
1. Buang air besar pada tempatnya (dijamban) .
2. Sering mencuci tangan setelah dari kamar mandi dan setelah pulang bekerja.
3. Meningkatkan higienitas diri dan keluarga.
4. Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan.
5. Mengkonsumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu.
6. Jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah.
Saran
b. Promotif :
• Edukasi penderita dan keluarga mengenai Diare serta pengobatannya.
b. Kuratif :
• Saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan, dan harus mengikuti arahan yang di berikan oleh dokter dan rajin dalam
konsumsi obat.
b. Rehabilitatif:
• Memberitahu cara menjaga kebersihan diri, kebersihan makanan dan perilaku atau kebiasaan mengkonsumsi makanan
sembarangan, menekankan untuk tidak Buang Air Besar (BAB) disungai namun di jamban agar cepat sembuh dan tidak sakit
kembali.
1. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah
a. Promotif:
• Edukasi penderita dan anggota keluarga untuk menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai serta menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan rumah .
Daftar pustaka
1. Kementrian KesehatanRI. 2011. Situasi Diare di indonesia. Jakarta:
Kementrian KesehatanRI.
2. Subagyo B, Budi N. S, Diare akut. Buku Ajar Gasroenterologi-Hepatologi. Jilid 1. Cetakan ketiga. Jakarta.
Badan Penerbit IDAI. Jakarta. 2012. P 87-120.
3. Fida dan Maya (2012) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Media.
4. Kasaluhe, M.D., Sondakh, R.C., & Malonda, N.S.H. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja puskesmas tahuna timur kabupaten kepulauan sangihe.
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/meityn-d.-kasaluhe.pdf. Diunduh 4 oktober 2022.
5. Depkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare Lima Langkah Tuntaskan Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
•  
Lampiran foto

Gambar. 1 Bagian Depan Rumah pasien Gambar. 2 Saat memeriksa pasien diruang tamu pasien
Lampiran foto

Anda mungkin juga menyukai