Anda di halaman 1dari 22

B a b y

BB LL U
U EE SS

OLEH : ARINI HI NASIR


NIM : N 111 21 019
Pembimbing : dr. Dewi Suriany A., Sp.KJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Rumah Sakit Daerah Undata
2021
Baby Blues Syndrome (BBS) atau sering disebut juga
dengan istilah maternity blues atau post partum blues APA ITU
adalah suatu keadaan depresi ringan yang sifatnya BABY BLUES?
sementara , dialami sebagian besar ibu yang terjadi
sebagai akibat perubahan-perubahan baik fisiologis,
hormonal, maupun psikologis. Gangguan ini terjadi 14
hari pertama pasca melahirkan dan terjadi puncak
reaksi gangguan pada atau 4 hari pasca melahirkan.

• Studi di luar negeri, angka kejadian baby blues


syndrome cenderung tinggi dan bervariasi (26-85%)
• Di Indonesia angka kejadian baby blues antara 50-
70% dari wanita pasca persalinan.
• > 50% ibu yang mengalami depresi pada kehamilan
EPIDEMIOLOGI
sebelumnya akan menjadi depresi kembali pada
kehamilan selanjutnya
• Ibu dengan bayi BBLR, 3,64 kali berpeluang lebih
tinggi mengalami baby blues syndrome daripada ibu
dengan bayi normal
BIOLOGIK

• Perubahan sistem adrenergik (alpha 2


adenoreseptor)
• perubahan amin biogenik (norepinefrin,
PSIKOSOSIAL serotonin, dan dopamin

ETIO-
• Konflik dalam perkawinan
PATOGENESIS HORMONAL
• Sikap ambivalen atau keraguan yang
• Hormon esterogen dan
besar terhadap kehamilan dan
progesteron
keinginannya untuk mempunyai
anak. • penurunan hormon yang
• Riwayat pernah menderita gangguan dihasilkan oleh kelenjar tiroid
depresi sebelumnya dan atau reaksi • hormon sex (neurosteroid)
terhadap kejadian tertentu dalam
kehidupannya, termasuk stres akibat
melahirkan anak.
• Stres lingkungan
Menjadi tidak tertarik dengan bayinya atau menjadi
terlalu memperhatikan dan khawatir terhadap bayinya
Sulit beristirahat dengan tenang, namun bila ada

Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga 55 orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur

dan tidak percaya diri 44 66


Peningkatan berat badan yang disertai
Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
33 77 dengan makan berlebihan

gejala klinis
Penurunan berat badan yang disertai tidak mau
Mudah kesal, gampang tersinggung
dan tidak sabaran 22 88 makan

Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri dan
depresi disertai dengan menangis tanpa
sebab
11 99 bayinya
Diagnosis
• anamnesis
• Semua wanita pasca melahirkan
• Perubahan sikap dan kondisi emosional umumnya 14 hari pertama pasca mela
hirkan
• Adanya perasaan cemas, khawatir berlebihan, sedih, dan sering menangis tanp
a sebab jelas
• Adanya perasaan putus asa, ketidakmampuan dalam mengurus anak, dan rasa
bersalah
• Jika gejala menetap >2 minggu dipikirkan kemungkinan postpartum depressio
n
kriteria diagnosis

Bedasarkan “Diagnostic and statistical


manual of mental disorder IV (DSM IV)”
baby blues syndrome dikategorikan dalam
major depression/depresi berat Gejala berupa kesedihan, disforia,
dan sering menangis. Puncak emosi
hari ke4-5 dan kembali normal hari
ke 10
• Depresi mayor adalah didefinisikan dengan adanya lima dari gejala berikut, yang
mana salah satu harus adanya mood yang tertekan atau penurunan ketertarikan
atau kesenangan.
• Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang berat.
• Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas
• Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan
• Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman bahkan keti
ka bayinya tertidur.
• Agitasi fisik, atau pelambatan psikomotor
• Lemah, penurunan energi
• Merasa kurang berguna
• Penurunan konsentrasi
• Adanya keinginan bunuh diri
• Dari Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders, edisi keempat (DSM IV).
• Depresi postpartum diartikan dalam DSM-IV dimulai empat minggu setelah melah
irkan
• Gejala yang harus ada sepanjang hari hampir setiap hari selama dua minggu.
Tidak ada perawatan yang
khusus

Psikoedukasi: peran baru sebagai


ibu, hal mengurus bayi,
bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru, dsb
penatalaksanaan
Dukungan dan empati dari
keluarga dan staf kesehatan

Konsultasi kejiwaan umumnya


tidak diperlukan
Depresi & Psikosis pasca-melahirkan
• Depresi pasca persalinan adalah depresi yang biasanya terjadi dal
am 1-4 minggu setelah melahirkan. Sering terjadi ketika melahirk
an anak kedua dan ketiga. Gejala mirip seperti depresi pada umu
mnya hanya waktu terjadinya yang khusus pada pasca persalinan.
Berbeda dengan postpartum blues yang akan hilang dengan sendi
rinya tanpa terapi.
• Depresi pasca melahirkan ditandai dengan mood depresi, anxietas
yang berlebihan, dan insomnia. Onsetnya dalam 3 hingga 6 bulan
setelah persalinan.
• Postpartum depression adalah kondisi yang lebih serius dari baby
blues dan mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru. Ibu dengan DPM me
ngalami perasaan sedih dan emosi yang meningkat dan merasa ter
tekan, menjadi sensitif, lelah, perasaan bersalah, cemas dan ketida
kmampuan untuk merawat diri dan merawat bayi.
• Pada kasus yang jarang (1 sampai 2 dalam 1.000 persalinan), depresi pasca
melahirkan pada perempuan ditandai dengan rasa depresi dan gagasan bun
uh diri. Pada kasus yang berat, depresi dapat mencapai proporsi psikotik, di
sertai halusinasi, waham, dan pikiran untuk membunuh bayi.
• Postpartum psychosis
merupakan bentuk DPM yang parah dan membutuhkan penanganan yang
medis segera. Gejalanya muncul secara cepat setelah melahirkan dan berla
ngsung antara beberapa minggu hingga beberapa bulan. Gejalanya meliputi
agitasi yang amat kuat, perilaku yang menunjukkan kebingungan, perasaan
hilang dan malu, insomnia, paranoid, delusi, halusinasi, hiperaktif, bicara c
epat dan mania.
epidemiologi

Secara epidemiologi depresi postpartum dapat terjadi pada


semua golongan umur persalinan dan diberbagai daerah di
dunia, maupun di indonesia. Berdasarkan laporan WHO
diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi
postpartum ringan
Tingkat stres ibu pasca melahirkan dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain, fluktuasi hormonal, faktor psokologis dan
kepribadian, adanya riwayat depresi sebelumnya, riwayat
kehamilan, dan persalinan dengan riwayat komplikasi,
Etiologi
persalinan section caesarea, kesulitan menyusui, dan
minimnya pengetahuan ibu akan perawatan bayi. Sedangkan
faktor eksternal meliputi dukungan sosial kondisi dan kualitas
bayi, dan status mental suami

patofisiologi
Kadar hormon estrogen dan progresteron menurun drastis saat persalinan.
Perubahan kadar hormon estrogen dan progresteron pada saat kehamilan
memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan penurunan kadar
hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu super sensitivitas
reseptor dopamin yang mencetus terjadinya psikotik postpartum.
psikosis postpartum depresi postpartum
Berdasarkan kriteria diagnostik DSM-IV :
Menurut DSM IV, tidak ada kriteria bagi gangguan psikotik 1. Suasana hati yang depresi
pada postpartum. Gejala karakteristik bagi gangguan 2. Kurangnya kesenangan atau minat
psikotik pada postpartum terdiri atas delusi, gangguan 3. Gangguan tidur (insomnia atau hyperinsomnia)
kognotif, gangguan motilitas, mood atau suasana 4. Penurunan berat badan
perasaan tak terkontrol dan halusinasi. Gejala psikotik ini 5. Kehilangan energi
hanya mencakup hal-hal yang menyangkut keibuan dan 6. Agitasi atau keterblakangan perasaan tidak berharga
kehamilan. DSM IV juga menyetujui diagnosis gangguan atau rasa bersalah yang tidak pantas
psikotik dan gangguan mood (suasana perasaan) yang 7. Konsentrasi yang berkurang atau keragu-raguan
singkat disebakan karena pasca persalinan. 8. Adanya keinginan bunuh diri

diagnosis
diagnosis
Sedang menurut PPDGJ III, Pedoman
diagnostik untuk gangguan psikiatri pada
postpartum (F,53), yaitu: Dalam Pedoman
Dalam Pedoman Penggolongan
Penggolongan dan dan Diagnosis
Diagnosis Gangguan
Gangguan JiwaJiwa
atauPPDGJ-III
atau PPDGJ-III pun
pundijelaskan
dijelaskanbahwa
bahwa adaada tiga
tiga gejala
gejala utama
utama yang
yang
F.53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat harus muncul
muncul pada
pada gangguan
gangguan depresi,
depresi, yakni
yakni afek
afek depresif,
depresif,
harus
yang Berhubungan dengan Masa Nifas. kehilangan minat
minat dan
dan kegembiraan,
kegembiraan, serta
serta berkurangnya
berkurangnya energi
energi
kehilangan
yang menuju
yang menuju meningkatnya
meningkatnya keadaan
keadaan mudah
mudah lelah
lelah (rasa
(rasa lelah
lelah
yangnyata
yang nyatasesudah
sesudahkerja
kerjasedikit
sedikitsaja)
saja)dan
danmenurunnya
menurunnyaaktivitas.
aktivitas.
Perbedaan Baby blues syndrome dan Postpartum depressio
n

Karakteristik Baby blues syndrome Postpartum depression


Insiden 30-75% ibu 10-15% ibu melahirkan
melahirkan
Onset 3-5 hari pasca 3-6 bulan pasca melahirkan
melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Bulan sampai tahun jika tidak
diobati

Stressor terkait Tidak ada Ada, terutama kurang dukungan

Pengaruh sosial budaya Tidak ada Ada hubungan yang kuat

Riw. Gangguan mood Tidak ada Ada

Riw. Gangguan mood pada Tidak ada Ada


keluarga
Karakteristik Baby blues syndrome Postpartum depression
Rasa sedih Ada Ada
Mood labil Ada Sering pada awalnya
kemudian depresi secara
bertahap

Anhedonia Ada Sering


Gangguan tidur Kadang-kadang Hampir selalu
Keinginan untuk bunuh diri Tidak ada Kadang-kadang

Keinginan untuk menyakiti Jarang Sering


bayi
Rasa bersalah dan Tidak ada, jika ada pun Ada dan biasanya berat
ketidakmampuan ringan
 
Baby Blues Postpartum Depression Postpartum Psychosis

Simtom • Kurang Tidur • Cepat lelah • Menolak makan


Fisik • Hilang tenaga • Gangguan tidur • Tidak mampu
• Hilang nafsu makan atau • Selera makan menurun menghentikan aktivitas
sangat bernafsu makan • Sakit kepala • Kebingungan akan
• Merasa lelah setelah • Sakit dada kelebihan energi
bangun tidur • Jantung berdebar-debar
• Sesak nafas
• Mual dan muntah

Simtom • Cemas dan khawatir • Mudah tersinggung • Sangat bingung


Emosional berlebihan • Perasaan sedih • Hilang ingatan
• Bingung • Hilang harapan • Tidak koheren
• Mencemaskan kondisi fisik • Merasa tidak berdaya • Halusinasi
secara berlebihan • Mood swings  
• Tidak percaya diri • Perasaan tidak adekuar sebagai ibu
• Sedih • Hilang minat
• Perasaan diabaikan • Pemikiran bunuh diri
• Ingin menyakiti orang lain (termasuk
bayi, diri sendiri, dan suami)
• Perasaan bersalah

Simtom • Sering menangis • Panik • Curiga


Perilaku • Hiperaktif atau senang • Kurang mampu merawat diri sendiri • Tidak rasional
berlebihan • Enggan melakukan aktivitas • Preokupasi terhadap
• Terlalu sensitif menyenangkan hal-hal kecil
• Perasaan mudah • Motivasi menurun
tersinggung • Enggan bersosialisasi
• Tidak perduli terhadap • Tidak perduli perkembangan bayi
bayi • Sulit mengendalikan perasaan
• Sulit mengambil keputusan
Penatalaksanaan
• Non Farmakologi
1. Psikoterapi Individu atau kelompok (Kognitif perilaku dan terapi inter
personal)
2. Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu
Penatalaksanaan
• Farmakologi
• Depresi Postpartum
• Pengobatan ini diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-
farmakologis.
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama danefektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gu
nakan dosis antidepresanstandar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200mg/hari, paroxetine (Paxil) 2
0-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atauescitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasu
k insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)
, seperti venlafaxine(Effexor) 75- 300 mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat efektif untuk depresi dan kece
masan.
• Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beber
apa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih merespon obat kategori SSRI. Efek samping dari antidepresan trisiklik termasuk me
ngantuk, berat badan bertambah, mulut kering,sembelit, dan disfungsi seksual.
• Psikosis Posspartum
• Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi danmemerlu
kan perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membut
uhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol at
au flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali per
hari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti psikotika berpotensi 
tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium,valproid acid,
carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi denga
n obat anti psikotik dan benzodiapezine
Prognosis
• Hampir pada semua kasus depresi postpartum prognosisnya adalah b
aik,kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bul
an dan 30%kemungkinan rekurensi pada kehamilan yang berikutnya.
Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik, seperti juga pada 
skizofrenia yang mempunyai penyakitfisik sebagai faktor presipitasi. Ki
ra-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaanpsikotik dalam waktu r
elatif singkat dan kemungkinan terjadinya lagi diperkirakan berkisar a
ntara 15-30%.
• Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dibanding gangguan p
sikotik  pada postpartum lainnya
C U T E
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai