PENDAHULUAN
Melahirkan merupakan proses keluarnya janin yang terjadi pada kehamilan dalam
37-42 minggu, selama 18 jam tanpa adanya komplikasi ibu maupun janin (Siyoto,
2013). Kelahiran membawa perubahan sangat besar bagi wanita, perubahan terlihat
sangat jelas pada ibu yang melahirkan anak pertama (primipara). Perubahan
tersebut berupa fisik dan psikis. Dari perubahan itu maka dibutuhkan penyesuaian
diri dalam menghadapi peran yang baru, terutama pada minggu pertama setelah
melahirkan anaknya. Primipara yang berhasil adalah penyesuaian diri dengan peran
dan aktivitas baru akan bersemangat mengasuh bayinya, namun apabila primipara
gagal untuk menyesuaikan diri dengan baik akan mengalami perubahan emosi
(Dahro, 2012). Perubahan pada ibu postpartum memerlukan adaptasi, jika adaptasi
gagal maka akan terjadi postpartum blues pada ibu, permasalahan didaerah
Trenggalek banyak kejadian bayi yang dibuang bahkan dibunuh. Sebagai perawat
yang bisa berperan seperti edukasi, advokasi, konselor dan care giver bisa
meminimalisir dampak negatif seperti sex bebas, hamil diluar nikah, menikah dini,
Perubahan emosi ditandai dengan kesedihan, kemurungan, akan mudah cemas tanpa
sebab, menangis tanpa sebab, tidak sadar, tidak percaya diri, sensitif atau mudah
makan dan beristirahat. Perasaan – perasaan ini sering kali muncul sekitar dua
1
sampai tiga minggu setelah melahirkan bayi. Perubahan emosi ini sering disebut
postpartum blues, baby blues atau maternity blues (Dahro, 2012). Postpartum blues
merupakan sindrom yang sering tidak dihiraukan oleh ibu postpartum, keluarga dan
emosi tersebut tidak segera ditangani, ibu akan mengalami depresi postpartum blues
yang berdampak negatif pada perkembangan bayinya. Dampak yang muncul dari
seperti lambat bicara dan berjalan. Dampak lainnya adalah sulit bersosialisasi, sulit
berteman, bertindak kasar dan gangguan emosional seperti cemas, takut, lebih pasif
Angka kejadian post partum blues di Asia bervariasi antara 26-85%, di Indonesia
angka kejadian postpartum blues yang dilakukan oleh Irawati dan Yuliani (2014) di
70% primipara yang kurang memiliki dukungan dari suami, keluarga dalam bentuk
2
dan tenaga kesehatan akan mengakibatkan postpartum blues (Hidayah, Rahmawanti
and Azizah, 2017). Dukungan dari pihak lain seperti perawat akan membuat ibu
konselor supaya saling mengenal, percaya dan dapat menjalin kedekatan emosional
mendiskusikan sasaran spesifik dan tingkah laku apa yang dapat menjadikan ukuran
konselor harus mampu mengevaluasi kemajuan apa yang telah dilakukan klien
selama proses konseling berlanjut, dan untuk mengetahui intervensi yang digunakan
tepat sasaran atau tidak. Keempat evaluasi dan terminasi, ini adalah tahap akhir
sukses atau tidaknya proses konseling, disini perawat menilai apakah ada kemajuan
Peran perawat sebagai konselortidak hanya memberikan jalan keluar suatu masalah,
namun dapat juga sebagai pendengar cerita dari klien seperti pengalaman, harapan,
3
dan konflik yang dihadapinya. Teknik konseling disebut juga strategi
kondisi lingkungan, seperti budaya, nilai sosial, dan agama (Setiawan, 2018).
yang baik. Pemberian konseling yang sukses dapat mengurangi angka postpartum
blues primipara dan dapat memotivasi ibu untuk dapat menerima perannya barunya,
Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara”.
1.2 RumusanMasalah
perubahan fisik dan psikis. Sehingga diperlukannya kesiapan dan dukungan untuk
menerima perubahan yang dialami setelah melahirkan. Ketidak siapan ibu memiliki
dapat berdampak buruk bagi psikologis dan perkembangan anaknya. Salah satu
faktor kesiapan ibu yaitu dukungan sosial yang dapat diperoleh dari perawat.
Melalui pemberian konseling, apakah ada hubungan peran perawat sebagai konselor
4
1.3 Tujuan Penelitian
primipara.
5
1.4.4 Bagi keluarga
1.5 Relevansi
beradaptasi dengan peran baru. Hal ini sering terjadi pada ibu primipara karena
terjadi peubahan fisik maupun psikis. Kegagalan beradaptasi berdampak buruk bagi
ibu dan juga perkembangan bayinya. Proses supaya adaptasi berjalan dengan lancar
yaitu diperlukannya dukungan dari suami, keluarga dan juga perawat. Peran
memberikan solusi sampai dengan menjadi pendengar dari cerita yang sekiranya
Penelitian seberapa besar pengaruh peran perawat sebagai konselor dengan ibu
postpartum blues pada ibu primipara merupakan penelitian yang relevan dengan
upaya memberikan solusi dan membantu proses beradaptasi dengan peran barunya.
Hal ini sejalan dengan peran suami, keluarga yang menghiraukan dukungan sosial
yang sangat penting. Melalui penelitian ini akan diketahui seberapa besar pengaruh
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Postpartum juga disebut Puerperium dari bahasa Latin, kata “Puer” berarti bayi
dan “Parous” berarti melahirkan. Postpartum dimulai setelah plasenta lahir dan
2010). Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali pada
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
Postpartum primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak
satu kali (Manuaba, IBG, 2014). Primipara merupakan seorang wanita yang
7
pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali (Mochtar, 2011). Seorang
wanita yang melahirkan bayi pertama kalinya harus melakukan adaptasi dengan
peran barunya. Adaptasi yang dilakukan seorang ibu primipara harus didukung
Ibu primipara yang baru satu kali melahirkan menyebabkan ibu belum memiliki
pengalaman sama sekali dalam melakukan perawatan diri pasca melahirkan. Hal
kesiapan fisik, psikologi dan pengetahuan tentang masa kehamilan sampai masa
diantaranya :
a) Fisik
dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan malam
8
sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah (Afiyanti,
b) Psikis
percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dan sebelum hamil serta kurangnya
Masalah tersebut sering terjadi pada ibu postpartum primipara karena belum
postpartum.
a) Fisiologis
dengan uterus, serviks, vagina dan perineum, dan dukungan otot panggul.
Sistem endokrin pada hormon plasenta dan hormon pituitari dan fungsi ovarium.
kandung kemih. Payudara terjadi pada ibu menyusui dan tidak menyusui. Sistem
kardiovaskular pada volume darah, curah jantung, anda vital, komponen darah.
imun.
9
b) Psikologis
Fase taking in pada fase ini ketergantungan ibu sangat menonjol dan segala
kebutuhannya dipenuhi orang lain. fase talking hold yaitu keinginan untuk
melakukan aktivitas sendiri dan belajar dalam merawat bayi. Letting go yaitu
ibu sudah mampu melakukan aktivitas sendiri dan menerima peran barunya.
a) Fisiologis
mood.
b) Psikologis
bayi, seperti gangguan mood yang bisanya terjadi dalam 4 minggu setelah
10
melahirkan. Perubahan mood yang berepanjangan akan menyebabkan
Postpartum blues adalah perasaaan sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil yang
blues terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan, puncaknya 3 atau 4 hari
gangguan tidur, dan terkadang tidak peduli dengan bayinya. Jika keadaan ini
terjadi secara terus menerus dan tidak segera diatasi maka ibu akan jatuh pada
a) Faktor Internal
11
b) Faktor Eksternal
praktik di keluarga (dukungan dan perhatian dari suami dan keluarga), dukungan
Gejala Postpartum blues yaitu suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa
sedih, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan dan tidur. Selajutnya ciri-ciri
postpartum blues diantaranya perubahan keadaaan dan suasana hati ibu yang
kadang-kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa, pola tidur yang
karena kelahiran anak dan perasaan asing terhadap lingkungan tempat bersalin,
merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena suasana hati
tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, menangis, dan gumoh,
kelelahan pasca melahirkan dan sakitnya akibat operasi. Suami yang tidak
membantu dan tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya
dengan suami. Masalah dengan orang tua dan mertua, takut kehilangan bayi,
12
2.1.3.4 Masalah pada Postpartum Blues
Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami postpartum
blues diantaranya menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi,
frustasi karena anak tidak mau tidur, ibu merasa lelah, migraine dan cenderung
sensitif, merasa sebal dengan suami masalah menghadapi omongan ibu mertua.
Menangis dan takut apabila bayinya meninggal, menahan rasa rindu dan merasa
jauh dari suami. Menghabiskan waktu dengan si bayi yang terus menangis
sehingga membuat ibu frustasi, kebanyakan para ibu ingin pulang kerumah
(Depresi Scale)
mendeteksi perubahan ibu pasca persalinan, salah satunya yang paling parah
adalah depresi postpartum blues yang terjadi selama tujuh hari pertama.
Ibu hanya menjawab dengan cara memberikan chek list pada setiap kota
13
Metode skrining Eidenburgh Postpartum Depression Scale sering digunakan
untuk skrining perubahan suasana hati yang terjadi pada ibu postpartum blues,
peneliti bisa menilai proses adaptasi dengan jumlah skor yang didapat.
b) Keuntungan EPDS:
lain.
2. Sederhana.
menyelesaikan EPDS).
c) Kekurangan EPDS:
1. Pertanyaan 1, 2, dan 4
14
Mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas
bunuh diri.
Peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
15
2.2.2 Macam-macam Peran Perawat
2.2.2.1 Edukator
Peran edukator adalah peran yang dilakukan dengan membantu klien dalam
yang akan diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
2.2.2.2 Advokator
Peran advokator dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
2.2.2.3 Konselor
dengan cepat dan diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat,
emosi, intelektual dan psikologis. Dalam hal ini perawat memberikan konsultasi
terutama kepada individu sehat dengan kesulitan penyesuaian diri yang normal
16
dan fokus dalam membuat individu tersebut untuk mengembangkan sikap,
perasaan dan perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk mencari perilaku
pengendalian diri.
keputusan yang dianggap terbaik bagi dirinya dengan kegiatan percakapan tatap
muka dua arah antara klien dengan perawat yang bertujuan memberikan bantuan
mengenai berbagai hal yang kaitanya dengan masalah yang dihadapinya, sehingga
tentang perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian asi, asuhan pada diri
sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual, dan kontrasepsi sehingga ibu mampu
17
2.2.3.1 Tujuan Perawat Konselor
adaptasinya.
minat dan sikap positif terhadap klien, memiliki pengetahuan luas mengenai
dasar konseling. Kepribadian serta sikap yang kondesif untuk terciptanya interaksi
adekuat antara konselor dengan klien sangat diperlukan dalam proses konseling.
1. Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain,
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
4. Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien
maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupun duka.
18
6. Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.
7. Believing in others, artinya perawat menyakini bahwa orang lain memiliki hasrat
keterampilannya.
lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak mengetahui.
11. Feeling, artinya perawat dapat menerima, merasakan dan memahami perasaaan
Sikap seorang konselor dalam melakukan pelayanan terhadap klien antara lain
duduk sejajar dengan klien, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti, tidak menilai dan bisa menerima klien apa adanya, mampu membina
menempatkan posisi seperti klien dengan kalimat “jika saya diposisi ibu, saya
akan...” karena kalimat tersebut bukan termasuk dalam sikap yang dilakukan
seorang konselor.
19
BAB III
yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dimaksud (Notoatmojdo,
2010).
dengan berbagai macam faktor yang telah diidentifikasikan sebagai hal yang
penting, jadi dengan demikian kerangka onsep adalah sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses bentuk dari keseuruhan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2010).
(kejadian postpartum blues pada ibu primipara) yang akan diteliti seperti yang
20
Kerangka Konseptual
Ibu
Postpartum
Primipara
Diteliti :
Tidak Diteliti :
21
3.2 Deskripsi Kerangka Konseptual
Pada bagan terdapat 2 variabel yaitu variabel independen (peran perawat sebagai
konselor) dan variabel dependen (kejadian postpartum blues pada ibu primipara).
barunya. Adaptasi postpartum terdiri dari fisiologis seperti sistem reproduksi dalam
imun, dan sistem integumen. Adaptsi psikologis terdiri dari talking in, talking hold,
dan letting go. Apbila adaptasi tidak berhasil atau tidak lancar, maka akan terjadi
infeksi postpartum, gejala sisa dari trauma melahirkan, dan komplikasi psikologi
postpartum dan postpartum blues yang sedang diteliti. Tingkatan dari postpartum
blues yaitu tidak postpartum blues, postpartum blues ringan, postpartum blues
sedang, dan postpartum blues berat. Postpartum blues dipengaruhi beberapa faktor,
belakang budaya. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter, bidan, perawat
yaitu yang diteliti dan nutrisionis. Adapun macam-macam peran perawat yaitu
edukator, advokator, konselor yang diteliti dan care giver. Peran perawat
22
(menerima respon emosional pasien), touching (memberikan sentuhan yang
postpartum blues.
3.3 Hipotesis
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasari pada teori yang
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
2016). Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil) yang dirumuskan karena teori
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
dipakai dalam penelitian ini adalah desain hubungan / korelasi yaitu suatu desain
cross sectional yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat
atau satu kali dalam satu kali waktu (dalam waktu bersamaan) dan tidak
dilakukan follow up (Setiadi, 2012). Dalam hal ini mengkaji hubungan peran
kesimpulan. Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk
24
Populasi
Populasi yang didapat dari Puskesmas Slawe kecamatan
Watulimo kabupaten Trenggalek dalam 1 bulan terakhir sebanyak
28 orang.
25 Accidental
Sampel sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu postpartum primipara
sebanyak 20 responden.
Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada
Ibu Primipara
4.3.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karaktristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
responden.
4.3.3 Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
dengan selesai.
26
4.3.4 Kriteria Eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).
a. Ibu (postpartum) primipara yang buta huruf atau tuli / tidak bisa
baca tulis.
dengan selesai.
yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dalam kurun waktu 2
Variabel adalah suatu vasilitas yang pengukuran dan atau manipulasi suatu
27
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen dan
Variabel independen pada penelitian ini adalah peran perawat sebagai konselor.
28
operasionalisasi variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk memudahkan
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
(Sugiyono, 2016).
Husada Kediri.
29
5. Setelah studi pendahuluan, peneliti mengajukan surat izin peneltian kepada
11. Responden akan diberikan waktu untuk mnejawab kuersioner selama 10-15
menit.
12. Setelah semua data terkumpul dilanjutkan dengan proses pengolahan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
Instrumen yang digunanakan dalam penelitian ini adalah kuersioner EPDS dan
30
Tabel 4.5 Definisi Operasional
Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada
Ibu Pimipara
31
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Sesuatu yang a. Perasaaan Kuersioner Ordinal Skoring
dependen terjadi pada ibu tertekan EPDS
yang baru saja b. Hilangnya (Edinburgh
pernyataan
kejadian
melahirkan ketertarikan Postpartum skor skala :
ibu
untuk pertama dalam Depression Sering = 3
postpartum kalinya yang melakukan Scale)
blues pada ditandai dengan aktivitas yang Kadang-
ibu perasaan sedih, menyenangkan Kadang = 2
primipara cemas, c. Perasaan Jarang = 1
kemurungan, bersalah
kehilangan nafsu d. Perasaan Tidakperna
makan, cemas atau h=0
gangguan tidur, khawatir dan
dan terkadang perasaan takut
tidak peduli e. Energi yang
dengan bayinya. hilang, atau Postpartum
perasaan yang
lelah blues
f. Gangguan tingkat
tidur berat = 22-
g. Gejala
psikologis dari
30
depresi Postpartum
blues
sedang
= 15-21
Postpartum
blues
ringan
= 10-15
Tidak
postpartum
blues
= < 10
32
data dengan cara apapun (Notoatmodjo, 2012). Jenis kuersioner yang digunakan
yaitu :
Berisi tentang kepuasan pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien yang
terdiri dari 22 soal, masing-masing soal terdiri dari 3 yaitu sering dengan skor 2,
kadang dengan skor 1, dan tidak pernah dengan skor 0. Hasil skor tersebut
Berisi tentang perubahan yang terjadi pada ibu postpartum dan untuk mengetahui
tingkat stres pada ibu postpartum. Kuersioner EPDS terdiri dari 10 soal, masing-
masing soal terdiri dari 4 jawaban sering dengan skor 3, kadang dengan skor 2,
jarang dengan skor 1, dan tidak pernah dengan skor 0. Nilai maksimal skor
adalah 30. Semakin tinggi skor yang didapat menyatakan semakin berat
1. Waktu Penelitian
2020.
2. Tempat Penelitian
kabupaten Trenggalek.
33
4.6.2 Teknik Analisa Data
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengecek atau
lembar kuersioner.
(Notoatmodjo, 2010).
2. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
dilakukan adalam data umum yang meluputi: umur, pekerjaan, agama dan
3. Scoring
Scoring adalah memberikan nilai untuk tiap item pertanyaan, untuk menentukan
nilai tertinggi dan terendah. Masing-masing pertanyaan akan diberi skor dengan
34
mengenai peran perawat sebagai konselor kepada ibu (postpartum)
pernyataan sudah ada skornya. Skor berkisar antara 0-2. Pernyataan yang
Selalu = 2
Kadang = 1
Tidak Pernah = 0
Di interpretasi menjadi :
Baik = 30-40
Cukup = 22-29
Kurang = 0-21
b) Untuk data pada variabel dependen (kejadian ibu postpartum blues pada
ibu primipara)
pernyataan sudah ada skornya. Skor berkisar antara 0-3. Pernyataan yang
35
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Jarang = 1
Tidak pernah = 0
Di interpretasi menjadi :
4. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang masuk atau antara data
Analisa data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
36
Analisa yang digunakan penilitian yaitu :
blues pada ibu primipara, data kursioner yang telah terkumpul dilakukan
postpartum blues pada ibu primipara). H1 ditolak jika : p value > 0,05 (tidak
N=
x100%
Keterangan :
N = Prosentase hasil
37
Sm = Skor maksimal
(Arikunto, 2013)
Etika penelitian adalah suatu prinsip etika penelitian agar peneliti tidak
2017).
38
penelitian yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal yang bisa
3. Risiko
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi terhadap subjek sebagai
responden.
3. Informed consent
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
39
a. Hak dijaga sebagai responden
40
BAB 5
Hasil dan pembahasan dari penelitian akan dijabarkan pada bab 5 ini yaitu tentang
Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada
sebanyak 20 responden.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020
di Puskesmas Slawe Kabupaten Trenggalek. Hasil penelitian ini meliputi data umum
dan data khusus. Data umum responden antara lain tentang usia, agama, pendidikan
hubungan peran peraawat sebagai konselor dengan kejadian postpartum blues pada ibu
Pembahasan merupakan hasil penelitian dan teori yang ditulis dalam tinjauan pustaka
dengan penekanan pada hasil perhitungan yang dilakukan dan di tegakkan dengan teori
41
5.1 Hasil Penelitian
Data umum dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden yang terdiri dari
persalinan, hari postpartum, kondisi bayi, dan pendampingan keluarga sebagai berikut
besar 60% berusia 20-25 tahun, berdasarkan agama keseluruhan responden 100%
42
SMA, berdasarkan pekerjaan responden sebagian besar 55% sebagai IRT, berdasakan
hari postpartum saat penelitian keseluruhan responden 100% dilakukan penelitian hari
ke-3, berdasarkan kondisi kesehatan bayi keseluruhan 100% bayi sehat, berdasarkan
Data khusus menyajikan tabulasi data yang disajika dalam bentuk tabel berupa
identifikasi hubungan peran perawat sebagai konselor serta analisis kejadian postpartum
berdasarkan penilaian dari responden didapatkan hasil sebagaian besar 75% berkriteria
baik.
43
Pada Ibu Primipara
Sedang 4 20
Ringan 15 75
Tidak Postpartum Blues 1 5
Total 20 100
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020
Berdassarkan tabel 5.3 didapatkan karakteristik kejadian postpartum blues pada ibu
primipara berdasarkan penilaian dari responden didapatkan hasil sebagaian besar 75%
mengalami postpartum blues ringan.
Tabel 5.4 Tabulasi Silang Hubungan Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor
Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Pusksmas Slawe Kabupaten
Trenggalek.
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.4 didapatkan hasil sebesar 80% responden
mengalami postpartum blues ringan dengan kriteria peran perawat kategori baik.
Hasil analisis penelitian hubungan peran perawat sebagai konselor dengan kejadian
postpartum blues pada ibu primipara di puskesmas Slawe kabupaten Trenggalek tahun
2020, yaitu hasil uji statistik menggunakan Spearman Rank didapatkan nilai P Value
44
0,16 (>0,05) hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan peran
perawat sebagai konselor dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara.
X Y
Spearman's rho Correlation Coefficient 1.00 .160
Y Sig. (2-tailed) . .501
N 20 20
Correlation Coefficient .160 1.000
X Sig. (2-tailed) .501 .
N 20 20
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020
5.2 Pembahasan
45
Hasil dari penelitian didapatkan peran perawat sebagai konselor yang berkriteria baik
sebanyak 75%, data tersebut didapat dari penilaian kuersioner peran perawat sebagai
Perawat mempunyai peran dan fungsi, diantaranya pemberi perawatan, sebagai advokat
Konselor yaitu seseorang yang memerlukan konseling terhadap masalah yang dialami
kegiatan percakapan tatap muka 2 arah antara klien dengan petgas kesehatan (perawat)
yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan
Pelayanan keperawatan konseling diberikan karena adanya beberapa factor antara lain :
ketidak mampan, ketidak mauan, dan ketidak tahuan memenuhi kebutuhn dasar yang
antara lain adalah fisiologis, psikologis, dan social kultural. Fisioligis adalah gangguan
yang dialami setiap pasien yang dipengaruhi oleh gangguan fisiologis yang di hadapi
penyelesain yang dihadapi pasien. Sedangkan Social dan Kultural adalah kurangnya
dorongan atau semangat pasien dari orang-orang sekitar atau social, jadi kegiatan
terhadap peran baru yang dihadapinya, perubahan pola interaksi merupakan “dasar”
46
dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Kedudukan
sebuah system konselor yaitu orang yang memerlukan konseling terhadap masalah yang
dialami untuk mengambil keputusan yang dianggap terbaik bagi dirinya. Konseling
adalah kegiatan percakapa 2 arah antara klien dengan petugas kesehatan (perawat) yang
bertujuan memberikan bantuan mengenai bebagai hal yang ada kaitanya dengan klien
Hasil penelitian ini terdapat peran perawat sebagai konselor dengan kriteria baik
sebesar 75%, hal ini menunjukkan peran perawat sebagai konselor berpengaruh pada
kejadian postpartum blues pada ibu primipara. Perawat yang memberikan konseling
akan dapat membuat ibu postpartum mudah menerima peran barunya dan mendapatkan
pengetahuan.
Berdasarkan Table 5.1 diperoleh tanggapan responden bahwa peran perawat sebagai
konselor pada indikator usia didapatkan hasil 10 responden berusia 20-25 tahun
mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan kriteria baik sebesar 66,7%, 3
responden berusia 26-30 tahun mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan
kriteria baik sebesar 20%, 2 responden berusia <20 tahun mendapatkan peran perawat
sebagai konselor dengan kriteria baik sebesar 13,3%, 2 responden berusia 26-30 tahun
mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan kriteria cukup sebesar 50%, 1 dari
usia <20 tahun dan 20-25 mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan kriteria
cukup sebesar 25%, dan 1 responden berusia 20-25 tahun mendapatkan peran perawat
47
Gunarsa (2010) mengungkapkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada kesehatannya dimana terjadi kemunduran struktur dan fungsi organ,
sehingga masyarakat yang berusia lebih tua cenderung lebih banyak memanfaatkan
bahwa usia responden tidak mempengaruhi peran perawat sebagai konselor dengan
kejadian postpartum blues pada ibu primipara. Dikarenakan peran perawat kepada
responden sama namun penilaian responden terhadap peran perawat yang berbeda.
Tanggapan responden pada indikator Agama dari berdasarkan hasil dari tabuasi peran
perawat sebagai konselor didapatkan hasil sebagian besar responden beragama Islam
mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan hasil yang baik sebanyak 15
responden dengan prosentase sebesar 100%, dan hasil kurang 1 responden sebanyak
100%.
Agama yang dianut semua responden adalah islam, menurut Lubis (2011) profesi
keperawatan dalam pandangan islam memiliki aspek salah satunya tanpa membeda-
bedakan seorang pasien. Namun, ada kondisi responden berupa perubahan mood yang
Tanggapan responden pada indikator tingkat pendidikan berdasarkan hasil dari tabuasi
peran perawat sebagai konselor dengan tingkat pendidikan responden didapatkan hasil
48
Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMA termasuk pendidikan
penilaian peran perawat sebagai konselor termasuk dalam kategori baik. Notoatmodjo
terhadap suatu objek, baik dari pemikiran dan pemahaman didasari pada tingkat
pendidikan yang didapat oleh seseorangtersebut, hal tersebut yang mendasari dan
membentuk suatu pemahaman yang berbeda-beda. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
akan mempengaruhi pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar belakang
pendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima masukan dari pihak lain.
Tanggapan responden pada indikator Pekerjaan berdasarkan hasil dari tabuasi peran
peran perawat sebagai konselor dengan kriteria baik sebesar 53,3%, terdapat 7
kriteria baik sebesar 46,7%. Sedangkan 2 responden pekerjaan IRT mendapatkan peran
perawat sebagai konselor dengan kriteria cukup sebesar 50%, dan 1 dari pekerjaan PNS
dan swasta mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan kriteria cukup sebesar
25%. Serta 1 responden pekerjaan IRT mendapatkan peran perawat sebagai konselor
Menurut Hasyim dan Prasetyo (2012), perawat merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,
dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Maka dari itu pekerjaan responden berpengaruh pada peran perawat sebagai konselor.
Responden sebagai IRT menilai peran perawat sebagai konselor dalam kategori baik,
49
hal ini dikarenakan pekerjaan yang hanya sebagai IRT ingin tukar pikiran kepada
perawat untuk menambah pengetahuan tentang perawatan bayi maupun hal apa yang
perlu dilakukan setelah melahirkan. Sehingga responden menilai peran perawat sebagai
Tanggapan responden pada indikator Riwayat persalinan berdasarkan hasil dari tabuasi
peran perawat sebagai konselor didapatkan hasil yang baik sebanyak 15 responden
dengan prosentase sebesar 100%. Sedangkan hasil cukup sebanyak 4 responden dengan
Rizki (2018) Dr. Pandora memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang
keperawatan dan kebidanan. Beliau membuka kuliah umum dengan memaparkan bahwa
terdapat lebih dari 300.000 wanita meninggal saat melakukan proses persalinan, serta
terdapat lebih dari 2,7 juta bayi baru lahir yang meninggal dengan umur tidak lebih dari
28 hari. Maka, dalam hal ini perawat dan bidan memiliki pengaruh yang signifikan bagi
ibu melahirkan dan bayi yang baru lahir . Sehingga peran perawat sebagai konselor
terhadap ibu yang bersalin secara normal mendapatkan perlakuan baik, dikarenakan ibu
yang melahirkan secara normal akan banyak berkonsultasi sebelum dan setelah
melahirkan, tujuannya supaya tidak ada masalah saat proses melahirkan. Sehingga
penilaian responden terhadap peran perawat sebagai konselor dalam kategori baik.
Tanggapan responden pada indikator Hari Postpartum berdasarkan hasil dari tabuasi
peran perawat sebagai konselor didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden hari
ke-3 postpartum mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan hasil yang baik
50
sebanyak 4 responden dengan prosentase sebesar 100%, dan hasil kurang 1 responden
sebanyak 100%.
Sehingga penelitian dilakukan hari ke-3 ketika responden mengalami perubahan mood,
dengan demikian tanda-tanda kejadian postpartum blues akan muncul dan peran
perawat sebagai konselor akan sangat berpengaruh. Semakin baik peran perawat sebagai
responden akan semakin menurunkan kejadian postpartum blues terutama pada ibu
Tanggapan responden pada indikator Kondisi bayi berdasarkan hasil dari tabuasi peran
perawat sebagai konselor didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden kondisi
bayinya sehat mendapatkan peran perawat sebagai konselor dengan hasil yang baik
sebanyak 4 responden dengan prosentase sebesar 100%, dan hasil kurang 1 responden
sebanyak 100%.
Kondisi kesehatan bayi sangat berpengaruh pada kondisi psikis ibu, setelah bayi lahir
ibu akan menambah pengetahuan supaya bayinya tetap sehat salah satunya memberikan
ASI eksklusif (Charles, 1992 dalam Widdefrita, 2013). Oleh karena itu peran perawat
tabuasi peran perawat sebagai konselor didapatkan hasil bahwa sebagian besar
51
responden yang didampingi keluarga mendapatkan peran perawat sebagai konselor
dengan hasil yang baik sebanyak 15 responden dengan prosentase sebesar 100%,
sedangkan hasil cukup sebanyak 4 responden dengan prosentase sebesar 100%, dan
Pendampingan keluarga yang diberikan pada ibu postpartum mempengaruhi psikis ibu
postpartum, secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan
responden mengalami postpartum blues ringan. Data tersebut didapat dari penilaian
primipara.
Tanggapan responden pada indikator postpartum blues hasil dari penelitian didapatkan
ibu yang mengalami postpartum blues sedang sebanyak 4 responden atau 20%, ibu yang
mengalami postpartum blues ringan sebanyak 15 responden atau 75%, dan ibu yang
Secara medis, postpartum blues merupakan gangguan karena kurangnya hormone tyroid
pada individu yang kelelahan dan pada ibu postpartum terdapat jumlah kadar tyroid
52
pasca melahirkan yang rutin dilakukan.Salah satunya dengan kuersioner EPDS yang
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tidak berbda dengan
memadai dari para tenaga medis terutama perawat sangat diperlukan misalnya
saat tertentu secara garis bedar bisa disajikan seperti tingkatan perilaku, emosional,
seperti suami dan keluarga diharapkan mampu mengurngi tngkat depresi atau
postpartum blues.
Ibu postpartum primipara yang baru satu kali melahirkan menyebabkan ibu belum
memiliki pengalaman sama sekali dalam melakukan perawatan diri pasca melahirkan.
Hal ini menyebabkan ibu postpartum primipara akan mengalami kecemasan tentang
psikologi dan pengetahuan tentang masa kehamilan sampai masa postpartum (Indriyani,
cemas, kemurungan, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan terkadang tdak
Ibu postpartum blues harus ditangani secara adekuat, karena peran ibu sangat
53
meningkatkan pengetahuan dan pemecahan masalah dengan memberikan informasi
supaya ibu postpartum blues tidak mengalami gangguan psikologis dan gangguan jiwa
Beberapa masalah yang timbul dari ibu postpartum blues primipara dikarenakan ibu
merasa lelah, asi tidak keluar, merasa kurang perhatian dan jauh dari suami, keluarga
maupun orang sekitar. Salah satu cara mengurangi kejadian postpartum blues adalah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2010) beberapa factor yang
menyebabkan postpartum blues yaitu (1) jenis persalinan, responden yang memiliki
jenis persalinan normal lebih sedikit yang mengalami postpartum blues sedangkan
responden yang memiliki jenis persalinan dengan tindakan lebih banyak mengalami
postpartum blues. (2) Dukungan social, responden yang tidak mempunyai dukungan
mempunyai dukungan social sedikit yang mengalami postpartum blues. (3) Persiapan
untuk persalinan dan menjadi ibu, responden yang tidak ada persiapan untuk persalinan
dan menjadi ibu lebih banyak yang mengalami postpartum blues sedangkan responden
yang mempunyai kesiapan untuk persalinan dan menjadi ibu lebih sedikit yang
Secara psikologis, seorang wanita yang baru saja melahirkan akan mengalami tekanan
psikis. Banyak wanita yang sepintas merasa bahagia dengan kelahiran bayinya, namun
sejalan dengan itu, akan muncul gangguan suasana hati, perasaan sedih dan tekanan
54
yang dialami oleh seorang wanita setelah melahirkn yang berlangsung pada minggu
(Hasni, 2012).
untuk mengidentifikasi respon, koping dan adaptasi serta tindakan apa yang telah
dilakukan oleh ibu dan keluarga (Lowdermilk, Perry & Bobak, 2013).
menilai apakah ada tidaknya kemajuan pada klien setelah melakukan konseling
(Setiawan, 2018). Teknik konseling disebut juga strategi pengembangan potensi untuk
Kejadian postpartum blues sangat rentan pada ibu primipara karena belum memiliki
sangat berbahaya yaitu postpartum blues. Peran perawat sebagai konselor dimungkinkan
dapat mengurangi kejadian postpartum blues pada ibu primipara. Konseling mampu
memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi ibu postpartum. Salah satu
perlakuan perawat juga dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu postpartum,karena
salah satu masalah yang dihadapi ibu postpartum adalah kurangnya perhatian, dengan
demikian perhatian dari seorang perawat dapat mengurangi rasan kurang perhatian dari
ibu postpartum. Hasil yang didapat dari data penelitian menunjukkan ibu postpartum
55
yang mendapat perlakuan baik dan mengalami postpartum blues ringan sebanyak 12
5.2.3 Analisis Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum
Hasil penelitian hubungan peran perawat sebagai konselor dengan kejadian postpartum
blues pada ibu primipara di puskesmas Slawe kabupaten Trenggalek dari 20 responden
berkriteria baik sebesar 20%, terdapat 1 responden mengalami postpartum blues sedang
mengalami postpartum blues ringan dengan perlakuan perawat berkriteria baik sebesar
perawat dengan kriteria cukup sebesar 50%, dan 1 responden mengalami postpartum
blues ringan dengan perlakuan perawat dengan kriteria kurang sebesar 100%.Terdapat 1
cukup sebesar 25%. Total responden yang menilai peran perawat sebagai konselor
cukup sebnyak 4 responden, dan meniai peran perawat sebagai konselor berkriteria
responden, dan yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 1 responden. Hasil
56
Secara psikologis, seorang wanita yang baru saja melahirkan akan mengalami tekanan
psikis. Banyak wanita yang sepintas merasa bahagia dengan kelahiran bayinya, namun
sejalan dengan itu, akan muncul gangguan suasana hati, perasaan sedih dan tekanan
yang dialami oleh seorang wanita setelah melahirkn yang berlangsung pada minggu
(Hasni, 2012).
untuk mengidentifikasi respon, koping dan adaptasi serta tindakan apa yang telah
dilakukan oleh ibu dan keluarga (Lowdermilk, Perry & Bobak, 2013).
menilai apakah ada tidaknya kemajuan pada klien setelah melakukan konseling
(Setiawan, 2018). Karena teknik konseling disebut juga strategi pengembangan potensi
Kejadian postpartum blues sangat rentan pada ibu primipara karena belum memiliki
sangat berbahaya yaitu postpartum blues. Peran perawat sebagai konselor dimungkinkan
dapat mengurangi kejadian postpartum blues pada ibu primipara. Konseling mampu
memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi ibu postpartum. Salah satu
perlakuan perawat juga dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu postpartum,karena
salah satu masalah yang dihadapi ibu postpartum adalah kurangnya perhatian, dengan
57
demikian perhatian dari seorang perawat dapat mengurangi rasan kurang perhatian dari
ibu postpartum. Hasil yang didapat dari data penelitian menunjukkan ibu postpartum
yang mendapat perlakuan baik dan mengalami postpartum blues ringan sebanyak 12
Hasil uji statistik korelasi Spearman Rank dengan bantuan komputerisasi (SPSS)
didapat P value 0,16> α 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi atas
peran perawat sebagai konselor dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh variable lain yang tidak termasuk dalam penelitian,
atau kata lain dapat berhubungan tapi lemah. Variable yang tidak termasuk dalam
penelitian ini seperti seperti dukungan suami, dukungan keluarga, dukungan teman
dimasukkan dalam penelitian selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau
korelasi.
58
BAB 6
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Peran perawat sebagai konselor pada ibu postpartum primipara lebih dari setengah
6.1.2 Kejadian ibu postpartum blues pada ibu primipara sebagian besar mengalami
6.1.3 Tidak ada hubungan peran perawat sebagai konselor dengan kejadian postpartum
59
6.2 Saran
Disarankan kepada responden harus ada rasa saling percaya kepada perawat agar
baru.
konselor pada ibu postpartum primipara, sehingga dapat digunakan sebagai suatu
masukan dan tambahan wawasan tentang peran perawat sebagai konselor pada ibu
pada peserta didiknya terkait peran perawat dan kejadian postpartum blues.
dan konseling pada ibu postpartun tentang penerimaan peran barunya yaitu
60
6.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
sebagai konselor terhadap kejadian postpartum blues pada ibu primipara yang
lebih luas lagi yaitu dengan menambahkan variable penelitkan seperti dukungan
serta menambahkan waktu penelitian lebih lama dengan responden lebih banyak.
jurnal-jurnal terkait.
61
DaftarPustaka
Afiyanti, Y., Rachmawati, I. N. and Nurhaeni, N. (2014) ‘Perbedaan Kepedulian
Maternal Antara Ibu Primipara dan Ibu Multipara Pada Awal Periode
Post Partum’, Jurnal Keperawatan Indonesia, 10(2), pp. 54–60. doi:
10.7454/jki.v10i2.174.
Andarmoyo. 2012. Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
https://scholar.google.com/citations?user=wRGRe5UAAAAJ&hl=en.
Diakses 10 Maret 2020.
Anggraini, Y. (2010) Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Edited by P. Rhama. Yogyakarta.
Asmadi (2015) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Chairunnisa. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Baby Blues
Syndrom pada Ibu Post Partum di Puskesmas Suka Makmur.
Digilib.unimus.ac.id. Diakses 10 Maret 2020.
Dahro, A. (2012) Buku Psikologi Kebidanan analisis perilaku wanita untuk kesehatan.
Edited by S. Medika. Jakarta.
Diah Ayu, F. (2015) ‘Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum
Blues’, Jurnal EduHealth, 5(2), pp. 82–93.
Fitriana, Lisna Anisa, S. N. (2015) ‘Gambaran Kejadian Postpartum Blues pada Ibu
Umum Tingkat IV’, Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, 1.
Gunawan. 2010. Hubungan Spiritual Perawat Dan Kompetensi Asuhan Spiritual.
http ://jks.fies.unsoed.ac.id. Diakses 10 Maret 2020.
Hamilton, P. (2015) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC.
Hasni, et.all. 201). Hubungan Antara Citra Tubuh Saat Hamil Dan Kestabilan Emosi
Dengan Postpartum Blues Di Puskesmas Grogol Sukoharjo.
http://www.candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id. Diakses 20 Maret 2020.
Hasyin, dan Praseto. 2012. Etika Keperawatan. Yogyakarta : Bangkit.
Hidayah, N., Rahmawanti, J. E. D. and Azizah, N. (2017) ‘Support Sistem, Pengalaman
Persalinan Dengan Resiko Post Partum Blues Di Bpm Yayuk
Kalbariyanto Kudus Tahun 2015’, Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. doi: 10.26751/jikk.v8i2.293.
Indriyani, R. (2015) ‘Hubungan Postpartum Blues, Dan Efikasi Diri Dengan
Pelaksanaan Senam Nifas Di Polindes Tunas Bunda Desa Manddelen
Kecamatan Lenteng Tahun 2015’, Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”.
Latifah, L. (2006) ‘Efektifitas Skala Edinburgh Dan Skala Beck Dalam Mendeteksi
Risiko Depresi Post Partum Di Rumah Sakit Umum Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto’, Soedirman Journal of Nursing, 1(1), pp. 15–19.
62
Lowdemilk, Perry dan Bobak. 2013. Pengkajian Psikososial Asuhan Keperawatan Masa
Postpartum.http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1361/3/3.%20Chapter
%202.doc.pdf. Diakses 10 Maret 2020.
Lubis. 2011. Keperawatan Dalam Dimensi Islam.
https://www.slideshare.net/khomsyasholikha/keperawatan-dalam-dimensi-
islam. Diakses 10 Maret 2020.
Manuaba, IBG (2014) ‘Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta.
EGC
Marni (2012) Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Edited by P. Pelajar. Yogyakarta.
Mochtar, R. (2011) Sinopsis Obstetri Jilid I, 2011. Jakarta. Rineka Cipta
63
Suherni (2009) Perawatan Masa Nifas. Edited by Fitramaya. Yogyakarta.
Sujiyati (2009) ‘Asuhan kebidanan Kehamilan’, in Medika, N. (ed.). Yogyakarta.
Tindaon, R. L. (2018) ‘Efektivitas Konseling Terhadap Post Partum Blues Pada Ibu
Primipara’, Universitas Prima Indonesia Medan, 3(2), pp. 115–126.
Widdefrita. 2013. Peran Petugas Kesehatan Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan
Pemberian Asi Ekslusif.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/122. Diakses 10
Maret 2020.
64
Lampiran 1
65
Lampiran 2
66
Lampiran 3
67
Lampiran 4
68
Lampiran 5
69
Lampiran 6
70
Lampiran 7
71
Lampiran 8
72
Lampiran 9
(INFORMED CONSENT)
Kepada :
Yth. Pasien
Di
Puskesmas Slawe
Dengan hormat sehubungan penelitian sebagai salah satu tugas pada Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri, maka dengan ini
saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden pada penelitian yang akan saya
lakukan.
Adapun judul penelitian ini adalah “Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor
Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Puskesmas Slawe
Kabupaten Trenggalek”.
Penelitian ini dengan memberikan 2 kuersioner yaitu Edinburgh Postpartum
Depression Scale (EPDS) tentang kejadian postpartym blues dan kuersioner modifikasi
Wolf 1994 tentang peran perawat sebagai konselor. Manfaat dari penelitian ini untuk
menambah wawasan dan pengetahuan ibu postpartum (primipara) supaya tidak
mengalami postpartum blues dan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan
kesiapan ibu postpartum primipara. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang
merugikan bahaya bagi ibu postpartum (primipara) sebagai responden, semua informasi
yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan
penelitian.
Apabila ibu menyetujui maka saya mohon ketersediaannya untuk menandatangani
persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan, tetapi apabila ibu tidak
bersedia maka saya menyediakan hak undur diri menjadi responden. Atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Peneliti
73
Lampiran 10
DALAM PENELITIAN
Nama lengkap :
Tgl. Lahir :
Alamat :
Menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian berjudul
“Hubungan Peran Perawat Sebagai Konselor Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada
Ibu Primipara” yang dilakukan oleh Atma Widha Hapsari, yang bertempat di
Puskesmas Slawe Kabupaten Trenggalek
Surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan maupun
paksaan darimanapun.
Responden Peneliti
( ) ( )
Saksi
( )
Lampiran 11
74
PERNYATAAN PENGUNDURAN DIRI
SEBAGAI RESPONDEN
Responden Peneliti
( ) ( )
Saksi
( )
Lampiran 12
75
Data Umum Responden :
Kode Responden :
26-30Th >30 Th
Hindu Budha
SMA S1
IRT
Ke-3 Ke-4
- Selama Perawatan
Lampiran 13
76
Tabel kisi-kisi kuersioner
Lampiran 14
Tabel EPDS
77
No. Responden : Alamat :
Tanggal Lahir : Tanggal Kelahiran Bayi :
No. Telepone :
Sebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami
ingin mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawaban yang
paling mendekati keadaan perasaan anda DALAM 7 HARI TERAKHIR, bukan
hanya perasaan anda hari ini.
Dibawah ini ialah contoh pertanyaan yang telah disertai oleh jawabannya.
Saya merasa bahagia :
a. Ya, setiap saat
b. Ya, hampir setiap saat
c. Tidak, tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
Artinya jawaban diatas ialah : “saya merasa bahagia di hampir setiap saat” dalam
satu minggu terakhir ini.
Mohon dilengkapi pertanyaan lain dibawah ini dengan cara yang sama.
DALAM 7 HARI TERAKHIR
1. Saya bisa tertawa dan merasakan hal-hal yang menyenangkan
a. Sesering yang saya bisa
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Tidak sama sekali
2. Saya mampu menikmati setiap hal yang telah saya lakukan
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Jarang dibandingkan dengan sebelumnya
d. Tidak sama sekali
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana
a. Ya, setiap saat
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelas
a. Tidak pernah sama sekali
b. Jarang
c. Ya, kadang-kadang
d. Ya, sering sekali
5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas
a. Ya, cukup sering
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
6. Saya merasa kewalahan dalam mengerjakan segala sesuatu
a. Ya, hampir setiap saat saya tidak mempu mengerjakannya
78
b. Ya, kadang-kadang saya tidak mampu mengerjakan seperti biasanya
c. Tidak erlalu, sebagian besar berhasil saya tangani
d. Tidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik
7. Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan tidur
a. Ya, setiap saat
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
8. Saya merasa sedih dan merasa diri saya sengsara
a. Ya, setiap saat
b. Ya, cukup sering
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
9. Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebaban saya menangis
a. Ya, setiap saat
b. Ya, cukup sering
c. Disaat tertentu saja
d. Tidak pernah sama sekali
10. Muncul pikiran utuk menyakiti diri sendiri
a. Ya, cukup sering
b. Kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah sama sekali
Diperiksa/ditelaah oleh : Tanggal :
Sumber : Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. 1987. Detection of Postnatal
Depression : Development of the 10-item: Edinburgh Postnatal Depression Scale.
British Journal of Psychiatry 150:782-786
Lampiran 15
79
No. pertanyaan Indikator
1,2 Caring
3,4 Sharing
5,6 Laughing
7,8 Crying
9,10 Touching
11,12 Helping
13,14 Believing
15,16 Learning
17,18 Respecting
19,20 Listening
21,22 Feeling
Lampiran 16
Petunjuk pengisian kuersioner.Beri tanda (√) dikolom yang sesuai dengan pernyataan
anda.
80
Keterangan : S = Sering
K = Kadang
TP = Tidak Pernah
No. Pertanyaan S K TP
CARING
1. Perawat memperkenalkan diri pada saya
2. Perawat melayani saya dengan penuh perhatian
SHARING
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan setelah
persalinan
4. Perawat bisa diajak berdiskusi dengan saya
LAUGHING
5. Perawat berbicara sopan dan lembut kepada saya
6. Perawat memanggil nama saya dengan benar dan tersenyum
CRYING
7. Perawat mendorong saya untuk mengekspresikan perasaan
saya
8. Perawat menerima ekspresi perasaan positif dan negatif dari
saya
TOUCHING
9. Perawat membantu saya dalam pemenuhan sehari-hari
misalnya personal hygiene ketika saya tidak mampu
10. Perawat memberikan tindakan yang memberi saya rasa
nyaman secara fisik maupun privasi
HELPING
11. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada saya
dengan baik
12. Perawat menyusun jadwal kegiatan untuk saya sesuai dengan
kemampuan saya
BELIEVING
13. Perawat memberikan semangat dan motivasi kepada saya
14. Perawat menanamkan kepercayaan dan harapan untuk
kesembuhan kepada saya
LEARNING
15. Perawat memfasilitasi pengobatan alternatif yang cocok
untuk saya
16. Perawat tidak menyembunyikan kesalahan saat melakukan
perawatan kepada saya
RESPECTING
17. Perawat tidak pilih kasih antara saya dan pasien lain
18. Perawat dapat meyakinkan saya untuk bisa menjaga rahasia
saya
LISTENING
81
19. Perawat memberikan waktu untuk mendengarkan keluhan
saya
20. Perawat memberi solusi akan masalah yang menjadi
kekhawatiran saya
FEELING
21. Perawat bisa merasakan apa yang saya rasakan
22. Perawat menghargai perasaan saya
Skor
Keterangan : S = Sering
K = Kadang
TP = Tidak Pernah
Interpretasi :
1. Baik =30-44
2. Cukup = 22-29
3. Kurang = 0-21
Lampiran 17
DATA UMUM
Kode Usia Agama Pendidikan Pekerjaan Riwayat Postpartum Kondisi Selama
Responden Persalina Hari Ke Kesehatan Perawatan
82
n Didampingi klg
1 2 1 2 3 1 3 1 1
2 3 1 3 2 1 3 1 1
3 2 1 2 2 1 3 1 1
4 2 1 2 3 1 3 1 1
5 2 1 3 2 1 3 1 1
6 3 1 2 1 1 3 1 1
7 2 1 3 3 1 3 1 1
8 1 1 3 2 1 3 1 1
9 1 1 3 3 1 3 1 1
10 3 1 3 3 1 3 1 1
11 2 1 3 3 1 3 1 1
12 2 1 3 3 1 3 1 1
13 2 1 3 3 1 3 1 1
14 2 1 3 2 1 3 1 1
15 2 1 2 3 1 3 1 1
16 2 1 3 3 1 3 1 1
17 2 1 3 2 1 3 1 1
18 3 1 3 2 1 3 1 1
19 1 1 3 2 1 3 1 1
20 3 1 3 3 1 3 1 1
Jumlah 42 20 50 20 20 20
83
2 2 0 2 0 1 2 3 1 0 13 3 3 2
2 1 2 1 1 2 2 2 1 0 14 3 3 2
3 2 2 2 2 1 1 0 1 2 16 2 2 3
3 3 2 1 1 1 1 1 1 0 14 3 3 2
3 3 1 1 2 2 0 0 1 1 14 3 3 2
3 2 2 2 1 2 1 2 2 0 17 2 2 3
2 3 0 1 0 2 0 2 1 0 11 3 3 2
3 3 2 1 2 1 0 1 0 0 13 3 3 2
3 2 2 1 2 1 0 0 0 0 11 3 3 2
3 2 2 1 2 1 0 0 0 0 11 3 3 2
3 2 2 1 2 1 0 0 0 0 11 3 3 2
X1. X3.
X1.2 X2.1 X2.2 X3.1 X4.1 X4.2 X5.1 X5.2 X6.1 X6.2
1 2
2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 0 1
2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2
2 2 1 2 2 1 0 2 1 2 2 0
1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2
1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0
1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
84
1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 0 1
1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2
1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
X7. X11.
X7.2 X8.1 X8.2 X9.1 X9.2 X10.1 X10.2 X11.2 X X
1 1
2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 35 1
2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 35 1
2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 36 1
0 0 1 2 2 2 1 1 2 0 29 2
2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 36 1
2 2 0 0 0 0 2 2 1 2 28 2
1 1 1 1 2 1 2 2 0 2 33 1
2 1 0 2 2 1 1 1 1 1 23 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 1
1 0 1 1 2 0 1 1 0 1 25 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 1
85
1 1 1 1 2 1 1 1 0 2 32 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 3
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 41 1
1 2 2 1 1 0 2 1 2 2 30 1
2 2 0 0 2 2 1 1 1 2 35 1
2 2 0 0 2 2 1 1 1 2 35 1
2 2 0 0 2 2 1 1 1 2 35 1
2 2 0 0 2 2 1 1 1 2 35 1
2 2 0 0 2 2 1 1 1 2 35 1
Lampiran 18
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 20 3 15.0 15.0 15.0
20-25 12 60.0 60.0 75.0
26-30 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
86
Agama
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Islam 20 100.0 100.0 100.0
Pendidikan_Terakhir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMP 5 25.0 25.0 25.0
SMA 15 75.0 75.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 1 5.0 5.0 5.0
Swasta 8 40.0 40.0 45.0
IRT 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Riwayat_Persalinan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Normal 20 100.0 100.0 100.0
Hari_Postartum
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ke-3 20 100.0 100.0 100.0
87
Kondisi_Bayi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Sehat 20 100.0 100.0 100.0
Pendampingan_Klg
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 20 100.0 100.0 100.0
Lampiran 19
88
X (PERAN PERAWAT SEBAGAI KONSELOR)
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 15 75.0 75.0 75.0
Cukup 4 20.0 20.0 95.0
Kurang 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Lampiran 20
Tabulasi Silang Peran Perawat Sebagai Konselor (X) Dengan Data Umum
X & USIA
Usia
< 20 20-25 26-30 Total
X Baik Count 2 10 3 15
% within
13.3% 66.7% 20.0% 100.0%
X
Cukup Count 1 1 2 4
89
% within
25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
X
Kurang Count 0 1 0 1
% within
0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
X
Total Count 3 12 5 20
% within
15.0% 60.0% 25.0% 100.0%
X
X & AGAMA
Agama
Islam Total
X Baik Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
X & PENDIDIKAN TERAKHIR
Agama
Islam Total
X Baik Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
90
X & PEKERJAAN
Pekerjaan
PNS Swasta IRT Total
X Baik Count 0 7 8 15
% within
0.0% 46.7% 53.3% 100.0%
X
Cukup Count 1 1 2 4
% within
25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
X
Kurang Count 0 0 1 1
% within
0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
X
Total Count 1 8 11 20
% within
5.0% 40.0% 55.0% 100.0%
X
Riwayat_Persalinan
Normal Total
X Baik Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
Hari_Postartum Total
91
Ke-3
X Baik Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
Kondisi_Bayi
Sehat Total
X Baik Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
X &PENDAMPING KELUARGA
Pendampingan_Klg
Ya Total
X Baik Count 15 15
92
% within
100.0% 100.0%
X
Cukup Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
X
Kurang Count 1 1
% within
100.0% 100.0%
X
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
X
Lampiran 21
Tabulasi Silang Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara (Y) Dengan Data
Umum
Y & USIA
Usia
< 20 20-25 26-30 Total
Y Sedang Count 0 4 0 4
% within
0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
Y
Ringan Count 3 8 4 15
% within
20.0% 53.3% 26.7% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 0 0 1 1
m % within
0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
Y
Total Count 3 12 5 20
% within
15.0% 60.0% 25.0% 100.0%
Y
Y & AGAMA
93
Agama
Islam Total
Y Sedang Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
Y
Ringan Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 1 1
m % within
100.0% 100.0%
Y
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
Y
Pendidikan_Terakhir
SMP SMA Total
Y Sedang Count 3 1 4
% within
75.0% 25.0% 100.0%
Y
Ringan Count 1 14 15
% within
6.7% 93.3% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 1 0 1
m % within
100.0% 0.0% 100.0%
Y
Total Count 5 15 20
% within
25.0% 75.0% 100.0%
Y
Y & PEKERJAAN
Pekerjaan
PNS Swasta IRT Total
Y Sedang Count 0 1 3 4
% within
0.0% 25.0% 75.0% 100.0%
Y
Ringan Count 0 7 8 15
94
% within
0.0% 46.7% 53.3% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 1 0 0 1
m % within
100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Y
Total Count 1 8 11 20
% within
5.0% 40.0% 55.0% 100.0%
Y
Riwayat_Persalinan
Normal Total
Y Sedang Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
Y
Ringan Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 1 1
m % within
100.0% 100.0%
Y
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
Y
Hari_Postartum
Ke-3 Total
Y Sedang Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
Y
Ringan Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
Y
Count 1 1
95
Tidak_Postpartu % within
100.0% 100.0%
m Y
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
Y
Kondisi_Bayi
Sehat Total
Y Sedang Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
Y
Ringan Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
Y
Tidak_Postpartu Count 1 1
m % within
100.0% 100.0%
Y
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
Y
Pendampingan_Klg
Ya Total
Y Sedang Count 4 4
% within
100.0% 100.0%
Y
Ringan Count 15 15
% within
100.0% 100.0%
Y
Count 1 1
96
Tidak_Postpartu % within
100.0% 100.0%
m Y
Total Count 20 20
% within
100.0% 100.0%
Y
Lampiran 22
X Baik Count 3 12 0 15
Cukup Count 1 2 1 4
Kurang Count 0 1 0 1
97
Lampiran 23
Y X
N 20 20
N 20 20
98
Lampiran 24
Dokumentasi Penelitian
99
Lampiran 25
100
Lampiran 26
101
102
Lampiran 27
103
Lampiran 28
104
Lampiran 29
105