Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Korea

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seoul dengan latarSungnyemun pada tahun 1904

Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang [1]. Kebudayaan
tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM
yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri
tahun 2333 SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah
kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai
mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing
secaraekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama
Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla
perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk pertama
kalinya Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu.
Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut
semenanjung Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga
Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea.Kerajaan
Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta
pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama masa pemerintahan
Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama
Buddha berkembang pesat. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dariDinasti Liao meyerbu Goryeo,
tapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu
pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan
perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan
Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjad Hangeul. Antara 1592-1598,
dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit
pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-anDinasti Joseon kembali
menderita serangan dari (Dinasti Qing).
Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada dalam pengaruh
Cina. Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang[3] Pada tahun
1905, Jepang memakasa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea
sebagai protektorat Jepang, lalu pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea.[4] Perjuangan rakyat

Korea terhadap penjajahan Jepang dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa
kekerasan. Pergerakan kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Provisional Republik
Korea lebih banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Cina dan Siberia.
Dengan menyerahnya Jepang pada tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi bersama Uni
Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Pada tahun 1948,
pemerintahan baru terbentuk, yang demokratik(Korea Selatan) dan komunis (Korea Utara) yang
dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Ketegangan antara kedua belah pihak mencuat ketika Perang
Korea meletus tahun 1950 ketika pihak Korea Utara menyerang Korea Selatan.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Masa prasejarah
o

1.1Zaman Tembikar Jeulmun

1.2Zaman Tembikar Mumun

2Gojoseon
o

2.1Kebudayaan perunggu

2.2Kebudayaan besi

2.3Kehancuran

3Proto Tiga Kerajaan


o

3.1Buyeo dan Kerajaan dari Utara

3.2Samhan

4Periode Tiga Kerajaan


o

4.1Goguryeo

4.2Baekje

4.3Silla

4.4Gaya

5Negara Utara dan Selatan


o

5.1Silla Bersatu

5.2Balhae

5.3Tiga Kerajaan Akhir Korea

6Goryeo

7Joseon

7.1Ekonomi

7.2Keadaan sosial masyarakat

7.3Invasi-invasi asing

8Abad ke 19
o

8.1Invasi Perancis (1866)

8.2Peristiwa tahun 1866-1895

8.3Kekaisaran Han Raya

9Penjajahan Jepang

10Pemecahan Korea

11Catatan

12Referensi

13Pranala luar

Masa prasejarah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Prasejarah Korea

Sejarah Korea

Prasejarah

Zaman Jeulmun
Zaman Mumun
Gojoseon

Jin
Proto Tiga Kerajaan:

Buyeo, Okjeo, Dongye


Samhan: Ma, Byeon, Jin
Tiga Kerajaan:
Goguryeo
Baekje
Silla

Gaya

Zaman Negara Utara-Selatan:


Silla Bersatu
Balhae
Tiga Kerajaan Akhir:

Taebong, Hubaekje
Goryeo
Joseon
Kekaisaran Han
Penjajahan Jepang
Pemerintahan Sementara

Pembagian Korea
Korea Utara, Korea Selatan

Perang Korea

Penguasa

Garis waktu

Sejarah Militer

Perang Laut
Portal Korea

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia pertama menghuni Semenanjung Korea 700.000
tahun lalu, walaupun sejumlah arkeolog dari Korea Utara mengklaim bahwa Korea sudah
berpenghuni 1 juta tahun yang lalu.[5]
Sejumlah artefak dari periode Palaeolitik (700 ribu SM-40 ribu SM) telah ditemukan di
provinsi Hamgyong Utara, Pyongan Selatan, Gyeonggi, Chungcheong Utara dan Chungcheong
Selatan. Dari penemuan tersebut diketahui pada masa prasejarah mereka tinggal di gua dan juga
membangun tempat tinggal, menggunakan api, berburu dan memakai peralatan yang dibuat
dari batu.

Zaman Tembikar Jeulmun[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Tembikar Jeulmun
Zaman kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar 8000 SM, disebut Kebudayaan Tembikar
Yungimun. Bukti-bukti arkeologinya ditemukan di seluruh Korea, seperti di situs Gosann-ni di Pulau
Jeju.
Kebudayaan Tembikar Jeulmun (tembikar berpola sisir) dimulai tahun 7000 SM, dan kebudayaan
tembikar dengan pola sisir di keseluruhan sisi artefak dimulai antara tahun 3500-2000 SM. Tembikar

Jeulmun sama dengan tembikar yang ditemukan di Primorsky, Rusia, Mongolia, lembah sungai
Amur dan Sungari di Manchuria [6]

Zaman Tembikar Mumun[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Tembikar Mumun
Pada masa ini (sekitar 1500 SM-300 SM) mulai terbentuk masyarakat yang bercocok tanam dan
berkehidupan sosial-politik. Masyarakat di Korea bagian selatan mengembangkan pertanian padi
ladang di Zaman Mumun Tua (1500 SM-850 SM). Di Zaman Mumun Madya (850 SM-550 SM) mulai
dikenal sistem masyarakat yang dipimpin oleh kepala suku. Pada Zaman Mumun Muda (sekitar 550
SM-300 SM) bukti arkeologi menunjukkan telah dilakukan upacara kematian (penguburan) bagi
orang yang memiliki status tinggi. Produksi perunggu dimulai di Zaman Mumun Madya dan berperan
penting dalam kegiatan upacara atau politik setelah tahun 700 SM. Pada periode ini pula pertama
kalinya berkembang pemukiman yang berkembang kian besar dan akhirnya hancur: beberapa
contohnya seperti Songguk-ri, Daepyeong dan Igeum-dong. Zaman Mumun berakhir sekitar tahun
300 SM.

Gojoseon[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gojoseon
Gojoseon adalah kerajaan Korea yang pertama. Berdasarkan Samguk Yusa dan teks-teks kuno
Korea abad pertengahan[7], Gojoseon didirikan tahun 2333 SM oleh Dangun, putra
tokoh mitologiKorea, Hwanin, yang dipercaya diturunkan dari surga.
Masyarakat Gojoseon adalah keturunan dari suku bangsa Altai yang bermigrasi ke Manchuria,
daerah sebelah utara Sungai Yangtze (Cina) dan semenanjung Korea. Mereka adalah nenek
moyangorang Korea yang pertama yang disebut dalam catatan sejarah [8]
Gojoseon sebenarnya terletak di Liaoning, tetapi sekitar tahun 400 SM memindahkan ibukotanya
ke Pyongyang yang sekarang adalah ibukota dari Korea Utara [9][10]

Kebudayaan perunggu[sunting | sunting sumber]


Kebudayaan perunggu menyingsing di Korea sekitar tahun 1500-1000 SM, dan melalui bukti-bukti
arkeologi menyebutkan mungkin lebih jauh lagi yaitu tahun 2500 SM [11]
Pada masa ini telah dikenal peralatan seperti pisau belati perunggu (bronze
daggers), kaca, persenjataan serta pembuatan kota yang berdinding[11]
Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang kedelai dan gandum.
Mereka dapat membuat rumah-rumah yang berbentuk persegi panjang dan membangun dolmen
untuk tempat penguburan jenazah. Semenanjung Korea memiliki situs dolmen yang terbanyak di
dunia. [5] Gojoseon berubah dari pemukiman bertembok (walled cities) yang bersifat feodal menjadi
sebuah kerajaan sebelum abad ke 4 SM [12]

Kebudayaan besi[sunting | sunting sumber]


Sejak abad ke 3 SM, kebudayaan besi telah berkembang dan peperangan dengan bangsa Cina
menyebabkan pengungsian ke timur dan selatan semenanjung. Baru-baru ini sebuah cermin besi
ditemukan di Songseok-ri, Kangdong-gun, kota Pyongyang di Korea Utara[13] yang mungkin berasal
dari tahun 1200 SM.
Pada masa ini, sebuah kerajaan bernama Jin, berkembang di bagian selatan semenanjung Korea.
Sangat sedikit bukti mengenai keberadaan Kerajaan Jin, namun kerajaan ini sudah mengadakan
hubungan dengan Dinasti Han Cina dan mentransfer kebudayaan ke Yayoi (Jepang).[14] Raja
dari Gija Joseon mungkin telah lari ke Jin setelah terjadi pemberontakan oleh Wiman. Jin kemudian

berkembang jadi Konfederasi Samhan. Dinasti Han lalu menumbangkan Wiman dan
mendirikan Empat Komander Han.

Kehancuran[sunting | sunting sumber]


Masih kabur kapankah waktu kejatuhan dan kehancuran Gojoseon, tergantung kepada bagaimana
sejarawan memandang Gija Joseon. Sebuah teori dari Joseon Sangosa menyebutkan bahwa
Gojoseon mengalami perpecahan tahun 300 SM dan secara perlahan kehilangan kendali atas
wilayah teritorinya. Banyak negara (kerajaan) kecil yang menjadi pecahannya
seperti Buyeo, Okjeo, Dongye, Guda-guk, Galsa-guk, Gaema-guk, dan Hangin-guk. Sedangkan
kerajaan besar Goguryeo dan Baekje berasal dari Buyeo. Masa Tiga Kerajaan Korea dikuasai
oleh Goguryeo, Baekje dan Silla walaupun sampai abad ke 5 dan 6 terdapat
Kerajaan Buyeo dan Gaya.

Proto Tiga Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proto Tiga Kerajaan
Periode Proto Tiga Kerajaan (Masa Sebelum Tiga Kerajaan) kadang-kadang disebut Periode
Banyak Negara (), atau masa sebelum munculnya tiga kerajaan seperti Goguryeo, Baekje
dan Silla. Pada masa ini terdapat banyak negara pecahan kerajaan Gojoseon. Yang terbesar
adalah Dongbuyeo (Buyeo Timur) dan Bukbuyeo (Buyeo Utara).

Buyeo dan Kerajaan dari Utara[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Buyeo
Setelah kehancuran Gojoseon, Buyo berkembang di Korea Utara saat ini dan sebelah
selatan Manchuria, dari abad ke 2 SM sampai tahun 494 M. Sisa-sisa wilayah Gojoseon diserap
oleh Goguryeo tahun 494, dan keduanya (Kerajaan Goguryeo dan Baekje) menganggap masingmasing sebagai penerus dari Gojoseon.
Walaupun banyak dari catatan sejarah tidak akurat dan bertentangan, disebutkan pada tahun 86
SM, Buyeo terpecah jadi Buyeo Utara (Bukbuyeo) dan Buyeo Timur (Dongbuyeo). Pada tahun 538
Baekje menamakan diri mereka Nambuyeo (Buyeo Selatan).
Okjeo adalah kerajaan yang terletak di sebelah utara semenanjung Korea dan berdiri setelah
jatuhnya Gojoseon. Okjo sendiri sudah menjadi bagian dari Gojoseon sebelum Gojoseon hancur.
Okjeo tidak pernah menjadi sepenuhnya kerajaan yang bebas karena selalu menghadapi intervensi
dari kerajaan-kerajaan tetangganya. Okjeo kemudian menjadi taklukan Goguryeo di bawah
Raja Gwanggaeto yang Agung pada abad ke 5 M.
Dongye adalah kerajaan kecil lain yang terletak di sebelah utara Semenanjung Korea. Dongye
berbatasan dengan Okjeo dan dua kerajaan lain yang juga menjadi negeri taklukkn Goguryeo.
Dongye juga adalah pecahan dari Gojoseon.

Samhan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Samhan
Samhan () adalah tiga negara konfederasi yaitu Mahan, Jinhan dan Byeonhan. Samhan terletak
di bagian selatan Semenanjung Korea. Tiga konfederasi ini menjadi tonggak pendirian kerajaan
Baekje, Silla dan Gaya. Mahan adalah yang terbesar dengan 54 negara bagian, Byeonhan dan
Jinhan masing-masing memiliki 12 negara bagian. Kata samhan kemudian digunakan untuk
menunjuk Tiga Kerajaan Korea.
Hanja "han" () dari Samhan saat ini digunakan untuk menunjuk Korea (Dae Han Min Guk).

Periode Tiga Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tiga Kerajaan Korea

Goguryeo[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Goguryeo
Goguryeo adalah kerajaan paling besar di antara Tiga Kerajaan. Goguryeo didirikan tahun 37 SM
oleh Jumong (Dongmyeongseong) pertama memeluk Buddhisme pada tahun 372 pada masa
pemerintahan Raja Raja Sosurim.
Goguryeo mencapai masa keemasan pada abad ke 5, ketika Raja Gwanggaeto yang Agung dan
anaknya Raja Raja Jangsu memperluas wilayah kekuasaan sampai Manchuria dan Mongolia, serta
merebut Seoul dari tangan kerajaan Baekje. Gwanggaeto dan Jangsu akhirnya memaksa Baekje
dan Silla untuk tunduk dan untuk pertama kalinya menyatukan semenanjung Korea.
Goguryeo menangkis berkali-kali serangan tentara Cina dalam Perang GoguryeoSui tahun 598 sampai 614 yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Sui.[15] Namun dengan banyaknya
perang dengan Cina, telah perlahan-lahan melemahkan Goguryeo. Goguryeo ditundukkan dalam
serangan gabungan Silla dan Dinasti Tang tahun 668.

Baekje[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Baekje
Baekje didirikan tahun 18 SM oleh Onjo [6] seperti yang disebutkan di Samguk Sagi.
Teks Cina kuno Sanguo Zhi menyebutkan bahwa Baekje adalah bagian dari Konfederasi
Mahan yang berlokasi di lembah Sungai Han (dekat Seoul saat ini). Baekje memperluas wilayah
kekuasaannya ke provinsi Chungcheong danJeolla dan menjadi saingan bagi Goguryeo dan dinastidinasti di Cina.
Pada puncak kegemilangannya pada abad ke 4, Baekje menguasai semua negara
bagian Konfederasi Mahan dan menguasai bagian barat semenanjung Korea.
Baekje memainkan peran yang penting dalam mentransfer perkembangan budaya ke Jepang
seperti pengenalan karakter Tionghoa, agama Buddha, pembuatan barang
dari besi, keramik dan upacara pemakaman [16] Baekje ditundukkan oleh aliansi Silla dan Dinasti
Tang pada tahun 660 dan anggota kerajaannya melarikan diri ke Jepang.

Silla[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Silla
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Silla terbentuk pada saat unifikasi negara bagian
milik Konfederasi Jinhan oleh Bak Hyeokgeose tahun 57 SM di bagian selatan semenanjung Korea.
Artefak Silla seperti kerajinan emas menunjukkan adanya pengaruh nomadik, dan tidak
dipengaruhi budaya Tionghoa seperti halnya milik Goguryeo dan Baekje. Silla berkembang cepat
dan menguasai wilayah lembah sungai Han dan menyatukan berbagai wilayah kecil.
Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan sering terlibat perang dengan
Baekje, Goguryeo dan Jepang. Pada tahun 660 Raja Silla, Muyeol, menundukkan Baekje bersama
Jenderal Kim Yushin yang dibantu pasukan dari Dinasti Tang. Pada tahun 661 Silla dan Tang
menyerbu Goguryeo, namun dapat ditangkis. Raja Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan
Goguryeo ditaklukkan pada tahun berikutnya.

Gaya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konfederasi Gaya

Konfederasi Gaya adalah sebuah konfederasi yang terletak di lembah sungai Nakdong di Korea
bagian selatan. Gaya berkembang dari Konfederasi Byeonhan dan pada tahun 562 ditaklukkan oleh
Silla.

Negara Utara dan Selatan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Periode Negara Selatan dan Utara
Sebutan Negara Utara dan Selatan merujuk pada kerajaan Silla Bersatu dan Balhae, yaitu saat
Silla menguasai semenanjung Korea dan Balhae memperluas kekuasaannya di Manchuria.

Silla Bersatu[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Silla Bersatu
Setelah perang unifikasi, Dinasti Tang mendirikan teritori dan komunitasnya di bekas wilayah
Goguryeo dan juga di Baekje. Silla menyerang orang-orang Tang di Baekje dan Korea Utara tahun
671.[15]
Cina menginvasi Silla tahun 674 namun gagal di bawah tentara Jenderal Kim Yushin yang kuat. Silla
akhirnya mengeluarkan semua kekuatan Tang tahun 676 dan membawa penyatuan bagi sebagian
besar semenanjung Korea.
Periode Silla bersatu adalah masa ketika kebudayaan Korea berkembang dengan pesat
serta Buddhisme menjadi agama negara. Kuil-kuil seperti Bulguksa adalah contoh betapa pesatnya
kebudayaan Korea dalam pengaruh agama Buddha. Beberapa kuil yang indah dibangun seperti Kuil
Hwangnyeong, Bunhwangsa, dan Sokkuram yang menjadi Situs Warisan Dunia (UNESCO). Masa
ini juga menjadi masa damai ketika Korea menjalin hubungan baik denganDinasti Song Cina.
Silla mulai mengalami masa kericuhan politik tahun 789 yang membuat Silla jadi lemah. Sementara
itu sisa-sisa Baekje mulai bangkit dan mendirikan Kerajaan Hubaekje ("Baekje Akhir").[15]
Silla Bersatu hanya bertahan 267 tahun ketika rajanya yang terakhir, Raja Gyeongsun disingkirkan
oleh Wanggeon yang mendirikan Dinasti Goryeo tahun 935.[17]

Balhae[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Balhae
Balhae didirikan di bagian utara di bekas wilayah Goguryeo oleh Dae Jo-yeong, mantan jenderal
Goguryeo. Balhae menguasai wilayah paling utara dari semenanjung Korea, sebagian besar
Manchuria dan wilayah Propinisi Maritim Rusia saat ini. Balhae menyebut kerajaan mereka sebagai
penerus dari Goguryeo.
Dalam masa damai, Balhae mengembangkan kebudayaannya, terutama pada masa pemerintahan
Raja Mun (sekitar 737-793). Kebudayaan Balhae dipengaruhi oleh Buddhisme sama seperti Silla
dan Baekje. Kerajaan Balhae runtuh pada tahun 926 karena diserang oleh bangsa
Khitan dari Dinasti Liao.
Tidak ada catatan sejarah dari Balhae yang tersisa. Goryeo menyerap sebagian teritori Balhae dan
menerima pengungsinya, termasuk anggota kerajaannya. Dalam teks Samguk Sagi terdapat
ringkasan mengenai Balhae, tetapi tidak menuliskan sejarah berdirinya. Sejarawan dari Dinasti
Joseon abad 18, Yu Deukgong memasukkan Balhae ke dalam bagian sejarah Korea dan mulai
menggunakan penyebutan Periode Negara Utara dan Selatan untuk masa berdirinya Balhae.

Tiga Kerajaan Akhir Korea[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tiga Kerajaan Akhir Korea

Tiga Kerajaan Akhir (892-936) terbagi atas Silla, Hubaekje (Baekje Akhir) dan Taebong (juga dikenal
dengan sebutan Hukoguryo atau Goguryeo Akhir). Wang Geon menumbangkan Hubaekje tahun 936
dan mengesahkan pemerintahan baru, yaitu Dinasti Goryeo.

Goryeo[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dinasti Goryeo
Dinasti Goryeo didirikan tahun 918 dan sejak tahun 936 menggantikan Silla sebagai kerajaan yang
memerintah Semenanjung Korea. Kata Goryeo adalah kependekan dari Goguryeo dan merupakan
sebutan bagi orang asing yang merujuk ke Korea. Dinasti ini bertahan sampai tahun 1392.
Pada tahun 1231 bangsa Mongol memulai penyerangan terhadap Goryeo. Setelah peperangan
yang melelahkan selama 25 tahun akhirnya Goryeo menandatangani perjanjian damai
dengan Kerajaan Mongol. Maka dalam waktu 80 tahun Goryeo berada dalam bayang-bayang
kekuasaan bangsa utara itu.
Pada tahun 1340-an Raja Gongmin memberontak terhadap kekuasaan Mongol dan secara cepat
menyingkirkan mereka dari semenanjung Korea. Namun Koryo kini sedang menghadapi serangan
dari bajak laut Jepang (Wokou) yang mulai mencapai Korea. Tahun 1392 seorang jenderal
bernama Yi Seong-gye, memberontak dan mengakhiri kekuasaan dinasti ini.

Joseon[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dinasti Joseon
Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye,
yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai Joseon untuk memberikan penghormatan
terhadap Gojoseon, yang merupakan kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan
ibukota ke Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme sebagai
agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan
kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja
Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan terpanjang di Asia
Timur dalam milenium terakhir.

Ekonomi[sunting | sunting sumber]


Joseon memiliki keadaan ekonomi yang stabil dalam masa-masa damainya, terutama pada masa
pemerintahan Raja Sejong yang Agung. Walau demikian, ekonomi Joseon juga pernah menderita
banyak kelesuan selain karena serangan-serangan Jepang tahun 1592-1598, juga karena
terbongkarnya skandal korupsi internal, suap dan juga pengenaan pajak yang tinggi.

Keadaan sosial masyarakat[sunting | sunting sumber]


Dinasti Joseon menerapkan sistem kemasyarakatan yang ketat bagi rakyat yang sangat
memengaruhi keadaan ekonomi. Raja adalah puncak dari pemerintahan, sementara Yangban
(bangsawan) dan pejabat kantor kerajaan berada di bawahnya. Di bawah Yangban dan pejabat
merupakan golongan tengah yang terdiri dari kaum pedagang dan pengrajin. Bagian terbesar dari
sistem ini tentunya adalah rakyat jelata yang terdiri dari kaum petani dan budak. Kaum budak
menempati posisi terbawah dan tidak membayar pajak pada pemerintah. Jumlah kaum ini pernah
mencapai 30% dari populasi.

Invasi-invasi asing[sunting | sunting sumber]

Joseon menderita luka-luka berat pada saat masa Invasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598, Invasi
Dinasti Qing tahun 1627 dan 1636. Banyak fasilitas yang hancur dan rusak yang membuat
perekonomian melemah.

Abad ke 19[sunting | sunting sumber]


Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan menutup semua
perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina. Tahun 1853 sebuah kapal
perang Amerika Serikat, USS South America, berlabuh diBusan selama 10 hari dan mengadakan
kontak dengan pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea karena
kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat perlakuan yang baik dari
orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara asal lewat Cina. Walau demikian Choson tetap
waspada terhadap pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.

Invasi Perancis (1866)[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Invasi Perancis ke Korea tahun 1866
Invasi Perancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan pembantaian
terhadap misionaris Katolik dari Perancis serta warga Korea yang masuk Kristen. Kejadian ini
membuat pasukan Perancis melancarkan serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan
terjadi di Pulau Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan oleh
pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.

Peristiwa tahun 1866-1895[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan penculikan, pembunuhan
dan perampokan terhadap warga pesisir pantai Korea.

Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan serangan terhadap Korea
dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut Sinmiyangyo

Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti Qing pada Perang Sino
Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka pelabuhannya pada tahun 1876.

Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang [3]

Kekaisaran Han Raya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kekaisaran Han Raya
Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya dengan Kaisar
Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905 secara efektif Korea sudah berada dalam
wilayah prektorat Jepang dengan paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari Raja
Gojong.

Penjajahan Jepang[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penjajahan Jepang atas Korea
Pada tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea.
Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak
menyetujui perjanjian yang tidak disahkan oleh Raja Gojong tersebut.
Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal Korea sampai tahun 1945
ketika Jepang menyerah kepada tentara sekutu.

Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah negeri oleh pemerintahan kolonial
Jepang dan mengarah pada eksploitasi rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat
Korea dari modernisasi ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan kepentingan dan
perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang atas Korea:

Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya ke Jepang yang
menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.

Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajak

Kerja paksa membangun jalan dan pertambangan

Perbudakan seks terhadap wanita Korea

Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa

[18]

Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni oleh matamata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai di seluruh negeri pada tanggal 1
Maret 1919, peristiwa ini disebut Pergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang
membunuh hampir 7000 orang Korea.[19]
Setidaknya 2 juta orang ikut ambil bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500
ribu orang). Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara Jepang, termasuk sebuah desa
bernama Jeamri yang seluruh penduduknya dibinasakan oleh Jepang karena mendukung
perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1 Maret ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika
Serikat, Woodrow Wilson yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.
Pemerintahan Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah
terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea. Pemerintahan
provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari rakyat Korea dari tahun 1919 sampai 1948.
Sentimen anti Jepang di Korea terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa di seluruh
Korea pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan militer tahun 1931.
Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran dalam bahasa Korea. Sekolah
juga dilarang untuk mengajarkan murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa
untuk mengadopsi nama orang Jepang [20] Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga Korea yang
dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang [21]

Pemecahan Korea[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembagian Korea
Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak kemenangan Blok
Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan Jepang atas Korea. Di dalam
sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni
Soviet setuju untuk sementara menduduki negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona
pengawasan yang didemarkasi pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah
untuk mendirikan pemerintah sementara Korea yang akan menjadi "bebas dan merdeka pada
waktunya."[22] Meskipun pemilihan umum dijadwalkan, dua adidaya mendukung dari belakang para
pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah didirikan, masing-masing
mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.

Lihat Sejarah Korea Utara and Sejarah Korea Selatan setelah berakhirnya masa perang.

Anda mungkin juga menyukai