Hyangga
Hyangga adalah jenis syair yang ditulis dalam aksara Tionghoa dengan sistem
idu. Hyangga yang merupakan karya sastra Silla dicirikan dengan batasan-batasan
formal yang bisa tersusun atas atas 4, 8, atau 10 bait. Syair 10 bait paling digemari,
dengan struktur 4-4-2. Tema hyangga sebagian besar adalah mengenai Buddhisme.
Hyangga adalah puisi-puisi yang ditulis dalam sistem penulisan asli, ditulis pada
tiga negara, silla bersatu, dan periode awal goryeo dalam sejarah korea. Hanya
sebagian kecil yang tersisa. Total jumlahnya berkisar antara 25 dan 27, tergantung
pada hyangga tertentu yang dianggap asli atau tidak. Nama hyangga didapatkan dari
huruf desa atau desa kecil, (digunakan oleh orang silla untuk menggambarkan
bangsa mereka) dan huruf lagu. Puisi2 ini kadang disebut juga lagu silla.
Hyangga merupakan sastra Korea klasik jenis puisi yang unik. Ditulis ulang
kebahasa Cina dengan sistem fonetik yang disebut hyangchal, mirip dengan
Manyeosheu (c. 759). Hyangga awal dipercaya ditulis dalam periode goryeo, karena
gaya penulisan ini mulai hilang. Contoh dari Hyangga terdiri dari 25, 14 dalam buku
memorabilia and Mirabilia of the Three Kongdoms (sangug Yusa, 1285) dan 11 pada
buku Life of the Great Master Kyunyeo (Gyunyeojeon. Wihong, suami ratu jinseong
dari silla,) dan biksu taegu hwasong menyusun buku tentang hyangga. Jenis syair
yang ditulis dalam aksara tionghoa dengan sistem idu. 20 dari 25 Hyangga berisi
tentang ajaran Buddha, merefleksikan kehidupan masa kerajaan Silla dan Goryeo
yang pada saat itu sedang dipengaruhi oleh Buddha.Hyangga masih mengikuti aturan/
bentuk formal dan biasanya tersusun atas 4, 8 dan 10 bari Puisi dengan 10 baris
adalah yang paling berkembang, dibentuk menjadi tiga bagian dengan 4, 4, dan dua
baris bergantian. Kebanyakan puisi sepuluh baris ditulis oleh pendeta budha,
sehingga tema tema tentang agama budha mendiminasi puisi jenis ini. Biasanya
berbentuk balada dan berisi tentang kesadaran kehidupan beragama dan bangsawanbangsawan. Tema lain yang dominan adalah kematian. Banyak diantara puisi ini
adalah puji-pujian bagi pendeta, ksatria, dan anggita keluarga, contohnya kepada
saudara perempuan. Periode silla khusunya sebelum penyatuan pada 6698 adalah saat
saat perang dan hyangga menceritakan kesedihan dan duka bagi yang meninggal,
sedangkan agama budha memberikan penjelasan tentang kemana mereka pergi dan
kehidupan
sesudah
mati.
Hyangga yang umum adalah Ode untuk kehidupan abadi, atau mungkin
ode untuk surga. Puisi ini adalah lagu yang memanggil bulan untuk menyatakan
doa untuk surga barat, rumah Amita (atau amitabha surga barat budha). Penulis
puisi ini masih belum jelas, ada yang mengatakan bahwa penulisnya adalah seorang
biksu bernama Gwangdeok, atau sumber lain mengatakan bahwa penulisnya adalah
istri sang pendeta. Meskipun demikian Hyangga sebagian besar ditulis oleh prajurit.
Goryeo gayo
Pada zaman Dinasti Goryeo, muncul jenis seni sastra yang lebih populer,
yakni Goryeo Gayo atau Lagu Goryeo. Goryeo gayo mempunyai bentuk khusus
yakni byeolgok.
Goryeo
gayo
dibagi
dalam
dua
jenis
yakni dallyeonche dan yeonjanche. Dallyeonche tersusun atas satu bait sementara
yeonjanche tersusun atas banyak bait. Tema-tema Goryeo gayo umumnya
menceritakan tentang kehidupan manusia dan keindahan alam. Salah satu syair yang
terkenal adalah Gwandong byeolgok (byeolgok pesisir timur) yang menceritakan
keindahan pantai di laut timur Gangwon.
Merupakan contoh puisi Korea jaman pertengahan yang memiliki ciri
pengulangan refren yang menunjukan asal musik tradisional dan transmisi oral
mereka. Biasanya dinyanyikan dengan diiringi musik terutama suara drum dan oleh
penyanyi perempuan yang diberi nama kisaeng. Jeong Cheol, seorang penyair pada
abad 16, dikenal sebagai orang yang menyempurnakan bentuk puisi ini, yang terdiri
atas baris paralel, tiap barisnya terbagi menjadi dua atau empat unit suku kata. Goreo
Gayo muncul setelah hilangnya Hyangga pada dinasti Goryeo. Merupakan jenis
sastra lisan yang dinyanyikan tetapi pada dinasti choson ini direkam dan ditulis ke
naskah yang berbahasa Korea. Lebih bebas dan tidak terikat oleh aturan formal (puisi
bebas). Biasanya berisi realitas kehidupan dalam cinta, kehidupan sehari hari dan
keindahan
alam.
Sijo
Sijo berkembang pada zaman Joseon dan menjadi sangat digemari kalangan
masyarakat umum. Sijo merefleksikan pemikiran Konfusianisme dan tema mengenai
kesetiaan. Sijo mempunyai komposisi 3 bait dengan masing-masing bait terdiri atas 4
baris
kalimat.Merupakan
karya
sederhana
namun
artistik
Sijo ditulis menggunakan bahasa asli Korea bukan dengan aksara Cina. Sijo
terdiri dari 3 bait dengan masing-masing bait terdiri atas 4 kalimat. Tiga baris dengan
14-16 suku kata, total dalam sebuah sijo, 44-46 (tema (3, 4, 4, 4); pengembangan (3,
4, 4, 4), balasan untuk tema, (3,5) dan pelengkap (4,3). Sijo bisa dalam bentuk naratif
atau tematik dan memperkenalkan situasi pada baris 1, perkembangan pada baris 2,
dan kseimpulan dan akhir yang berbeda pada baris ke 3. Setengah pertama baris
terakhir menunjukkan twist/ pemelintiran/ akhir yang berbeda; makna, suara, dan
hal lain yang mengejutkan. Sijo sering sangat liris dan bersifat pribadi dibanding
bentuk puisi asia timur lain, namun kesimpulan dari sijo sering epigramatis atau
mengejutkan
Beberapa penyair Sijo yang terkenal antara lain Hwang Chin-i (c. 1506-1544)
dan Cheong Cheol (1537-1594).Sijo merupakan bentuk puisi yang paling populer
dari Korea, digemari oleh kaum bangsawan sampai rakyat jelata diekspersikan
dengan unsur unsur dari alam. Lalu semakin lama sijo dimasukan unsur satir dan
humor
Gasa
berisi
kritikan
dan
sindiran.
Gasa juga muncul dan berkembang pesat pada zaman Joseon, terutama pada
kalangan bangsawan. Gasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi
perasaan, keindahan alam, cinta dan kehidupan manusia.
Panjangnya Gasa bervariasi tetapi cenderung panjang. Dan cenderung beisi
deskripsi dan eksposisi, begitu juga liris. Bentuk Kasa merupakan bentuk bait yang
sederhana, dengan tiga bait yang memiliki 3 hingga 4 suku kata per baitnya yang
diulang empat kali. Karena sifat isinya yang berbeda-beda, ada beberapa yang melihat
Kasa sebagai semacam esai, seperti dalam periode awal Joseon misalnya, Kasa
seperti Chong Kuk-in's Sangch'un-gok (Tune in Praise of Spring), Song Sun's
Myonangjongga (Song of Myonangjong Pavilion), dan Chong Ch'iol's Kwandong
pyolgok (Song of Kwandong), Samiin-gok (Song in Recollections of a Beautiful
Woman) dan Songsan pyolgok (Song of Mt. Songsan), dan lain sebagainya.
Kasa muncul sebagai genre baru pada pertengahan abad ke15 bentuknya lalu
disempurnakan oleh beberapa ahli yaitu Cheong Cheol (1537-1594) dan Heo
Hanseorheon
(1563-1585).
Kasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi perasaan, keindahan alam,
cinta pria wanita (kesetiaan), kehidupan manusia, hubungan manusia dengan alam,
dan pencerahan rohani. Merupakan transisi dari puisi ke Prosa puisi. Tidak terbatas
ekspresi individual tertapi mencakup nasihat moral. Selain itu terdapat naebang kasa
(kasa of the women's quarters) yang ditulis oleh perempuan. Kasa ini mendapatkan
popularitas luas. Secara khusus, kasa pada periode terakhir mengalami perubahan
bentuk,
menjadi
lebih
panjang
dan
membosankan.
SASTRA MODERN
Periode sastra klasik berakhir pada saat runtuhnya Dinasti Joseon dan zaman
sastra moderen dimulai. Periode ini disebut Gaehwa gyemong (Pencerahan) dimana
setelah setelah peristiwa Reformasi Gabo pada tahun 1894, bermunculan sekolah-
sekolah barat dan media cetak yang menerbitkan karya sastra yang lebih bebas dan
tidak terikat aturan seperti karya sastra klasik. Genre puisi baru dinamakan sinchesi
dan gaya puisi bebas dinamakan jayusi.
Awal perkembangan sastra moderen erat kaitannya dengan pengaruh doktrin
dari barat dan agama Kristen akibat meningkatnya kontak dagang dan ekonomi.
Sastra
moderen
menjadi
semakin
pesat
semenjak meluasnya
penggunaan
aksara hangeul. Hangeul sangat bermanfaat meningkatkan melek huruf rakyat. Genre
novel baru (sinsoseol) ditulis dalam aksara hangeul menikmati kepopulerannya pada
masa itu.
Sastra Korea mengalami tekanan besar pada zaman Penjajahan Jepang (19101945) karena segala aspek budaya dan seni Korea ditekan dan diberangus. Ekspresi
dan tema tentang rasa percaya diri dan kebebasan tidak lagi berlaku seperti
sebelumnya. Sastra Korea pada saat itu mencari bentuk baru untuk beradaptasi
dengan tema pencarian jati diri dan kenyataan konkrit. Tema karya sastra tahun 1920an umumnya menceritakan tentang penderitaan rakyat jelata yang memilukan.
Sampai pada tahun 1980-an, sastra Korea tidak banyak dikenal di luar negeri.
Antologi karya sastra Korea yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris
adalah Flowers of Firepada tahun 1986.
C. CIRI CIRI
Dalam bahasa Indonesia khususnya bunyi vokal hanya di kenal a, e, i, o dan u.
Akan tetapi dalam bahasa korea ada 9 bunyi vocal yang berdiri sendiri seperti [a],
[eo], [o], [u], [eu], [i], [ae], [e], dan [oe]. Jadi dalam
penelitian orkestrasi bunyinya bunyi vokal yang ditemukan dalam huruf Korea akan
dikelompokkan dengan bunyi vokal yang mendekati dengan bunyi dalam bahasa
Indonesia. Struktur kalimat yang digunakan ialah berupa Subject + Objek + Verb.
3. Kim Myungmi
Lahir pada tanggal 6 Desember 1957 dan merupakan sastrawan KoreaAmerika yang mengacu pada karya postmodern. Kim sendiri dan keluarganya pindah
ke Amerika setelah Perang Korea saat dia berusia 9 tahun. Ia merupakan lulusan
Mater of Fine Arts dari Universitas Iowa. Ia pernah mengajar mata kuliah menulis
kreatif di San Fransisco State University dan saat ini Kim merupakan professor
Bahasa Inggris di sebuah universitas di Buffalo. Beberapa karyanya antara
lain
: Under
Bounty (1996), Dura (1999), Spelt (2000), Commons (2002), dan sebagainya.
4. Yi Hayun (1906-1974)
Yi lahir di Icheon Propinsi Kangwon dan menuntut ilmu di jurusan Sastra
Inggris Universitas Politik Ekonomi Tokyo. Sebagai anggota aktif The Overseas
Literature, Yi memberikan kontibusinya dalam memperkenalkan karya sastra dunia
yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Korea. Bersama Park Yongcheol ia
menjadi asisten editor The Poetry Literature di tahun 1930 dan The Literary
Monthly di tahun 1931. Dia juga mengajar di beberapa universitas salah satunya
adalah Seoul National University. Beberapa karyanya antara lain : A Water
Mill (1939), An Anthology of Modern Lyric Poems (1939), dan Selection of French
Poems (1948). Berikut ini adalah contoh karyanya yang telah diterjemahkan dalam
bahasa Inggris :
A Water Mill
I drop my memory-petals one by one
Into the scoops of the turning wheel;
I see my memory burst into blossom
As each scoop empties itself
While the wheel groans as it turns
5. Yu Chihwan (1908-1967)
Yu Chihwan lahir di Chungmu Propinsi Kyongsang selatan. Ia merupakan
lulusan
universitas
Yonsei.
Karya-karya
sastranya
memiliki
warna
yang
7. Yi Sang (1910-1938)
Yi yang bernama asli Kim Haegyeong lahir di Seoul dan belajar arsitektur di
SMA. Akan tetapi ia kemudian memutuskan untuk keluar dari dunia arsitektur dan
mulai menulis. Berikut beberapa karyanya A Crows-eye-view (1934) dan The
Complete Works of Yi Sang. Berikut ini adalah contoh karya Yi Sang yang
diterjemahkan dalam bahasa Inggris :
A Flower Tree
In the midst of wilderness stands a flower tree,
no other tree near it. It blossoms in passion as
much as it yearns for its companion somewhere.
Yet it cannot near its fellow tree it is so much
in love with. I run away toward another tree
as if I were the very flower tree.
8. Kim Suyong (1921-1968)
Kim Suyong lahir di Seoul dan kemudian belajar Bahasa Inggris di
Universitas Yonsei. Kariernya dalam dunia literatur dimulai melalui The New City
and Citizens Chorus, sebuah buku kumpulan puisi kolaborasi Park Inhwan dan Kim
Kyeongnim. Kim juga memiliki buku kumpulan puisiThe Game on the Moon (1959).
Sunggyungwan.
Puisi
pertamanya
diterbitkan
dalam Hyondae
Munhak pada tahun 1958. Beberapa karyanya yang lain adalah An Inland
Trip (1960), The Pagoda Park (1966), A Lyric (1970), A Festival for Peach
Blossoms (1982), dan For the Outside World (1985). Berikut adalah contoh karya
Song yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris :
Tea at Dawn
Between dark and light
I make tea
Dawns gate fastened
For a cupful of water
Night gives us rain
Fog clears from the way
Out of mire of dreams
Life brightens at dawn
I rise only to sit again
The shadow that darkens
My empty tea cup
Startles me into hiding behind the door
antara
lain A
Certain
Clear
Falling
in
the
South (1975), When I See a Wheel I Want to Roll It (1978), Wind Burial (1984),
dan Who Is Afraid of Alligators (1986).
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Korea
http://kodokgembul.blogspot.com/2011/03/catatan-singkat-beberapasastrawan.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ciri%20khusus%20sastra
%20korea&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CDwQFjAE&url=h
ttp%3A%2F%2Fetd.ugm.ac.id%2Findex.php%3Fmod%3Ddownload%26sub
%3DDownloadFile%26act%3Dview%26typ%3Dhtml%26file
%3D282846.pdf%26ftyp%3Dpotongan%26tahun%3D2014%26potongan
%3DS1-2014-282846chapter1.pdf&ei=J6gdVb2aN5CNuATau4DYDg&usg=AFQjCNGAGudAAnqmJrNj4JA78Pm7EVs6Q&bvm=bv.89744112,d.c2E