Anda di halaman 1dari 3

Rasa untuk Hati yang salah

Judul
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Jumlah Halaman

: Paris Je taime Korea


: Lee Young Hee & Floria Airin
: Wahyu Media
: 2013
: 402 Halaman

Cinta sanggup tumbuh di hati siapa saja, bahkan terhadap orang yang
salah sekalipun. Ia tak pernah memandang apa, kenapa terlebih siapa, tapi
bagaimana cinta itu merasuk ke dalam setiap belahan hati manusia, merambat
dalam celah kekosongan dan meresapi apa pun yang dilaluinya. Cinta memang
tak mampu disesali, dibuang ataupun dilupakan, entah bagaimana pun ia
menyalurkan perih, menghancurkan setiap jengkal perasaan medianya
berkembang, tapi tetap saja cinta bangkit dengan apa adanya. Cinta memang
indah dan luar biasa, setidaknya hal itu yang dirasahkan Hwan-Hui dan Ji-Hwan.
Mereka dipertemukan oleh cinta pada jarak dan waktu yang sangat berlawanan.
Paris dan Korea seolah menyatu untuk menyediakan cinta bagi mereka.
Novel Paris je taime Korea yang mengambil tema Korean story ini
menyediakan sebuah cerita cinta dengan konflik yang cukup rumit. Tidak hanya
merasakan manisnya cinta, pembaca juga akan dibawa menjelajahi perasaan di
mana rasa sakit, hancur, kehilangan, marah, semuanya hanya akan menjadi tak
mampu berbuat apa-apa. Penulis tak tanggung-tanggung dalam memberikan
ujian kepada para tokoh dalam cerita. Itulah cinta, walaupun manis, tetapi
kekuatannya mampu membawa cahaya-cahaya gelap merasukinya. Manis hanya
akan menjadi pelengkap, tetapi makna sesungguhnya dari novel ini adalah

kebersamaan bukan berarti memiliki semuanya. Novel ini dikarang dan ditulis
oleh Kim Young Hee dan Floria Airin yang berkebangsaan asli Indonesia.
Walaupun nama pena mereka belum cukup terkenal di kalangan penikmat novel
nusantara, tetapi kedua penulis merupakan orang-orang yang cukup
berpengalaman dalam menulis apalagi mengenai dunia fanfiction. Karya-karya
mereka sangatlah digemari oleh para kpopers (sebutan untuk pecinta korea),
karena bahasanya yang indah namun dapat membawa pembaca terbang.
Novel Paris je taime Korea ini sangat menarik karena berlatarkan Paris
dan Korea. Hwan Hui dan Ji Hwan adalah sepasang insan yang memiliki
kehidupan berbeda di Paris dan Korea. Hwan Hui hanya memiliki Ibunya Choi
Min Na seorang desainer yang sangat menyayangi putrinya. Hwan Hui sangat
membenci ayahnya, karena itulah Hwan Hui sangat sangat membenci kaum pria.
Sedangkan Ji Hwan hanya memiliki ayahnya Jo Hwan Gi, seorang Ayah yang
keras, tidak pengertian dan kurang kasih sayang kepada anaknya. Ibunya?
Keberadaannya entah di mana. Ayah dengan perusahaan yang terancam
bangkrut membuat kehidupan Ji Hwan menjadi lebih rumit. Berpindah-pindah
rumah dan sekolah pun harus diterimanya untuk menghindari para penagih
hutang.
Nah, kalian tahu apa persamaan diantara keduanya? Mereka samasama memiliki kehidupan keluarga yang tidak lengkap.
Takdir, semuanya berawal dari takdir. Pertemuan antara Hwan-Hui dan
Ji-Hwan, Paris dan Korea semuanya adalah takdir. Sekeras apapun manusia
mencegahnya, takdirlah yang akan membuat keadaan menjadi cerita yang
berbeda. Tuhan telah memasangkan manusia pada takdirnya masing-masing.
Tak peduli sejauh apa, selama apa, bahkan seperti apa, takdir selalu punya cara
untuk menyelesaikannya. Ketika sepasang insan itu dipertemukan, ikatan batin
membuat mereka merasakan perasaan yang tak pernah rasakan, bahkan tak
seharusnya mereka rasakan, CINTA. Cinta memang tidak datang secara tibatiba. Ia selalu ada di setiap hati manusia seperti bunga kuncup. Hanya orang
yang tepatlah dapat menyentuh dan membuatnya merekah seperti bunga di
musim semi. Manisnya cinta dan indahnya kenangan itulah yang telah mereka
rasakan di novel ini.
Selain itu, hal yang sangat menarik dari novel ini adalah latar belakang
dan kebudayaan yang ada di dalamnya. Paris dan Korea, 2 negara yang menjadi
idaman tersendiri, khususnya wanita. Novel ini dilengkapi dengan bahasabahasa dari kedua negara dan tentu saja tempat-tempat yang mungkin belum
pernah pembaca dengar sebelumnya. Dengan 2 perbedaan tempat dan
kebudayaan ini, pembaca dapat membayangkan bagaimana jika cerita ini terjadi
di kisah nyata. Di bawah menara Eiffel, di bentangkan sungai Han. Menarik
bukan?

Senja mengamit kalbu cinta dari kaki langit, mengingatkan satu hal
apa itu sebuah perasaan. Kebahagiaan terbentang kala awan awan

menghambur di perkamen jingga, membisu dalam kenangan kenangan


manis yang tercipta. Tapi sejujurnya, di balik indahnya ada rahasia yang
tersembunyi
Namun tentu saja, cinta tak akan selalu MANIS! Takdir terus saja berkata
lain, Novel ini tidak akan membiarkan pembaca terhanyut lebih lama dalam suatu
kejadian. Kejadian-kejadian lain akan terus bermunculan dan mengakibatkan
perasaan menjadi berkecamuk. Memikirkan hal-hal yang terjadi di masa lalu dan
terus berhubungan di masa yang akan datang. Seperti rasa terbelenggu tokoh
utama di bawah bayang-bayang orang tuanya. Bayang-bayang takdir yang
nantinya akan memisahkan cinta mereka untuk selamanya. Bayang-bayang yang
tak akan sanggup mereka lawan sekuat apapun mereka mencoba. Walaupun
keduanya bertindak di luar nalar, melewati beberapa benua dan samudra untuk
mempersatukan cinta. Tapi takdir membawa kenyataan lama kembali terungkap.
Kenyataan yang akan menelan hati suci setiap manusia tak berdosa menjadi
korbannya. Kata yang pahit untuk sebuah cinta. Takdir yang tak sesuai arti cinta
Dengan berbagai kelebihan-kelebihan novel yang akan membuat pembaca
penasaran, novel ini juga memiliki beberapa kelemahan. Novel ini juga ditulis
oleh manusia, makhluk yang tak sempurna. Untuk itu, kelemahan-kelemahan ini
hanya akan menjadi tolak ukur dan juga sebagai pembelajaran untuk semua pihak.
Banyaknya konflik dalam cerita mengakibatkan alur cerita dalam novel ini
menjadi terlalu cepat. Suatu konflik kadang akan membuat pembaca bingung
bagaimana proses terjadi dan bagaimana cara mengakhiri.Selain itu terdapat
beberapa kesalahan dalam penggunaan kata sapaan dalam bahasa Korea. Nah, di
Korea, untuk memanggil seseorang yang baru kita kenal harusnya digunakan
akhiran ssi yang artinya lebih hormat. Sedangkan akhiran ah dan ya HANYA
digunakan kepada orang yang benar-benar dekat atau akrab dengan anda.
Setelah membaca novel ini, kita bisa memahami bahwa cinta itu tidak akan
pernah salah, hanya saja kitalah yang memberikan cinta itu kepada orang yang
salah.Bersedih dengan orang yang tepat juga terkadang akan jauh lebih baik
dibandingkan berbahagia dengan orang yang salah. Cinta memang indah dan
penuh kenangan. Ia mampu hadir di hati siapa saja. Tapi benarkah harus pada
hati yang salah? Karena cinta adalah anugerah Tuhan, ini bukanlah sebuah
pembodohan cinta, tetapi tentang bagaimana kau mencintai seseorang yang tak
akan pernah bisa kau miliki. Jadi, apakah hati yang salah akan tetap bersatu
dalam cinta mereka? Atau hanya akan menerima akhir yang berbeda?

Setiap cerita punya akhirnya masing-masing

Nur Azizah
Novitami W
XI IPA 1

Anda mungkin juga menyukai