oleh
Riesti Fadryona
1006700375
Abstract
Makalah ini mengupas pembentukan onomatope dari suara yang
dihasilkan manusia dalam bahasa Mandarin. Tidak semua suara yang
dihasilkan manusia merupakan alat komunikasi di antara penuturnya.
Namun, seiring dengan perkembangan bahasa tulis, bunyi-bunyi seperti
suara dengkur, bersin, dan suara tangis, dianggap perlu untuk diwujudkan
dalam bentuk sistem tulisan. Bahasa Mandarin sendiri memiliki sistem
tulisan yang berbeda dengan bahasa lainnya, yaitu penggunaan aksara
Han sebagai visualisasi. Dari sumber data yang digunakan dalam studi
kasus makalah ini, terdapat kesamaan pola dalam pembentukan tiruan
suara yang dihasilkan manusia pada bahasa Mandarin.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang telah dipakai oleh anggota
masyarakat tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Kridalaksana 2005:3—6 seperti dikutip Sutami
2005:3). Sebagai sistem tanda bunyi, bahasa memiliki dua komponen
yaitu komponen yang mewakili bunyi dan yang mewakili makna. Bahasa
ditunjukkan lewat bunyi, atau dalam kata lain, bunyi bermakna yang
diujarkan oleh manusia adalah bahasa. Bunyi bahasa ini kemudian
diwujudkan ke dalam aksara atau tulisan. Aksara merupakan sistem tanda
grafis yang mewakili ujaran. Aksara terdiri dari unsur huruf dan karakter
(Sutami 2005: 2—3).
Bahasa Mandarin berawal dari bahasa Cina kuno yang diduga
telah ada sejak kurang lebih 6000 tahun (Ann 1987) lalu melalui
penemuan inskripsi tulang hewan dan tempurung kura-kura yang disebut
jiaguwen 甲 骨 文 dan berasal dari masa Dinasti Shang sekitar tahun
1700/1100 SM, yang pada saat itu kebanyakan masih berupa garis-garis
lurus yang menyimbolkan sebuah gagasan. Tulisan Cina yang dikenal
dengan 汉 字 Han Zi atau karakter Han ini sendiri telah diciptakan sejak
zaman Kaisar Huang pada abad 26 SM. Namun, pada saat itu belum ada
standar khusus yang mengatur bentuk karakter Han di Cina sehingga tiap-
tiap tempat dapat memiliki aksaranya sendiri. Barulah pada masa Kaisar
1
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
Qin Shi Huang dari Dinasti Qin (221-207 SM) dilakukan pembakuan
bentuk karakter Han.
Dari awal mula penciptaan karakter Han, terdapat dua jenis
karakter, yaitu piktogram dan ideogram. Piktogram berarti karakter yang
tercipta melalui tiruan dari benda konkret, sedangkan ideogram
menggambarkan ide dari benda-benda abstrak. Pada saat ini, karakter
Han yang digunakan di Cina telah melalui pelbagai tahapan perubahan
dan penyederhanaan hingga menjadi jenis karakter yang ditemui saat ini
adalah karakter yang sudah mapan atau dalam bahasa Mandarin disebut
楷书 kaishu (Ann 1987).
Dalam Bahasa Mandarin, hubungan antara karakter dan bunyi tidak
seperti bahasa latin yang ditunjukkan dalam hurufnya. Karakter Han tidak
menggambarkan gagasan yang dikandung, karena karakter Han dalam
bahasa Cina tidak mewakili ujaran atau bunyi bahasa. Misalnya, karakter
水 shui [ʂuei] merupakan visualisasi gagasan tentang air dalam Bahasa
Mandarin, tetapi tidak ada komponen dari 水 yang mewakili bunyi [ʂuei].
Dalam sejarahnya, terdapat enam cara untuk mengklasifikasikan
karakter Han, yakni (1) karakter piktografik; (2) karakter yang strukturnya
membawa gagasan; (3) karakter yang komponennya dikombinasikan
sehingga membentuk gagasan lain; (4) tiruan suara atau piktofonetik; (5)
karakter yang dapat saling dipertukarkan karena bentuk, makna, dan/atau
pelafalan yang sama; (6) karakter yang maknanya diturunkan dari karakter
lain (Ann:1987).
Bagaimana dengan onomatope dalam Bahasa Mandarin? Dalam
sebuah artikel dari situs Latest Science, sebagian besar dari onomatope
Mandarin dikatakan memiliki karakteristik yang kuat dari peniruan
suara. Namun, mengikuti perkembangan leksikologi Cina, banyak dari
onomatope telah melalui transformasi semantik dan fonetik. Melalui
onomatope, para penutur Bahasa Mandarin dapat berbicara dan menulis
dengan lebih jelas tentang hal-hal, orang, dan fenomena alam
dibandingkan dengan sekadar menggunakan kata keterangan karena
onomatope adalah deskripsi langsung dari bunyi. Kalimat yang
mengandung onomatope cenderung lebih retoris.
Dalam penelitian sebelumnya, Cheryl Rosa (2008) dan Siti Atikah
Imaduddin (2009) menemukan bahwa onomatope bunyi binatang yang
divisualisasikan oleh karakter Han terbentuk dari gabungan komponen
radikal dan komponen fonetik. Komponen radikal merupakan pemberi
makna, sedangkan komponen fonetik adalah pemberi bunyi. Selain itu,
juga digunakan metode peminjaman karakter Han yang sudah ada
sebelumnya yang memiliki kesamaan bunyi dengan bunyi binatang yang
hendak direpresentasikan. Sebagian besar onomatope binatang memakai
komponen pemberi makna dari radikal ‘mulut’ ( 口 kou) dengan artian
bahwa bunyi karakter ini dikeluarkan oleh alat bicara mulut. Namun,
sebagian kecil onomatope binatang ada juga yang terbentuk dari radikal
lain (Imaduddin:2009). Penelitian ini diperkuat pula oleh tulisan dari
Matthew Moore, alumnus University of California San Diego dengan minor
studi Cina, yang mengatakan bahwa karakter onomatope dalam Bahasa
Mandarin secara umum dapat dengan mudah diidentifikasi lewat ‘radikal’
mulut di sebelah kiri (Moore 2012).
Demikian halnya untuk onomatope suara manusia, saya hanya
dapat menemukan sedikit sekali onomatope yang terbentuk dari radikal
selain ‘mulut’ ( 口 kou [k’ou]). Makalah ini secara khusus mengupas
pembentukan onomatope suara manusia yang terdapat dalam Pleco
Chinese Dictionary dan mengacu pada klasifikasi karakter Han, dengan
harapan akan menemukan pola pembentukan yang mungkin seragam
dengan onomatope binatang. Suara manusia yang akan saya teliti dalam
skripsi mini ini meliputi tiruan suara yang dihasilkan manusia dalam
Bahasa Mandarin modern di antaranya suara bersin, suara tawa, dan
suara komat-kamit.
1.2 Permasalahan
Makalah ini membatasi masalah pada
1. apakah onomatope suara manusia dalam Bahasa Mandarin murni
merupakan tiruan dari suara yang dihasilkan?;
2. dari keenam cara pembentukan karakter Han, manakah pola yang
paling banyak dipakai dalam membentuk kata onomatope suara yang
dihasilkan manusia?
2. Landasan Teori
2.1 Teori Linguistik Bahasa Mandarin
Penelitian terhadap linguistik bahasa Mandarin dipelopori oleh Xu
Shen sekitar tahun 25-220 M dengan hasil penelitiannya yang berupa
kamus Shuo Wen Jie Zi ‘Penjelasan Karakter Tunggal dan Analisis
Karakter Majemuk’ pada tahun 100 M. Xu Shen berpendapat bahwa
setiap karakter dalam bahasa Mandarin membawa tiga komponen
pembentuk, yakni bentuk, makna, dan ton atau nada. Menurut
penelitiannya pula, ada enam cara menciptakan karakter yang disebut
dengan “Enam Karakter” (六书 Liu Shu). Keenam cara ini terdiri atas
1. piktogram, diciptakan dengan meniru benda konkret;
2. ideogram, diciptakan dengan menuangkan gagasan abstrak;
3. gabungan makna, diciptakan dengan menggabungkan dua atau tiga
karakter yang memiliki makna sendiri untuk menjadi karakter baru yang
merupakan gabungan makna dari karakter asalnya;
4. paduan gambar dan bunyi, diciptakan melalui penggabungan
komponen pemberi makna dengan komponen pemberi bunyi. Komponen
pemberi makna dikenal dengan ‘radikal’ atau karakter dasar;
5. arti yang mirip, merupakan penciptaan karakter dengan cara meminjam
‘radikal’ karakter lain sehingga didapat karakter baru;
6. pinjaman, diciptakan dengan meminjam satu karakter yang sudah ada
untuk memberi gagasan yang belum memiliki karakter yang sejalan
dengan karakter yang dipinjam tersebut (Sutami 2010).
3. Analisis Data
3.1 Analisis Data Onomatope yang Makna Komponen Pembentuknya
Tidak Berhubungan dengan Makna dari Bunyi yang Ditirukan
a. Suara tangisan:
唉(interjeksi) āi [ai]
Bunyi āi yang disimbolkan dengan karakter 唉 tidak memiliki makna
leksikal dalam bahasa Mandarin, ia hanya berfungsi sebagai interjeksi
yang memiliki fungsi retoris yang menyatakan keluhan. Karakter yang
mirip dengan karakter ini yakni 挨 ái yang memiliki makna “menderita”.
Namun, karena komponen pemberi maknanya adalah radikal 口 maka kita
tidak dapat menghubungan kemiripan makna kedua karakter tersebut.
b. Suara orang meminum air:
咯(fonetik) gē [kɤ]
Selain karena adanya ‘radikal’ kou 口 ‘mulut’, tidak ada komponen
lain yang mendeskripsikan bahwa onomatope ini merupakan tiruan bunyi
dari suara orang meminum air. Namun, kalau kita melihat dari komponen
pemberi bunyi yakni karakter 各 gè dan transkripsi fonetiknya [kɤ], barulah
kita dapat menyadari onomatope ini bermaksud menirukan suara manusia
yang menelan air lewat tenggorokannya.
c. Suara ciuman:
么(kata sisipan untuk membentuk kata tanya) me [mɤ]
Karakter 么 jika berdiri sendiri tidak memiliki makna leksikal dalam
bahasa Mandarin, hanya jika karakter ini mengalami reduplikasi AA, ia
kemudian disepakati mendeskripsikan tiruan dari suara dua orang
manusia berciuman.
d. Suara detak jantung:
突 ‘berlari; tiba-tiba’ tū [t’u]
Karakter 突 tidak memiliki hubungan makna dengan suara detak
jantung, namun reduplikasi dari karakter ini dianggap dapat
merepresentasikan tiruan suara detak jantung yang berulang-ulang.
e. Suara langkah kaki:
橐 ‘karung goni’ tuó [t’uo]
Reduplikasi AA dari karakter 橐 walaupun tidak memiliki makna
harfiah ‘langkah kaki’ namun bunyi tuó juga telah disepakati dalam bahasa
Mandarin sebagai tiruan suara langkah kaki manusia.
f. Suara orang tidur mengorok:
呼 ‘memanggil; menyapa’ hū [xu]
噜 ‘omelan’ lu [lu]
Makna masing-masing karakter pembentuk bunyi ‘hūlu’ sebenarnya
tidaklah berhubungan dengan makna dari tiruan suara yang diwakilinya
yakni suara dengkuran manusia. Komponen pemberi bunyi dari kedua
karakter ini yakni 乎 hū yang berfungsi sebagai sufiks dalam bahasa
Mandarin dan 鲁 lŭ yang maknanya ‘bodoh; gegabah; kasar’.
Sumber Data
Pleco Chinese Dictionary version 2.3.14. 25 Juli 2012. ©Pleco Software
Incorporated.