Anda di halaman 1dari 10

Pembentukan Kata Tiruan Suara (Onomatope) Manusia

dalam Bahasa Mandarin1

oleh
Riesti Fadryona
1006700375

Abstract
Makalah ini mengupas pembentukan onomatope dari suara yang
dihasilkan manusia dalam bahasa Mandarin. Tidak semua suara yang
dihasilkan manusia merupakan alat komunikasi di antara penuturnya.
Namun, seiring dengan perkembangan bahasa tulis, bunyi-bunyi seperti
suara dengkur, bersin, dan suara tangis, dianggap perlu untuk diwujudkan
dalam bentuk sistem tulisan. Bahasa Mandarin sendiri memiliki sistem
tulisan yang berbeda dengan bahasa lainnya, yaitu penggunaan aksara
Han sebagai visualisasi. Dari sumber data yang digunakan dalam studi
kasus makalah ini, terdapat kesamaan pola dalam pembentukan tiruan
suara yang dihasilkan manusia pada bahasa Mandarin.

Kata kunci: Onomatope, Bahasa Mandarin, Aksara Han

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang telah dipakai oleh anggota
masyarakat tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Kridalaksana 2005:3—6 seperti dikutip Sutami
2005:3). Sebagai sistem tanda bunyi, bahasa memiliki dua komponen
yaitu komponen yang mewakili bunyi dan yang mewakili makna. Bahasa
ditunjukkan lewat bunyi, atau dalam kata lain, bunyi bermakna yang
diujarkan oleh manusia adalah bahasa. Bunyi bahasa ini kemudian
diwujudkan ke dalam aksara atau tulisan. Aksara merupakan sistem tanda
grafis yang mewakili ujaran. Aksara terdiri dari unsur huruf dan karakter
(Sutami 2005: 2—3).
Bahasa Mandarin berawal dari bahasa Cina kuno yang diduga
telah ada sejak kurang lebih 6000 tahun (Ann 1987) lalu melalui
penemuan inskripsi tulang hewan dan tempurung kura-kura yang disebut
jiaguwen 甲 骨 文 dan berasal dari masa Dinasti Shang sekitar tahun
1700/1100 SM, yang pada saat itu kebanyakan masih berupa garis-garis
lurus yang menyimbolkan sebuah gagasan. Tulisan Cina yang dikenal
dengan 汉 字 Han Zi atau karakter Han ini sendiri telah diciptakan sejak
zaman Kaisar Huang pada abad 26 SM. Namun, pada saat itu belum ada
standar khusus yang mengatur bentuk karakter Han di Cina sehingga tiap-
tiap tempat dapat memiliki aksaranya sendiri. Barulah pada masa Kaisar

1
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
Qin Shi Huang dari Dinasti Qin (221-207 SM) dilakukan pembakuan
bentuk karakter Han.
Dari awal mula penciptaan karakter Han, terdapat dua jenis
karakter, yaitu piktogram dan ideogram. Piktogram berarti karakter yang
tercipta melalui tiruan dari benda konkret, sedangkan ideogram
menggambarkan ide dari benda-benda abstrak. Pada saat ini, karakter
Han yang digunakan di Cina telah melalui pelbagai tahapan perubahan
dan penyederhanaan hingga menjadi jenis karakter yang ditemui saat ini
adalah karakter yang sudah mapan atau dalam bahasa Mandarin disebut
楷书 kaishu (Ann 1987).
Dalam Bahasa Mandarin, hubungan antara karakter dan bunyi tidak
seperti bahasa latin yang ditunjukkan dalam hurufnya. Karakter Han tidak
menggambarkan gagasan yang dikandung, karena karakter Han dalam
bahasa Cina tidak mewakili ujaran atau bunyi bahasa. Misalnya, karakter
水 shui [ʂuei] merupakan visualisasi gagasan tentang air dalam Bahasa
Mandarin, tetapi tidak ada komponen dari 水 yang mewakili bunyi [ʂuei].
Dalam sejarahnya, terdapat enam cara untuk mengklasifikasikan
karakter Han, yakni (1) karakter piktografik; (2) karakter yang strukturnya
membawa gagasan; (3) karakter yang komponennya dikombinasikan
sehingga membentuk gagasan lain; (4) tiruan suara atau piktofonetik; (5)
karakter yang dapat saling dipertukarkan karena bentuk, makna, dan/atau
pelafalan yang sama; (6) karakter yang maknanya diturunkan dari karakter
lain (Ann:1987).
Bagaimana dengan onomatope dalam Bahasa Mandarin? Dalam
sebuah artikel dari situs Latest Science, sebagian besar dari onomatope
Mandarin dikatakan memiliki karakteristik yang kuat dari peniruan
suara. Namun, mengikuti perkembangan leksikologi Cina, banyak dari
onomatope telah melalui transformasi semantik dan fonetik. Melalui
onomatope, para penutur Bahasa Mandarin dapat berbicara dan menulis
dengan lebih jelas tentang hal-hal, orang, dan fenomena alam
dibandingkan dengan sekadar menggunakan kata keterangan karena
onomatope adalah deskripsi langsung dari bunyi. Kalimat yang
mengandung onomatope cenderung lebih retoris.
Dalam penelitian sebelumnya, Cheryl Rosa (2008) dan Siti Atikah
Imaduddin (2009) menemukan bahwa onomatope bunyi binatang yang
divisualisasikan oleh karakter Han terbentuk dari gabungan komponen
radikal dan komponen fonetik. Komponen radikal merupakan pemberi
makna, sedangkan komponen fonetik adalah pemberi bunyi. Selain itu,
juga digunakan metode peminjaman karakter Han yang sudah ada
sebelumnya yang memiliki kesamaan bunyi dengan bunyi binatang yang
hendak direpresentasikan. Sebagian besar onomatope binatang memakai
komponen pemberi makna dari radikal ‘mulut’ ( 口 kou) dengan artian
bahwa bunyi karakter ini dikeluarkan oleh alat bicara mulut. Namun,
sebagian kecil onomatope binatang ada juga yang terbentuk dari radikal
lain (Imaduddin:2009). Penelitian ini diperkuat pula oleh tulisan dari
Matthew Moore, alumnus University of California San Diego dengan minor
studi Cina, yang mengatakan bahwa karakter onomatope dalam Bahasa
Mandarin secara umum dapat dengan mudah diidentifikasi lewat ‘radikal’
mulut di sebelah kiri (Moore 2012).
Demikian halnya untuk onomatope suara manusia, saya hanya
dapat menemukan sedikit sekali onomatope yang terbentuk dari radikal
selain ‘mulut’ ( 口 kou [k’ou]). Makalah ini secara khusus mengupas
pembentukan onomatope suara manusia yang terdapat dalam Pleco
Chinese Dictionary dan mengacu pada klasifikasi karakter Han, dengan
harapan akan menemukan pola pembentukan yang mungkin seragam
dengan onomatope binatang. Suara manusia yang akan saya teliti dalam
skripsi mini ini meliputi tiruan suara yang dihasilkan manusia dalam
Bahasa Mandarin modern di antaranya suara bersin, suara tawa, dan
suara komat-kamit.

1.2 Permasalahan
Makalah ini membatasi masalah pada
1. apakah onomatope suara manusia dalam Bahasa Mandarin murni
merupakan tiruan dari suara yang dihasilkan?;
2. dari keenam cara pembentukan karakter Han, manakah pola yang
paling banyak dipakai dalam membentuk kata onomatope suara yang
dihasilkan manusia?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
1. menganalisis pola pembentukan onomatope tiruan suara yang
dihasilkan manusia dalam Bahasa Mandarin yang merupakan tiruan bunyi
aslinya;
2. menjelaskan proses pembentukan onomatope suara yang dihasilkan
manusia sehingga kemudian dapat ditarik kesimpulan atas pola
pembentukan yang paling banyak dipakai.
Manfaat yang ingin dicapai penelitian ini adalah memperkenalkan
onomatope suara yang dihasilkan manusia dalam Bahasa Mandarin serta
bunyi yang diwakili onomatope tersebut sehingga kelak dapat berguna
dalam penulisan karangan maupun penerjemahan Bahasa Mandarin.

1.4 Metode Penelitian


Dalam makalah ini saya menggunakan metode penelitian kualitatif
mdengan metode pengumpulan data melalui studi pustaka. Saya
menganalisis data-data dari korpus yang difokuskan pada onomatope
suara yang dihasilkan manusia, kemudian analisis ini diperkuat oleh teori-
teori yang didapat dari buku, skripsi, jurnal, dan diktat agar didapat
kesimpulan berupa pola pembentukan apa yang paling banyak dipakai
pada pembentukan onomatope suara manusia dalam bahasa Mandarin.
Analisis terhadap data akan ditampilkan melalui kajian deskriptif untuk
dapat menunjukkan informasi secara detil mulai dari bentuk karakter
onomatope, makna, romanisasi dalam bentuk pinyin, serta transkripsi
fonetisnya.

1.5 Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data onomatope yang didapat dari
kamus elektronik Pleco Chinese Dictionary versi terbaru 2.3.14. Pemilihan
kamus Pleco Chinese Dictionary didasari atas beberapa alasan, yaitu
input pencariannya yang sederhana, penyusunan entri yang sistematis
berdasarkan ejaan pinyin, sehingga membantu penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.

2. Landasan Teori
2.1 Teori Linguistik Bahasa Mandarin
Penelitian terhadap linguistik bahasa Mandarin dipelopori oleh Xu
Shen sekitar tahun 25-220 M dengan hasil penelitiannya yang berupa
kamus Shuo Wen Jie Zi ‘Penjelasan Karakter Tunggal dan Analisis
Karakter Majemuk’ pada tahun 100 M. Xu Shen berpendapat bahwa
setiap karakter dalam bahasa Mandarin membawa tiga komponen
pembentuk, yakni bentuk, makna, dan ton atau nada. Menurut
penelitiannya pula, ada enam cara menciptakan karakter yang disebut
dengan “Enam Karakter” (六书 Liu Shu). Keenam cara ini terdiri atas
1. piktogram, diciptakan dengan meniru benda konkret;
2. ideogram, diciptakan dengan menuangkan gagasan abstrak;
3. gabungan makna, diciptakan dengan menggabungkan dua atau tiga
karakter yang memiliki makna sendiri untuk menjadi karakter baru yang
merupakan gabungan makna dari karakter asalnya;
4. paduan gambar dan bunyi, diciptakan melalui penggabungan
komponen pemberi makna dengan komponen pemberi bunyi. Komponen
pemberi makna dikenal dengan ‘radikal’ atau karakter dasar;
5. arti yang mirip, merupakan penciptaan karakter dengan cara meminjam
‘radikal’ karakter lain sehingga didapat karakter baru;
6. pinjaman, diciptakan dengan meminjam satu karakter yang sudah ada
untuk memberi gagasan yang belum memiliki karakter yang sejalan
dengan karakter yang dipinjam tersebut (Sutami 2010).

2.2 Teori Onomatope


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata onomatope tergolong
dalam kelas kata benda dan bermakna ‘kata tiruan bunyi’, misalnya, kokok
terhadap ‘tiruan bunyi ayam’, dan cicit terhadap ‘tiruan bunyi tikus’.
Ada empat cakupan dalam studi mengenai karakteristik struktural
onomatope Mandarin, yaitu 1. bagian dari masalah cara berbicara; 2
pendekatan pembentukan kata; 3 struktur formal suara; 4 fungsi retoris.
Masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan sendiri. Dalam
analisis pada tingkat suara, onomatope berarti menirukan ekspresi awal
dari beberapa sifat dari suara alami, atau pada dasarnya berhubungan
langsung dengan bunyi (Fang 2009).
Dalam penelitian terhadap ritme bicara, studi mengenai onomatope
biasanya dimulai dari fonem, tapi dalam bahasa Mandarin modern
penelitian ini lebih fokus terhadap pemebentukan kata dalam struktur
kalimat. Bahasa Cina adalah bahasa dengan karakter ideograf, sehingga
membuat para sinolog lebih sering fokus dalam penulisannya sebagai unit
dari simbol bahasa Cina, dan bahasa Cina secara harfiahnya, tetapi
mengabaikan tingkat suara, bahkan lebih signifikan lagi yaitu pada
perubahan strukturnya dalam bahasa (Fang 2009).

2.3 Klasifikasi Data


Jumlah data onomatope yang didapat dari Pleco Chinese
Dictionary sebanyak 18 kata onomatope yang mewakili gagasan suara-
suara yang dihasilkan manusia dalam bahasa Mandarin. Kedelapan belas
data ini diklasifikasikan berdasarkan komponen pembentuknya, yaitu
onomatope dengan komponen karakter Han yang mewakili gagasan yang
dikandungnya, dan onomatope yang komponen pembentuknya tidak
berhubungan dengan gagasan yang dikandungnya.

2.3.1 Onomatope yang Makna Komponen Pembentuknya Tidak


Berhubungan dengan Makna dari Bunyi yang Ditirukan
a. Suara tangisan: 唉唉 āiāi [aiai]
b Suara tawa:格勒 gélè [kɤlɤ]
c. Suara orang meminum air: 咯咯 gēgē [kɤkɤ]
d. Suara ciuman:么么 meme [mɤmɤ]
e. Suara detak jantung: 突突 tūtū [t’ut’u]
f. Suara langkah kaki: 橐橐 tuótuó [t’uot’uo]
2.3.2 Onomatope yang Makna Komponen Pembentuknya Berhubungan
dengan Bunyi yang Ditirukan
a. Suara orang tertawa:
- 嚯嚯 huòhuò [xuoxuo]
- 哈哈 hāhā [xaxa]
- 呵呵 hēhē [xɤxɤ]
b. Suara bersin: 阿嚏 ātì [at’i]
c. Suara perut lapar: 咕噜 gūlu [kulu]
d. Suara napas yang terengah-engah: 呼哧 hūchī [xutʂ’ʅ]
e.Suara bisik-bisik: 唧咕 jīgu [ʨiku]
f. Suara orang mengomel berkomat-kamit: 喃喃 nánnán [nannan]
g. Suara orang menghela napas: 唏嘘 xīxū [hihu]
h. Suara orang menangis tersedu-sedu: 欷歔 xīxū [hihu]
i. Suara orang terbatuk-batuk: 吭吭 kēngkēng [k’əŋk’əŋ]

3. Analisis Data
3.1 Analisis Data Onomatope yang Makna Komponen Pembentuknya
Tidak Berhubungan dengan Makna dari Bunyi yang Ditirukan
a. Suara tangisan:
唉(interjeksi) āi [ai]
Bunyi āi yang disimbolkan dengan karakter 唉 tidak memiliki makna
leksikal dalam bahasa Mandarin, ia hanya berfungsi sebagai interjeksi
yang memiliki fungsi retoris yang menyatakan keluhan. Karakter yang
mirip dengan karakter ini yakni 挨 ái yang memiliki makna “menderita”.
Namun, karena komponen pemberi maknanya adalah radikal 口 maka kita
tidak dapat menghubungan kemiripan makna kedua karakter tersebut.
b. Suara orang meminum air:
咯(fonetik) gē [kɤ]
Selain karena adanya ‘radikal’ kou 口 ‘mulut’, tidak ada komponen
lain yang mendeskripsikan bahwa onomatope ini merupakan tiruan bunyi
dari suara orang meminum air. Namun, kalau kita melihat dari komponen
pemberi bunyi yakni karakter 各 gè dan transkripsi fonetiknya [kɤ], barulah
kita dapat menyadari onomatope ini bermaksud menirukan suara manusia
yang menelan air lewat tenggorokannya.
c. Suara ciuman:
么(kata sisipan untuk membentuk kata tanya) me [mɤ]
Karakter 么 jika berdiri sendiri tidak memiliki makna leksikal dalam
bahasa Mandarin, hanya jika karakter ini mengalami reduplikasi AA, ia
kemudian disepakati mendeskripsikan tiruan dari suara dua orang
manusia berciuman.
d. Suara detak jantung:
突 ‘berlari; tiba-tiba’ tū [t’u]
Karakter 突 tidak memiliki hubungan makna dengan suara detak
jantung, namun reduplikasi dari karakter ini dianggap dapat
merepresentasikan tiruan suara detak jantung yang berulang-ulang.
e. Suara langkah kaki:
橐 ‘karung goni’ tuó [t’uo]
Reduplikasi AA dari karakter 橐 walaupun tidak memiliki makna
harfiah ‘langkah kaki’ namun bunyi tuó juga telah disepakati dalam bahasa
Mandarin sebagai tiruan suara langkah kaki manusia.
f. Suara orang tidur mengorok:
呼 ‘memanggil; menyapa’ hū [xu]
噜 ‘omelan’ lu [lu]
Makna masing-masing karakter pembentuk bunyi ‘hūlu’ sebenarnya
tidaklah berhubungan dengan makna dari tiruan suara yang diwakilinya
yakni suara dengkuran manusia. Komponen pemberi bunyi dari kedua
karakter ini yakni 乎 hū yang berfungsi sebagai sufiks dalam bahasa
Mandarin dan 鲁 lŭ yang maknanya ‘bodoh; gegabah; kasar’.

3.2 Analisis Data dari Onomatope yang Makna Komponen Pembentuknya


Berhubungan dengan Makna dari Bunyi yang Ditirukan
a. Suara orang tertawa:
- 格 ‘persegi; kasus’ gé [kɤ]
勒’mengikat; memaksa; memahat’ lè [lɤ]
Komposisi dari dua karakter di atas tidak berhubungan dengan suara
yang ia deskripsikan yaitu suara tawa manusia, namun karakter 勒 jika
dibaca lèi [lei] memiliki makna ‘tersedak’, sehingga gabungan kedua
karakter ini dapat diartikan disini sebagai suara orang yang tertawa hingga
tersedak.
- 嚯 (interjeksi)‘ho’ huò [xuo]
Reduplikasi dari karakter 嚯 dengan pola AA, dalam bahasa Mandarin
memiliki makna sebagai suara tawa besar yang sepenuh hati, namun
karakter 嚯 sendiri sebenarnya mengandung fungsi retoris yang
menyatakan kekaguman atau ketakjuban. Sedangkan komponen pemberi
bunyi pada karakter ini yakni karakter 霍 huò memiliki makna ‘tiba-tiba;
dengan cepat’.
- 哈 ‘bernapas dengan mulut terbuka’ hā [xa]
Sama seperti di atas, reduplikasi AA dari karakter 哈 akan menjadi
tiruan suara tawa manusia. Dilihat dari makna karakter 哈 sendiri yaitu
‘bernapas dengan mulut terbuka’ maka jelaslah bahwa karakter ini
menirukan suara orang tertawa lebar dengan mulutnya yang terbuka.
- 呵 ‘orang yang suka marah-marah’ hē [xɤ]
Dari makna karakter 呵 yakni ‘orang yang suka marah-marah;
marah’ kita juga dapat menyimpulkan bahwa reduplikasi 呵 akan
menghasilkan suara tawa yang keras seperti suara orang sedang marah-
marah.
b. Suara bersin:
阿 (prefix) ā [a]
嚏 ‘bersin’ tì [t’i]
Karakter 阿 yang mendahului karakter 嚏 berfungsi sebagai pemberi
makna bahwa suara ā tì merupakan tiruan dari bunyi bersin yang
dikeluarkan mulut manusia. Dilihat dari traksripsi fonetisnya onomatope ini
termasuk yang paling dekat dalam menirukan suara bersin yang
dihasilkan manusia.
c. Suara perut lapar:
咕 ‘berkomat-kamit’ gū [ku]
噜 ‘omelan’ lu [lu]
Komposisi karakter 咕 dan 噜 tidak dengan jelas mendeskripsikan
rasa lapar, yang kita ketahui hanyalah kedua karakter tersebut disusun
oleh ‘radikal’ mulut berbentuk 口 kou yang menandakan bahwa rasa lapar
berhubungan dengan ‘makan’ yang menggunakan ‘mulut’. Tapi jika kita
cermati lagi, karakter 噜 disusun oleh karakter yu 鱼 yang artinya ‘ikan’,
dimana kata ‘ikan’ merupakan hiponim dari ‘makanan’ yang dapat
menghilangkan rasa lapar.
d. Suara napas yang terengah-engah:
呼 ‘memanggil; menyapa’ hū [xu]
哧 (onomatope) chī [tʂ’ʅ]
Kata ‘memanggil’ dapat kita asosiasikan dengan kegiatan bersuara,
sedangkan karakter 哧 sendiri sebenarnya tidak memiliki makna selain
hanya sebagai tiruan suara, baik itu suara tawa atau suara kain yang
disobek. Tapi jika kata 呼 哧 direduplikasi dengan pola ABAB hingga
menghasilkan onomatope 呼 哧 呼 哧 ia akan mengandung makna
‘meniupkan udara’, dan karena adanya ‘radikal’ mulut di depan kedua
karakter ini, dapat dimaknai sebagai ‘meniupkan udara lewat mulut’,
dengan kata lain bermakna “bernapas terengah-engah”.
e. Suara bisik-bisik:
唧 ‘semburan; semprotan’ jī [ʨi]
咕 ‘berkomat-kamit’ gu [ku]
Onomatope di atas terdiri dari karakter 唧 yang artinya
‘menyemprotkan sedikit-sedikit’. Penggabungannya dengan karakter 咕
yang maknanya ‘bersuara komat-kamit’ dapat memberikan kita gambaran
bahwa onomatope ini merupakan tiruan dari suara manusia ‘berkomat-
kamit mengenai suatu hal dengan suara pelan”.
f. Suara orang mengomel berkomat-kamit:
喃 ‘mengomel berulang-ulang’ nán [nan]
Reduplikasi karakter 喃 yang arti harfiahnya adalah ‘mengomel’
memberikan makna bahwa onomatope ini merupakan suara dari orang
yang mengomel-ngomel berulang kali.
g. Suara orang menghela napas:
唏 ‘keluh; napas panjang; keluh kesah’ xī [hi]
嘘 ‘bernapas pelan’ xū [hu]
Kedua karakter di atas secara eksplisit mendeskripsikan makna
‘suara orang menghela napas’. Sedangkan komponen pemberi bunyi dari
onomatope ini yaitu 希 xī dan 虚 xū masing-masing berarti ‘harapan’ dan
‘kosong’. Bisa kita simpulkan onomatope ini dilatarbelakangi oleh suara
menghela napas dari orang yang memiliki harapan kosong.
h. Suara orang menangis tersedu-sedu:
欷 ‘sedu-sedan; isak’ xī [hi]
歔 ‘mendengus’ xū [hu]
Sama dengan onomatope sebelumnya, kedua karakter pembentuk
onomatope ini juga telah mendeksripsikan suara dari orang yang
menangis terisak-isak. Komponen pemberi makna dari kedua karakter ini
yakni karakter 欠 di sebelah kanan yang maknanya ‘menguap;
mengangkat sedikit; berhutang; kurang’.
i. Suara orang terbatuk-batuk:
吭 ‘mengeluarkan; tenggorokan’ kēng [k’əŋ]
Karakter ini akan mendeskripsikan suara orang terbatuk-batuk
setelah direduplikasi dengan pola AA. Onomatope 吭 吭 dapat
mendeskripsikan dengan jelas ‘tiruan bunyi orang yang mengeluarkan
suara batuk-batuk dari tenggorokannya.
4. Kesimpulan
Sebanyak 18 data onomatope suara yang dihasilkan manusia telah
dianalisis dari masing-masing karakter komponen pembentuknya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengikuti pola pembentukan
karakter menurut Xu Shen ditemukan bahwa onomatope bahasa
Mandarin yang mendeskripsikan suara yang dihasilkan manusia terbagi
menjadi dua, yakni onomatope yang murni merupakan pinjaman dari
karakter lain yang memiliki kesamaan bunyi, dan onomatope yang
merupakan gabungan antara karakter yang memiliki kesamaan bunyi
dengan karakter yang mewakili gagasan yang sama
Saat ini penelitian terhadap kata tiruan bunyi atau onomatope
dalam bahasa Mandarin mulai berkembang di Cina. Namun di Indonesia
sendiri belum begitu banyak literatur yang membahas topik ini. Saran saya
adalah agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tiruan bunyi
yang mengekspresikan suara-suara yang dihasilkan manusia dari bidang
linguistik lain seperti semantik, sintaksis, leksikal, fonetik dan retorik.
Daftar Acuan

Alwasilah, A. Chaedar. Pengantar Penelitian Linguistik Terapan. Jakarta: Pusat


Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
Ann, T. K. Cracking the Chinese Puzzles. Hongkong: Stockflow Co., Ltd., 1987.
Creel, Herrlee Glessner. Chinese Writing. Washington D. C.: American Council
on Education, 1943.
Fang, Wu. “Analysis of the modern study of Chinese dialects Onomatopoeia.” 14
Juli 2009. http://eng.hi138.com/?i72202 diakses pada 5 Oktober 2012
16:32.
Fridolin, Iwan. Diktat Pengantar Kesusastraan Cina. Depok: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012.
Imaduddin, Siti Atikah. Pembentukan Karakter Tiruan Bunyi (Onomatope)
Binatang dalam Bahasa Mandarin. Depok: Skripsi, Universitas Indonesia,
2009.
Karlgren, Bernhard. Sound and Symbol in Chinese. London: Oxford University
Press, 1923.
Latest Science @rticles Administrator. “Onomatopoeias in Modern Chinese.” 12
Juni 2012. http://www.latest-science-
articles.com/Philosophy_Humanities/Onomatopoeias-in-Modern-Chinese-
41757.html diakses pada 5 Oktober 2012 14:21.
Martiner, André. Ilmu Bahasa: Pengantar. Penerj. Rahayu Hidayat. Yogyakarta:
Penerbit Kanisisius, 1987.
Moore, Matthew. “What Onomatopoeias Are Used in Mandarin?” 11 April 2012.
http://www.quora.com/Chinese-language/What-onomatopoeias-are-used-
in-Mandarin/answer/Matthew-Moore-8 diakses pada 5 Oktober 2012
15:45.
Sutami, Hermina. Diktat Mata Kuliah Fonologi Cina. Depok: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005.
—. Diktat Mata Kuliah Pengantar Linguistik Cina. Depok: Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia, 2005.

Sumber Data
Pleco Chinese Dictionary version 2.3.14. 25 Juli 2012. ©Pleco Software
Incorporated.

Anda mungkin juga menyukai