Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FUNDAMENTALISME, FAHAM, DAN ALIRAN


DALAM ISLAM
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen : Nur Rofiq.,S.Pd.I.,M.Pd.I

Di susun oleh :
1. Umar Maulana
2. Dina Utami
3. Fajri Nur M.

UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019/2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Fundamentalisme, Paham, dan Aliran Dalam
Islam”.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin, kami juga
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang “Fundamentalisme, Paham, dan Aliran Dalam Islam" ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Magelang, Desember 2019

Penyusun

211
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fundamentalisme
a. Pengertian dan Asal Usul Fundamentalisme……………………..4
b. Lahirnya Gerakan Islam Fundamentalisme………………………6
c. Karakteristik Islam Fundamentalisme……………………………6
d. Fundamentalisme Islam di Indonesia…………………………….7
e. Kekerasan dalam Pandangan Islam………………………………8
f. Sikap terhadap Kelompok Fundamentalisme………………….....9
g. Macam-macam Fundamentalisme………………………………10
h. Faktor-faktor Gerakan Fundamentalisme……………………….11
2.2 Paham dan Aliran Dalam Islam
a. Pengertian Paham dan Aliran dalam Islam……………………..12
b. Macam-macam Paham dan Aliran dalam Islam………………..12
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan…………………………………………………………..16
1.2 Saran…………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..17

311
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Belakangan ini istilah fundamentalisme sering kali terdengar dan
dipakai,namun makna yang sesungguhnya masih simpangsiur. Meski tersirat
dalam hati fundamentalisme bisa dimaknai keteguhan dan kekakuan. Namun,
masih ada dipikiran kita akan arti fundamentalisme itu sendiri. Kata
fundamentalisme banyak dipakai untuk makna-makna tertentu, tapi dalam
kondisi lain terkadang kehilangan kemampuan memberi batasan secara jelas
dari maksud yang dituju, kadang sampai jauh melenceng dari makna aslinya.
Kita bisa menemukan dengan mudah hal-halyang bersifat fundamental dalam
bentuk apapun di setiap masyarakat, dari pemikiran, hingga sejarahnya.
Pada sisi lain, makna fundamentalisme mengalami penyempitan,
terbatas pada agama dan kebudayaan dan lebih disempitkan lagi dihubungkan
dengan makna dan batasan Islam. Maka kata fundamentalisme bagi orang
yang sudah terkontaminasi oleh media massa Barat akan berpikir bahwa
fundamentalisme identik dengan golongan Islam politik. sehingga
fundamentalisme disamakan dengan Islam atau Islam politik. Beberapa
definisi tersebut tentu melahirkan banyak pertanyaan sekitar hubungan
fundamentalisme dengan masyarakat, Apakah faham ini bisa membumi dan
diterima masyarakat. Dengan jelas banyak orang menyatakan penolakan
terhadap satu hal, namun bersamaan dengan itu mereka juga mampu hidup
bersama dan berkompromi terhadap berlangsungnya fundamentalisme dalam
masyarakat. seperti terhadap perkembangan Ilmu dan tehnlogi atau fenomena
yang tidak bisa dihindari lainnya. Sebagaimana juga Islam fundamentalis
dalam menghadapi hal-hal sulit, mereka berusaha mengahadapinya dengan
apa yang mereka namakan dengan ilmu fiqih.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh Bapak Nur Rofiq.,
S.Pd.I.,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Memahami dan mempelajari tentang fundamentalisme, faham dan aliran
dalam islam.

411
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FUNDAMENTALISME
a. Pengertian dan Asal Usul Fundamentalisme
Pengertian fundamentalisme berdasar bahasa / etimologi yaitu KBBI,
fundamentalisme merupakan doktrin yang lebih mengarah untuk
memperjuangakan suatu secara radikal. Fundamentalisme merupakan sebuah
paham yang memiliki keinginan untuk mengembalikan keyakinan mereka
sebagai landasan atau fondasi dalam kehidupannya.
Menurut Frans Magnis-Suseno, fundamentalisme merupakan paham
teologis atau keagamaan yang seseorang menjalani seluruh pandangan dunia
dan kehidupannya di dasarkan pada agama yang sesuai dengan kitab suci.
Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham
atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai
dasar-dasar atau asas-asas (fundamental). Karenanya, kelompok-kelompok
yang mengikuti paham ini seringkali berbenturan dengan kelompok-kelompok
lain bahkan yang ada di lingkungan agamanya sendiri.
Istilah fundamentalisme berawal dari serangkaian pamflet yang
berjudul “The Fundamental Of The Faith” yang diterbitkan di Amerika
Serikat pada tahun1920-an. Dalam pamflet tersebut, para pemimpin Protestan
(evanglish) yang konservatif pada masa itu menyerukan kembali apa yang
mereka yakini sebagai inti kebenaran Protestan demi menghadapi semangat
zaman yang liberal dan progresif. Istilah fundamental kemudian digunakan
untuk mengidentifikasi kelompok Protestan yang anti terhadap modernitas.
Istilah ini pada awalnya juga digunakan untuk mengidentifikasikan kelompok
tertentu yang meyakini bahwa dunia ini segera berakhir. Seperti pemahaman
kelompok ajaran Kristen. Dalam hal ini,kamus Oxford mendifinisikan kata
fundamentalisme sebagai “pemeliharaan secara ketat atas kepercayaan agama
tradisional seperti kesempurnaan Injil dan penerimaan literal ajaran yang
terkandung di dalamnya sebagai fundamental dalam pandangan
KristenProtestan.
Karen Amstrong mengatakan bahwa gerakan fundamentalis tidak
muncul begitu saja sebagai respons spontan terhadap datangnya modernisasi
yang dianggap sudah keluar terlalu jauh. Semua orang religius berusaha
mereformasi tradisi mereka dan memadukannya dengan budaya modern,

511
seperti yang dilakukan pembaharu muslim. Ketika cara-cara moderat
dianggap tidak membantu, beberapa orang menggunakan metode yang lebih
ekstrem, dan saat itulah gerakanfundamentalis lahir.
Berbicara mengenai istilah fundamentalisme, banyak para sarjana
(khususnya sarjana muslim) mengakui bahwa penggunaan istilah
“Fundamentalisme” sangat problematik dan tidak tepat. Kaum Syiah yang
dalam suatu pengertian umumnya dikenal sebagai para fundamentalis, tidak
terikat pada penafsiran harfiah Al-Qur‟an. Dalam hal ini William
Montgomery Watt mendefinisikan bahwa kelompok fundamentalis Islam
adalah kelompok muslim yang sepenuhnya menerima pandangan dunia
tradisional serta berkehendak mempertahankannya secara utuh tanpa adanya
suatu arus modernisasi di dalamnya.
Fundamentalisme merupakan salah satu fenomena abad 20 yang
paling banyak dibicarakan. Fundamentalisme selalu muncul dalam setiap
agama besar dunia, tidak hanya Kristen dan Islam, Fundamentalisme juga
terdapat pada agama Hindu, Budha,Yahudi dan Konfusianisme, sehingga
belum ada definisi yang jelas mengenai istilah “Fundamentalisme” itu sendiri
dikarenakan kemunculannya bermula pada pengistilahan yang dipakai oleh
kaum Protestan Amerika awal tahun 1900-an untuk membedakan diri dari
kaum Protestan yang lebih liberal. Belakangan ini, istilah fundamentalisme
banyak dibicarakan di media massa.Tidak hanya di tingkat Nasional, tetapi
juga Internasional. Hal tersebut terjadiseiring merebaknya terorisme yang
berlindung di bawah paham fundamentalismeagama, terutama Islam.
Sehingga, istilah fundamentalis identik denganfundamentalisme Islam atau
Islam fundamentalis yang memiliki kesan negatif danekstremisme. Padahal,
kalau dilihat lebih dalam, fundamentalis yang berakar padaagama itu tidak
hanya Islam, melainkan juga agama lain seperti Kristen, Katolik,Hindu,
Buddha, Yahudi, dan Konghucu. Terlepas dari semua itu, istilah
fundamentalisme yang dipersepsikan masyarakat dunia saat ini merupakan
pemaknaan yang diproduksi bangsa Barat. Fundamentalisme menunjuk pada
sikap-sikap yang ekstrem, hitam putih, tidak toleran, tidak kompromi, dan
segalanya yang asosiatif. Agama dijadikan alat untuk mengintimidasi dan
menindas sekelompok orang yang bertentangan dengan pahamnya.
Padahal,agama mana pun tidak mengajarkan demikian. Nilai-nilai
kemanusiaan agama ditinggalkan, agama yang dibangun dari integrasi akal
pikiran rasional dengan nonrasional, sehingga menciptakan pikiran yang
masuk akal (rasional), telah beralih peran yang mengarah pada penciptaan
rasionalitas untuk bertindak anarkis. Agama yang berfungsi memenuhi
kebutuhan rohani manusia agar menjadi tentram, damai,dan aman telah

611
beralih pada kebencian, kegelisahan, serta ketakutan. Agama yang berprinsip
nilai-nilai kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan telah
berganti nilai-nilai kekerasan dan fanatisme sempit. Paham fundamentalisme
agama yang demikian itulah yang harus dibenarkan dan diluruskan.
b. Lahirnya Gerakan Islam Fundamentalisme
Fundamentalisme dalam Islam tidak dengan sendirinya berarti
berpegang pada hal-hal yang bersifat dzahir, seperti memanjangkan jenggot,
memakai hijab, menyeru kepada penerapan syari‟at dan mendirikan negara
Islam. Di beberapa negara seperti Sudan, Libya, Mesir, Tunis, Maroko,
Aljazair dan Palestina, fundamentalisme Islam telah melahirkan Gerakan
pembebasan terhadap imperialisme.
Oleh karena itu, sebagian pemikir lain kemudian menolak penggunaan
istilah fundamentalisme dan lebih suka menyebut gerakan mereka sebagai al-
harakah al-Islamiyyah atau al-ba’ts alIslami (kebangkitan Islam). Ini sekaligus
menolak anggapan sebagian kalangan yang menyebut fundamentalisme dalam
Islam sebagai al-muta’ashshibun (kaum fanatik), atau al-mutatharrifin kaum
radikalis-ekstrimis). Penolakan mereka terhadap sebutan kaum fundamentalis,
agaknya cukup beralasan, karena setidaknya pada perkembangan tiga
dasawarsa terakhir, istilah fundamentalisme telah digunakan (terutama oleh
media Barat) secara serampangan, dan menjadi istilah dengan standar ganda.
Amerika Serikat misalnya, di dalam memandang kolompok Islam yang
mereka anggap menjadi penghalang kepentingan politik mereka, semua secara
sederhana mereka kelompokkan sebagai fudamentalis, bahkan teroris. Media
massa Barat sering kali pula menggunakan istilah fundamentalis kepada
hampir semua Gerakan keagamaan yang cendrung menggunakan kekerasan di
dalam mencapai tujuannya. Sebutan seperti itu sudah biasa diberikan
kelompok-kelompok politik Palestina, Aljazair, Iran, Libia dan Afganistan.
Dari uraian di atas diketahui bahwa penggunaan istilah
fundamentalisme dalam Islam hingga saat ini masih dipersoalkan. Namun
demikian, fenomena statisme, konservatisme dan fanatisme –sebagaimana
yang dipaparkan oleh Geraudy – bias jadi memang ada dalam wacana
fundamentalisme dalam Islam, terutama jika kita berbicara dalam konteks
kontemporer. Hanya saja hal-hal tersebut, menurut sebagian pihak, bukanlah
sifat yang tetap yang dimiliki oleh fundamentalisme Islam. Dengan kata lain
bahwa pembentuk fundamentalisme di atas benar-benar ada dalam wacana
kebangkitan Islam kontemporer.
c. Karakteristik Islam Fundamentalisme
Menurut Thomas Meyer, dia mengemukakan delapan karakter
fundamentalisme, yaitu :

711
1. Fundamentalisme merupakan gejala yang ada di semua agama. Ia
tidak terkait dengan agama tertentu. Bahkan sebenarnya
fundamentalisme hanyasalah satu cara memahami agama.
2. Fundamentalisme lebih sebagai ideology politik ketimbang agama.
Dalam banyak sekali kasus, nuansa politik gerakan fundamentalisme
sangat kuat. Mereka membangun framing ketertindasan ummat yang
kemudian mereka jadikan kerangka gerakan. Mereka mendesakkan
suatu sistem politik baru. Tak jarang di antara mereka
bermetamorfosis menjadi partai politik dan ikut serta dalam pemilu
yang demokratis.
3. Fundamentalisme lahir sebagai respon terhadap krisis. Ada
pengandaian bahwa dunia sekarang ini sedang berada pada situasi
kacau balau baik secara ekonomi, politik, maupun budaya. Krisis
kepemimpinan dalam segala ranah kehidupan itulah yang mendorong
lahirnya Gerakan fundamentalisme.
4. Fundamentalisme ditandai dengan suatu prinsip superioritas diri atas
yang lain. Di sini politik identitas mewujud. Kaum fundamentalis
selalu merasa diri mengatasi yang lain. Mereka menganggap diri
sebagai yang paling benar, yang paling saleh, yang paling lurus.
Selebihnya adalah kesesatan dan penyimpangan .
5. Bahwa ciri yang kuat pada fundamentalisme adalah mereka begitu anti
dan membenci kampanye kesetaraan gender dan pluralisme. Itulah
yang menjelaskan kenapa semua gerakan fundamentalisme selalu
menyasar pengungkungan terhadap perempuan. Peraturan-peraturan
yang mereka desakkan hampir selalu berkaitan dengan bagaimana
perempuan diatur. Mereka begitu kebal dan tak mau menerima
gagasan bahwa pada dasarnya semua manusia sama apapun latar
belakang seks dan budayanya.
6. Resistance identity Ini yang kemudian menjustifikasi kenapa gerakan
fundamentalisme selalu mengarah pada totalitarianism.
7. Fundamentalisme selalu melakukan penolakan terhadap identitas dan
menolak budaya demokrasi.
8. Kaum fundamentalis merasa terjebak dalam ketidakamanan. Ini pula
yang biasa disebut sebagai mental terkepung. Ada kekuatan di luar
sana yang mereka sangka akan menghancurleburkan mereka.
Akibatnya, mereka sangat reaktif dan acapkali agressif.
d. Fundamentalisme Islam di Indonesia

811
Di Indonesia terdapat beberapa kelompok yang diasumsikan sebagai
kelompok islam fundamentalis diantaranya adalah : FPI, HTI, FKAWJ, MMI
dan Laskar Jihad (Jamhari,2004:10).
Berdasarkan terminologi Shireen T. Hunter dapat diidentifikasi
landasan ideologis yang dijumpai dalam gerakan-gerakan tersebut
(Mukhlas,491-493) :
 Konsep Din Wa Daulah (agama dan negara)
 Kembali kepadaAl-Qur’an dan Sunnah
 Kembali kepadaAl-Qur’an dan Sunnah
 Puritanisme dan keadilan social
 Berpegang teguh pada kedaulatan syariat islam
 Menempatkan jihad sebagai instrumen Gerakan
 Perlawanan terhadap Barat yang hagemonik dan menentang
keterlibatan mendalam dari pihak Barat untuk urusan dalam negeri
negara-negara islam.
e. Kekerasan dalam Pandangan Islam
Kata islam berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata slima atau
aslama yang mengandung arti berserah diri, patuh, taat (Abudin Nata,
2002:62). Menurut Razi Ahmad, kata islam merupakan kata jadian bahasa
Arab salama yang berarti menjadi tenteram, menjadi tenang, untuk
melaksanakan tugas, menjadi jujur dan betulbetul damai. Dengan demikian,
kata ini bermakna kedamaian, keselamatan, keamanan, dan penyelamatan
(Razi Ahmd, 1998:52).
Dengan pengertian yang demikian, mestinya islam sangat anti
kekerasan dalam segala jenisnya, islam sangat tidak menyukai cara-cara
kekerasan atas nama apapun, termasuk atas nama agama/Tuhan.
Di dalam ajaran islam, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun
Hadits, banyak dijumpai doktrin-doktrin yang sangat anti-kekerasan. Misalnya
Firman Allah berikut ini “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, kecuali untuk
menjaga rahmat bagi semesta alam”(QS, 21:107).“Tidak ada paksaan dalam
agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan sesat”(QS, 2:256)
“Kami tetapkan bagi bani Israil bahwa barangsiapa yangmembunuh seorang
manusia kecuali karena orang itu membunuh antara membuat kerusakan di
muka bumi maka seolah-olah ia telah membunuh manusia secara keseluruhan.
Dan jika seseorang memelihara suatu kehidupan manusia maka seolah-olah ia
telah memelihara kehidupan seluruh manusia”(QS, 5:32). Namun demikian,
didalam Al-Qur’an juga terdapat ‘pijakan’ yang menjustifikasi orang untuk
bias melakukan kekerasan atau minimal terdapat ayat yang mengandung

911
potensi untuk dipergunakan sebagai landasan melakukan kekerasan. Ayat-ayat
tersebut menurut Machasin, antara lain: “Kemudian apabila telah habislah
bulan-bulan yang dihormati itu maka bunuhlah orang-orang Musyrik itu
dimana saja kamu menemuinya, tawanlah mereka, dan kepunglah mereka,
serta awasilah mereka di tiap-tiap tempat mengawas. Kemudian jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat serta memberi zakat, maka lepskanlah
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani”(QS, 9:5). “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah dan hari akhir, tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh
Allah dan RasulNya, dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu dari
orang-orang yang diberi kitab, sampai mereka membayar “jizyah” dengan
patuh, sedang mereka dalam kedamaian tunduk”(QS9:29). “Wahai orang-
orang yang beriman masuklah ke dalam (agama) Islam secara
keseluruhan”(QS,2:208).
f. Sikap terhadap Kelompok Fundamentalisme
a. Sikap Positif
1. Orang dapat mengambil pelajaran berharga dari sikap dan kegiatan
kaum fundamentalis. Anggota mereka terlihat mempunyai kesetiaan
yang kuat pada prinsip yang mereka anut.
2. Dapat diambil pelajaran akan semangat kerjanya, kemauan untuk
bekerja keras. Kemalasan dan kelemahan semangat merupakan
penyakit yang menimpa kaum muslimin negeri ini untuk waktu yang
cukup lama.
3. Fundamentalisme mengajak kita untuk berbuat, untuk tidak diam
4. Fundamentalisme mempunyai solidaritas yang cukup tinggi, kokoh,
militant dan rela menerima resiko dari sebuah perjuangan.
b. Sikap Negatif
1. Dari segi keyakinan keagamaan mereka bersikap rigid dan lteralis.
Kaum fundamentalis lebih menekankan symbol-simbol keagamaan
daripada substansinya. Mereka menganggap bahwa doktrin agama
telah mengatur segalanya. Agama dinilai sebagai sebuah sistim yang
lengkap dan mencakup berbagai subsistem didalamnya.
2. Sikap dan pandangan mereka aksklusif, yaitu pandangan yang bertolak
pada keyakinan bahwa pandangan dan keyakinan merekalah yang
paling benar. Sebagai akibatnya mereka cenderung tertutup, dan tidak
mau menerima pandangan dan sikap orang lain yang berbeda, serta
tidak ada bagi mereka untuk berdialog.
3. Dari segi budaya dan sosial, dalam menyikapi berbagai produk budaya
modern, meskipun dalam hal-hal yang bersifat kultur seperti pakaian,

1011
alat-alat keperluan kebersihan dan lainnya yang bersifat konserfatif .
Kehidupan mereka cenderung kolot, kuno dan cenderung nyleneh
4. Dari segi bentuk dan sifat gerakannya, mereka cenderung memaksakan
kehendak dengan menggunakan berbagai termasukk dengan cara
kekerasan. Dan mereka sering dianggap sebagai kelompok gerakan
radikal,fanatik, dan sebagainya.

g. Macam-macam Fundamentalisme
Dilihat dari perkembangannya, fundamentalisme dibagi menjadi dua
macam yaitu fundamentalis yang sifatnya positif dan fundamentalisme yang
sifatnya negative :
1. Fundamentalisme Positif
Yaitu fundamentalisme yang menjadikan teks dan tradisi keagamaan
sebagai sumber moral dan etika kemaslahatan publik. Fundamentalisme Islam
yang sifatnya positif di terjemahkan sebagai suatu “gerakan social”, tidak
sebagai “gerakan Islam”.
2.Fundamentalisme negatif
Yaitu fundamentalisme yang menjadikan teks dan tradisi sebagai
sumber dan justifikasi atas kekerasan. Pada mulanya, fundamentalisme dalam
tradisi Islam adalah upaya untuk menggali dan bahkan mengembangkan
dasar-dasar keagamaan, sebagaimana terdapat dalam khazanah Ushul Fiqih.
Bagi mereka yang memahami khazanah Ushul Fiqih dengan baik, maka Islam
akan berwajah progresif. Tapi sebaliknya, bagi mereka yang mendekati teks
dan doktrin keagamaan tanpa melalui media Ushul Fiqih, maka kemungkinan
akan menjadi fundamentalis yang radikal, bahkan teroristik. Dalam hal ini
fundamentalisme diartikan sebagai tindakan dalam menghadapi musuh-musuh
Tuhan yaitu modernisme dan sekularisme. Oleh karena itu, kaum
fundamentalisme semacam ini dalam pergerakannya sering menggunakan
tindakan kekerasan atau yang lainnya untuk menjadikan apa yang diinginkan
tercapai. Dapat dicontohkan bahwasanya orang barat menganggap agama
Islam adalah agama yang fundamental dan dalam setiap gerakannya
menggunakan kekerasan seperti halnya : Hizbullah, Al-Qaeda, Front Pembela
Islam (FPI). Menurut Abdul Muis Naharong, fundamentalisme Islam ada dua
bentuk fundamentalisme yaitu :
a) Fundamentalisme Islam yang Moderat
Fundamentalisme Islam moderat berupaya mengislamkan
masyarakat secara berangsur-angsur (Islamisasi dari bawah), lewat
jalur politik dan dakwah. Usaha mereka tidak jarang diiringi
dengan melakukan tekanan terhadap pemerintah untuk melakukan

1111
Islamisasi dari atas, seperti memasukkan syariat Islam ke dalam
Undang-undang dan sebagainya. Sementara itu, fundamentalisme
Islam radikal berupaya melakukan Islamisasi dengan
menghalalkan cara-cara kekerasan. Mereka terbagi menjadi dua
yakni yang berskala Nasional-regional dan yang berskala
transnasional-supranasional.
b) Fundamentalisme Islam yang Radikal
Fundamentalisme Islam radikal berskala Nasional-
regional adalah mereka yang berusaha mendirikan negara
Islam dengan cara kekerasan dan syarat utamanya adalah
menjatuhkan secara paksa penguasa suatu negara ataupun
beberapa negara,kemudian diambil alih dan didirikanlah negara
Islam. Sementara itu, fundamentalisme Islam radikal
transnasional-supranasional lebih memusatkanperhatian dan
kegiatannya dalam memerangi pemerintah yang selalu
menekan danhendak memberantas gerakan Islam di negaranya.
Yang mudah dilihat jelas, adalah kebencian anggota kelompok
ini kepada negara-negara Barat terutama AS dan sekutunya
yang sering mereka anggap hendak menghancurkan negara
Islam dan negara berpenduduk muslim.
h. Faktor-faktor Gerakan Fundamentalisme
1. Adanya keinginan dari sekelompok umat untuk melakukan pemurnian
(purifikasi) terhadap ajaran agama Islam yang dianggap sudah
menyimpang dari sumber aslinya.
2. Adanya perintah Allah di dalam Al-Qur’an (umatan wahidah) untuk
menjadikan seluruh umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam hal
ini Al-Qur’an telah mengatakan bahwa manusia dilahirkan untuk
beribadah kepada Allah atau menyembah kepada-Nya.
3. Arus globalisasi yang tidak terbendung yang tidak terfiltrasi oleh
masyarakat sehingga menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang
imoral dan menyimpang dari norma-norma agama.
4. Kekuasaan pemerintahan yang menyeleweng dari nilai-nilai yang
fundamental.
5. Berkembangnya sains dan teknologi modern yang dianggap
menyimpang atau menyeleweng dari aturan yang telah ditetapkan oleh
kitab suci.
6. Adanya penjajahan barat yang serakah, menghancurkan serta sekular
justru datang belakangan.
2.2 Paham dan Aliran Dalam Islam

1211
a. Pengertian Paham dan Aliran Dalam Islam
Aliran berikut berhubungan dengan pandangan, sikap, haluan. Ke
dalam aliran ini dimasukkan, aliran politik, aliran filsafat, dan tentunya
yang sudah lama ada, aliran kepercayaan (suatu paham yg mengakui
adanya Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak termasuk atau tidak
berdasarkan ajaran salah satu dari kelima agama yang resmi: Islam,
Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha). Agar aliran dalam
pengertian kedua ini tidak mengalir ke kesesatan, maka aliran ini
sebaiknya disebut saja ajaran. Dalam KBBI online, ajaran bermakna
‘segala sesuatu yang diajarkan, nasihat, petuah, petunjuk, paham’.
b. Macam-macam paham dan aliran dalam islam
1. Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) adalah
seseorang yang mengikuti Nabi serta para Sahabatnya. Jadi Aswaja
itu, Ahlus Sunnah wal Jamaah, seseorang yang mengikuti nabi dan
mengikuti sahabat nabi, bukan hanya Nabinya saja. Sahabat-
sahabatnya juga kita harus mengikuti ajaran-ajarannya. Sumber
hukum dari aliran ini adalah Alauran, Al Hadist. Selain itu juga
mengakui Ijma dan Qiyas sebagai sumber hukum. “Bagi Ahli Sunnah
wal Jamaah sumber hukumnya banyak. Ada Alquran yang pertama,
yang ke dua Hadist, yang ketiga Ijtimak, yang keempat baru Qiyas.
2. Syiah
Syiah adalah aliran yang mengikuti Khalifah Ali bin Abi
Thalib, yang menyatakan kepemimpinannya baik. Ada banyak
pendapat akan awal munculnya aliran ini salah satunya pendapat
ulama Syiah yang mengatakan, Muncul sejak Zaman nabi Muhammad
SAW. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah
ialah, Syiah muncul pada akhir pemerintahan Ustman bin Affan.
Mereka berpendapat bahwa sahabat - sahabat Nabi kecuali Sayidina
Ali tidak benar. Syiah sendiri terbagi menjadi banyak kelompok.
Aliran Syiah mempunyai pendapat bahwa Alquran yang sekarang
mengalmi perubahan dan pengurangan. Sedangkan yang asli berada di
tangan Al Imam Al Mastur (Syiah Imamiyah). Aliran Syiah juga tidak
mengamalkan Hadist kecuali dari jalur keluarga Nabi Muhammad
(Ahlul Bait). Selain itu Syiah juga memperbolehkan nikah Mut’ah,
yang kita kenal dengan istilah kawin kontrak, yang mana, pernikahan
suami – istri akan waktu yang telah disepakati pada akad.
3. Khawarij

1311
Asal kata Khawarij adalah Kharijiy yang berarti keluar. Pada
sejarahnya aliran khawarij, seperti yang ditulis di atas, merupakan
aliran yang tidak setuju dengan adanya perdamaian antara Sayidina
Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah saat perang siffin. Yang
dimaksud Khawarij itu dia yang keluar dari golongan sayidina Ali, dia
yang keluar dari golongan Nabi Muhammad. Mereka menganggap Ali
serta orang – orang yang menyetuji perjanjian tersebut mendapatkan
dosa besar, maka orang tersebut dapat dikatakan orang yang kafir.
Mereka juga menganggap orang-orang yang seperti itu halal darahnya.
Orang-orang khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah
kafir. Mereka juga menyebut, orang yang tidak sepaham dengan
mereka maka anak, istri mereka boleh ditawan, dijadikan budak atau
dibunuh, menurut khawarij Al Azariqoh, sedangkan tidak untuk
khawarij Al Ibadiyah, mereka bukan mukmin dan bukan kafir, maka
membunuh mereka adalah haram. Tidak hanya itu, mereka
berpendapat bahwa surat Yusuf bukan termasuk dalam Alquran,
karena mengandung cerita cinta.
4. Mutazilah
Menurut buku yang ditulis Harun Nasution, Mutazilah adalah
golongan yang membawa persoalan teologi yang lebih mandalam dan
bersifat filosofi. Artinya dalam membahas persoalan persoalan agama,
kaum Mutazilah lebih banyak menggunakan akal yang lebih bersifat
rasional. Mereka juga mendapat julukan sebagai “kaum rasionalis
islam”. Awalnya, Wasil bin Atha dan seorang temannya Amr bin
Ubaid diusir oleh Hasan al Basri (guru Wasil dan Amr bin Ubaid)
karena terdapat adanya perselisihan di dalam Majlisnya tentang
persoalan orang yang berdosa besar. Akhirnya Hasan Al Basri
mengatakan “Wasil menjauhkan dari kita, (I’tazala’anna). Dengan
demikian dia serta teman-temannya, kata Al Syaharastani, disebut
kaum Mu’tazilah. Aliran dalam islam ini berpendapat bahwa, orang
islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan mukmin, akan tetapi
berada di antara keduanya. Mereka hanya mengakui Isra Rasulullah ke
Baitul Maqdis tetapi tidak mengakui Mi’raj nya ke langit. Selain itu
mereka tidak percaya akan Azab kubur, malaikat pencatat amal, Arsy
dan kursi Allah. Selain tidak percaya ada azab kubur, mereka juga
tidak percaya dengan adanya Mizan (timbangan amal), Hisab
(perhitungan amal), dan syafaat nabi di Hari Kiamat.
5. Murjiah

1411
Masih dalam buku Aliran dalam Islam, Murjiah berasal dari
Kata Irja yang artinya menangguhkan. Murjiah muncul pada abad
pertama hijriah, yang muncul karena perbedaan dua pendapat, yaitu
syiah dan khawarij. Kaum syiah mengkafirkan para sahabat, yang
menurut mereka menghina ke Khalifahan dari Ali. Sedangakan kaum
Khawarij, mereka mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyah. Maka
pada saat itulah muncul golongan umat islam, yang menjauhkan dari
hal kafir mengkafirkan kedua keompok tersebut. Sekte Murji'ah
muncul sebagai reaksi atas sikap yang tidak mau terlibat dalam upaya
kafir mengafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana yang dilakukan kaum khawarij. Pendapat Aliran dalam
islam ini terbagi menjadi dua, golongan Moderat, dan golongan
Ekstrim. Golongan moderat berpendapat bahwa, orang berdosa bukan
kafir dan tidak kekal dalam Neraka. Sedangkan golongan Ekstrim
berpendapat bahwa Orang Islam yang percaya pada Allah kemudian
menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir karena iman itu
letaknya di dalam hati, bahkan meskipun melakukan ritual agama-
agama lain. Perbedaan teologi adalah perbedaan dalam hal
mengkafirkan.
6. Qadariyah
Qadariyah berasal dari kata qadr yang artinya mampu atau
berkuasa. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.
Selain itu, mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan – perbuatannya.
Maka, nama Qodariyah berangkat dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya,
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai takdir yang
sudah ditetapkan Allah SWT. Ustad Asroni Al Paroya juga
mengatakan bahwa, Qadiriyah berkeyakinan mengingkari Taqdir
Allah, atau segala perbuatan makhluk di luar kehendak Allah.
7. Jabariyah
Berbeda dengan Qadariyah, aliran Jabariyah justru berbanding
terbalik dengan Qadariyah. Jabariyah berasal dari kata jabr yang
artinya paksaan. Aliran ini ditonjolkan pertama kali Jahm bin Safwan
(131 H), sekretaris Harits bin Suraih yang memberontak pada Bani
Umayyah di Khurasan. Memang dalam aliran ini terdapat faham
bahwa manusia mengerjakan mengerjakan perbuatannya dalam
keadaan terpaksa. Aliran ini berpendapat bahwa, manusia tidak

1511
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya. Perbuatan – perbuatan manusia telah di tentukan dari
semula oleh Qada dan Qadar Tuhan. Tidak semua aliran dalam islam
di atas masih ada hingga kini. Karena pada zaman dahulu aliran
tersebut muncul sebagai senjata untuk merebut kekuasaan. Seperti
khawarij, mereka muncul karena tidak setuju dengan kebijakan yang
diambil oleh Sayidina Ali untuk berdamai dengan Muawiyah.
Sehingga pada akhirnya pengikut Ali bin Abi Thalib mempunyai dua
musuh, yaitu Khawarij dan juga Muawiyah.

BAB III
PENUTUP
1.1Kesimpulan
Fundamentalisme, adalah sebuah sikap teguh berpegang pada nilai-nilai yang
dianggap fundamental, sebuah kegigihan untuk memperJuangkan tegaknya segala
nilai yang dianggap prinsip dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Fundamentalisme Islam

1611
adalah respons terhadap tantangan dan akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi, dan
bertujuan untuk menawarkan ideologi Islam terhadap dunia secular-modern.
Macam-macam fundamentalisme ada 2, yakni fundamentalisme Islam tradisional
dan fundamentalisme Islam modern. Adapun factor-faktor yang melatar belakangi
adanya gerakan fundamentalisme dikarenakan :
1. einginan untuk mempurifikasi ajaran agama islam
2. Adanya perintah Allah untuk menjadikan seluruh umat manusia menuju jalan
yang benar.
3. Arus globalisasi menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang tidak
bermoral dan menyimpang.
4. Kekuasaan despotik pemerintahan yang menyeleweng dari nilai-nilai yang
fundamental.
5. Berkembangnya IPTEK dianggap menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan oleh kitab suci.
6. Adanya penjajahan barat yang serakah, menghancurkan semuanya.

1.2 Saran

Janganlah masuk kelompok kaum fundamentalisme, karena fundamentalisme


bersifat fanatik dan kekerasan yang sangat bertentangan dengan agama. Dan ambillah
sifat dan sikap dari kaum fundamentalism yang positif dan baik dipandang dari
kacamata umum dan agama.

DAFTAR PUSTAKA

https://belajargiat.id/pengertian-fundamentalisme-dan-ciri-cirinya/
https://www.academia.edu/33983138/
Makalah_Paham_dan_Aliran_dalam_Akidah_Islam.docx
https://www.academia.edu/8545840/Aliran-aliran_Islam

1711
https://www.academia.edu/8748455/Fundamentalisme_dalam_Islam
https://www.wisma-bahasa.com/aliran-dan-ajaran/
https://www.academia.edu/10318235/fundamentalisme
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/
PAI+Fundamentalisme+dalam+Islam+-+Diskusi+Mahasiwa.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/56427-ID-none.pdf

1811

Anda mungkin juga menyukai