Anda di halaman 1dari 11

FUNDAMENTALISME YANG BERKEMBANG DI KAWASAN

ASIA BARAT DAYA: ANTARA MODERAT DAN RADIKAL

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Asia Barat Daya
yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafi’ah, M.Pd

Oleh

Zidnie Amaliah
130731615727

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Januari 2015
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Historis dalam Memaknai Fundamentalisme ............................. 3
2.2 Jenis-jenis Fundamentalisme ........................................................................ 4
2.3 Contoh Kasus Fundamentalisme yang Berkembang
di Kawasan Asia Barat Daya ........................................................................ 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 8
3.2 Saran .............................................................................................................. 8

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 9

i
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era ini, istilah fundamentalisme sering sekali digunakan oleh


berbagai kalangan. Namun, makna yang terkandung di dalamnya belum begitu
jelas dipahami oleh kalangan yang menggunakannya. Istilah fundamentalisme
bersifat terlalu umum dan rentan akan perubahan. Meski tersirat dalam hati
fundamentalisme bisa dimaknai sebagai keteguhan dan kekakuan.
Fundamentalisme mengacu pada keyakinan (belief) dan ketaatan fanatik terhadap
seperangkat prinsip-prinsip mendasar atau “fundamental” yang tertulis dalam
preskripsi tekstual. Fundamentalisme sebenarnya memiliki cakupan yang sangat
luas. Paling banyak kasusnya adalah fundamentalisme dalam bidang agama.
Banyak berkembang beberapa kasus fundamentalisme yang berkaitan dengan
agama, terutama agama islam dan Kristen.
Aksi fundamentalisme yang kerap terjadi akhir-akhir ini adalah akibat dari
meledaknya arus globalisasi yang tidak tersaring oleh masyarakat sehingga
memunculkan perilaku masyarakat yang menyimpang dari nilai moral yang telah
berlaku. Penyimpangan norma dan nilai tersebut menyebabkan tergesernya nilai-
nilai tradisional dan nilai dasar yang telah berkembang sebelumnya. Oleh karena
itu, kaum fundamenntalis mencoba untuk menahan kebobrokan moral tersebut.
Terdapat dua arus dalam memahami makna fundamentalisme. Di satu sisi
fundamentalisme dapat disandangkan kepada pihak yang mengaku sebagai
kelompok pembaharu. Terkadang dituduhkan kepada kelompok yang melakukan
perlawanan terhadap kelompok liberal, sementara tuduhan yang sama juga kerap
disematkan kepada kelompok radikal-militan dengan gerakannya yang dinilai serba
ekstrim.
Tema akan dibahas oleh penulis dalam makalah ini adalah berkaitan
dengan paham fundamentalisme yang berkembang di kawasan Asia Barat Daya.
Seperti yang kita ketahui bahwa negara-negara di kawasan Asia Barat Daya
sebagian besar adalah negara-negara berbasis Islam. Oleh karena itu, paham
fundamentalisme yang berkembang adalah Fundamentalisme Islam.
Fundamentalisme Islam kerap kali diartikan dua arah yaitu yang beraliran positif
3

dan beraliran negatif. Dua aliran fundamentalisme tersebut berjalan secara


beriringan di kawasan Asia Barat Daya yang dikenal sebagai negara-negara Arab.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
dapat dijadikan sebagai pembatasan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan historis dalam memaknai fundamentalisme?
2. Bagaimana jenis-jenis dari fundamentalisme Islam?
3. Bagaimana contoh kasus fundamentalisme yang berkembang di negara-
negara kawasan Asia Barat Daya?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui beberapa tujuan dari


penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Mengetahui pandangan historis dalam memaknai fundamentalisme.
2. Mengetahui jenis-jenis dari fundamentalisme Islam.
3. Mengetahui contoh kasus fundamentalisme yang berkembang di negara-
negara kawasan Asia Barat Daya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Historis dalam Memaknai Fundamentalisme

Secara historis, istilah fundamentalisme berasal dari gerakan Kristen


Protestan Amerika sekitar tahun 1920-an M. Sebuah koalisi Protestan Evangelicals
yang berusaha mempertahankan keyakinan fundamental Kristen dari pengaruh
liberalisme atau modernisme budaya Amerika. Istilah ini menjadi popular dengan
adanya publikasi sejumlah pamphlet yang diberi nama The Fundamentals. Secara
definitif istilah fundamentalisme tidak ada bedanya antara fundamentalisme dalam
agama maupun dalam politik. Di sini fundamentalisme merupakan keimanan yang
kuat, tidak goyah, dan bisanya menganut satu kepercayaan yang bersumber dari
nash-nash suci atau dasar-dasar kesucian. Semua aliran fundamentalisme sepakat
tentang faham di mana nash atau dasar yang menjadi rujukan memuat sekumpulan
kebenaran-kebenaran abadi yang berlaku di sepanjang zaman.
Istilah Fundamentalisme memiliki banyak makna. Masyarakat
memaknainya tergantung pada sudut pandang yang mana mereka berpijak. Yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah memandangnya dari sudut
pandang agama. Menurut pandangan orang Kristen, fundamentalisme digunakan
untuk mengidentifikasi kelompok Protestan yang anti terhadap modernitas. Dan
jika dipandang dalam sudut pandang Islam memiliki dua sudut pandang yang
berbeda yakni fundamentalisme yang mengarah pada gerakan Moderat dan juga
Radikal. Selain dapat diartikan dari sudut pandang agama Kristen dan Islam,
fundamnetalisme berlaku juga untuk agama lain seperti Khatolik, Hindu, Buddha,
Yahudi, Konghucu, dan lain sebagainya.
Terlepas dari banyaknya perbedaan sudut pandang pemaknaan istilah
fundamentalisme, masyarakat telah terpengaruh oleh persepsi makna
fundamentalisme yang dibuat oleh Bangsa Barat. Bangsa Barat mengartikan
fundamentalisme sebagai sikap ekstrem dan radikal dengan menggunakan agama
sebagai alatnya. Disini agama agama adalah lahan eksploitasi, seperti halnya
mudahnya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Maka tidak heran jika
sebagian kalangan moderat-liberal mengusulkan agar agama digeser ke ruang

3
4

privat, ke dalam ruang “sanctuary”-nya (Baso, 2006: xiii). Makna fundamentalisme


tidak sebatas gerakan garis keras seperti yang digambarkan oleh bangsa Barat. Perlu
adanya pelurusan dan pembenaran pada fundamentalisme yang berkaitan dengan
agama.

2.2 Jenis-jenis Fundamentalisme


Dalam perkembangannya, fundamentalisme dibedakan menjadi dua jenis
yaitu fundamentalisme yang bersifat positif dan fundamentalisme yang besifat
negatif. Fundamentalisme yang bersifat positif yaitu fundamentalisme yang
menjadikan teks dan tradisi keagamaan sebagai sumber moral dan etika
kemaslahatan publik (Muchlis:2011). Fundamentalisme positif berarti para
penganutnya memiliki tujuan untuk mengembalikan nilai tradisi dalam suatu
masyarakat dengan mengacu pada tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma.
Biasanya mereka menanamkan ideologi mereka dengan berbagai macam cara baik
itu langsung maupun tidak langsung tanpa menggunakan fisik. Sebagai contoh
fundamentalisme positif adalah gerakan Zionisme Yahudi, gerakan orientalis
Kristen, dalam Islam gerakan Hizbut Tahrir.
Ketika ada sisi positif tentu ada sisi negatifnya, begitu juga dalam
fundamentalisme. Fundamentalisme yang bersifat negatif yaitu fundamentalisme
yang menjadikan teks atau tradisi sebagai sumber dan justifikasi atas kekerasan
(Muchlis:2011). Dalam mencapai tujuannya, kaum fundamentalisme ini sering kali
menggunakan tindakan kekerasan atau menggunakan fisik. Mereka menganggap
bahwa fundamentalisme sebagai tindakan melawan musuh-musuh Tuhan seperti
modernisme dan sekularisme. Contoh dari fundamentalisme negatif adalah Al-
Qaeda (Osama Bin Laden) dan di Indonesia Front Pembela Islam (FPI).
Berkaitan dengan fundamentalisme yang berkembang di negara-negara
kawasan Asia Barat Daya, maka yang akan diulas lebih lanjut adalah
Fundamentalisme Islam. Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan di kawasan Asia
Barat Daya sebagian besar negaranya adalah negara islam, tentu saja paham
tersebut telah berkembang subur di dalamnya.
5

Fundamentalisme Islam dibagi menjadi dua bentuk seperti yang


dikemukakan oleh Abdul Muis Naharong dalam artikelnya yang berjudul
“Fundamentalisme Islam”:
1. Fundamentalisme Islam yang moderat, yang berupaya mengislamkan
masyarakat secara berangsur-angsur (islamisasi dari bawah), lewat jalur politik
dan dakwah.
2. Fundamentalisme Islam yang radikal, berupaya melakukan Islamisasi dengan
menghalalkan cara-cara kekerasan. Dalam menjalankan paham tersebut,
penganutnya membaginya menjadi dua bentuk gerakan yakni
Fundamentalisme Islam radikal berskala nasional-regional dan transnasional-
supranasional. Fundementalisme Islam radikal berskala nasional-regional
adalah mereka yang berusaha mendirikan negara islam dengan cara kekerasan
dan syarat utamanya adalah menjatuhkan secara paksa penguasa suatu negara
ataupun beberapa penguasa negara, kenudian diambil alih dan mendirikan
negara islam. Sedangkan fundamentalisme Islam radikal transnasional-
supranasional lebih memusatkan perhatian dan kegiatannya dalam memerangi
pemerintah yang selalu menekan dan hendak memberantas gerakan islam di
negaranya.

Berbicara tentang fundamentalisme Islam, beberapa ahli telah melakukan


pembedaan terhadap fundamentalisme yang moderat dan radikal. Olive Roy dalam
bukunya The Failure of Political Islam (1994), ia menggunakan terma Islamism
dan Neo-Fundamentalism untuk menyebut gerakan Islam yang berorientasi pada
pemberlakuan syariat dan menunjuk gerakan Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir,
Jamaati Islami, dan Islamic Salvation Front (FIS) sebagai representasi dari terma
yang dipakainya (Rahmat, 2005: xvi). Selain itu John L. Esposito lebih memilih
menggunakan istilah Islamic Revivalism atau aktivisme Islam, untuk
menggambarkan gerakan kebangkitan Islam kontemporer, karena terma ini
dianggap memiliki akar tradisi Islam (Rahmat, 2005: xvii),

Dua ahli tersebut menjelaskan bentuk fundamentalisme Islam yang mengarah


pada sifat positif. Sedangkan dalam sisi negatif, para ahli menyebutnya dengan
ekstremisme Islam. Muhammad Abid Al-Jabiri menggunakan istilah ekstremisme
6

Islam untuk menggambarkan kelompok Islam ekstrem yang biasanya mengarahkan


permusuhan dan perlawanannya kepada gerakan-gerakan Islam “tengah” atau
“moderat” (Rahmat, 2005:xvii). Adapula Muhammad Sa’id Al-Asymawi juga yang
juga menggunakan istilah ekstremisme Islam untuk menggambarkan gerakan suatu
kelompok untuk merebut kekuasaan dengan menunggangi isu-isu agama (Rahmat,
2005:xvii).

2.3 Contoh Kasus Fundamentalisme yang Berkembang di Kawasan Asia


Barat Daya
Seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya mengenai
fundamentalisme yang berkembang di Kawasan Asia Barat Daya, bahwa
fundamentalisme yang berkembang adalah fundamentalisme Islam.
Fundamentalisme Islam berkembang pesat di negara-negara islam kawasan ini.
Berikut ini akan diuraikan tentang contoh gerakan fundamentalisme islam di
kawasan Asia Barat Daya baik itu yang bersifat moderat maupun radikal. Dalam
fundamentalisme Islam yang bersifat moderat, penulis mengambil contoh gerakan
Hizbut Tahrir yang berasal dari Yerusalem, Palestina. Untuk fundamentalisme
Islam radikal, penulis memilih Al-Qaeda yang berkembang di Irak.
Hizbut Tahrir yang kini juga telah merambah Indonesia dengan nama HTI
(Hizbut Tahrir Indonesia), pertama kali didirikan di Yerusalem pada tahun 1952
oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani. Hizbut Tahrir diartikan sebagai “Partai
Pembebasan Islam”. Hizbut Tahrir didirikan sebagai organisasi Islam yang
bertujuan mengembalikan kaum muslim untuk kembali taat ke hukum Islam,
memperbaiki system perundangan dan hukum negara yang dinilai kufur agar sesuai
tuntunan syariat, serta membebaskan dari gaya hidup dan pengaruh negara Barat.
Hizbut Tahrir juga memiliki tujuan untuk mendirikan kembali pemerintahan
Khilafah Islamiyah di dunia, dengan begitu hukum Islam dapat diberlakukan
kembali. Hizbut Tahrir tidak memandang golongan, ras, maupun mahzab dalam
merekrut anggota, yang terpenting calon anggota sanggup untuk memenuhi syarat
dan ketentuan yang selalu didasarkan pada syariat islam. Para anggota dan aktivis
Hizbut Tahrir dipersatukan dan diikat oleh akidah Islam dan ideologi-ideologi
Islam. Dalam menjalankan aktivitasnya, Hizbut Tahrir menggunakan metode
dakwah dengan menempuh tiga cara yaitu:
7

1. Mengubah ide-ide yang berkembang saat ini menjadi ide-ide Islam.


2. Mengubah perasaan yang tumbuh di kalangan masyarakat menjadi perasaan
islam.
3. Mengubah interaksi-interaksi yang ada dalam masyarakat menjadi interaksi
yang islami.
Kasus kedua tentang gerakan Al-Qaeda sebagai gerakan fundamentalisme
Islam radikal. Al-Qaeda didirikan oleh Osama Bin Laden pada tahun 1988 yang
berkembang di Afganistan, Irak, Asia Selatan, Suriah, dan Yaman. Al-Qaeda sama
dengan Al-Qaidah yang berarti fondasi atau dasar. Organisasi ini merupakan
organisasi paramiliter fundamentalis Islam. Tujuan utamanya adalah mengurangi
pengaruh luar terhadap kepentingan Islam. Di dunia Internasional organisasi ini
dicap sebagai organisasi teroris berskala Internasional oleh Amerika Serikat, Uni
Eropa, PBB, Britania Raya, Kanada, Australia, dan beberapa negara lain. Sering
dikatakan bahwa ideologi A-Qaeda berakar pada gerakan Islam Salafi yang
memiliki tujuan untuk memurnikan ajaran Islam hingga kembali seperti pada
zaman generasi Nabi Muhammad. Dalam mencapai tujuannya, organisasi ini
menggunakan cara kekerasan atau kita kenal sebagai terorisme. Contoh tindakan
terorisme yang diakui oleh dunia adalah tindakan dari militant Al-Qaeda adalah
peristiwa pengeboman gedung WTC (World Trade Center) pada tanggal 11
September 2001. Dari peristiwa tersebut kemudian mendorong proses militerisasi
politik AS (Baso, 2006: 427).
Berdasarkan kedua kasus yang saling berseberangan tersebut dapat kita nilai
bahwa fundamentalisme Islam moderat dengan fundamentalisme islam radikal
memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Seperti yang telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya, fundamentalisme Islam berbasis moderat mencapai tujuan dengan
cara penanaman ideologi-ideologi islam tanpa kekerasan. Sedangkan
fundamentalisme islam berbasis radikal lebih mengarah pada tindak kekerasan atau
dikenal sebagai terorisme.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fundamentalisme adalah keimanan yang kuat, tidak goyah, dan bisanya
menganut satu kepercayaan yang bersumber dari nash-nash suci atau dasar-dasar
kesucian. Dalam perkembangannya, fundamentalisme memiliki makna ganda,
yakni fundamentalisme yang bersifat positif dan bersifat negatif. Di negara-negara
Asia Barat Daya berkembang fundamentalisme Islam yang dibedakan menjadi dua
yaitu fundamentalisme islam moderat dan fundamentalisme islam radikal. Kedua
arus fundamentalisme Islam ini memiliki tujuan yang sama yaitu membangun
kembali syariat-syariat Islam yang telah tergerus oleh perkembangan globalisasi
dan tergeser oleh berbagai pembaharuan. Namun dalam aktivitasnya, keduanya
berbeda haluan. Fundamentalisme islam moderat menggunakan cara yang lebih
ideal dengan menggunakan ideologi tanpa adanya kekerasan. Sedangkan kaum
fundamentalisme Islam radikal lebih mengarah pada kekerasan dalam mencapai
tujuan mereka.

3.2 Saran
Setelah mengetahui makna fundamentalisme yang sebenarnya, kita sebagai
seorang akademisi tidak boleh terlalu percaya terhadap doktrin yang kita terima.
Sebelum menelan doktrin tersebut alangkah lebih baiknya melakukan analisis
terhadap doktrin tersebut. Belajar dari pengalaman saat ini, pada awalnya kita
menganggap fundamentalisme hanya berkaitan erat dengan radikalisme seperti
yang telah ditanamkan bangsa Barat dalam pemikiran kita melalui berbagai media.
Kenyataannya fundamentalisme bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi
bersifat tajam (radikal) dan di sisi lain bersifat tumpul (moderat).

8
9

DAFTAR RUJUKAN

Amstrong,K. 2000. The Battle of God: Fundamentalism in Judaism, Christianity


and Islam. New York: Ballatine.
Baso, Ahmad. 2006. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme
Islam dan Fundamentalisme Neo-Libelal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Madjid, N. 1992. Islam, Doktrin, dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang
Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina.
Muchlis, Ibrahim. 2011. Fundamentalisme, (Online), (Ibrahim-
muhlis.blogspot.com), diakses tanggal 27 Januari 2015.
Naharong, Abdul.M. Fundamentalisme Islam, Jurnal Universitas Paramadina vol.
4 no. 1 (1 Juli 2005).
Putri, Anggalina. 2015. Ideologi dan Perkembangan Al-Qaeda, (Online),
(www.academia.edu/6087843/ideologi_dan_Perkembangan _Al-
Qaeda), diakses tanggal 27 Januari 2015.
Rahmat, M. I. 2005. Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam di
Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Roy, Oliver. 1994. The Failure of Political Islam.The Brown Journal of World
Affair.
Wikipedia. 2013. Hizbut Tahrir (Online) (id.m.
Wikipedia.org/wiki/Hizbut_Tahrir), diakses pada tanggal 27 Januari
2015.

Anda mungkin juga menyukai