Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kekuatan kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita kejalan yang
benar dengan segala kebenarannya, begitu juga kepada para sahabat dan umatnya yang selalu
mengikuti jejaknya sampai akhir zaman.
Semakin maju atau modern nya kehidupan pada masa sekarang ini, semakin banyak pula
paham-paham yang berkembang. Baik itu yang bersifat positif maupun negatif, merugikan
maupun menguntungkan, mudah diterima maupun yang sulit diterima. Dan semakin banyak
paham-paham baru, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh atau cendekiawan yang
mempelajari paham-paham tersebut. Bahkan ada juga yang sudah membukukan paham-paham
tersebut dan disebar luaskan untuk dipahami orang lain. Disini kami akan memberikan sedikit
pembahasan tentang paham-paham yang sudah ada di kalangan umum, walaupun begitu semoga
pembahasan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Dan merupakan pahala bagi yang
membacanya, karena menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap umat muslim. Aamiin
Penyusun Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
B. PLURALISME.....................................................................................................................3
C. TERORISME........................................................................................................................6
D. HAM.....................................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, khususnya dari prodi
Pendidikan Agama Islam, dalam mata kuliah Pengantar Studi Islam. Sudah disepakati
untuk pembuatan makalah dan yang selanjutnya dipresentasikan dan didiskusikan
bersama selama jam mata kuliah tersebut. Terdapat 12 judul makalah yang harus dibuat
oleh mahasiswa kelas regular A, yang setiap judul dikerjakan oleh 2 mahasiswa, dan ada
juga yang harus dikerjakan oleh satu mahasiswa.
Didalam makalah ini terdapat empat materi yang harus kami sampaikan yaitu
tentang Islam Kontemporer, Pluralisme, Terorisme dan Hak asasi Manusia. Dengan
begitu, mau tidak mau kami harus mencari dan membaca referensi sebanyak mungkin,
karena banyaknya materi yang harus kami kuasai. Dan alhamdulillah dengan ini kami
memiliki hobi baru yaitu membaca, karena rasa penasaran kami dengan Dinamika Islam
Kontemporer ini. Materi ini sangat menarik karena didalamnya terdapat nilai-nilai
keagamaan yang beriringan dengan nilai-nilai politik, tidak hanya itu terdapat pula
1
sejarah yang amat sangat menarik dan kadang membuat kami tertegun bingung dengan
sejarah tersebut. Karena didalamnya banyak sekali tokoh yang terlibat dan memiliki
pendapat yang berbeda-beda pula. Akan tetapi mereka juga mempunyai argumen atau
alasan-alasan yang mendasar dan jelas terhadap pendapat-pendapat mereka. Nah disinilah
letak keseruan dalam mempelajarinya, kami jadi lebih berfikir kritis dan memilih-milih
pendapat mana yang lebih masuk akal, mudah diterima dan sesuai dengan kenyataan
yang ada di kehidupan ini. Seakan-akan kami juga ingin ikut andil dalam memberikan
pendapat dan argumen kami.
B. Rumusan Masalah
1.) Apa pengertian dari Islam Kontemporer ?
C. Tujuan
1.) Untuk mengetahui arti mengenai Islam Kontemporer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut istilah, Islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji Islam sebagai
nilai alternatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstual maupun kajian kontekstual
mengenai kemampuan Islam memberikan solusi baru kepada temuan-temuan disemua
kehidupan dari masa lampau hingga sekarang.2
B. PLURALISME
Sebelum membahas pengertian dari pluralisme, alangkah baiknya jika kita
mengenal cendekiawan Muslim yang dalam karir hidupnya menggagas pluraliseme
dalam lingkup Indonesia dan keislaman adalah Nurcholish Madjid (1939 – 2005).3
Sebagai Muslim, ia melihat bahwa pemikiran Pluralisme telah dikembangkan oleh
pemikir-pemikir Muslim di sepanjang sejarah Islam sekalipun mulai redup ketika umat
Muslim memasuki masa modern. Menurutnya pemikiran pluralisme itu lebih dibutuhkan
oleh umat Islam sekarang daripada masa-masa sebelumnya. Ia merevitalisasi pemikiran
pluralisme yang telah muncul dalam sejarah Islam pada masa lalu untuk menyelesaikan
problem relasi sosial modern yang dihadapi umat Muslim pada umumnya dan Muslim
Indonesia pada khususnya. Karya-karya tulisannya disepanjang hidupnya mulai masa
awal Orde Baru (1970-an) hingga Orde Reformasi (akhir dasawarsa 1990-an dan awal
dasawarsa 2000-an).
1
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
2
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
3
Muh Tasrif, (Ponorogo :Konsep Pluralisme Dalam Al-Qur’an, 2016 ), hlm.1
3
Pemikiran pluralisme Nurcholish tersebut telah meramaikan wacana pemikiran
Islam di Indonesia dan menimbulkan reaksi pro dan kontra. Reaksi pro muncul dari
kelompok Muslim dan non-Muslim yang melihat perlunya reinterpretasi Islam atau
minimal rekontekstualisasi Islam dalam menghadapi pluralitas modern. Bagi kelompok
ini, proses reinterpretasi Islam dapat dan bahkan harus memanfaatkan sumber-sumber
yang luas: masa lalu dan masa kini, muslim dan nonmuslim. Sebaliknya, reaksi kontra
muncul dari kelompok Muslim yang secara taken for granted melihat universalitas ajaran
Islam yang dianggap cocok untuk semua tempat dan masa sehingga reinterpretasi
dianggap dapat menimbulkan distorsi. Bagi kelompok ini, pemanfaatan sumber-sumber
“Asing” untuk menginterpretasi Islam dapat menimbulkan distorsi dan anomaly
pemikiran. Sebagai contoh, bagi kelompok ini, penggunaan istilah “Pluralisme” untuk
menyambut ajaran Islam yang “Ramah” kepada keragaman dapat menimbulkan
kesesatan istilah dan akidah. Sebab, istilah pluralisme tidak dikenal dalam khazanah
ajaran Islam.
5
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
4
Arab diterjemahkan “al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa Inggris “religious
pluralism”.6 Oleh karena istilah pluralisme agama ini berasal dari bahasa Inggris, maka
untuk mendefinikasikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut.
Pluralism berarti “jama” atau lebih dari satu. Dalam kamus bahasa Inggris mempunyai
tiga pengertian. Pertama, pengertian kerajaan: (i) sebutan untuk orang memegang lebih
dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau lebih secara
bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis:
berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang
lebih dari satu. Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem yang
mengakui koeksitansi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun
partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik
diantara kelompok-kelompok tersebut. Ketiga pengertian tersebut disederhanakan dalam
satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu
dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.
6
Malik Anis, (Jakarta : Pluralisme Agama : Tinjauan Kritis), hlm. 11
7
Chamim Asykuri (Yogyakarta : Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010), hlm. 131
5
merupakan sunatullah yang tidak dapat diingkari. Dengan kesadaran pluralisme
sebagaiman yang diajarkan Islam itu, maka umat Islam diharapkan memiliki sikap toleran
dan inklusif (terbuka) tanpa harus kehilangan identitas kebudayaan sebagai muslim.
Selanjutnya A.Mukti Ali, adalah seorang ilmuwan yang sering disebut Bapak
perbandingan Agama di Indonesia, ia mengajukan tipologi pluralisme,8 yaitu pertama
“sinkretisme” yakni tipologi yanb menganggap bahwa semua agama itu sama. Kedua
”reconception” berarti menyelami dan meninjau agamanya sendiri dalam konfrontasi
dengan agama lain. Ketiga “sintesis” yakni menciptakan agama baru yang mengambil
dari agama-agama lain. Keempat “pergantian” menganggap agamanya adalah yang paling
benar dan agama orang lain salah. Kelima “agree in disagreement” yakni menganggap
agamanya adalah yang paling benar dan tidak menganggap agama lain salah.
C. TERORISME
Teror berasal dari kata “terrour” (Inggris tengah), “terreur” (Perancis Lama),
“terror” (Latin) dan “terre” (Latin), yang artinya adalah untuk menakuti. 9 Dalam
termonologi sederhana, definisi teroris adalah satu atau lebih orang yang melakukan
terror; sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut seseorang atau lebih, atau
organisasi untuk menggunakan terror. Sedangkan menurut ensiklopedia Indonesia tahun
2000, terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan
sedemikian rupa untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud
menarik perhatian nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan dan
menurut Noam Chomsky saat mendefinisikan terorisme menuliskan, “terorisme ialah
penggunaan cara kekerasan yang ditargetkan kepada warga sipil dalam upaya guna
mencapai tujuan politik, agama atau semacamnya”.
8
Biyanto (Malang :Pluralisme Keagamaan dalam Perdebatan, 2009), hlm.50-51
9
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
6
Teroisme memiliki ciri-ciri yaitu :10 (1) organisasi yang baik, berdisiplin tinggi &
militant; (2) mempunyai tujuan politik, ideology tetapi melakukan kejahatan criminal
untuk mencapai tujuan; (3) tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku,
seperti agama, hukum dan HAM; (4) memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis
yang tinggi untuk menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi yang luas; (5)
menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, menimbulkan
ketakutan, kegelisahan, melalui sasaran fisik jasmani dalam bentuk pembunuhan,
penganiayaan, penyanderaan dan lainnya. Kedua teror mental, yaitu teror dengan
menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan ketakutan dan kegelisahan
tanpa harus menyakiti jasmani korban yang pada tingkatan tertentu dapat menimbulkan
tekanan batin yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dan lainnya.
Adapun sasaran pelaku terorisme yaitu11 (1) teror Nasional, yaitu teror yang ditujukan
kepada suatu wilayah dan kekuasaan negara tertentu, berupa pemberontakan bersenjata,
pengacauan stabilitas nasional, dan gangguan keamanan nasional. (2) teror Internasional,
yaitu tindakan teror yang ditujukan kepada bangsa atau negara lain diluar kawasan negara
yang didiami oleh teroris, dengan bentuk : dari pihak yang kuat ke pihak yang lemah.
Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi, agresi dan perang terbuka. Dari pihak yang
lemah kepada pihak yang kuat, dalam bentuk pembajakan, gangguuan keamanan
internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dan
sebagainnya.
Tidak diragukan lagi, istilah “terorisme” adalah istilah baru yang tidak terdapat pada
masa kemunculan agama Islam.12 Dalam ayat-ayat Al-Quran, riwayat-riwayat serta
tulisan ulama terdapat pembahasan yang mengemukakan teori-teori serta konsep-konsep
tertentu yang berkaitan dengan masalah terorisme sebagai bagian permasalahan
10
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
11
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2010
12
http://lutfi-cilut.blogspot.com/2016/12/islam-kontemporer.html, diunggah pada rabu, 07 Desember 2016
7
kehidupan manusia. Bahkan dalam teks-teks agama Islam terdapat beberapa istilah
(konsep) yang setara atau dekat pengertiannya dengan istilah terorisme.
D. HAM
HAM bukan hanya merupakan hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sejak
lahir ke dunia, tetapi juga merupakan standar normatif yang bersifat universal bagi
perlindungan hak-hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional, dan global.
Dan tidak dapt dicabut dari semua anggota keluarga manusia merupakan dasar
kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia”.
Secara sederhana, hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak dasar (asasi) yang
dimiliki dan melekat pada manusia karena kedudukannya sebagai manusia. Tanpa adanya
hak tersebut, manusia akan kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Menurut deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang telah disetujui dan
diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948, yang isinya
terdiri dari 30 pasal tersebut, secara singkat dijelaskan seperangkat hak-hak dasar
manusia yang sangat sarat dengan hak-hak yudiris, seperti hak untuk hidup, hak tidak
menjadi budak, hak tidak disiksa dan tidak ditahan, hak dipersamakan dimuka
hukum(equality before the law), hak untuk mendapatkan praduga tidak bersalah, dan
sebagainya. Hak-hak lain juga dimuat dalam deklarasi tersebut, seperti hak-hak akan
nasionalitas, pemilikan dan pemikiran; hak untuk menganut agama dan memperoleh
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan berbudaya.
Secara lebih spesifik, di dalam pasal-pasal deklarasi hak asasi manusia sedunia
tersebut ditegaskan beberapa kategori hak sebagai berikut :
13
Chamim Asykuri (Yogyakarta : Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010), hlm. 165 – 166
8
a) Hak yang secara langsung memberikan gambaran kondisi minimum yang
diperlukan individu, agar ia dapat mewujudkan watak kemanusiaannya.
b) Hak tentang perlakuan yang seharusnya diperoleh manusia dari sitem hukum.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-hak
kodrati yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia, yang tidak dapat dicabut
atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun (Maududi, 1988: 11-12).
Selanjutnya, Maududi juga menjelaskan bahwa hak-hak yang diberikan Allah itu
bersifat permanen, kekal, abadi, dan tidak boleh diubah-ubah, dimodifikasi, ataupun
dibatalkan. Maududi menyatakan bahwa hak-hak dasar manusia dalam Magna Charta
baru tercipta enam ratus tahun setelah kedatangan Islam. Islam mempunyai doktrin
perlindungan HAM yang lebih komprehensif dibandingkan dengan konsep HAM
dalam Magna Charta (Maududi, 1988:10). Weeramantry juga menyatakan hal yang
sama, yaitu bahwa pemikiran Islam mengenai hak-hak di bidang sosial, ekonomi, dan
budaya telah jauh mendahului pemikiran Barat.
14
Chamim Asykuri (Yogyakarta : Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010), hlm. 168 – 170
9
Tonggak sejarah dan politik Islam mengenai HAM berawal dari Konstitusi
Madinah atau Piagam Madinah (tahun 624) yang bertujuan menyatukan warga
Madinah yang majemuk, baik karena perbedaan etnis (Yahudi dan kelompok-
kelompok Arab), perbedaan agama (Yahudi, Muslim, dan Nasrani), dan perbedaan
kebudayaan. Perlindungan HAM dalam konstitusi Madinah, antara lain, adalah
perlindungan terhadap kebebasan beragama dan beribadah, kedudukan yang sama
sebagai warga masyarakat, persamaan hak dan kewajiban, dan persamaan di depan
hukum.
Gagasan Islam tentang HAM berpijak pada konsep tauhid; yaitu konsep
pengakuan keesaan Allah yang tergambar dari ungkapan syahadat. “Laa ilaaha illa
Allah” tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Selanjutnya, dikemukakan
bahwa ide perikemakhlukan yang terkandung dalam ajaran-ajaran Islam itu
mendorong manusia supaya tidak bersikap sewenang-wenang, tetapi bersikap baik
terhadaap makhluk lain. Al-Ghazali, berpendapat bahwa sikap kasih saying dalam
Islam tidak terbatas hanya dalam masyarakat manusia, tetapi juga kasih saying
kepada binatang, apakah itu yang melata di bumi ataupun terbang di udara.
Dalam konsep tauhid terdapat kewajiban manusia untuk menyembah Tuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan bersifat subordinatif.
Artinya, pola hubungan itu adalah hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya, atau
khalik dengan makhluknya. Hubungan subordinatif hanya berlaku dalam hubungan
manusia dengan Tuhan. Hubungan di antara sesama manusia adalah hubungan
keseteraan (egaliter), karena semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di
hadapan Allah. Jika terjadi hubungan subordinatif oleh manusia dengan manusia lain,
hal itu bertentangan dengan kodrat kamanusiaan. Feodalisme dan perbudakan
merupakan hubungan eksploitatif oleh manusia terhadap manusia lain yang ditentang
oleh ajaran Islam. Hak-hak asasi manusia dalam Islam merupakan standar normative
yang ditetapkan Allah atau dibuat oleh manusia berdasarkan firman Allah untuk
mengatur hubungan sesama manusia, baik dalam hubungan individu dengan individu,
individu dengan masyarakat, maupun dalam hubungan warga negara dengan negara
dan hubungan antar-negara.
10
Kebebasan manusia yang terdapat dalam Islam tidaklah bersifat absolut.
Demikian juga hak-hak asasinya. Yang mempunyai keabsolutan dan ketidakterbatasan
dalam ajaran Islam hanyalah Allah, Tuhan alam semesta. Yang lain mempunyai sifat
terbatas. Selain itu, disamping hak, manusia mempunyai kewajiban yang dibebankan
Allah kepadanya, yaitu patuh kepada perintah dan larangan-Nya. Larangan-Nya ialah
supaya manusia tidak berbuat onar di permukaan bumi, dan perintah-Nya ialah agar
manusia berbuat baik. Mengutamakan kepentingan diri sendiri dan mengabaikan
kepentingan orang lain, apalagi kepentingan umum atau orang banyak dilarang dalam
Islam.
a) Hak Hidup
Hak hidup adalah hak manusia atas kehidupan yang dianugerahkan oleh
Allah kepada setiap manusia guna menjamin perkembangan hidup menusia secara
alamiah. Hidup secara alamiah, berkembang dari proses dalam kandungan, lahir,
anak-anak, dewasa, dan tua. Menjamin hak hidup manusia berarti menghargai
nyawa manusia sebagai sumber kehidupan manusia tersebut. Hak hidup adalah
hak asasi paling fundamental bagi setiap manusia, karena kehidupan merupakan
prasyarat untuk mendapatkan hak-hak asasi lainnya. Islam menjunjung tinggi hak
hidup manusia yang dinyatakan secara eksplisit oleh firman Allah :
“…barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena orang itu membuat kerusakan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya…”(Q.S
Al-Maidah: 32).
15
Chamim Asykuri (Yogyakarta : Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010), hlm. 170 - 175
11
Kebebasan beragama adalah kebebasan manusia untuk memilih dan
memeluk suatu agama yang dia yakini kebenarannya berdasarkan pertimbanagan
akal dan nalurinya. Ide kebebasan beragama dalam Islam tercermin dari ketentuan
Al-Qur’an (Q.S Al-Baqarah: 256) :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat”
Keadilan adalah hak manusia untuk mendapat sesuatu hal yang menjadi
haknya dari orang lain. Kata “Keadilan” dipergunakan dalam banyak konteks,
adakalanya digunakan untuk menyebut hak, perlakuan yang sama, dan
keseimbangan atau kesebandingan. Keadilan bukan hanya berkaitan dengan
bidang hukum semata-mata, tetapi juga berkaitan dengan biang ekonomi, bidang
politik, dan bidang sosial. Ketentuan Al-Qur’an mengenai keadilan terdapat dalam
Q.S Al-Maidah: 8, yaitu “…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa”.
e) Hak Bekerja
12
Islam juga mengatur hak manusia untuk melakukan pekerjaan. Beberapa
ajaran Islam yang berkaitan dengan hak bekerja antara lain : Q.S At-Taubah (9):
10 “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata. Lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Hadis Rasulullah
“Berikanlah upah seorang buruh sebelum kering keringatnya, dan
beritahukanlah upahnya sewaktu dia bekerja” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy).
f) Hak Politik
Dalam buku Hak-hak Rakyat dan Kewajiban Negara dalam Islam karya
Abdul Karim Zaidan membahas hak-hak politik dalam Islam, yang meliputi : hak
memilih kepala negara; hak musyawarah; hak melakukan control; hak memecat
kepala negara; hak mencalonkan diri; dan hak untuk menjadi pegawai negeri.
Selain itu juga disebutkan kewajiban-kewajiban politik rakyat, yaitu taat kepada
pemimpin sepanjang pemimpin itu memang benar. Dijelaskan dalam hadis
Abdurrahman ibn Samurah bahwa Nabi bersabda kepadanya “Hai Abdurrahman
ibn Samurah, janganlah engkau meminta jabatan. Jika engkau diberinya karena
meminta, engkau akan diberatkannya. Dan jika engkau diberinya tanpa meminta,
maka engkau akan ditolong untuknya.”
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Pengertian Pluralisme
14
Dalam termonologi sederhana, definisi teroris adalah satu atau lebih orang
yang melakukan terror; sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut
seseorang atau lebih, atau organisasi untuk menggunakan terror. Ciri-ciri yaitu :
(1) organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant; (2) mempunyai tujuan
politik, ideology tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai tujuan; (3)
tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum
dan HAM; (4) memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi
untuk menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi yang luas; (5)
menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan,
penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian masa /
publik. Terorisme memiliki dua bentuk yaitu, pertama teror fisik, yaitu teror untuk
menimbulkan ketakutan, kegelisahan, melalui sasaran fisik jasmani dalam bentuk
pembunuhan, penganiayaan, penyanderaan dan lainnya. Kedua teror mental, yaitu
teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan ketakutan
dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban yang pada tingkatan
tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa akibatnya bisa gila,
bunuh diri, putus asa dan lainnya.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-
hak kodrati yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia, yang tidak dapat
dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Gagasan Islam tentang
HAM berpijak pada konsep tauhid; yaitu konsep pengakuan keesaan Allah yang
tergambar dari ungkapan syahadat. “Laa ilaaha illa Allah” tidak ada Tuhan yang
patut disembah selain Allah. Beberapa hak asasi manusia dalam Islam meliputi :
Hak Hidup, Hak kebebasan beragama, Hak atas keadilan, Hak kebebasan berpikir
dan berpendapat, Hak bekerja dan Hak politik.
B. Saran
15
Para pembaca harus memahami betul mengenai masalah-masalah Islam Kontemporer.
Karena agar dalam menjalani hidup kita tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif maupun
merugukan.
DAFTAR PUSTAKA
Tasrif ,Muh. Kosep Pluralisme Dalam Al-Qur’an. Ponorogo: STAIN Press PONOROGO. 2016
Anis, Malik. Pluralisme Agama : Tinjauan Kritis. Jakarta : Perspektif Kelompok GEMA
INSANI.
Asykuri, Chamim. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Diktilitbang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. 2010.
Biyanto. Pluralisme Keagamaan dalam Perdebatan. Malang : ummpress. 2009.
16