SEJARAH SINGKAT
&
PERBEDAAN DASAR
Pendahuluan.
1) Sikap menyerang:
a) Penyerangan itu bisa ditujukan kepada orang yang beragama lain itu,
dimana kita membenci atau memusuhi orang itu.
Ini salah karena sekalipun kita harus menentang ajaran yang salah /
sesat, tetapi kita harus mengasihi orangnya, dan berusaha mengarahkan
dia pada jalan yang benar, supaya dia bisa diselamatkan.
Karena itu harap diperhatikan bahwa buku ini tujuannya bukan untuk
dibagikan kepada orang Roma Katolik, tetapi hanya untuk kalangan Kristen
sendiri.
a) Setiap agama bukan saja berbeda dengan agama yang lain, tetapi bah-
kan juga bertentangan.
Misalnya:
1. Kristen (dan Katolik) mengakui Yesus sebagai Tuhan / Allah sendiri,
tetapi agama-agama yang lain tidak.
2. Kristen mengakui Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat dan satu-
satunya jalan keselamatan, tetapi agama-agama lain tidak.
3. Kristen menekankan keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus,
bukan karena perbuatan baik, tetapi agama-agama lain (termasuk
Katolik) menekankan perbuatan baik.
1
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Jelas bahwa orang yang menganggap semua agama sama, jelas tidak
mengerti apa-apa soal agama-agama yang ia anggap sama itu!
1. Bukan supaya kita menjadi sombong, atau supaya kita bisa mengejek atau
menghina orang yang beragama / beraliran lain, atau supaya kita menang
kalau berdebat dengan mereka!
2
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
‘Gereja yang kudus dan am’, yang dalam terjemahan bahasa Inggrisnya
berbunyi ‘The Holy Catholic Church’ (= Gereja Katolik yang kudus)].
Sejarah singkat ini perlu diketahui, karena banyak orang kristen yang mengira
bahwa Roma Katolik ada lebih dulu dan kristen merupakan agama baru yang
memberontak terhadap Roma Katolik. Karena itu, kalau orang kristen
diserang oleh orang Katolik dengan cara ini, mereka tidak bisa menjawab.
Contoh-contoh penyimpangan:
3
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
5. Doktrin tentang api pencucian.........................................................593 M
6. Penggunaan bahasa Latin dalam doa / kebaktian..........................600 M
7. Doa ditujukan kepada Maria, malaikat dan orang-orang suci.........600 M
8. Gelar ‘Paus’......................................................................................607 M
9. Mencium kaki Paus..........................................................................709 M
10. Penyembahan terhadap salib, patung dan relics..........................786 M
11. Penyembahan terhadap Santo Yusuf............................................890 M
12. Kanonisasi orang-orang suci yang mati........................................995 M
13. Hamba Tuhan tidak boleh menikah.............................................1079 M
14. Doa Rosario.................................................................................1090 M
15. Transubstantiation (doktrin tentang perjamuan kudus)...............1215 M
16. Alkitab dilarang untuk orang awam..............................................1229 M
17. Cawan Perjamuan Kudus dilarang untuk orang awam...............1414 M
18. Api Pencucian ditetapkan sebagai dogma..................................1439 M
19. Doktrin tentang 7 sakramen diteguhkan......................................1439 M
20. Salam Maria.................................................................................1508 M
21. Tradisi disetingkatkan dengan Alkitab.........................................1545 M
22. Apocrypha dimasukkan ke dalam Kitab Suci..............................1546 M
23. Doktrin bahwa Maria lahir / dikandung dan hidup tanpa dosa....1854 M
24. Paus tidak bisa salah kata-katanya............................................1870 M
25. Kenaikan Maria ke surga.............................................................1950 M
26. Maria dinyatakan sebagai ibu gereja...........................................1965 M
Catatan:
Ini hanya sekitar 60 % dari penyelewengan-penyelewengan yang ditu-
liskan oleh Loraine Boettner dalam bukunya ‘Roman Catholicism’, hal
7-9.
Bahwa hal-hal yang ada dalam daftar di atas ini memang merupakan
penyimpangan dari Kitab Suci bisa saudara lihat penjelasannya dalam
sepanjang buku ini.
Kesimpulan:
4
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Kristen Protestan bukanlah agama / ajaran baru yang memberontak dari
Roma Katolik, tetapi ajaran yang kembali kepada kekristenan yang lama /
mula-mula, yang sudah ada sejak abad pertama!
Ia melanjutkan lagi:
“Protestantism, therefore, was not a new religion, but a return to the faith of the
early church. It was Christianity cleaned up, with all the rubbish that had collected
during the Middle Age thrown out” (= Karena itu, protestanisme bukanlah suatu
agama baru, tetapi suatu pengembalian pada iman dari gereja mula-mula. Itu
adalah kekristenan yang dibersihkan, dengan dibuangnya semua sampah /
kotoran yang terkumpul selama abad pertengahan) - ‘Roman Catholicism’, hal
12.
Kristen Protestan
Reformasi
1517
penyimpangan2 sehingga
menimbulkan Roma Katolik
Kristen mula2
Sebelum kita membahas perbedaan Roma Katolik dan Kristen Protestan, ada
satu hal yang perlu diketahui.
5
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Loraine Boettener berkata bahwa ajaran dan praktek Roma Katolik di negara-
negara dimana Katolik adalah golongan minoritas berbeda dengan Roma
Katolik aslinya, atau dengan Roma Katolik di negara-negara dimana Roma
Katolik merupakan golongan mayoritas, karena di negara-negara dimana
mereka merupakan golongan minoritas mereka mengadakan kompromi-
kompromi untuk menyesuaikan diri. Kalau kita mau melihat Roma Katolik
yang sesungguhnya, kita harus melihatnya pada abad pertengahan, atau
melihatnya sekarang di negara-negara seperti Spanyol, Portugal, Italia,
Perancis, Irlandia Selatan dan Amerika Latin, dimana mereka berkuasa
dalam politik maupun gereja - ‘Roman Catholicism’, hal 3.
Dengan mengingat satu hal itu, sekarang mari kita melihat perbedaan dasar
antara Roma Katolik dengan Kristen Protestan.
6
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
doa Roma Katolik, dan itupun tidak boleh dalam ‘vulgar tongue /
bahasa kasar’, maksudnya buku-buku itu harus ada dalam
bahasa Latin, yang jelas ada di luar jangkauan orang awam.
7
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Tetapi, tanggal 11 Oktober 1992, Gereja Roma Katolik menerbitkan
‘Chatechism of the Catholic Church’, yang pada no 133, berkata
sebagai berikut:
“The Church forcefully and specifically exhorts all the Christian
faithful... to learn the surpassing knowledge of Jesus Christ, by frequent
reading of the divine Scriptures. Ignorance of the Scriptures is
ignorance of Christ” (= Gereja dengan kuat dan khusus mendesak
semua orang kristen yang setia... untuk mempelajari pengetahuan
yang melampaui dari Yesus Kristus, dengan pembacaan yang sering
dari Kitab Suci ilahi. Ketidaktahuan terhadap Kitab Suci adalah
ketidaktahuan terhadap Kristus).
a. 12 kitab-kitab Apocrypha.
Ada 15 kitab Apocrypha yang ditambahkan kepada Alkitab
oleh orang Roma Katolik, yaitu:
1. Kitab Esdras yang pertama.
2. Kitab Esdras yang kedua.
3. Tobit.
4. Yudit.
5. Tambahan-tambahan pada kitab Ester.
6. Kebijaksanaan Salomo.
7. Yesus bin Sirakh.
8. Barukh.
9. Surat dari nabi Yeremia.
10. Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda.
11. Susana.
12. Bel dan naga.
13. Doa Manasye.
14. Kitab Makabe yang pertama.
15. Kitab Makabe yang kedua.
8
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh
Council of Trent, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu
akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke
dalam Alkitab mereka.
9
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
dimasukkan dalam daftar kitab-kitab kudus. Daftar lengkap
ini disebut kanon Kitab Suci. Itu mencakup 46 kitab untuk
Perjanjian Lama (45 jika kita menghitung Yeremia dan
Ratapan sebagai 1 kitab) dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2
Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia, Tobit,
Yudit, Ester, 1 dan 2 Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal,
Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh,
Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea,
Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi].
10
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
bahwa pada jaman Yesus Kitab Suci Ibrani umumnya terdiri
dari 39 kitab yang kita kenal sekarang sebagai Perjanjian
Lama) - hal 66.
Halley’s Bible Handbook: “In Jesus’ day this book was called
‘The Scriptures,’ and was taught regularly and read publicly in
synagogs. It was commonly regarded among the people as the
‘Word of God.’ Jesus himself repeatedly called it the ‘Word of
God.’ ... These ‘Scriptures’ were composed of the 39 books which
constitute our Old Testament, though under a different
arrangement. ... when this group of books was completed, and set
apart as the definitely recognized Word of God, is involved in
obscurity. The Jews’ tradition was that it was done by Ezra” (=
Pada jaman Yesus, buku ini disebut ‘Kitab Suci’, dan
diajarkan secara rutin / teratur dan dibacakan di depan umum
di sinagog-sinagog. Pada umumnya itu dianggap di antara
bangsa itu sebagai ‘Firman Allah’. ... ‘Kitab Suci’ ini terdiri
dari 39 kitab yang membentuk Perjanjian Lama kita,
sekalipun susunan / urut-urutannya berbeda. ... kapan
kelompok kitab-kitab ini menjadi lengkap, dan dipisahkan
sebagai Firman Allah yang diakui dengan pasti, tak diketahui
dengan jelas. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa hal itu
dilakukan oleh Ezra) - hal 405.
12
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Josephus was born A. D. 37 in Jerusalem, of priestly aristocracy.
He received an extensive education in Jewish and Greek culture.
He was governor of Galilee and military commander in the wars
with Rome, and was present at the destruction of Jerusalem.
These words of Josephus are unquestionable testimony to the
belief of the Jewish nation of Jesus’ day as to what books
comprised the Hebrew Scriptures, and that that collection of
books had been completed and fixed for 400 years preceding his
time” (= Kesaksian ini tidak kecil nilainya. Josephus
dilahirkan pada tahun 37 M. di Yerusalem, dari keluarga
imam. Ia menerima pendidikan yang luas dalam kebudayaan
Yahudi dan Yunani. Ia adalah gubernur dari Galilea dan
komandan militer dalam perang dengan Roma, dan ia hadir
pada penghancuran Yersalem. Kata-kata dari Josephus
merupakan kesaksian yang tidak diragukan tentang
kepercayaan dari bangsa Yahudi dari jaman Yesus berkenaan
dengan kitab-kitab mana yang termasuk dalam Kitab Suci
Ibrani, dan bahwa kumpulan kitab-kitab itu telah lengkap dan
tertentu selama 400 tahun sebelum jamannya) - hal 406.
16
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
otentik / berotoritas dan dimasukkan ke dalam kanon) -
‘Jude’, hal 289.
Wah 22:18-19 berbunyi:
“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar
perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang
menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini,
maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-
malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau
seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan
dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil
bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus
seperti yang tertulis di dalam kitab ini”.
d. Keputusan-keputusan Paus.
Lucunya, ada Paus-paus yang menentang kitab-kitab Apo-
crypha, dan dengan demikian mereka bertentangan dengan
Council of Trent yang memasukkan kitab-kitab itu ke dalam
18
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Alkitab. Loraine Boettner mengutip kata-kata Dr. Harris yang
dalam bukunya yang berjudul ‘Fundamental Protestant
Doctrines’, I, hal 4, berkata:
“Pope Gregory the Great declared that First Maccabees, an
Apocryphal book, is not canonical. Cardinal Zomenes, in his
polygot Bible just before the Council of Trent, excluded the
Apocrypha and his work was approved by pope Leo X. Could
these popes have been mistaken or not? If they were correct, the
decision of the Council of Trent was wrong. If they were wrong
where is a pope’s infallibility as a teacher of doctrine?” (= Paus
Gregory yang Agung menyatakan bahwa kitab Makabe yang
pertama, suatu kitab Apocrypha, tidak termasuk kanon.
Kardinal Zomenes, dalam Alkitab polygotnya persis sebelum
Council of Trent, mengeluarkan / membuang Apocrypha dan
pekerjaannya disetujui oleh Paus Leo X. Apakah Paus-paus ini
bisa salah atau tidak? Jika mereka benar, keputusan Council
of Trent salah. Jika mereka salah, dimana ketidakbersalahan
Paus sebagai seorang pengajar doktrin?) - ‘Roman
Catholicism’, hal 83.
Dan ‘tradisi’ ini justru jauh lebih berperan sebagai dasar dari
ajaran-ajaran Roma Katolik, bahkan sebagian besar ajaran /
dogma Roma Katolik tidak didasarkan pada Kitab Suci, tetapi
pada tradisi! Ini menyebabkan sekalipun Roma Katolik dan
Kristen Protestan sama-sama menggunakan Kitab Suci, tetapi
ajarannya bisa sangat berbeda / bertentangan.
20
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
dengan kepala di bawah’. Dan akhirnya Petruspun mati
syahid dengan disalibkan secara terbalik.
21
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
kuasa lebih dari cukup untuk mengampuni dosa yang
bagaimanapun besarnya!
Dalam ajaran Kristen Protestan (yang asli, bukan yang sudah menjadi
Liberal), seseorang selamat hanya karena iman (SOLA FIDE / Only
Faith (= hanya iman). Perbuatan baik sedikitpun tidak berperan dalam
keselamatan kita!
Untuk mengetahui yang mana yang benar, mari kita melihat pada
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa:
Penjahat yang bertobat / beriman pada saat terakhir hidupnya,
tetap masuk surga sekalipun tidak pernah pergi ke gereja ataupun
22
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
di baptis, dan bahkan hampir bisa dikatakan tidak pernah berbuat
baik dalam sepanjang hidupnya (Luk 23:43).
Ef 2:8,9 Gal 2:16 Ro 3:24,27-28 menunjukkan bahwa kita selamat
/ dibenarkan hanya karena iman.
Gal 3:2,14 menunjukkan bahwa kita menerima Roh Kudus karena
iman.
Kis 15:1-21 menunjukkan bahwa kita bisa selamat karena iman
saja, bukan karena sunat atau ketaatan pada hukum-hukum Musa.
Dalam Yoh 19:30 Yesus berkata ‘sudah selesai’. Ini menunjukkan
bahwa keselamatan kita sudah Ia selesaikan, sehingga kita tak
perlu berusaha apa-apa lagi! Kita hanya menerima keselamatan itu
dengan iman!
KESIMPULAN:
Kita selamat hanya karena iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan
baik hanya merupakan bukti iman, dan kalau perbuatan baik itu tidak
ada maka iman itu sebetulnya mati / tidak ada (Yak 2:17,26), tetapi
bagaimanapun juga, perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil
dalam keselamatan kita.
Illustrasi:
Orang sakit obat sembuh bisa berolah raga.
Orang berdosa iman selamat berbuat baik.
Keterangan:
Orang sakit bisa sembuh karena obat, bukan karena olah raga. Tetapi
bukti bahwa ia sudah sembuh adalah bahwa ia bisa berolah raga kem-
bali. Kalau seseorang mengaku sudah minum obat dan sudah sembuh
tetapi tetap tidak bisa berolahraga, maka itu menunjukkan bahwa pe-
ngakuannya dusta. Jadi sebetulnya ia belum sembuh, dan juga belum
minum obat.
Analoginya: orang berdosa bisa selamat karena iman kepada Yesus
Kristus, bukan karena berbuat baik. Tetapi bukti bahwa ia sudah
selamat adalah bahwa ia lalu berbuat baik. Kalau seseorang mengaku
sudah beriman kepada Yesus dan sudah selamat tetapi ia sama sekali
tidak mempunyai perbuatan baik / ketaatan kepada Tuhan, maka itu
menunjukkan bahwa pengakuannya itu dusta. Jadi sebetulnya ia
belum selamat dan belum percaya dengan sungguh-sungguh.
24
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
“P:Sering kali orang mempersoalkan nasib orang yang beragama lain
atau yang tidak dibaptis. Bagaimana ajaran resmi Gereja Katolik
dalam hal ini?
J: Saya kira cara yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan Anda
adalah mengutip langsung apa yang diajarkan Konsili Vatikan II.
Dalam konstitusi dogmatis Lumen Gentium nomer 16 Konsili Vatikan
II mengajarkan, ‘Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal
Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari
Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan
kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan
perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.’
P: Tetapi bukankah Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara
antara Allah dan manusia seperti ada tertulis dalam 1Tim 2:5?
J: Ya, tepat sekali. Tetapi ajaran Konsili Vatikan II tidak bertentangan
dengan 1Tim 2:5, sebab kita percaya bahwa Yesus Kristus tetap satu-
satunya pengantara antara Allah dan manusia. Hanya saja mereka
yang tidak (bisa) mengenal Dia, tetapi yang berusaha mengabdi Allah
menurut keyakinan atau menurut agama mereka sendiri, dapat
selamat berkat jasa Yesus Kristus yang telah mendamaikan seluruh
umat manusia dengan Allah. Meskipun mereka tidak mengenal-Nya,
Yesus Kristus telah wafat demi menebus dosa mereka juga. Menurut
keyakinan katolik sampainya seorang yang beragama lain ke surga
adalah berkat rahmat Yesus Kristus. Kami kira ajaran ini penting.
Sebab kalau orang selamat hanya karena percaya kepada Yesus
Kristus dan dibaptis, konsekuensinya besar sekali. Berapa banyak
orang yang tidak mengenal Yesus Kristus atau yang sudah beragama
sebelum mengenal agama kristen? Tak terhitung jumlahnya, bukan?
Mereka begitu yakin bahwa agama merekalah yang benar, dan
mereka justeru takut masuk neraka kalau pindah ke agama kristen.
Maka mereka dengan hati nurani yang tulus mengabdi Allah sesuai
dengan keyakinannya itu. Nah, apakah Tuhan Allah yang maha-
rahim pasti memasukkan mereka ke dalam neraka? Sulit menerima
Allah yang demikian kejam, bukan? Kita harus berhati-hati supaya
jangan bersikap seperti banyak orang yang hidup sejaman dengan
Yesus. Banyak di antara mereka mengira pasti masuk surga karena
mereka itu keturunan Abraham, karena mereka itu bersunat atau
karena mereka itu beragama Yahudi. Mereka mengira, bangsa bukan
Yahudi pasti masuk neraka. Bukankah Yesus mengecam orang-orang
Yahudi semacam itu dengan mengatakan bahwa orang-orang bukan-
Yahudi (yang dianggap kafir itu) bahkan bisa ikut mengadili mereka.
‘Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit
bersama-sama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-
orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus,
dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus’ (Mat
12:41).
P: Kalau begitu, semua agama itu sama saja. Bukankah orang yang
beragama apa pun bisa selamat tanpa percaya kepada Yesus Kristus
dan dibaptis?
25
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
J: Tidak! Semua agama itu tidak sama saja. Itu indifferentisme agama
namanya, artinya paham bahwa tidak ada perbedaan penting antara
agama yang satu dengan yang lain. Dengan menganut indifferentisme
agama orang bisa pindah agama seenaknya tanpa pikir panjang. Kita
tidak bisa menerima paham itu. Agama yang satu berbeda dengan
agama yang lain. Setiap pemeluk suatu agama seharusnya merasa
yakin bahwa agama yang dianutnyalah yang paling benar dan baik.
Kita pun sebagai orang kristen percaya bahwa agama kristenlah
agama yang paling benar dan sempurna. Jadi ajaran Konsili Vatikan
II (tentang kemungkinan orang untuk selamat tanpa menjadi orang
kristen) tidak mengurangi sama sekali tugas Gereja untuk
memperkenalkan Injil kepada segala bangsa. Kita tetap wajib
memperkenalkan Yesus Kristus, sebab Dia tidak hanya menunjukkan
jalan menuju keselamatan, tetapi Dia sendiri adalah Jalan menuju
keselamatan. Kita tetap wajib mengajak orang lain untuk masuk ke
dalam agama kristen, karena kita yakin bahwa agama kristen
memberi jalan yang paling singkat dan pasti menuju keselamatan.
Agama kristen adalah jalan yang paling singkat dan pasti untuk
mempersatukan manusia dengan Allah secara paling erat-mesra.
Agama kristen memungkinkan manusia menerima secara melimpah-
ruah kehidupan ilahi yang dibawa oleh Yesus (Yoh 10:10), suatu
rahmat yang - menurut keyakinan kita - tidak dapat diberikan oleh
agama lain. Akhirnya, baiklah kami kutipkan ajaran Paus Yohanes
Paulus II tentang hal ini. Dalam Ensiklik Redemptoris Missio (Tugas
Perutusan Penebus) nomer 55 dikatakan, ‘Kenyataan bahwa para
pemeluk agama-agama lain dapat menerima rahmat Allah dan dapat
diselamatkan oleh Kristus terlepas dari sarana-sarana yang biasa
yang telah Dia bangun sendiri, tidaklah demikian saja membatalkan
panggilan menuju iman dan pembaptisan yang diinginkan Allah bagi
semua orang ... Gereja adalah sarana yang biasa dari keselamatan dan
Gereja sendiri memiliki kepenuhan sarana-sarana keselamatan itu.’
Nah, menjadi jelas bahwa semua agama itu tidak sama saja.
P: Bagaimana menerangkan ayat-ayat Injil yang menyatakan bahwa
yang bisa sampai kepada Bapa atau bisa selamat hanyalah mereka
yang percaya kepada Yesus Kristus yang (dan?) dibaptis? Coba baca
Mrk 16:15, ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,
tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.’ Baca juga Yoh 3:18,
‘Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;
barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab
ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.’ (bdk. Yoh 8:24;
11:26).
J: Harus kami akui, masalah ini sulit dijawab. Apa yang akan kami
katakan di sini hanyalah pendapat pribadi yang bisa salah. Begini
jawaban kami. Ajaran Konsili Vatikan II di atas mengandung
keyakinan Gereja Katolik bahwa ayat-ayat yang baru saja Anda
sebut, yakni Mrk 16:15 dan Yoh 3:18 tidak perlu ditafsirkan secara
hurufiah dan dalam arti mutlak seperti adanya. Dan banyak ayat lain
yang serupa itu. Ayat-ayat di atas hanya mau menekankan betapa
26
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
pentingnya iman kepada Yesus Kristus dan pentingnya pembaptisan.
Jadi ayat-ayat tersebut tidak bermaksud mengajarkan bahwa semua
orang (tanpa kecuali) yang tidak sempat percaya dan dibaptis pasti
binasa. Memang jawaban ini tidak memuaskan. Tapi kita yakin
bahwa paus dalam persatuan dengan para uskup se dunia dibimbing
oleh Roh Kudus sehingga mereka dapat menafsir Injil dengan benar.
Lebih sulit menerima kenyataan bahwa semua orang yang tidak
percaya kepada Yesus Kristus (tanpa kecuali dan tanpa pandang
bulu) pasti masuk neraka daripada menerima kenyataan bahwa Mrk
16:15 dan Yoh 3:18 merupakan semacam cara untuk menekankan
pentingnya iman dan pembaptisan dan bukan dogma mengenai nasib
orang yang tidak percaya.”.
27
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Yoh 10:26-28 - “tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak
termasuk domba-dombaKu. Domba-dombaKu mendengarkan
suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti
tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak
akan merebut mereka dari tanganKu”.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa
percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh
karena namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena
Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di
dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan
dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Kis 13:46 - “Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata:
‘Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih
dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak
untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada
bangsa-bangsa lain”.
Kis 13:48 - “ Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak
mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua
orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi
percaya”.
Ro 1:16-17 - “(16) Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh
dalam (tidak malu karena) Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan setiap ORANG YANG PERCAYA, pertama-
tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. (17) Sebab di
dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan
memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan
hidup OLEH IMAN.’”.
Ro 3:21-22 - “(21) Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran
Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat
dan Kitab-kitab para nabi, (22) yaitu kebenaran Allah karena iman
dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada
perbedaan”.
Ro 3:25-26 - “(25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi
jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya
untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-
dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. (26)
MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini,
supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang
percaya kepada Yesus”.
Ro 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk
bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan?
Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa
manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat”.
28
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Ro 3:30 - “Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan
baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak
bersunat juga karena iman”.
Ro 4:3-5 - “Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang
bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai
haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun
percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya
diperhitungkan menjadi kebenaran”.
Ro 4:18-25 - “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,
namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi
bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu.’ Imannya tidak menjadi lemah,
walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah,
karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara
telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena
ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia
memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa
untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini
diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu
‘hal ini diperhitungkan kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham
saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah
memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah
membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan
dibangkitkan karena pembenaran kita”.
Ro 5:1-2 - “(1) Sebab itu, kita yang dibenarkan KARENA IMAN,
kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan
kita, Yesus Kristus. (2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk OLEH
IMAN kepada kasih karunia ini . Di dalam kasih karunia ini kita
berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima
kemuliaan Allah”.
Ro 9:30-10:4 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar
kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran KARENA
IMAN. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang
akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
(32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman,
tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,
(33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion
sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang
percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (1) Saudara-saudara,
keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka
diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang
mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi
tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak
mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk
29
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk
kepada kebenaran Allah. (4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum
Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang YANG
PERCAYA”.
Text ini sangat penting, karena menunjukkan secara explicit bahwa
Israel sungguh-sungguh mengejar hukum, tetapi tidak selamat,
karena tidak beriman.
Ro 10:9-15 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab
Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan.’ Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan
orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua
orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya. Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka
tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka
mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? Dan
bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak
diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka
yang membawa kabar baik!’”.
Ro 11:20,23 - “Baiklah! Mereka dipatahkan karena
ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak
menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan
menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan
juga kekerasanNya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah
jatuh, tetapi atas kamu kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam
kemurahanNya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga. Tetapi
merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap
dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk
mencangkokkan mereka kembali”.
Ef 2:8-13 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan
hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa
dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging,
yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan
oleh tangan manusia, --bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
30
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu,
yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus”.
2Tes 1:8-10 - “dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang
tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan
kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-
lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan
kekuatanNya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di
antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh semua orang
yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah
kamu percayai”.
2Tes 2:13 - “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada
Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab
Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam
Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu
percayai”.
NIV: ‘But we ought always to thank God for you, brothers loved by
the Lord, because from the beginning God chose you to be saved
through the sanctifying work of the Spirit and through belief in the
truth’ (= ).
KJV: ‘But we are bound to give thanks alway to God for you,
brethren beloved of the Lord, because God hath from the beginning
chosen you to salvation through sanctification of the Spirit and
belief of the truth’ (= ).
Ibr 3:12,19 - “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara
kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak
percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. ... Demikianlah
kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena
ketidakpercayaan mereka”.
Ibr 4:2-3 - “Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan
sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak
berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh
iman dengan mereka yang mendengarnya. Sebab kita yang beriman,
akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: ‘Sehingga
Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat
perhentianKu,’ sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia
dijadikan”.
Ibr 7:25 - “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan
sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.
Ibr 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan
diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk
menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan
Dia”.
Ibr 10:38-39 - “Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman,
dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.’ Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan
31
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh
hidup”.
Ibr 11:6 - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya
bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia”.
Catatan: mereka percaya bahwa orang dewasa mati tanpa Kristus bisa
masuk surga, tetapi anehnya, dalam hal bayi yang mati tanpa dibaptis,
mereka beranggapan masuk Limbus Infantum. Alasannya: karena
mereka sukar menerima bahwa bayi itu bisa masuk surga tanpa
mengalami penyelamatan Yesus Kristus lewat baptisan itu.
Dalam ajaran Kristen Protestan (lagi-lagi yang asli, bukan yang sudah
menjadi Liberal) Yesus ditekankan sebagai satu-satunya jalan ke
surga. Dasar Kitab Suci untuk hal ini adalah sebagai berikut:
32
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
Kitab Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah
mengatakan pernyataan ini, tetapi Kitab Suci mencatat
seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
Kitab Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan
pernyataan ini. Tetapi Yesusnya berdusta, karena Ia
menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa
padahal sebetulnya tidak demikian.
Kitab Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga
Ia memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke
surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini yang saudara
terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang
kedua, Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa
gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab
Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!
Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada
nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan”.
1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada
di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki
hidup”.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus
Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan
yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa menafsirkan
bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-
satunya jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu
ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup
yang kekal itu ada di dalam Yesus’. Bayangkan Yesus sebagai
sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan / hidup
kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia
menerima isinya (keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya
kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga menolak isinya
(keselamatan / hidup yang kekal).
Perhatikan juga kata-kata ‘di bawah kolong langit ini’ dalam
Kis 4:12, dan kata-kata ‘barangsiapa tidak memiliki Anak’ dalam
1Yoh 5:12 itu. Ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kata-kata ini
ditujukan hanya untuk orang kristen. Ayat-ayat tersebut di atas ini
berlaku untuk seluruh dunia!
33
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan Yoh 14:6 yang diucapkan
oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang percaya /
kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang
Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin
dimaksudkan hanya bagi orang kristen!
1. Tentang pencambukan.
William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short
wooden handle to which several thongs were attached, the ends
equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of
bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and
bent. Generally two men were employed to administer this
punishment, one lashing the victim from one side, one from the
other side, with the result that the flesh was at times lacerated to
such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even
entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which
Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death”
[= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang
diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan
potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan
tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama
pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan.
Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman
ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain
mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang
dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa
36
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam,
kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam,
menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak
boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37),
sering berakhir dengan kematian].
2. Tentang penyaliban.
Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and
feet, and the body was supported partly by these and partly by a
projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often
seen in picture, was never used” (= paku-paku menembus tangan
dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku
ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang
disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat
dalam gambar, tidak pernah digunakan).
Barclay lalu mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what
Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu
gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus
Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
38
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Mengingat hebatnya penderitaan yang Yesus alami untuk menebus
dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan,
maka:
39
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
h) Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat
28:19-20) menunjukkan bahwa:
1. Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan,
untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa
semua orang untuk datang kepada Yesus?
2. Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan
binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah
mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita
diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita
diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua
bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang
tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat.
Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang
lain seperti:
Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat:
Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk
memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat,
supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam
kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan
jawab atas nyawanya dari padamu”.
Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum
Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi
yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan
‘binasa tanpa hukum Taurat’. Analoginya, dalam jaman
Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil,
akan ‘binasa tanpa Injil’!
Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada
nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka
dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada
Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka
mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru
kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa
berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada
Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau
ia tidak perneh mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan
bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang
memberitakan Injil kepadaNya.
Jadi, kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil
kepadanya, ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga
tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru
kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.
40
I. SEJARAH SINGKAT & PERBEDAAN DASAR
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili /
tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat.
Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan
misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau
Injil.
Sesuatu hal lain yang perlu diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul
melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil kepada
orang-orang yang sudah beragama sekalipun (agama Yahudi). Dan
bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan Injil,
mereka tetap memberitakan Injil! (baca Kis 3:11-5:42).
-o0o-
41
PELAJARAN II
PAUS
I) Perkembangan ke-Paus-an.
5) Gregory I yang juga disebut Gregory the Great (590-604 M) menjadi bia-
rawan pertama yang menjadi bishop Roma.
6) Pada tahun 604 M, Kaisar Phocas memberi gelar ‘Paus’ kepada Gregory
I, tetapi ditolak oleh Gregory I.
7) Pada tahun 607 M, Boniface III, pengganti kedua dari Gregory I, mene-
rima gelar ‘Paus’ itu.
9) Pada tahun 1870 M, Vatican Council menyatakan bahwa Paus tidak bisa
salah / infallible kalau:
ia berbicara dari kursinya (EX CATHEDRA).
ia berbicara tentang iman dan moral.
Ia berbicara kepada gereja.
10)Pada tahun 1885, Paus Leo XIII menyatakan bahwa Paus adalah peng-
ganti Allah Yang Maha Kuasa di bumi ini.
42
II. PAUS
II) Hal-hal yang perlu dibahas tentang Paus.
Pandangan kristen:
2) Kitab Suci tidak pernah mengatakan adanya hamba Tuhan atau bah-
kan rasul yang superior / lebih tinggi dari yang lain.
Contoh:
43
II. PAUS
1. Dalam Fil 1:1 ia menyejajarkan dirinya dengan Timotius dengan
menyebut dirinya dan Timotius sebagai ‘hamba-hamba Kristus
Yesus’.
2. Dalam Fil 2:25 ia menyejajarkan dirinya dengan Epaphroditus
dengan menyebutnya sebagai ‘saudaraku’, ‘teman sekerjaku’
dan ‘teman seperjuanganku’.
3. Dalam Fil 4:3 ia menyejajarkan dirinya dengan Sunsugos, Eudia
dan Sintikhe, Klemens dll, dengan menyebut mereka sebagai
‘temanku yang setia’, dan ‘kawan-kawanku sekerja’.
4. Dalam Kol 1:7 ia menyejajarkan dirinya dengan Epafras dengan
menyebutnya sebagai ‘kawan pelayan’.
Pandangan kristen:
45
II. PAUS
Kuasa seperti ini jelas juga ada pada orang kristen jaman ini.
46
II. PAUS
dari semua rasul maupun semua wanita yang mengikut
Yesus karena dalam Kis 1:14 itu Maria disebut terakhir.
Kesimpulan / konsekwensi seperti ini pasti tidak akan
diterima oleh orang-orang Katolik.
Petrus disebut pertama bukan karena ia yang paling tinggi
kedudukannya dari semua rasul, tetapi karena ia memang
paling vokal / berani menyatakan pendapat, sehingga ia
menjadi wakil / juru bicara dari murid-murid yang lain.
dalam Gal 2:11-14, Paulus menegur Petrus di depan umum.
Pada tahun 1870, sidang Vatican di Roma menyatakan bahwa Paus itu
infallible (= tidak bisa salah) kalau ia berbicara:
1) EX CATHEDRA (= from the chair / dari kursinya), sebagai kepala
gereja.
2) Ditujukan kepada seluruh gereja.
3) Tentang iman dan moral.
Karena kata-katanya itu infallible (= tidak bisa salah), maka kata-katanya
itu irreformable (= tidak bisa diperbaiki / dibetulkan).
48
II. PAUS
a) Pada waktu ia menghalangi Yesus pergi ke Yerusalem (Mat 16:21-
23).
b) Pada waktu ia menyombongkan dirinya dan menganggap dirinya
pasti tidak akan menyangkal Yesus (Mat 26:31-35).
c) Pada waktu ia menyangkal Yesus sampai 3 x sambil mengutuk dan
bersumpah (Mat 26:69-75 Mark 14:66-72).
2) Doktrin ini baru muncul hampir 18 abad setelah Kitab Suci selesai
ditulis, dan ini menunjukkan bahwa memang doktrin ini tidak ada da-
sar Kitab Sucinya. Kalau memang ada dalam Kitab Suci, mengapa
membutuhkan hampir 18 abad untuk menemukan doktrin ini?
49
II. PAUS
5) Sebelum tahun 1870 (tahun dimana doktrin tentang infallibility of the
Pope ini muncul), ada suatu Catechism / Katekisasi yang disebut
Keenan’s A Doctrinal Catechism. Dalam Catechism itu ada tanya
jawab sebagai berikut:
Question / pertanyaan: Haruskah orang Katolik percaya bahwa Paus itu
infallible?
Answer / jawab: Ini adalah penemuan Protestan, bukan ajaran Roma
Katolik. Ajaran Paus, kecuali kalau itu diterima oleh semua bishops,
tidak mengikat.
Tetapi pada tahun 1870, ketika doktrin doktrin Infallibility of the Pope
(= ketidakbersalahan Paus) itu keluar, bagian ini dihapus dari
catechism itu secara diam-diam, tanpa penjelasan! - Loraine Boettner,
‘Roman Catholicism’, hal 243.
6) Adalah suatu fakta bahwa para Paus sering bertentangan satu dengan
yang lain. Bukankah menggelikan bahwa seseorang yang tidak bisa
salah bisa bertentangan dengan seseorang lain yang juga tidak bisa
salah? Bukankah 2 kebenaran tidak mungkin bertentangan?
Contoh:
a) Gregory I (590-604) menolak gelar ‘Paus’ dari kaisar Phocas, dan
ia mengatakan bahwa orang-orang yang menggunakan gelar ‘Uni-
versal Bishop’ adalah anti Kristus. Tetapi pada tahun 607, Boniface
III menggunakan gelar ‘Paus’ itu, dan demikian juga Paus-Paus
sesudahnya (Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 125,249).
b) Paus Hadrian II (867-872) menyatakan bahwa pernikahan sipil
adalah sah, tetapi Paus Pius VII (1800-1823) menyatakan bahwa
pernikahan sipil itu tidak sah (Loraine Boettner, ‘Roman
Catholicism’, hal 249).
c) Pada tahun 1590 Paus Sixtus V mengeluarkan edisi Latin Vulgate
(Kitab Suci bahasa Latin), yang dinyatakannya sebagai edisi yang
terakhir, dan ia melarang dengan ancaman kutukan bagi siapapun
untuk mengeluarkan edisi yang baru, kecuali persis sama dengan
edisi yang ia keluarkan. Tetapi ia lalu mati, dan para ahli theologia
menemukan banyak kesalahan pada edisi Latin Vulgate yang ia
keluarkan itu. Dua tahun setelah itu Paus Clement VIII menge-
luarkan edisi Latin Vulgate yang baru, dan edisi inilah yang dipakai
sampai sekarang (Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 88).
d) Pada tahun 1773 Paus Clement XIV memberi pernyataan yang
menekan golongan Jesuit, tetapi pada tahun 1814 Paus Pius VII
memberi pernyataan yang memulihkan / mengangkat golongan
Jesuit (Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 250).
e) Paus Eugene IV (1431-1447) menghukum Joan of Arc dengan
jalan dibakar hidup-hidup sebagai tukang sihir / dukun, tetapi pada
tahun 1919 Paus Benedict XV menyatakan Joan of Arc sebagai
orang suci (Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 250).
f) Paus Sixtus V (1585-1590) menganjurkan pembacaan Kitab Suci,
tetapi Paus Pius VII (1800-1823) dan banyak Paus yang lain me-
ngutuk tindakan itu (Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal
250).
50
II. PAUS
Catatan: ini jelas kutukan yang bertentangan dengan Kitab Suci,
karena Kitab Suci justru menyuruh orang membaca dan mere-
nungkan Kitab Suci (Bdk. Maz 1:1-2). Bagaimana mungkin kutukan
yang tidak alkitabiah ini bisa infallible / tidak bisa salah?
51
II. PAUS
sebagai orang yang mati-matian mempertahankan doktrin Allah
Tritunggal yang benar.
c) Paus Honorius (625-638) mengajarkan ajaran Monothelitism (=
ajaran sesat yang mengatakan bahwa Kristus hanya mempunyai
satu kehendak yang bersifat ilahi - manusia). Paus ini akhirnya
dikutuk dan dikucilkan (excommunication by name) oleh Council of
Constantinople pada tahun 680 (Loraine Boettner, ‘Roman Catholi-
cism’, hal 248-249.
d) Pada tahun 593, Gregory I mengajarkan doktrin tentang api pen-
cucian, padahal doktrin ini sama sekali tidak punya dasar Kitab
Suci.
e) Pada tahun 1079, Paus Gregory VII mengajarkan bahwa hamba
Tuhan harus hidup celibat (tidak menikah). Ini jelas bertentangan
Kitab Suci yang mengijinkan imam untuk menikah (Im 21:1-15).
Bahkan Kitab Suci menyatakan bahwa Petrus (‘sang Paus I’) dan
rasul-rasul juga mempunyai istri (Mark 1:30 1Kor 9:5).
f) Pada tahun 1854, Paus Pius IX mengajarkan doktrin Immaculate
Conception, yaitu doktrin yang mengatakan bahwa Maria
dikandung, lahir dan hidup tanpa dosa sedikitpun, yang bukan
hanya tidak mempunyai dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi
bahkan bertentangan dengan banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
menunjukkan bahwa semua manusia itu berdosa (Ro 3:23 Ayub
25:4 Pkh 7:20 1Yoh 1:8,10). Yesus Kristus adalah satu-satunya
yang dikecualikan oleh Kitab Suci (Ibr 4:15 2Kor 5:21).
g) Pada tahun 1950, Paus Pius XII mengajarkan kenaikan Maria ke
surga.
h) Pada tahun 1965, Paus Paulus VI mengajarkan bahwa Maria ada-
lah Ibu / Bunda gereja.
Perlu diketahui bahwa kalau ada ayat-ayat Kitab Suci yang seolah-
olah menentang teori Galileo itu (bdk. Maz 19:6-7 Yos 10:12-13), itu
disebabkan karena para penulis Kitab Suci menuliskan berdasarkan
kelihatannya dari sudut manusia.
Memang perlu diakui bahwa juga ada banyak pendeta Protestan yang
melakukan hal-hal yang sangat berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa
Protestan tidak pernah mengclaim bahwa pendeta itu infallible baik
dalam kata-katanya maupun hidupnya!
13)Kalau Paus itu memang infallible, mengapa tidak ada Paus yang per-
nah membuat tafsiran tentang Kitab Suci? Bahkan exposisi dari satu
pasal Kitab Sucipun tidak pernah ada! Kalau memang ia bisa ber-
bicara / mengajar secara infallible (= tidak bisa salah), maka seha-
rusnya ia membuat buku tafsiran tentang Kitab Suci!
-o0o-
54
PELAJARAN III
MARIA
I) Perkembangan Mariologi.
56
III. MARIA
4) Pada tahun 431 M, Council of Ephesus mempertahankan istilah ‘Bunda
Allah’ untuk Maria.
Istilah ‘Bunda Allah’ itu lalu disalah-gunakan untuk meninggikan /
mempermuliakan Maria. Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed,
mengutip dari ‘The Te Deum’ suatu pujian yang ditujukan kepada Maria
yang berbunyi sebagai berikut: “We praise thee, Mother of God; we
acknowledge thee to be a virgin. All the earth doth worship thee, the spouse of
the eternal Father. ...” (= Kami memuji engkau, Bunda Allah; kami
mengakui engkau sebagai perawan. Seluruh bumi / dunia menyembahmu,
pasangan / istri dari Bapa yang kekal. ...) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal
287.
5) Mulai tahun 600 M, Maria bukan lagi sekedar menjadi pengantara dalam
doa, tetapi doa mulai dinaikkan kepada Maria.
6) Pada tahun 1508, doa Salam Maria (Ave Maria / Hail Mary) mulai keluar.
Bunyi doanya: “Hail Mary, full of grace, the Lord is with thee; blessed art
thou amongst women, and blessed is the fruit of thy womb, Jesus. Holy Mary,
mother of God, pray for us sinners, now and at the hour of our death. Amen.”
(= Salam Maria, penuh kasih karunia, Tuhan beserta denganmu;
berbahagialah engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah
kandunganmu, Yesus. Maria yang kudus, bunda Allah, berdoalah untuk
kami orang-orang berdosa, sekarang dan pada saat kematian kami. Amin).
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Mary’, ‘Hail Mary’: “Latin AVE
MARIA, also called ANGELIC SALUTATION, a principal prayer of the
Roman Catholic Church, comprising three parts addressed to the Virgin Mary.
The following are the Latin text and an English translation: Ave Maria, gratia
plena; Dominus tecum: Benedicta tu in mulieribus et benedictus fructus ventris
tui [Jesus]. Sancta Maria, Mater Dei, Ora pro nobis peccatoribus, nunc et in
hora mortis nostrae. Amen. Hail Mary, full of grace; The Lord is with thee:
Blessed art thou among women and blessed is the fruit of thy womb, Jesus.
Holy Mary, Mother of God, Pray for us sinners, now and at the hour of our
death. Amen. The first part, the words of the Archangel Gabriel (Luke 1:28),
appears in liturgies as early as the 6th century. The second part, the words of
Elizabeth (Luke 1:42), was added to the first part by about Ad 1000, the
appositive ‘Jesus’ being added some two centuries later, possibly by Pope
Urban IV (reigned 1261-64). The closing petition came into general use during
the 14th or 15th century and received its official formulation in the reformed
Breviary of Pope Pius V in 1568” [= ... Bagian pertama, kata-kata dari
penghulu malaikat Gabriel (Luk 1:28), muncul dalam liturgi-liturgi seawal
abad ke 6 M. Bagian kedua, kata-kata dari Elisabet (Luk 1:42),
ditambahkan kepada bagian pertama pada sekitar tahun 1000 M., kata
‘Yesus’ ditambahkan 2 abad setelahnya, mungkin oleh Paus Urban IV
(memerintah / bertahta 1261-1264). Permohonan penutup masuk dalam
penggunaan umum selama abad ke 14 atau ke 15 dan menerima formula
resminya dalam buku doa harian Katolik yang direformasi dari Paus Pius V
pada tahun 1586].
57
III. MARIA
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi,
karena bagian atasnya adalah Doa Salam Maria dalam bahasa Latin dan
terjemahannya dalam bahasa Inggris.
7) Tahun 1854, keluar kepercayaan bahwa Maria lahir tanpa dosa dan
bahkan hidup suci sepanjang hidupnya (doktrin Immaculate Conception).
9) Pada tahun 1950, keluar pernyataan bahwa Maria naik ke surga dengan
tubuh jasmaninya.
Loraine Boettner:
“Hence the term today has come to have a far different meaning from that
intended by the early church. It no longer has reference to the orthodox
doctrine concerning the person of Christ, but instead is used to exalt Mary”
(= Jadi istilah itu pada saat ini telah mempunyai arti yang sangat
berbeda dengan yang dimaksudkan oleh gereja mula-mula. Itu tidak lagi
mempunyai hubungan dengan doktrin orthodox tentang pribadi Kristus,
tetapi sebaliknya digunakan untuk meninggikan Maria) - ‘Roman
Catholicism’, hal 134.
“The correct statement of the person of Christ in this regard is: As His
human nature had no father, so His divine nature had no mother” (=
Pernyataan yang benar tentang pribadi Kristus dalam hal ini adalah:
Sebagaimana hakekat manusiaNya tidak mempunyai ayah, demikian
juga hakekat ilahiNya tidak mempunyai ibu) - ‘Roman Catholicism’, hal
135.
Charles Hodge: “The Virgin Mary is to her worshippers what Christ is to us”
(= Perawan Maria bagi para penyembahnya adalah seperti Kristus bagi kita)
- ‘Systematic Theology’, vol III, hal 288.
59
III. MARIA
Bahwa orang Katolik memang berdoa kepada Maria terbukti dari ada-
nya doa Salam Maria. Dan bahwa mereka berpendapat bahwa doa
kepada Maria lebih cepat dikabulkan dari pada doa kepada Allah /
Yesus, terbukti dari kutipan-kutipan di bawah ini, yang diambil dari
buku yang berjudul ‘The glories of Mary’ (= kemuliaan Maria), tulisan
Bishop Alphonse de Liguori (perlu saudara ketahui bahwa Bishop
Liguori ini dijadikan sebagai orang suci oleh gereja Roma Katolik!):
“Many things ... are asked from God, and are not granted; they are
asked from Mary and are obtained” (= Banyak hal ... diminta dari
Allah, dan tidak dikabulkan; hal-hal itu diminta dari Maria dan
didapatkan) - ‘The Glories of Mary’, hal 139.
“We often more quickly obtain what we ask by calling on the name of
Mary than by invoking that of Jesus” (= Kita sering mendapatkan
dengan lebih cepat apa yang kita minta dengan memanggil nama
Maria dari pada dengan memintanya dalam nama Yesus) - ‘The
Glories of Mary’, hal 147.
Pandangan kristen:
a) Kitab Suci tidak pernah mengajar kita untuk berdoa kepada Maria.
Rasul-rasul juga tidak pernah berdoa / meminta apapun kepada
Maria. Doa hanya boleh ditujukan kepada Allah.
b) Maria harus menjadi Allah yang maha tahu untuk bisa mendengar
doa-doa orang Katolik yang begitu banyak. Dan ia harus menjadi
Allah yang maha kuasa untuk bisa mengabulkan doa-doa yang
banyak itu.
60
III. MARIA
Bahwa Roma Katolik memang mengajarkan / mempercayai hal ini,
terbukti dari kutipan di bawah ini:
“And she is truly a mediatress of peace between sinners and God. Sinners
receive pardon by ... Mary alone” [= Dan ia (Maria) betul-betul merupakan
pengantara perdamaian antara orang-orang berdosa dan Allah. Orang-
orang berdosa menerima pengampunan oleh ... Maria saja] - ‘The
Glories of Mary’, hal 82-83.
Pandangan Kristen:
61
III. MARIA
“The way of salvation is open to none otherwise than through Mary. ...
Our salvation is in the hands of Mary ... He who is protected by Mary
will be saved, he who is not will be lost” (= Jalan keselamatan tidak
terbuka bagi siapapun selain melalui Maria. ... Keselamatan kita ada
dalam tangan Maria ... Ia yang dilindungi oleh Maria akan selamat, ia
yang tidak dilindungi oleh Maria akan terhilang) - ‘The Glories of
Mary’, hal 169-170.
Pandangan Kristen:
Pandangan Kristen:
Pandangan Kristen:
63
III. MARIA
b) Sekalipun mereka tidak menamakan ‘penyembahan’, tetapi mereka
berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria, mencium
kaki patung tersebut, menyanyi memuji Maria.
Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai penghormatan, tetapi harus
dianggap sebagai penyembahan. Apa gunanya memberikan istilah
‘penghormatan’ kalau dalam faktanya yang dilakukan adalah
‘penyembahan’?
64
III. MARIA
Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap
Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru
dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa orang-
orang Majus itu tidak berkata “Salam Maria!” dan langsung
memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah
orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma,
karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya] -
‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34.
Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-
kata ‘orang-orang majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’
(= orang-orang yang bijaksana).
65
III. MARIA
Yoh 2:4 - Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari jawaban
Yesus ini:
66
III. MARIA
karena Maria melampaui batasan / haknya.
supaya orang tidak menganggap bahwa mujijat itu di-
lakukan sebagai ketaatan pada Maria.
supaya orang kristen tidak meninggikan Maria lebih dari
seharusnya.
67
III. MARIA
karena dosa-dosa kami, untuk tidak meninggalkan kami dalam kuasa
setan) - The Glories of Mary, hal 248.
Pandangan Kristen:
b) Dua kutipan di atas ini menunjukkan bahwa Allah / Yesus itu tidak
maha kasih. Karena kalau Allah / Yesus itu maha kasih, bagaimana
Maria bisa lebih kasih dari Allah / Yesus?
Pandangan Kristen:
69
III. MARIA
Kalau saudara berbicara dengan orang Roma Katolik tentang
penggeseran kedudukan Yesus oleh Maria, cerita di bawah ini
mungkin bisa berguna bagi saudara.
“My lord, who has saved you and me upon the cross?”
He answered, “Jesus Christ.”
“And who paid your debt and mine by shedding His blood; was it Mary
or Jesus?”
He said, “Jesus Christ.”
“Now, my lord, when Jesus and Mary were on earth, who loved the
sinner more; was it Mary or Jesus?”
Again he answered that it was Jesus.
“Did any sinner come to Mary on earth to be saved?”
“No.”
“Do you remember that any sinner has gone to Jesus to be saved?”
“Yes, many.”
“Have they been rebuked?”
“Never.”
“Do you remember that Jesus ever said to poor sinners, ‘Come to Mary
and she will save you’?”
“No,” he said.
“Do you remember that Jesus has said to poor sinners, ‘Come to me’?”
“Yes, He has said it.”
“Has He ever retracted those words?”
“No.”
“And who was, then, the more powerful to save sinners?” I asked.
“O, it was Jesus!”
“Now, my lord, since Jesus and Mary are in heaven, can you show me
in the Scriptures that Jesus has lost anything of His desire and power to
save sinners, or that He has delegated this power to Mary?”
And the bishop answered, “No.”
“Then, my lord,” I asked, “why do we not go to Him, and to Him alone?
Why do we invite poor sinners to come to Mary, when, by your own
confession she is nothing compared with Jesus, in power, in mercy, in
love, and in compassion for the sinner?”
To that the bishop could give no answer.
71
III. MARIA
sampai sini
Orang Roma Katolik bukan hanya mengakui bahwa Maria adalah seorang
perawan pada waktu mengandung dan melahirkan Kristus, tetapi juga
bahwa keperawanan Maria bersifat abadi. Dengan kata lain, setelah
kelahiran Yesuspun Yusuf, suami Maria, tetap tidak pernah berhubungan
sex dengan Maria.
Encyclopedia Britannica 2000: “A corollary that has been deduced from the
doctrine of Mary’s virginity in the conception of Jesus is the doctrine of her
perpetual virginity, not only in conception but in the birth of the child (i.e., she
was exempt from the pain of childbirth) and after the birth throughout her life.
This doctrine, which poses problems of biblical interpretation, was found in the
writings of the Church Fathers and was accepted by the Council of Chalcedon
(451). It is part of the teaching of the Orthodox and Roman Catholic churches
and is also maintained by some Anglican and Lutheran theologians” (= ).
Pandangan Kristen:
72
III. MARIA
Adam Clarke (tentang Mat 13:55-56): “It is possible that brethren and
sisters may mean here near relations, as the words are used among the
Hebrews in this latitude of meaning; but I confess it does not appear to me
likely. Why should the children of another family be brought in here to
share a reproach which it is evident was designed for Joseph the carpenter,
Mary his wife, Jesus their son, and their other children? Prejudice apart,
would not any person of plain common sense suppose, from this account,
that these were the children of Joseph and Mary, and the brothers and
sisters of our Lord, according to the flesh? It seems odd that this should be
doubted; but, through an unaccountable prejudice, Papists and Protestants
are determined to maintain as a doctrine, that on which the Scriptures are
totally silent, namely the perpetual virginity of the mother of our Lord” (= ).
Kata ‘saudara’ dalam ayat-ayat ini tidak bisa diartikan ‘saudara sepupu’
seperti yang ditafsirkan oleh gereja Roma Katolik, karena:
dalam bahasa Yunani, ‘saudara sepupu’ mempunyai istilahnya
sendiri, yaitu yang digunakan dalam Kol 4:10 [Catatan: kata
‘kemenakan’ dalam Kol 4:10 versi Kitab Suci Indonesia adalah
penterjemahan yang salah, karena seharusnya adalah ‘saudara
sepupu’. Bandingkan dengan NIV yang menterjemahkan ‘cousin’ (=
saudara sepupu)].
tidak cocok dengan nubuat tentang Mesias / Yesus dalam Maz
69:9 di atas karena disana saudara-saudara Yesus itu disamakan
dengan ‘anak-anak ibuku’.
73
III. MARIA
Doktrin ini dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854, dan
artinya adalah:
Maria dikandung dan lahir tanpa dosa asal.
Maria juga tidak berbuat dosa dalam sepanjang hidupnya.
Maria bahkan dianggap sebagai ‘tidak bisa berbuat dosa’ (NON
POSSE PECCARE (= not possible to sin).
Pandangan Kristen:
74
III. MARIA
1) Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa semua
manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan berbuat dosa
(Ayub 25:4 Maz 51:7 Maz 58:4 Pengkhotbah 7:20 Ro 3:10-12,23
Ro 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah Tuhan Yesus sendiri (2Kor
5:21 Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa Maria adalah
manusia berdosa seperti kita.
5) Tuhan Yesus suci karena Maria mengandung dari Roh Kudus, tetapi
Maria dikandung oleh seorang perempuan yang mengandung dari laki-
laki biasa. Bagaimana mungkin ia dikandung tanpa dosa dan
dilahirkan tanpa dosa pula? Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah
ini:
Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan
bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.
Ro 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah”.
Ro 5:12 - “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh
satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah
menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah ber(buat)
dosa”.
Ro 5:19a - “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua
orang telah menjadi orang berdosa, ...”.
Kalau Maria dikandung dan lahir tanpa dosa, maka semua ayat-ayat di
atas ini adalah salah!
E) Assumption of Mary.
76
III. MARIA
Mary was growing in importance. Since the 13th century the Assumption has
been widely represented in church decoration, and during the Renaissance and
Baroque periods it became a popular subject for altarpieces. Characteristic
representations of the Assumption show the Virgin, in an attitude of prayer and
supported by angels, ascending above her open tomb, around which the
Apostles stand in amazement. Until the end of the 15th century, she is
represented surrounded by a mandorla, or almond-shaped aureole; in the 16th
century the mandorla was replaced by a cluster of clouds. The basic
iconography of the theme, however, remained standard until its decline at the
end of the 17th century” (= ).
2) Di surga Maria menduduki tempat yang lebih tinggi dari para orang
suci atau penghulu malaikat. Ia dinobatkan sebagai Ratu Surga oleh
Allah Bapa sendiri dan ia diberi tahta di sebelah kanan Anaknya.
Pandangan Kristen:
a) Memang kalau Maria tidak berdosa ia tidak mungkin tetap ada dalam
kebinasaan. Tetapi perlu dipertanyakan: mengapa ia harus / perlu
mati? Mengapa tidak langsung naik ke surga tanpa mengalami
kematian seperti Elia dan Henokh?
Saya ingin menutup pelajaran tentang Maria ini dengan memberikan 2 hal
tambahan / pesan di bawah ini:
Kalau Roma Katolik mengambil pandangan extrim kiri dengan memulia-
kan Maria lebih dari seharusnya, janganlah orang kristen protestan lalu
mengambil pandangan yang extrim kanan dengan menghina atau meren-
dahkan Maria. Maria tetap adalah orang beriman yang saleh, yang rela
dipakai Tuhan sebagai alatNya untuk melahirkan Kristus!
Kalau ada mujijat-mujijat yang berhubungan dengan Maria dan mendu-
kung pandangan Roma Katolik tentang Maria (misalnya: bahwa Maria
78
III. MARIA
menampakkan diri dan mengaku sebagai Perawan tanpa dosa), maka
sadarilah bahwa mujijat yang bertentangan dengan Kitab Suci itu pasti
datang dari setan! Kitab Suci mengatakan bahwa Iblis bisa menyamar
sebagai malaikat terang (2Kor 11:14), dan karena itu tidak terlalu meng-
herankan kalau ia bisa menyamar sebagai Maria atau bahkan Yesus sen-
diri.
-o0o-
79
PELAJARAN IV
API PENCUCIAN
2) Ada orang-orang yang langsung masuk surga, yaitu orang percaya yang
sempurna (orang suci, martyr) akan pergi ke surga.
Contoh: Rasul Paulus (Fil 1:21,23).
a) Lamanya di api pencucian dan tingkat sakit yang harus dialami oleh
orang itu tergantung pada dosanya.
Penderitaan dalam api pencucian ini sangat hebat, tidak berbeda
dengan dalam neraka.
80
IV. API PENCUCIAN
Loraine Boettner dalam bukunya ‘Roman Catholicism’, hal 220,
mengutip Bellarmine, seorang ahli theologia Roma Katolik yang
terkemuka, sebagai berikut:
“The pains of purgatory are very severe, surpassing anything endured in
this life” (= Rasa sakit dari api pencucian itu sangat hebat, melebihi
apapun yang dialami / dirasakan dalam hidup ini).
“According to the Holy Fathers of the Church, the fire of purgatory does
not differ from the fire of hell, except in point of duration. ‘It is the same
fire,’ says St. Thomas Aquinas, ‘that torments the reprobate in hell, and the
just in purgatory. The least pain in purgatory,’ he says, ‘surpasses the
greatest suffering in this life.’ Nothing but the eternal duration makes the
fire of hell more terrible than that of purgatory” (= Menurut Bapa-bapa
kudus dari Gereja, api dari api pencucian tidak berbeda dengan api dari
neraka, kecuali dalam hal lamanya / waktunya. ‘Itu adalah api yang
sama’, kata orang suci yang bernama Thomas Aquinas, ‘yang menyiksa
orang jahat / orang yang ditetapkan untuk binasa dalam neraka, dan
orang benar dalam api pencucian. Rasa sakit yang paling kecil di api
pencucian’, katanya, ‘melebihi penderitaan yang paling besar dalam
hidup ini’. Tidak ada sesuatu apapun kecuali lamanya yang kekal yang
membuat api neraka lebih mengerikan / dahsyat dari pada api dari api
pencucian).
Pemberian uang (baik oleh orang yang mati itu pada waktu ia
masih hidup, maupun oleh keluarganya setelah ia mati).
Loraine Boettner berkata:
“The doctrine of purgatory has sometimes been referred to as ‘the gold
mine of the priesthood’ since it is the source of such lucrative income”
(= Doktrin api pencucian kadang-kadang disebut sebagai ‘tambang
emas keimaman’ karena itu merupakan sumber penghasilan yang
menguntungkan) - ‘Roman Catholicism’, hal 222.
81
IV. API PENCUCIAN
Misa.
Untuk melaksanakan misa ini ada ‘ongkos’ yang harus dibayar!
Besar kecilnya misa dipengaruhi oleh besar kecilnya ongkos,
padahal besar kecilnya misa ini mempengaruhi ‘masa penyucian’.
Loraine Boettner berkata:
“The Irish have a saying: ‘High money, high mass; low money, low
mass; no money, no mass’” (= Orang Irlandia mempunyai pepatah:
‘Uang besar, misa besar; uang kecil, misa kecil; tidak ada uang, tidak
ada misa’) - ‘Roman Catholicism’, hal 185.
Doa pastor.
Bagaimana text seperti ini, yang sama sekali tidak berbicara tentang api
pencucian, bisa dijadikan dasar dari doktrin tentang api pencucian? Orang
Roma Katolik berkata begini: Kalau orang-orang yang mati itu ada di
surga ataupun neraka, maka tentu sia-sia mendoakan mereka. Bahwa
mereka didoakan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada di surga
maupun di neraka, tetapi di api pencucian!
83
IV. API PENCUCIAN
sudah ada di dalam maut / sudah mati! Karena itu jelas bahwa Kitab
Suci melarang doa untuk orang yang sudah mati!
3) Apa yang dilakukan oleh Kristus sudah lengkap, dan ini ditunjukkan oleh:
a) Seruan Yesus di atas kayu salib yang berbunyi: ‘Sudah selesai!’ (Yoh
19:30).
b) Kristus bisa bangkit dan ini membuktikan bahwa dosa yang Dia pikul
itu memang sudah beres. Kalau tidak, karena dosa itu upahnya maut
(Ro 6:23), maka Kristus tidak bisa bangkit / harus terus mati.
c) Kristus bisa naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Ini
menunjukkan bahwa misinya membereskan dosa manusia memang
sudah selesai.
Karena itu, orang yang betul-betul percaya kepada Yesus tidak bisa
dihukum. Ini sesuai dengan Ro 8:1 yang berbunyi: “Demikianlah sekarang
tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”.
Semua dosa, cacat cela dan ketidaksempurnaan kita sudah dibayar lunas
oleh Kristus, sehingga tidak mungkin dihukumkan lagi kepada kita, baik di
dalam dunia ini atau di api pencucian ataupun di neraka!
5) Ajaran ini menyebabkan orang Roma Katolik takut pada kematian. Lebih-
lebih kalau mereka tahu bahwa mortal sins mencakup hal-hal seperti:
pelanggaran terhadap 10 hukum Tuhan.
apa yang sering disebut dengan istilah ‘7 dosa maut’ (the seven
deadly sins), yaitu:
kesombongan / kecongkakan.
84
IV. API PENCUCIAN
ketamakan / keserakahan.
nafsu berahi.
kemarahan.
kerakusan.
iri hati.
kemalasan.
semua pelanggaran sexual, baik melalui perbuatan, kata-kata maupun
pikiran.
makan daging pada hari Jum’at.
membolos dari misa hari Minggu tanpa alasan yang benar.
mengikuti kebaktian Kristen Protestan.
membaca Alkitab Protestan.
Catatan: Daftar ini saya ambil dari buku Loraine Boettner ‘Roman
Catholicism’, hal 200.
Jelas tidak ada orang yang bisa bebas dari mortal sins ini, dan ini
menyebabkan orang Roma Katolik takut, karena tidak adanya keyakinan
keselamatan. Paling banter mereka bisa masuk api pencucian, dan ini
menyakitkan dan menakutkan!
Perlu diketahui bahwa rasa takut seperti ini bertentangan dengan Ibr 2:14-
15 dan 1Yoh 4:17-18.
Ibr 2:14-15 berbunyi:
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan
mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan
mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena
takutnya kepada maut”.
6) Ajaran ini menunjukkan bahwa Allah tidak adil. Yang kaya bisa bebas
dengan cepat karena bisa memberikan banyak persembahan, melakukan
misa yang besar dsb. Sedangkan yang miskin tidak bisa melakukan hal-
hal itu, sehingga tidak bisa bebas dari api pencucian. Sampai-sampai
seorang bernama Finley Peter Dunne berkata sebagai berikut:
85
IV. API PENCUCIAN
“It is as hard for a rich man to enter the kingdom of heaven as it is for a poor
man to get out of purgatory” (= Sama sukarnya bagi orang kaya untuk masuk
kerajaan surga dan bagi orang miskin untuk keluar dari api penyucian) -
‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497
Dengan demikian adalah suatu omong kosong bahwa api pencucian bisa
menyucikan seseorang dengan menggunakan penderitaan yang begitu
hebat setelah orang itu mati.
a) Mengapa misa, yang bisa melepaskan orang dari api pencucian dan
membawanya ke surga, tidak digratiskan kalau Paus / pastor-pastor itu
memang adalah orang yang baik? Sebaliknya, pada waktu ada
seseorang menderita karena kematian orang yang dicintainya, pastor
hanya mau memberikan misa dengan biaya tertentu. Jadi, boleh
dikatakan orang yang sudah menderita karena kematian orang yang ia
cintai itu, masih diperas lagi uangnya! Bukankah ini merupakan suatu
tindakan yang tidak kasih, dan bahkan kejam? Dan mengapa tuntutan
‘harus membayar’ itu bertentangan sekali dengan tawaran
keselamatan / pengampunan secara cuma-cuma dari Allah seperti
yang terlihat dalam 2 ayat di bawah ini?
Yes 55:1 - “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air,
dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum
tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa
bayaran”.
Ro 3:23-24 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
b) Bagaimana kita bisa tahu roh seseorang itu sudah pindah dari api
pencucian ke surga atau belum? Dengan kata lain, sampai kapan
keluarga dari si mati itu harus memberi persembahan, mengadakan
misa dsb?
Loraine Boettner mengutip Dr. Robert Ketcham, dalam suatu buku tipis
yang berjudul ‘Let Rome Speak for Herself’, hal 20, yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pastor sebagai berikut:
“How do you know, Mr Priest, when to stop praying and taking money from
your parishioners for a given case? How do you know when John Murphy
is out of purgatory? His getting out is dependent upon the saying of masses
paid for by his bereaved ones. If you stop one or two masses too soon, what
then? If you keep on saying masses for the fellow after he is out, that is bad.
It is bad either way you come at it. I ask seriously, Sir, Mr Roman Catholic
Priest, How do you know when to stop saying masses for a given individual?
Do you have some kind of a connection with the unseen world?” [=
Bagaimana kamu tahu, Tuan Pastor, kapan berhenti berdoa dan mene-
rima uang dari jemaatmu dalam suatu kasus? Bagaimana kamu tahu
87
IV. API PENCUCIAN
kapan John Murphy keluar dari api pencucian? Keluarnya dia
tergantung dari pengadaan misa yang dibayar oleh orang-orang yang
kehilangan orang yang dikasihinya. Jika kamu berhenti satu atau dua
misa terlalu cepat, lalu bagaimana? Jika kamu terus mengadakan misa
untuk seseorang setelah ia keluar (dari api pencucian) maka itu jelek.
Jadi, yang pertama maupun yang kedua sama-sama jelek. Saya bertanya
secara serius, Tuan, Tuan Pastor Roma Katolik, Bagaimana kamu tahu
kapan harus menghentikan misa untuk seorang individu tertentu?
Apakah kamu mempunyai suatu hubungan tertentu dengan dunia yang
tidak kelihatan?] - ‘Roman Catholicism’, hal 224.
Lebih dari itu, pastor itu juga tidak tahu kapan ia akan keluar dari api
pencucian. Sesuatu yang aneh tetapi nyata adalah bahwa ia bahkan ia
juga yakin bahwa kalau Paus mati, iapun akan pergi ke api pencucian.
Loraine Boettner menutup cerita ini dengan kata-kata sinis:
“What a message for a perishing world!” (= Betul-betul suatu berita yang
hebat untuk dunia yang sedang binasa!) - ‘Roman Catholicism’, hal 232-
233.
-o0o-
88
PELAJARAN V
SAKRAMEN
Catatan: No 1-5 diharuskan, tetapi no 6 & 7 pilihan, artinya hanya bisa diterima
salah satu. Yang menjadi hamba Tuhan tidak boleh menikah, dan yang menikah
tidak boleh menjadi hamba Tuhan.
I) Istilah ‘Sakramen’:
Istilah ini tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi ajarannya ada. Bandingkan
dengan istilah ‘Tritunggal’ yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi
ajarannya jelas sekali ada.
Dahulu istilah ini berarti: Uang yang didepositkan oleh satu pihak dalam
perkara hukum.
89
V. SAKRAMEN
Berdasarkan syarat-syarat ini, maka dalam Perjanjian Lama hanya Sunat dan
Perjamuan Paskah yang dianggap sebagai sakramen, dan dalam Perjanjian
Baru hanya Baptisan dan Perjamuan Kudus yang dianggap sebagai
sakramen.
90
V. SAKRAMEN
Pandangan Kristen:
91
V. SAKRAMEN
kita selamat karena perbuatan baik, dan itu bertentangan dengan ayat-
ayat seperti:
Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Gal 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh
karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus”.
Gal 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-
sialah kematian Kristus”.
Ro 3:27-28 - “Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada!
Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena
kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena
ia melakukan hukum Taurat”.
92
V. SAKRAMEN
d) Tentang:
Limbus Infantum.
baptisan untuk orang koma.
baptisan untuk orang mati.
baptisan sebelum lahir.
Semua ini tidak ada dasar Kitab Sucinya.
2) Confirmation (= Penguatan):
93
V. SAKRAMEN
b) Dilakukan dengan penumpangan tangan dan dengan minyak dan kata-
kata:
“I sign you with the sign of the cross, and confirm you in the annointing of
salvation in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit”
(= Aku menandai engkau dengan tanda salib dan menguatkan engkau
dalam pengurapan keselamatan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh
Kudus) - Dr. Albert Freundt, ‘History of Modern Christianity’, hal 4.
Pandangan Kristen:
94
V. SAKRAMEN
3) Eucharist (= Komuni):
a) Makna Eucharist:
Sekalipun Eucharist mirip dengan Perjamuan Kudus dalam gereja
kristen, tetapi arti / maknanya sangat berbeda.
95
V. SAKRAMEN
smell) remain the same” [= Zat dari roti dan anggur berubah menjadi
tubuh dan darah Kristus pada saat komuni, sementara accidentsnya
(penampilannya / kelihatannya, rasanya, baunya) tetap sama].
96
V. SAKRAMEN
cara tidak berdarah pada altar, melalui pelayanan imam-imam /
pastor-pastorNya) - Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal
173-174.
Kedua point di atas (point 1. dan 2.) menyebabkan dalam gereja Roma
Katolik ada pandangan yang yang sangat tinggi terhadap pastor. Ini
terlihat dari 2 kutipan yang diberikan oleh Loraine Boettner di bawah
ini:
97
V. SAKRAMEN
dalam ‘tubuh’ sudah ada ‘darahnya’. Jadi waktu jemaat menerima
‘tubuh’, mereka sebetulnya juga menerima ‘darah’.
c) Eucharist adalah hal yang terpenting dalam misa; lebih penting dari-
pada Firman Tuhan.
d) Dahulu, orang yang mau mengikuti Eucharist / misa, harus puasa total
sejak tengah malam. Sekarang, mereka hanya puasa terhadap ma-
kanan padat 1 jam sebelum misa dan tidak perlu puasa air - Loraine
Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 170.
Pandangan Kristen:
a) Tubuh jasmani Kristus bukanlah Allah dan tidak bersifat ilahi, sehing-
ga tidak bersifat mahaada. Kitab Suci tidak pernah menggambarkan
bahwa tubuh Kristus bisa ada di dua tempat yang berbeda pada saat
yang sama. Sekarang, setelah kenaikan Yesus ke sorga, tubuh Kris-
tus ada di surga dan Ia hadir di dunia melalui Roh Kudus. Karena itu
dalam Perjamuan Kudus Kristus tidak hadir secara jasmani!
b) Pada waktu Yesus mengambil roti, memecah-mecahkannya dan ber-
kata “Inilah tubuhKu” (Mat 26:26), maksudnya hanyalah bahwa roti
merupakan simbol dari tubuhNya. Demikian juga pada waktu Ia
mengambil cawan anggur dan berkata “Inilah darahKu” (Mat 26:27-
28), maka maksudNya hanyalah bahwa anggur merupakan simbol dari
darahNya. Jadi tidak boleh diartikan bahwa saat itu roti betul-betul
berubah menjadi tubuh Kristus dan anggur betul-betul berubah men-
jadi darah Kristus!
98
V. SAKRAMEN
tahun, dan demikian pula ke 7 bulir gandum yang hampa dan
layu oleh angin timur itu: mereka adalah 7 tahun kelaparan).
Daniel 7:23-24: ‘... Binatang yang ke 4 itu ialah kerajaan yang
ke 4 yang akan ada di bumi, ... Ke 10 tanduk itu ialah ke 10
raja ...’.
Daniel 8:21: ‘Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah
raja negeri Yunani, dan tanduk besar yang di antara kedua ma-
tanya itu ialah raja yang pertama’.
Kesimpulan:
Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa pada saat Yesus berkata
This is my body / blood (= Ini adalah tubuh / darahKu), maksudnya
ialah: roti / anggur itu menggambarkan tubuh / darahNya.
Jadi, ini sebetulnya sama dengan pada waktu Ia berkata:
Akulah pokok anggur yang benar (Yoh 15:1).
Akulah pintu (Yoh 10:9).
Akulah jalan (Yoh 14:6).
Akulah terang dunia (Yoh 8:12 9:5).
Akulah roti hidup (Yoh 6:35).
99
V. SAKRAMEN
Disamping itu, Kitab Suci berulang-ulang menyatakan bahwa Kristus
hanya satu kali saja mempersembahkan tubuhNya / mencurahkan
darahNya sebagai korban bagi kita. Lihat ayat-ayat di bawah ini:
Ibr 7:27 - “yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari
harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah
itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya
satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan
diriNya sendiri sebagai korban”.
Ibr 9:12 - “dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke
dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba
jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya
sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal”.
Ibr 9:22-28 (baca sendiri dalam Kitab Suci).
Ibr 10:10-14 (baca sendiri dalam Kitab Suci).
d) Adalah sesuatu yang lucu kalau ‘korban yang tidak berdarah’ pada
altar mereka disamakan dengan ‘korban yang berdarah’ pada salib.
Perlu diketahui bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa “tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22b). Ini jelas me-
nunjukkan bahwa ‘korban yang tidak berdarah’ tidak ada gunanya!
e) Baik roti maupun anggur harus dibagikan kepada jemaat karena itulah
yang diajarkan oleh Kitab Suci! (Mat 26:26-28 1Kor 11:23-26).
Dalam Mat 26:27 Yesus berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan
ini”. Ini menunjukkan bahwa Yesus mengundang semua peserta
Perjamuan Kudus itu untuk juga ikut minum dari cawan anggur!
Dan dalam 1Kor 11:26,27,28,29, empat kali berturut-turut Paulus
menggabungkan ‘makan roti’ dan ‘minum dari cawan’, atau ‘makan’
dan ‘minum’. Ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak boleh memisah-
kan kedua hal itu!
g) Orang-orang yang mau ikut Perjamuan Kudus sama sekali tidak perlu
puasa. Perjamuan Kudus dalam Mat 26:26-28 diadakan segera se-
telah makan (Mat 26:20,26), sehingga itu jelas menunjukkan bahwa
100
V. SAKRAMEN
mereka tidak berpuasa lebih dahulu. 1Kor 11:27-29 memang meng-
ajarkan bahwa kita harus mempersiapkan diri menghadapi Perjamuan
Kudus, tetapi bukan dengan puasa, tetapi dengan menguji diri kita
dalam hal iman dan ketaatan kita.
h) Hal lain yang ingin saya tambahkan adalah asal usul kata Eucharist.
Kata Eucharist berasal dari kata bahasa Yunani EUCHARISTESAS
yang muncul dalam Mat 26:27 Mark 14:23 Luk 22:17,19 1Kor 11:24,
dan artinya sebenarnya adalah ‘having given thanks’ (= setelah
mengucap syukur). Karena itu, penggunaan istilah Eucharist untuk
menunjuk pada Perjamuan Kudus sebetulnya kurang cocok.
i) Penggunaan hosti.
Dari Mat 26:26 Mark 14:22 Luk 22:19 1Kor 10:16b 1Kor 11:24 sebe-
tulnya bisa terlihat dengan jelas bahwa dalam suatu Perjamuan Kudus
harus ada ‘pemecahan roti’, dan pemecahan roti ini harus dilakukan di
depan peserta Perjamuan Kudus. Ini merupakan sesuatu yang penting
dan berarti, karena ini merupakan simbol dari dihancurkannya tubuh
Kristus untuk kita. Kalau ada yang beranggapan bahwa simbol seperti
ini tidak penting dan boleh dibuang, maka saya bertanya: mengapa
tidak seluruh Perjamuan Kudusnya saja dibuang?
Perhatikan juga bunyi dari 1Kor 11:24 - “dan sesudah itu Ia mengucap
syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ’Inilah
tubuhKu, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku’”.
101
V. SAKRAMEN
itu, pemecahan roti tidak seharusnya dibuang, seperti dalam kasus
dimana digunakan hosti).
102
V. SAKRAMEN
mengikuti kebaktian Kristen Protestan.
membaca Alkitab Protestan.
Catatan: Daftar ini saya ambil dari buku Loraine Boettner ‘Roman
Catholicism’, hal 200.
Mortal sin menjatuhkan orang dari kasih karunia Allah (dengan kata
lain, orang itu kehilangan keselamatannya), tetapi dengan sakramen
pengakuan dosa / Penance ini orang itu dikembalikan ke dalam kasih
karunia dan diberi kasih karunia khusus untuk untuk bisa menghindari
dosa pada masa yang akan datang.
103
V. SAKRAMEN
untuk melakukan hal itu dalam nama Kristus. Dosa-dosamu
diampuni oleh imam / pastor sama seperti kalau kamu berlutut di
hadapan Yesus Kristus dan menceritakan dosa-dosa itu kepada
Kristus sendiri) - Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 197.
d) Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh Roma Katolik sebagai dasar
Sakramen Penance ini adalah: Yak 5:16 Kis 19:18 Mat 18:18 Yoh
20:21-23.
Pandangan Kristen:
104
V. SAKRAMEN
besar dan dosa kecil. Tetapi Kitab Suci tidak pernah mengajarkan
adanya dosa yang begitu kecil sehingga bisa diremehkan seperti
venial sin dalam ajaran Roma Katolik. Ro 6:23 berkata bahwa “Upah
dosa ialah maut”, dan karena itu dosa besar ataupun dosa kecil
upahnya adalah maut. Jadi jelas bahwa sebetulnya semua dosa
termasuk mortal sin.
Loraine Boettner berkata:
“But the Bible makes no such distinction between mortal and venial sins.
There is in fact no such thing as venial sin. All sin is mortal. It is true that
some sins are worse than others. But it is also true that all sins, if not
forgiven, bring death to the soul, with greater or lesser punishment as they
may deserve” (= Tetapi Alkitab tidak membuat pembedaan seperti itu
antara mortal sin dan venial sin. Faktanya adalah bahwa venial sin itu
tidak ada. Semua dosa adalah mortal / mematikan. Memang benar bahwa
beberapa dosa lebih jelek dari yang lain. Tetapi juga benar bahwa semua
dosa, jika tidak diampuni, membawa kematian pada jiwa, dengan
hukuman yang lebih besar atau lebih ringan, seperti yang layak
didapatkannya) - ‘Roman Catholicism’, hal 201
105
V. SAKRAMEN
satunya pengantara / Imam Besar! Bdk. 1Tim 2:5 1Yoh 2:1 Ibr
4:14-5:10 Ibr 6:20-9:28.
harus ada hati yang betul-betul menyesal / bertobat (Maz 51:19
Yoel 2:13 Mat 5:4).
106
V. SAKRAMEN
Mat 18:18 Yoh 20:21-23 hanya memberikan ‘declarative power’ (=
kuasa untuk menyatakan) kepada hamba-hamba Tuhan. Kalau di-
tafsirkan bahwa mereka sendiri yang diberi hak untuk mengampuni,
maka penafsiran ini akan bertentangan dengan Mark 2:7-12 dan 1Yoh
1:9 yang mengatakan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak meng-
ampuni dosa.
Praktek ini dimulai pada abad ke 12. Pengurapan dilakukan oleh pastor
terhadap orang yang mau mati, dengan menggunakan minyak suci dan
disertai doa khusus. Yang diberi minyak adalah mata, telinga, hidung,
tangan, dan kaki orang tersebut. Sakramen ini tidak menjamin orang itu
akan pergi ke surga, tetapi paling-paling ke api pencucian.
Ayat Kitab Suci yang sering dipakai sebagai dasar dari sakramen ini ada-
lah Yak 5:14-15.
Pandangan Kristen:
a) Tidak ada dasar Kitab Suci untuk praktek / sakramen ini! Dalam
Yak 5:14-15, doa dan pengolesan minyak dilakukan dengan tujuan
untuk menyembuhkan orang itu, bukan untuk mempersiapkan orang
itu menghadapi kematian! Jadi jelas sekali bahwa Yak 5:14-15 tidak
bisa dijadikan dasar Kitab Suci bagi sakramen ini.
6) Orders (= Imamat):
108
V. SAKRAMEN
Pandangan Kristen:
109
V. SAKRAMEN
Im 21:7,13,14 memberikan peraturan tentang pernikahan se-
orang imam, dan Im 21:9 memberikan peraturan tentang anak
perempuan seorang imam yang bersundal. Semua ini menun-
jukkan bahwa dalam jaman Perjanjian Lama, seorang imam
boleh menikah dan punya anak. Kita memang melihat banyak
sekali contoh dalam Perjanjian Lama tentang imam yang me-
nikah dan punya anak seperti imam Eli, Samuel, dsb. Demikian
juga Zakharia juga menikah dan mempunyai anak Yohanes
Pembaptis (Luk 1).
Mark 1:30 - kata-kata ‘ibu mertua Simon’ jelas menunjukkan
bahwa Simon Petrus, yang oleh Roma Katolik dianggap seba-
gai Paus I, mempunyai istri.
1Kor 9:5 jelas menunjukkan bahwa rasul-rasul mempunyai istri.
110
V. SAKRAMEN
tentang hamba Tuhan yang tidak menikah? Untuk menjawab perta-
nyaan ini, mari kita melihat penjelasan tentang Mat 19:12 di bawah ini.
Beberapa hal yang perlu dijelaskan dari ayat ini:
‘Orang yang tidak dapat kawin’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘eunuchs’ (= sida-sida, orang yang dikebiri).
Dalam ayat ini Yesus berbicara tentang 3 golongan orang yang
tidak kawin / tidak bisa kawin:
Orang yang memang tidak bisa kawin dari lahir. Ini adalah
orang-orang yang lahir dalam keadaan tidak normal pada alat
kelamin mereka sehingga mereka memang tidak bisa kawin.
Orang yang dijadikan demikian oleh orang lain.
Ini menunjuk kepada orang-orang semacam sida-sida / penjaga
harem raja yang dikebiri oleh raja, supaya jangan terjadi ‘pagar
makan tanaman’ (bdk. 2Raja-raja 20:18 Ester 2:14-15).
Orang yang membuat dirinya sendiri demikian (sengaja tidak
kawin) karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga
Bagian ini menunjuk kepada orang yang secara sengaja tidak
mau kawin (sekalipun ia bisa kawin) demi Tuhan / gereja (Bdk.
1Kor 7:32-35)!
Tetapi, bagaimanapun juga gol ke 3 ini tetap harus memperha-
tikan Mat 19:11, yang sudah saya bahas di atas, yang menyata-
kan bahwa hanya orang-orang tertentu, yang dikaruniai dengan
karunia untuk tidak menikah, bisa tidak menikah! Jadi, tidak
semua orang boleh tidak kawin demi Tuhan / gereja. Mereka
hanya boleh tidak kawin demi Tuhan / gereja, kalau mereka
mempunyai karunia untuk tidak kawin! Kalau mereka tidak
mempunyai karunia untuk tidak menikah, tetapi mereka
memaksakan diri untuk tidak menikah, maka bisa-bisa mereka
menjadi hangus oleh hawa nafsu. Dan dalam 1Kor 7:9, Paulus
berkata: “Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri,
baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus
oleh hawa nafsu”.
111
V. SAKRAMEN
Itu bertentangan dengan 1Tim 4:3 dimana Paulus sendiri me-
nyerang orang yang melarang orang kawin, dan juga dengan
1Tim 5:14 dimana Paulus menganjurkan janda untuk kawin lagi.
Itu bertentangan dengan apa yang ia sendiri katakan dalam Ef
5:22-33 dimana ia menggambarkan hubungan suami dengan
istri itu seperti hubungan Kristus dengan gereja / jemaat, yang
jelas menunjukkan suatu hubungan yang indah / mulia.
Jadi, apa yang ia katakan dalam 1Kor 7 ini bukanlah rumus umum
(general rule), tetapi hanya berlaku untuk keadaan saat itu, yang
merupakan keadaan darurat. Bahwa saat itu adalah keadaan da-
rurat, ia nyatakan secara jelas dalam 1Kor 7:26 dimana ia berkata:
“Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang,
adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya”.
Keadaan darurat itu bisa juga terlihat dari 1Kor 7:29a dimana
Paulus berkata: “Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu:
waktu telah singkat!”.
Kita memang tidak tahu keadaan darurat apa yang ada pada saat
itu, tetapi yang jelas ada banyak hal dalam 1Kor 7 ini yang hanya
berlaku untuk keadaan darurat tersebut.
112
V. SAKRAMEN
kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin
dengan gadisnya berbuat lebih baik”.
Satu hal yang sangat penting dalam persoalan ini adalah bahwa
kalau saudara membaca seluruh 1Kor 7, saudara akan melihat
dengan jelas bahwa 1Kor 7 ini tidak ditujukan hanya kepada hamba
Tuhan, tetapi kepada semua orang kristen biasa. Jadi kalau Roma
Katolik toh mau memaksakan bagian ini sebagai dasar untuk
melarang kawin, maka larangan itu harus ditujukan kepada semua
orang Katolik, bukan hanya pastor / susternya!
7) Marriage (= Pernikahan):
113
V. SAKRAMEN
a) Pernikahan dianggap sebagai sakramen berdasarkan Kitab Suci
bahasa Latin terjemahan Jerome (Vulgate), yang oleh Council of Trent
dijadikan versi yang diilhamkan untuk gereja Roma Katolik.
Ef 5:31-32 - “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia ini besar ...”.
Kata-kata yang digarisbawahi itu oleh Jerome diterjemahkan “This is a
great sacrament” (= Ini adalah sakramen yang besar).
Pandangan Kristen:
-o0o-
115
PELAJARAN VI
I) Patung:
A) Sejarah singkat:
116
VI. PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS
1) Teori: Bukan patung yang disembah tetapi orang / roh yang diwakili
oleh patung itu.
2) Praktek:
Banyak orang yang tidak mengerti perbedaan antara patung dan
orang / roh yang diwakili oleh patung. Misalnya: orang yang tidak
berpendidikan dan anak-anak kecil. Sehingga mereka betul-betul
menyembah patung-patung itu.
Patung-patung itu ditempatkan di gereja, rumah sakit, rumah
sekolah, mobil dsb. Patung-patung itu disembah, dicium, diberi
menyan, didoai, dibawa dalam arak-arakan.
Lenski (tentang Kis 10:25-26): “In great St. Peter’s in Rome they still kiss
the big toe of the bronze statue of St. Peter; the writer saw a woman and her
baby in the act, and if the guide, a learned Italian professor, may be believed,
that bronze toe is kissed away and has to be renewed about every so often.
Peter ought to visit St. Peter’s” [= Di dalam gereja Santo Petrus yang agung
di Roma mereka (orang-orang Katolik) tetap mencium ibu jari kaki dari
patung perunggu dari Santo Petrus; penulis melihat seorang perempuan
dan bayinya melakukan tindakan itu, dan jika si pemandu, seorang profesor
Italia yang terpelajar, bisa dipercayai, ibu jari kaki perunggu itu dicium
habis dan harus diperbaharui setiap beberapa waktu. Petrus seharusnya
mengunjungi gereja Santo Petrus] - hal 412.
D) Pandangan Kristen:
117
VI. PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS
orang suci dan malaikat persis sama, sehingga tidak ada alasan
untuk membedakan penyembahan menjadi 3 macam seperti itu.
III) Relics:
119
VI. PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS
Yang dimaksud dengan relics adalah potongan tulang orang-orang suci atau
benda-benda yang pernah dipakai / disentuh orang-orang suci dalam
hidupnya. Relics ini dianggap mempunyai kekuatan supranatural (bisa
melakukan mujijat) dan relics ini mempunyai tempat yang penting dalam
gereja Roma Katolik.
Contoh relics:
potongan kayu salib yang asli.
paku asli yang digunakan untuk memaku Yesus.
duri dari mahkota duri asli yang dipakaikan pada Yesus.
jubah / kain kafan Tuhan Yesus.
seikat rambut Maria, cincin kawin Maria, sebotol air susu Maria.
bulu sayap Gabriel yang rontok waktu ia mengunjungi Maria dan membe-
ritakan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan Yesus.
darah St. Januarius, orang suci pelindung Naples, Italia, yang setiap tahun
mencair tiga kali.
Rumah Maria di Loretto, Italia.
Rumah berukuran 28 kaki x 12 kaki ini dipercaya oleh orang Roma Katolik
sebagai rumah yang ditempati Yesus dan Maria di Nazaret, Palestina.
Setelah Kristus naik ke surga Maria terus hidup di situ sampai mati
[Catatan: ini bertentangan dengan Yoh 19:26-27 yang mengatakan bahwa
Maria diterima oleh Yohanes (= murid yang dikasihi Yesus) di rumahnya].
Ketika Nazaret diserang oleh tentara Romawi, rumah itu dijaga secara
mujijat sehingga tidak dapat dimasuki atupun disentuh oleh tentara
Romawi. Dikatakan bahwa pada tahun 1291, ketika Nazaret diserang oleh
orang Saracen, rumah itu diangkat oleh malaikat dan dibawa
menyeberang laut dan dipindahkan ke Dalmatia di Makedonia, dan
diletakkan di sebuah bukit. Orang-orang Dalmatia memperlakukan rumah
itu dengan baik dan menyembahnya. Selama 3 tahun 7 bulan rumah itu
ada disana dan dikunjungi oleh banyak orang. Tiba-tiba rumah itu
dipindah lagi, terbang melewati laut ke Italia Timur, dekat kota Loretto, 2
mil dari pantai. Beberapa bulan kemudian rumah itu dipindah lagi ke
tempatnya yang sekarang, di suatu bukit di kota Loretto, disimpan dalam
gereja yang indah - Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 290-291.
Kepalsuan Relics:
Di Spanyol pernah dipertontonkan di 2 cathedral, 2 buah kepala dari
Yohanes Pembaptis. Ini mengingatkan saya pada suatu lelucon dalam
Reader’s Digest sebagai berikut:
Seorang petani Skotlandia menemukan 2 buah tengkorak di ladangnya, yang
satu besar dan yang lain kecil. Ia lalu membawa tengkorak yang besar ke
lapangan terbang dimana ada banyak turis Amerika. Ia lalu menunjukkan
tengkorak itu dan berkata: ‘Ini adalah tengkorak dari Robert Bruce, raja
yang hebat dari Skotlandia. Aku mau menjualnya dengan harga murah’.
Turis Amerika itupun membeli tengkorak itu. Petani itu lalu pulang dan
mengambil tengkorak yang kecil, lalu kembali ke lapangan terbang. Ia
menjumpai orang Amerika yang membeli tengkoraknya, lalu berkata
(sambil menunjuk pada tengkorak yang kecil): ‘Ini adalah tengkorak dari
120
VI. PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS
Robert Bruce, raja yang hebat dari Skotlandia’. Orang Amerika itu
menjawab: ‘Tetapi tadi kamu sudah menjual tengkoraknya kepadaku’.
Petani itu menjawab: ‘Benar tuan, tetapi itu adalah tengkorak Robert Bruce
pada waktu dewasa. Yang ini adalah tengkoraknya pada waktu ia masih
remaja!’.
Tulang dari Neapolitan saint, setelah diselidiki, ternyata adalah 2 tulang
kambing.
Bulu sayap Gabriel itu ternyata adalah bulu burung unta.
Ada banyak sekali ‘paku asli’ yang digunakan untuk memaku Tuhan
Yesus.
Hampir setiap kota di Italia dan Perancis mempunyai 1 atau 2 duri asli dari
mahkota duri Tuhan Yesus.
Hampir setiap kota di Silicia mempunyai 1 gigi atau lebih dari St. Agatha,
orang suci pelindung kota itu.
Rumah Maria itu pasti rumah palsu karena 2 hal:
Bata yang digunakan dibakar dengan oven sedangkan pada jaman
Tuhan Yesus di Palestina bata dikeringkan dengan sinar matahari.
Rumah itu punya cerobong asap sedangkan rumah di Palestina pada
jaman itu tidak ada yang menggunakan cerobong asap.
Serpihan kayu salib yang asli tersebar di seluruh dunia dalam jumlah yang
banyak sekali. Loraine Boettner mengutip Calvin yang berkata bahwa
kalau semua itu dikumpulkan akan menjadi muatan 1 kapal dan
membutuhkan 300 orang untuk mengangkatnya padahal dalam Kitab Suci
kayu salib itu bisa diangkat oleh 1 orang saja - Loraine Boettner, ‘Roman
Catholicism’, hal 289.
Tetapi St. Paulinus, seorang ahli apologetics Roma Katolik khusus bagian
relics, berkata: “a portion of the true cross kept at Jerusalem gave off
fragments of itself without diminishing” (= sebagian dari salib yang asli yang
disimpan di Yerusalem mengeluarkan potongan-potongan dari dirinya
sendiri tanpa mengurangi dirinya sendiri) - Loraine Boettner, ‘Roman
Catholicism’, hal 289.
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘True Cross’: “Christian relic,
reputedly the wood of the cross on which Jesus Christ was crucified. Legend
relates that the True Cross was found by St. Helena, mother of Constantine the
Great, during her pilgrimage to the Holy Land about 326. The earliest
historical reference to veneration of the True Cross occurs in the mid-4th
century. By the 8th century the accounts were enriched by legendary details
describing the history of the wood of the cross before it was used for the
Crucifixion. Adoration of the True Cross gave rise to the sale of its fragments
which were sought as relics. John Calvin pointed out that all the extant
fragments, if put together, would fill a large ship, an objection regarded as
invalid by some Roman Catholic theologians who claimed that the blood of
Christ gave to the True Cross a kind of material indestructibility, so that it
could be divided indefinitely without being diminished. Such beliefs resulted in
the multiplication of relics of the True Cross wherever Christianity expanded in
the medieval world, and fragments were deposited in most of the great cities
and in a great many abbeys. Reliquaries designed to hold the fragments
likewise multiplied, and some precious objects of this kind survive. The desire to
121
VI. PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS
win back or obtain possession of the True Cross was claimed as justification for
military expeditions, such as that of the Byzantine emperor Heraclius against
the Persians (622-628) and the capture of Constantinople by the crusaders in
1204. The Feast of the Finding of the Cross was celebrated in the Roman
Catholic Church on May 3 until it was omitted from the church calendar in
1960 by Pope John XXIII” (= ).
Mungkin orang-orang Katolik ini diilhami oleh 5 roti dan 2 ikan yang
dipakai oleh Yesus untuk memberi makan 5000 orang (Yoh 6:1-15), atau
oleh minyak yang keluar terus tanpa berkurang dalam 2Raja-raja 4:1-7.
Tetapi kalau dalam 2 kasus dalam Kitab Suci itu mujijat tersebut memang
berguna dalam menolong orang, maka ‘mujijat’ tentang relics dari kayu
salib ini bukan hanya tidak berguna, tetapi justru menjatuhkan banyak
orang ke dalam pemberhalaan benda-benda tersebut. Ada 2
kemungkinan:
mujijat tersebut hanyalah isapan jempol.
mujijat itu sungguh-sungguh terjadi, tetapi datang dari setan.
‘kain kafan’ Yesus sudah dibuktikan berasal dari abad 13 atau 14 (1260-
1390). Pembuktian ini diceritakan dalam suatu artikel dalam Reader’s
Digest bulan Nopember 1989, hal 34-38, yang berjudul ‘The Saga of the
Shroud’. Artikel itu juga mengatakan bahwa pembuktian ilmiah itu akhir-
nya diakui oleh gereja Roma Katolik. Padahal kain kafan itu sudah dipuja
selama lebih dari 600 tahun.
Tidak perduli relics itu asli atau palsu tetapi tidak boleh dipuja / disembah!
-o0o-
122
APENDIX
MARTIN LUTHER
123
APENDIX - MARTIN LUTHER
Pada tahun 1502, ia mendapat gelar B.A. (Bachelor of Arts), dan pada tahun
1505 ia mendapat gelar M.A. (Master of Arts).
Pada usia antara 21-22 tahun, ia lolos dari kematian akibat sambaran petir,
sementara teman seperjalanannya yang ada di sebelahnya, mati tersambar
(Catatan: ada yang mengatakan bahwa temannya bukan mati kena petir
tetapi karena suatu duel). Tidak lama setelah itu, pada tanggal 2 Juli 1505, ia
mengalami hujan badai yang sangat hebat di dekat Erfurt setelah kembali
dari perkunjungan terhadap orang tuanya. Ia menjadi begitu takut sehingga ia
menjatuhkan diri ke tanah dan berdoa dan bernazar dengan gemetar:
“Help, beloved Saint Anna! I will become a monk!” (= Tolonglah Santa Anna
yang kekasih. Aku akan menjadi seorang biarawan!) - Philip Schaff, ‘History of
the Christian Church’, vol VII, hal 112.
Ia memang selamat dari hujan badai itu, dan untuk menggenapi nazarnya ia
lalu masuk the Augustinian convent pada tahun 1505.
“Luther himself declared in later years, that his monastic vow was forced from
him by terror and the fear of death and the judgment to come; yet he never
doubted that God’s hand was in it” (= Dalam tahun-tahun belakangan, Luther
sendiri menyatakan bahwa nazar kebiarawanannya dipaksakan dari dia
oleh teror dan ketakutan pada kematian dan pada penghakiman yang akan
datang; tetapi ia tidak pernah meragukan bahwa tangan Allah ada di
dalamnya) - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 113.
124
APENDIX - MARTIN LUTHER
“He was never an infidel, nor a wicked man, but a pious Catholic from early
youth; but now he became overwhelmed with a sense of the vanity of this world
and the absorbing importance of saving his soul, which, according to the
prevailing notion of his age, he could best secure in the quiet retreat of a
cloister” (= Ia tidak pernah menjadi orang kafir, atau orang jahat, tetapi ia
adalah orang Katolik yang saleh sejak masa kecilnya; tetapi sekarang ia
diliputi oleh suatu perasaan akan kesia-siaan dari dunia ini dan kepentingan
untuk menyelamatkan jiwanya, yang, menurut pemikiran umum jaman itu,
bisa ia pastikan dengan cara yang terbaik dalam pengunduran diri / pengu-
cilan diri yang tenang dalam biara) - ‘History of the Christian Church’, vol
VII, hal 113.
“If there was ever a sincere, earnest, conscientious monk, it was Martin Luther.
His sole motive was concern for his salvation. To this supreme object he
sacrificed the fairest prospects of life. He was dead to the world and was willing
to be buried out of the sight of men that he might win eternal life. His latter
opponents who knew him in convent, have no charge to bring against his moral
character except in certain pride and combativeness, and he himself
complained of his temptations to anger and envy” (= Jika pernah ada seorang
biarawan yang tulus dan sungguh-sungguh, maka itu adalah Martin Luther.
Motivasi satu-satunya adalah perhatian untuk keselamatannya. Untuk tu-
juan tertinggi ini ia mengorbankan harapan terbaik hidupnya. Ia mati
terhadap dunia, dan rela dikubur terhadap pandangan manusia supaya ia
bisa mendapatkan hidup yang kekal. Penentang-penentangnya, yang me-
ngenalnya di biara, tidak mempunyai tuduhan terhadap karakter moralnya
kecuali dalam hal kesombongan tertentu dan kesukaannya melawan, dan ia
sendiri mengeluh tentang pencobaan-pencobaan yang ia alami terhadap
kemarahan dan iri hati) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’,
vol VII, hal 113-114.
“He assumed the most menial offices to subdue his pride: he swept the floor,
begged bread through the streets, and submitted without murmur to the ascetic
severities” (= Ia menerima jabatan-jabatan yang paling rendah untuk
menundukkan kesombongannya: ia mengepel lantai, mengemis roti di jalan-
jalan, dan tunduk tanpa menggerutu pada kekerasan / kesederhanaan hidup
pertapa) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 115.
“He said twenty-five Paternosters with the Ave Maria in each of the seven
appointed hours of prayer. He was devoted to the Holy Virgin ... He regularly
confessed his sins to the priests at least once a week. At the same time a
complete copy of the Latin Bible was put into his hands for study, ... At the end
125
APENDIX - MARTIN LUTHER
of the year of probation Luther solemnly promised to live until death in poverty
and chastity according to the rules of the holy father Augustin, to render
obedience to Almighty God, to the Virgin Mary, and to the prior of the
monastery. ... His chief concern was to become a saint and to earn a place in
heaven. ‘If ever,’ he said afterward, ‘a monk got to heaven by monkery, I would
have gotten there’. He observed with minutest details of discipline. No one
surpassed him in prayer, fasting, night watches, self-mortification” [= Ia
mengucapkan 25 x doa Bapa Kami dengan Salam Maria dalam setiap dari 7
jam doa yang ditetapkan. Ia berbakti kepada Perawan yang Kudus ... Ia
mengaku dosa secara rutin kepada imam / pastor sedikitnya sekali seminggu.
Pada saat yang sama suatu copy Alkitab Latin yang lengkap ada di
tangannya untuk dipelajari, ... Pada akhir dari tahun percobaan Luther
berjanji dengan khidmat / sungguh-sungguh untuk hidup sampai mati
dalam kemiskinan dan kesederhanaan / kesucian menurut peraturan-
peraturan bapa kudus Agustinus, taat kepada Allah yang mahakuasa,
kepada Perawan Maria, dan kepada kepala biara. ... Perhatiannya yang
terutama adalah untuk menjadi orang suci dan mendapatkan tempat di
surga. ‘Jika ada,’ katanya belakangan, ‘seorang biarawan mencapai surga
melalui kebiarawanan, Aku sudah sampai di sana’. Ia menjalankan disiplin
dengan sangat terperinci. Tidak seorangpun melampaui dia dalam doa,
puasa, jaga malam (?), mematikan diri sendiri] - Philip Schaff, ‘History of
the Christian Church’, vol VII, hal 115-116.
“He sought by the means set forth by the Church and the monastic tradition to
make himself acceptable to God and to earn salvation of his soul. He mortified
his body. He fasted, sometimes for days on end and without a morsel of food.
He gave himself to prayers and vigils beyond those required by the rule of his
order. He went to confession, often daily and for hours at a time. Yet assurance
of God’s favour and inward peace did not come and the periods of depression
were acute” (= Ia mencari melalui cara-cara yang dinyatakan oleh Gereja
dan tradisi biara untuk membuat dirinya sendiri diterima oleh Allah dan
mendapatkan keselamatan jiwanya. Ia mematikan dirinya. Ia berpuasa,
kadang-kadang selama berhari-hari tanpa makanan sedikitpun. Ia menye-
rahkan dirinya untuk berdoa dan berjaga-jaga melebihi apa yang dituntut
oleh peraturan ordonya. Ia mengaku dosa, seringkali setiap hari dan untuk
berjam-jam dalam satu kali pengakuan. Tetapi keyakinan akan perkenan
Allah dan damai di dalam tidak datang dan ia mengalami masa depresi yang
parah) - Kenneth Scott Latourette, ‘A History of Christianity’, vol II, hal
705.
“But he was sadly disappointed in his hope to escape sin and temptation behind
the walls of the cloister. He found no peace and rest in all his pious exercises.
The more he seemed to advance externally, the more he felt the burden of sin
within. He had to contend with temptations of anger, envy, hatred and pride.
He saw sin everywhere, even in the smallest trifles. The Scriptures impressed
upon him the terrors of divine justice. He could not trust in God as a reconciled
Father, as a God of love and mercy, but trembled before him, as a God of
wrath, as a consuming fire. He could not get over the words: ‘I, the Lord thy
126
APENDIX - MARTIN LUTHER
God, am a jelous God’” (= Tetapi ia sangat kecewa dalam harapannya untuk
lepas dari dosa dan pencobaan di balik tembok-tembok biara. Ia tidak
mendapatkan damai dan ketenangan dalam semua hal-hal saleh yang ia
lakukan. Makin ia kelihatan maju secara lahiriah, makin ia merasa beban
dosa di dalam. Ia harus berjuang melawan pencobaan untuk marah, iri,
kebencian, dan kesombongan. Ia melihat dosa dimana-mana, bahkan dalam
hal-hal yang paling remeh. Kitab Suci memberikan kesan kepadanya
tentang keadilan ilahi. Ia tidak bisa percaya kepada Allah sebagai Bapa yang
diperdamaikan, sebagai Bapa yang kasih dan berbelas kasihan, tetapi
gemetar di hadapanNya, sebagai Allah yang murka, sebagai api yang
menghanguskan. Ia tidak bisa mengatasi kata-kata: ‘Aku, Tuhan Allahmu,
adalah Allah yang cemburu’) - Philip Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VII, hal 116.
“He entered the confessional and stayed for hours every day. On one occasion
Luther spent six hours confessing the sins he had committed in the last day!” (=
Ia masuk ke dalam ruang pengakuan dosa dan berada di sana berjam-jam
setiap hari. Pada suatu kali Luther menghabiskan waktu 6 jam untuk
mengaku dosa-dosa yang ia lakukan pada hari terakhir) - R.C. Sproul, ‘The
Holiness of God’, hal 114.
Pada tahun 1505, sebagai seorang pastor muda ia memimpin misa untuk
pertama kalinya. Pada waktu ia mengangkat roti dan mengucapkan kata-
kata “Ini adalah tubuhKu”, ia mengalami rasa takut yang luar biasa karena
ia merasakan dirinya penuh dosa di hadapan Allah yang tak terbatas
dalam kekudusanNya.
“He pondered day and night over the meaning of ‘the righteousness of God’ (Rom.
1:17), and thought that it is the righteous punishment of sinners; but toward the
close of his convent life he came to the conclusion that it is the righteousness
which God freely gives in Christ to those who believe in him. Righteousness is not
acquired by man through his own exertions and merits; it is complete and perfect
in Christ, and all the sinner has to do is to accept it from Him as a free gift” [= Ia
merenungkan siang dan malam tentang arti dari ‘kebenaran Allah’ (Ro 1:17),
dan mengira bahwa itu adalah hukuman yang adil terhadap orang-orang
berdosa; tetapi menjelang akhir dari kehidupan biaranya ia sampai pada
kesimpulan bahwa itu adalah kebenaran yang Allah berikan dengan cuma-cuma
dalam Kristus kepada mereka yang percaya kepadaNya. Kebenaran tidak
didapatkan oleh manusia melalui usaha dan kebaikan / jasanya sendiri;
kebenaran itu lengkap dan sempurna dalam Kristus, dan semua yang harus
dilakukan oleh orang berdosa adalah menerimanya dari Dia sebagai pemberian
cuma-cuma] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 122.
Cerita tentang pertobatannya agak simpang siur, dan sukar dipastikan kapan
persisnya ia sungguh-sungguh bertobat dan diselamatkan. Pengertiannya
dan kepercayaannya akan keselamatan / pembenaran karena iman yang
diajarkan oleh Ro 1:17 itupun melalui pergumulan hebat dan cukup lama.
Karena itu, pada tahun 1510, sekalipun ia sudah tahu tentang pembenaran
karena iman, tetapi karena ia belum betul-betul mantap dalam hal itu, maka ia
masih melakukan ziarah / perjalanan agama (pilgrimage) ke Roma. Ia
berharap untuk bisa mendapatkan penghiburan untuk jiwanya dengan mela-
kukan perjalanan ini.
V) Reformasi:
Gereja Roma Katolik membutuhkan uang, dan ini menyebabkan terjadinya
penjualan surat pengampunan dosa / letter of indulgence. Orang Katolik
yang terkenal dengan penjualan surat pengampunan dosa ini adalah Johann
Tetzel, yang oleh Philip Schaff digambarkan dengan kata-kata sebagai
berikut:
“who was not ashamed to boast that he saved more souls from purgatory by his
letters of indulgence than St. Peter by his preaching” (= yang tidak malu untuk
membanggakan bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api pencucian
oleh surat-surat pengampunan dosanya dari pada Santo Petrus oleh
khotbahnya) - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 154.
129
APENDIX - MARTIN LUTHER
Dalam bulan Juli 1519 Luther dan teman sejawatnya yang bernama Andreas
Carlstadt bertemu dengan John Eck, yang merupakan ahli debat top pada
saat itu. Mereka mengadakan debat di depan umum di Leipzig. Dalam
perdebatan itu John Eck menunjukkan bahwa beberapa pandangan Luther
sesuai dengan pandangan John Hus, yang saat itu dianggap sebagai ajaran
sesat oleh gereja Roma Katolik. Akhirnya Luther terpaksa mengakui dengan
segan, sesuai dengan keinginan John Eck, sebagai berikut:
“Among the condemned beliefs of John Hus and his disciples, there are many
which are truly Christian and evangelical and which the Catholic Church cannot
condemn” (= Di antara kepercayaan-kepercayaan John Hus dan murid-murid-
nya yang dikecam, ada banyak yang adalah benar-benar Kristen dan injili dan
yang Gereja Katolik tidak bisa mengecam) - Dr. Albert Freundt, ‘History of
Modern Christianity’, hal 31.
Catatan:
John Hus (1373-1415) adalah pemimpin dari The Bohemian Brethren di
Bohemia, Cekoslowakia. John Hus dipengaruhi oleh theologia dari Augustine
dan Wycliffe. Dalam suatu tulisannya yang berjudul ‘On the Church’ ia
berkata bahwa hanya Kristus sendiri yang adalah kepala gereja. Ia
menyerang penjualan indulgence / pengampunan dosa dan juga menyerang
kejahatan dari gereja dan pastor. Ini menimbulkan konflik, dan Sigismund,
kaisar Romawi, mendesak supaya John Hus hadir dalam the Council of
Constance dalam tahun 1415, dan kepada John Hus diberikan jaminan
keamanan di sana sampai ia bisa kembali dengan selamat. Tetapi ternyata
begitu sampai, ia langsung ditangkap, dipenjarakan, diadili dengan cepat,
dinyatakan bersalah, dan dihukum mati dengan dibakar, karena ia menolak
untuk menarik kembali tulisannya kecuali ia diyakinkan kesalahannya
berdasarkan Kitab Suci.
Dengan pengakuan yang mendukung John Hus itu, Luther sudah menentang
Council!
Dan pada bulan Februari 1520 Luther mengakui lebih jauh dari pada peng-
akuannya di Leipzig dengan berkata: “We are all Hussites without knowing it,”
(= Kita semua adalah pengikut Hus tanpa kita sadari) tulisnya, “St. Paul and St.
Augustine are Hussites” (= Santo Paulus dan Santo Agustinus adalah pengikut-
pengikut Hus / mempunyai pandangan seperti Hus) - Dr. Albert Freundt,
‘History of Modern Christianity’, hal 31.
130
APENDIX - MARTIN LUTHER
Pada bulan Juni 1520, Roma mengeluarkan ‘the Bull’ (= surat keputusan dari
Paus), yang diberi nama ‘Exsurge Domine’, yang mengecam 41 usul /
gagasan Luther sebagai sesat, dan memerintahkan orang yang setia kepada
Roma Katolik untuk membakar buku-buku Luther dimanapun bisa ditemukan.
Luther diberi waktu 2 bulan untuk menarik kembali ucapan / tulisannya atau ia
akan dikucilkan.
Luther berkata:
“I shall go to Worms, though there were as many devils there as tiles on the roofs”
(= Aku akan pergi ke Worms, sekalipun disana ada setan-setan sebanyak gen-
teng pada atap-atap) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII,
hal 298.
“‘You may expect every thing from me,’ he wrote Spalatin, ‘except fear or
recantation. I shall not flee, still less recant. May the Lord Jesus strengthen me’”
(= ‘Kamu boleh mengharapkan segala sesuatu dari aku,’ tulisnya kepada
Spalatin, ‘kecuali rasa takut atau penarikan kembali / pengakuan kesalahan.
Aku tidak akan lari, dan lebih-lebih aku tidak akan menarik kembali / mengaku
salah. Kiranya Tuhan Yesus menguatkan aku’) - Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VII, hal 294.
Dalam Diet of Worms itu, pada waktu ia diminta untuk menarik kembali buku-
bukunya / ajarannya, ia berkata:
“Here I stand. (I can not do otherwise.) God help me! Amen” [= Disinilah aku
berdiri (Aku tidak bisa berbuat yang lain.) Kiranya Allah menolong aku! Amin]
- Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 305.
“His later years had been marked by a complication of various physical illneses,
presumably aggravated by the strains and labours of a tempestuous life. This may
in part account for his frequent irascibility and occasional outburst of wrath and
coarse vituperation” (= Tahun-tahun terakhir hidupnya ditandai oleh komplikasi
dari bermacam-macam penyakit fisik, rupanya diperparah oleh ketegangan dan
pekerjaan dari hidup yang bergejolak. Ini merupakan sebagian penyebab dari
sikap mudah marahnya yang sering terjadi dan kemarahannya yang kadang-
132
APENDIX - MARTIN LUTHER
kadang meledak dan makian dengan kata-kata kasar) - Kenneth Scott
Latourette, ‘A History of Christianity’, vol II, hal 729.
-o0o-
133
ROMA
KATOLIK
VersuS
KRISTEN
PROTESTAN
(revised)
oleh:
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
PELAJARAN V: SAKRAMEN......................................................................................55
I) Istilah ‘Sakramen’..........................................................................................................55
II) Syarat-syarat Sakramen................................................................................................55
III) Sejarah singkat 7 Sakramen.........................................................................................56
IV) Pembahasan 7 Sakramen Roma Katolik.....................................................................56
1) Baptisan...................................................................................................................56
2) Confirmation (= Penguatan)....................................................................................60
3) Eucharist (= Komuni)..............................................................................................61
4) Penance (= Pengakuan dosa)...................................................................................69
5) Extreme Unction (= Perminyakan)..........................................................................75
6) Orders (= Imamat)...................................................................................................75
7) Marriage (= Pernikahan).........................................................................................80
PELAJARAN VI: PATUNG, SIMBOL SALIB & RELICS........................................82
I) Patung.............................................................................................................................82
A) Sejarah singkat........................................................................................................82
B) Dasar penggunaan patung.......................................................................................82
C) Teori dan praktek penggunaan patung....................................................................83
D) Pandangan Kristen..................................................................................................83
II) Simbol salib..................................................................................................................84
III) Relics...........................................................................................................................85
-o0o-
Argumentasi tambahan untuk menentang api pencucian!
Alan M. Stibbs, dalam komentarnya tentang 1Pet 4:17, berkata: “in so far as
those who become Christians need purgatorial cleansing before they can share the
heavenly glory, it is meted out to them, not in some intermediate state, but in this life”
(= dalam persoalan dimana mereka yang menjadi orang Kristen membutuhkan
penyucian sebelum mereka bisa mendapatkan kemuliaan surgawi, itu diberikan
kepada mereka, bukan antara saat mereka mati dan kedatangan kedua dari
Kristus, tetapi dalam hidup ini) - ‘Tyndale, 1 Peter’, hal 163-164.
Kutip dari tafsiran Wahyu karangan William R. Newell, hal 56, tentang
penyembahan patung dalam Roma Katolik.
William R. Newell: “The same arguments now used by the Romanists to defend image
worship were rejected by Christians of the first three centuries when used in defense of
image worship. The heathen said, We do not worship the images themselves, but those
whom they represent. To this Lactantius (third century A. D.) answers, ‘You worship
them; for, if you believe them to be in heaven, why do you not raise your eyes up to
heaven? Why do you look at the images, and not up where you believe them to be?’” [=
Argumentasi yang sama yang sekarang digunakan oleh orang Roma Katolik untuk
mempertahankan penyembahan patung ditolak oleh orang-orang Kristen dari tiga
abad yang pertama pada waktu digunakan untuk mempertahankan penyembahan
patung. Orang kafir berkata: Kami tidak menyembah patung itu sendiri, tetapi
mereka yang diwakili oleh patung-patung itu sendiri. Terhadap hal ini Lactantius
(abad ke tiga Masehi) menjawab: ‘Kamu menyembah mereka; karena, jika kamu
percaya bahwa mereka ada di surga, mengapa kamu tidak menaikkan pandangan
matamu ke surga? Mengapa kamu memandang pada patung-patung, dan tidak ke
atas dimana kamu percaya mereka berada?’] - hal 56.
John Murray: “One of the greatest iniquities of the Romish Church is mariolatry. It is
untarnished idolatry. Worship belongs to God alone” (= ) - ‘Collected Writings of
John Murray’, vol 3, hal 178.
Lihat juga ‘Collected Writings of John Murray’, vol 4, hal 264, tentang sikap
protestan dan Katolik tentang ‘tradisi’.
Tentang tradisi:
‘Catechism of the Catholic Church’ (pada bagian kata pengantar yang ditulis oleh
Paus Yohanes Paulus II):
“A catechism should faithfully and systematically present the teaching of Sacred
Scripture, the living Tradition in the Church and the authentic Magisterium, as well as
the spiritual heritage of the Fathers, Doctors and saints of the Church, to allow for a
better knowledge of the Christian mystery and for enlivening the faith of the People of
God. It should take into account the doctrinal statements which down the centuries the
Holy Spirit has intimated to his Church. It should also help to illumine with the light
of faith the new situations and problems which had not yet emerged in the past” (=
Sebuah katekismus harus memberikan secara setia dan sistimatis ajaran dari Kitab
Suci yang Kudus, Tradisi yang hidup dalam Gereja dan Magisterium yang asli, dan
juga warisan rohani dari Bapa-bapa, Doktor-doktor dan orang-orang suci dari
Gereja, sehingga memungkinkan pengetahuan yang lebih baik tentang misteri
Kristen dan untuk menghidupkan iman dari Umat Allah. Katekismus itu harus
memperhitungkan pernyataan-pernyataan doktrinal yang selama berabad-abad
telah diberitahukan oleh Roh Kudus kepada GerejaNya. Katekismus itu juga harus
menolong untuk menerangi dengan terang iman situasi dan problem yang baru
yang belum muncul pada masa yang lampau) - hal 2.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Tuhan Yesus, Maria dan lain-lain
tidaklah kelihatan. Maka dari itu, banyak orang katolik suka memasang gambar
atau patung Yesus, Maria atau siapa pun juga, supaya mereka mudah ingat pada
pribadi-pribadi yang digambarkan di sana. Selain itu dengan memandang patung
dan gambar tadi, orang dapat berdoa dengan lebih baik sebab orang dapat dengan
lebih mudah mengarahkan budi dan hatinya kepada Yesus,artinya tidak mudah
melamun” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku I, hal 4.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “selama 2 abad pertama belum timbul
keraguan bahwa Deuterokanonika adalah Sabda Allah. Baru sesudah itu ada
beberapa bapa Gereja yang meragukannya. Hal inilah yang mendorong para uskup
Gereja lokal mengadakan Konsili untuk menetapkan jumlah Alkitab” -
‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku I, hal 25.
Check apakah Luther menol;agama kristen bukan hanya Yakobus, tetapi juga
Yudas, Wahyu., Ibrani, seperti yang dikatakan dalam buku I hal 26.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang) tentang Yoh 5:39: “Jadi ayat itu tidak
bermaksud mengatakan bahwa segala ajaran kristen harus diselidiki kebenarannya
dalam Alkitab” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku I, hal 31.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “setiap penafsir katolik harus tunduk
kepada penilaian Magisterium” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku
I, hal 45.
Maria
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Kalau begitu mengapa diberi gelar
Bunda Allah? Gelar ini dimaksudkan bukan hanya untuk menghormati Maria
tetapi juga untuk menekankan betapa eratnya persatuan antara kodrat Allah dan
kodrat manusia dalam diri Kristus” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’,
buku II, hal 65.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Memang benar, yang wajib diakukan
dalam sakramen tobat hanyalah dosa-dosa besar, lebih-lebih dosa yang membuat
orang kehilangan rahmat pengudus yang sangat diperlukan orang untuk
keselamatannya. Justeru karena seriusnya dosa besar itu maka dosa besarlah yang
wajib diakukan” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 15.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Bahkan seorang kristen yang sudah
selamat dapat berbuat dosa yang begitu serius sehingga ia kehilangan kembali
rahmat keselamatan itu. Keselamatan (dan iman) yang diterima orang pada waktu
dibaptis barulah benih hidup kekal yang masih harus diperjuangkan terus dengan
usaha sendiri. Tentu saja dalam hal ini diperlukan juga bantuan Tuhan.
Keselamatan bukanlah soal sepele yang diperoleh dengan tekad dan kepercayaan
sesaat saja, yakni pada waktu orang bertobat dan percaya kepada Kristus” -
‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 17.
Bandingkan dengan Luk 19:9! Kej 15:6.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “dosa besar atau dalam hal ini lebih
tepat disebut dosa maut atau mortal sin. ... Dosa maut berarti suatu dosa serius
yang membuat hubungan orang dengan Tuhan putus, yang membuat orang
menjadi musuh Tuhan, membuat orang kehilangan Roh Kudus yang menjadikan
dia anak Allah” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 19.
Buku III hal 28-29 - Luk 1:34 dianggap menunjukkan bahwa Maria sudah berkaul
untuk tidak bersuami, dan Yusuf mengawininya supaya kaulnya itu tercapai!
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “berdasarkan bahasa Aram ada seorang
penafsir katolik berpendapat bahwa kata ‘sampai’ kadang-kadang bisa berarti
‘lihatlah’. Karena itu ia mengusulkan agar Mat 1:25 diterjemahkan sebagai
berikut: ‘Meskipun Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria, lihatlah ia melahirkan
Yesus.’” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 31.
Catatan:
ini lucu dan tajk masuk akal, karena ‘sampai’ dan ‘lihatlah’ sangat jauh
bedanya.
bahasa asli dari Mat 1:25 adalah Yunani bukan Aram.
mengapa ada tambahan lagi kata ‘meskipun’ di awal Mat 1:25?
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Juga sewaktu dan sesudah melahirkan
Yesus keperawanan Maria tetap utuh. Ini adalah anugerah Allah yang mahakuasa;
bagi Allah tidak ada sesuatu yang tidak mungkin (Luk 1:38).” -
‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 31.
Transubstantiation dan mujijat palsu.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Mukjijat Ekaristi di Lanciano. Di
Lanciano, sebuah kota kecil di Italia, pernah terjadi mukjijat Ekaristi yang
pertama dan terbesar dalam sejarah. Pada abad VIII seorang rahib dan imam
Katolik meragukan kehadiran Tuhan Yesus dalam Ekaristi. Untuk menjawab
karaguannya itu Tuhan membuat mukjijat berikut ini. Segera sesudah kata-kata
konsekrasi selesai diucapkan imam itu, roti kecil sungguh-sungguh berubah
menjadi secuil daging manusia, dan anggur menjadi lima tetes / bintik darah
manusia yang berbeda bentuk dan ukurannya. Tubuh dan Darah Yesus itu
disimpan dengan baik sampai kini. Pada tahun 1970 sekelompok ahli anatomi,
kimia dan patologi Italia mengadakan penyelidikan atas relikwi tersebut. Dan
hasilnya mengagumkan: daging itu dinyatakan benar-benar daging manusia, malah
berupa jaringan otot dari jantung (= myocardium). Darah itu dinyatakan benar-
benar darah manusia. Selanjutnya, para ilmuwan itu menyatakan bahwa adalah
suatu keajaiban bahwasanya relikwi yang sudah tersimpan selama 12 abad lebih
tanpa ada bahan pengawet apa pun itu, tetap utuh (tidak rusak)!” -
‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku III, hal 45.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Jadi, kata ‘satu-satunya’ yang dipakai
dalam 1Tim 2:5 tidak boleh dipandang sebagai ‘satu-satunya’ dalam arti yang
terlalu kaku dan tegas” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku II, hal
63.
Limbus Infantum
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Ajaran semacam itu timbul karena
orang merasa terjepit di antara 2 ajaran berikut ini: di satu sisi baptisan itu
dianggap perlu untuk keselamatan, di sisi lain bayi yang mati tanpa sempat dibaptis
belum mempunyai dosa pribadi, hanya dosa asal. Nah, sulit memikirkan bagaimana
Allah akan menghukum bayi-bayi yang tidak berdosa secara pribadi itu dalam
neraka yang menurut Alkitab penuh penderitaan itu? Tetapi sukar juga menerima,
jika bayi semacam itu masuk surga tanpa mengalami penyelamatan Yesus Kristus
lewat baptisan. Maka mereka yakin bahwa Allah tentu menyediakan bagi bayi-bayi
semacam itu suatu tempat atau keadaan khusus. Tetapi sekali lagi hal ini bukan
dogma atau ajaran resmi yang sudah paten, tetapi masih terbuka untuk
didiskusikan. Yang jelas Gereja Katolik menganjurkan supaya bayi dibaptis
secepat mungkin dan jika bayi mati sebelum sempat dibaptis, kita pasrahkan saja
nasibnya kepada belas kasihan Allah. Alkitab dan Tradisi tidak memberi kita
cukup petunjuk untuk dapat mengetahui nasib mereka” -
‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku IV, hal 42-43.
Kesucian Maria
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Jelas ular yang dimaksud dalam Kej
3:15 adalah Setan. Lalu ‘keturunan wanita’ yang meremukkan kepala Setan hingga
mati itu adalah Mesias. Nah, kalau begitu perempuan yang harus bermusuhan
dengan Setan dan yang menjadi bunda Mesias yang meremukkan kepala Setan,
pastilah bukan Hawab si pendosa itu, melainkan bunda Mesias. Bagi kita Mesias
adalah Yesus dari Nazaret dan ibunya adalah Maria. Jadi, terjemahan yang tepat
dari Kej 3:15 bukan, ‘Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini’ seperti terjemahan LAI yang kita miliki. Terjemahan ini memberi
kesan bahwa ‘perempuan’ yang dimaksud adalah Hawa, ‘manusia pertama.’ Tidak.
Lebih tepat terjemahan ini, ‘Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau
dan perempuan itu’ (seperti dapat dilihat dari teks Ibraninya). Dengan menerima
tafsiran Gereja Katolik ini, maka menjadi jelas bahwa sejak awal mula Allah
menempatkan Maria sebagai musuh Setan, musuh dosa ... Maria sejak semula
menjadi lawan setan/dosa, artinya dibebaskan dari noda dosa. ... Ayat kedua yang
perlu disinggung di sini adalah salam malaikat Gabriel kepada perawan Maria,
‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau’ (Luk 1:28). ...
Karena hakekat Maria adalah ‘yang dikaruniai,’ maka Maria tidak mungkin
dinodai noda dosa asal” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku IV, hal
28-29.
Catatan: terjemahan Kej 3:15 sebetulnya bukan ‘perempuan ini’ ataupun
‘perempuan itu’, tetapi ‘the woman’ (= si perempuan).
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Maria dibebaskan dari segala noda dosa
sejak awal hidupnya. Tetapi hal itu terjadi berkat rahmat penebusan Yesus Kristus
yang sudah mulai bekerja untuk Maria sebelum Yesus sendiri lahir dan menebus
manusia. Memang bagi manusia hal itu tidak masuk akal. Tetapi Tuhan tidak
terikat pada tempat dan waktu seperti kita manusia. Soal ‘sesudah’ dan ‘sebelum’
yang berlaku mutlak bagi manusia tidaklah berlaku bagi Tuhan. Jadi jangan lupa:
Maria tetap ditebus oleh Yesus Kristus!” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman
Katolik’, buku IV, hal 30.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “P: Lalu apa makna membakar lilin
(devosi) di depan patung? J: Nah, itu pertanyaan yang lebih penting. Kita perlu
mengerti arti dari praktek dalam Gereja kita. Dengan menyalakan lilin di gereja
atau di depan patung, sebenarnya orang ingin memperpanjang doa dan
kehadirannya, sebab ia sendiri tidak bisa tinggal lebih lama di depan patung atau di
gereja itu. Lilin yang menyala melambangkan kehadiran dan doanya. ... Orang-
orang Yahudi, misalnya, ingin memperpanjang doa-doa mereka dengan jalan
menulis doa-doanya pada secarik kertas, lalu menyisipkan kertas itu pada celah-
celah didning, misalnya pada dinding gua Elia di G. Karmel atau di tembok
Ratapan, di Yerusalem” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku IV, hal
50.
Pesta-pesta Perjanjian Lama dan nama El Elyon berasal dari kafir? Buku ke 4
hal 50. Juga buku II hal 58-59
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Umat katolik tidak biasa menyambut
darah Yesus karena alasan praktis: yakni umat terlalu banyak dan resiko tumpah
jauh lebih besar daripada hosti yang berbentuk padat. Hanya bila umat tidak
terlalu banyak dan pada kesempatan istimewa saja, umat dapat menyambut Yesus
Kristus dalam rupa roti dan anggur” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’,
buku III, hal 48.
Pertama-tama ijinkan saya untuk memperkenalkan diri saya, nama saya Mario
Sujanto, saya adalah bekas seorang pendeta dari Gereja Presbyterian (USA).
Pada tahun 1994 saya bertobat dan menjadi seorang Katolik. Pada saat ini,
saya adalah seorang frater dan seminarian yang sementara ini sedang
menyelesaikan studi saya dalam bidang Philosophy di St.Augustine’s Seminary –
Toronto.
4) Saya tidak pernah meng-go-public-kan tulisan saya sebelum saya yakin akan
kebenarannya, apalagi kalau tulisan tersebut berhubungan dengan serangan
terhadap seseorang yang saya anggap sebagai orang sesat.
5) Saya kira apa yang anda tuduhkan kepada saya seharusnya anda tujukan
kepada diri anda sendiri. Anda yang tidak terlalu mengenal Bambang Noorsena,
tetapui berani membelanya seakan-akan dia orang baik. Perlu anda ketahui
bahwa tulisan saya itu sebetulnya merupakan makalah suatu seminar di GRII
Ngagel Jaya, dimana pada hari pertama pembicaranya adalah Bambang
Noorsena dan pada hari kedua pembicaranya adalah saya, yang memang
ditugaskan untuk mengcounter ajaran Bambang Noorsena. Tetapi apa yang
terjadi betul-betul diluar dugaan, karena pada hari pertama, Bambang Noorsena
mengajarkan ajaran yang berbeda sekali dengan apa yang biasanya ia ajarkan.
Karena itu untuk mengcounternya, maka pada waktu saya berkhotbah, saya
menggunakan beberapa kali rekaman kaset khotbah Bambang Noorsena, untuk
membuktikan bahwa dia adalah seorang bunglon yang selalu berubah-ubah
menyesuaikan diri dengan para pendengarnya. Yang seperti itu anda anggap
sebagai orang yang bagus, objective, dan sebagainya? You really don’t know
what you are talking about!
Sisi yang pertama, sewaktu Katolik dan Orthodox menyebut Maria adalah
perawan, they mean she remained a virgin throughout her life. When
Protestants use the term, they mean she was a virgin only until the birth of Jesus;
they believe that she and Joseph later had Children, all those called “the brethren
of the Lord”. What gives rise to the disagreement are biblical verses that use the
terms “brethren”, “brother”, or “sister”. There are representative verses: “while he
was still speaking to the multitude, it chanced that his mother and his brethren
were standing without, desiring speech with him.” (Mt 12:46); “Is this not the
carpenter, the son of Mary, the brother of James and Joseph and Judas and
Simon? Do not his sisters live here near us?” (Mk 6:3); “For even his brethren
were without faith in him” (Jn 7:5); “All these, with one mind, gave themselves up
to prayer, together with Mary the mother of Jesus, and the rest of the women and
his brethren”(Acts 1:14); “Have we not the right to travel about with a woman who
is a sister, as the other apostles do, as the Lord’s brethen do, and Cephas?” (I
Cor 9:5).
The first thing to note, when trying to understand such verses, is that the
term “brother has a wide meaning in the Bible. It is not restricted to brothers
german or half brothers. The same goes for “sister” and the plural “brethren”./
Lot is described as Abraham’s “brother” (Gen 14:14), but Lot was the son of
Aran, Abraham’s deceased brother (Gen II: 26-28); this means Lot was really
Abraham’s nephew. Jacob is called the “brother” of his uncle laban (Gen 29:15).
Cis and Eleazar were the sons of Moholi; Cis had married their “brethren”, the
sons of Cis. These “brethren” were really their cousins (I Chron 23: 21:22).
The terms “brethren”, “brother”, and “sister” did not refer only to close
relatives, as in the above examples. Sometimes they meant only a kinsman (Dt
23: 7; 2 Esd 5:7; Jer 34:9), as in the reference to the forty-two “brethren” of king
Ochozias (2 Kings 10:13-14). The words could mean even people apparently
unrelated, such as a friend ( 2 Sam 1:26; I Kings 9:13; 20:32), or just an ally
(Amos 1:9).
Why this ambiguous usage? Because neither Hebrew nor Aramaic, the
language spoken by Christ and his disciples, had a special word meaning
“cousin”. Speakers of those languages used either the word for “brother” or a
circumlocution, such as “the son of the sister of my father”. Using a
circumlocution was a clumsy way to speak, so they naturally fell to using the
word “brother”.
The writers of the N.T were brougt up to use the Aramaic equivalent of
“brethren” to mean both cousins and sons of the same father – plus other
relatives and even nonrelatives. When they wrote in Greek, they did the same
thing the translators of the Septuagint did. In the septuagint the Hebrew word
that include both true brothers and cousins was translated as adelphos, which in
Greek has the (usually) narrow meaning that the English “brother” has. Unlike
Hebrew or Aramaic, Greek has a separate word for cousin, anepsios, but the
translators of the Septuagint favored adelphos, even for true cousins.
One might say they transliterated instead of translated. They took an
exact equivalent of the Hebrew word for “brother” and did not use adelphos here
(for sons of the same parents), anepsios there (for cousins). This same usage
was employed by the writers of the N.T and passed into English and Indonesian
translations of the Bible. To determine just what “brethren” or “brother” or “sister”
means in any one verse, we must look at the context. When we do that , we see
insuperable problems arise if we assume that Mary had children other than
Jesus.
In the sorry of his being found in the Temple, Jesus, at age twelve, is
mentioned as evidently the only Son of Mary (Lk 2:41-51); there is no hint of
other children in the family. The people of nazareth, were he grew up, refer to
him as “the son of Mary” (Mk 6:3), not as “a son of Mary”. The greek expression
implies he is her only son. In fact, others in the Gospels are never referred to as
Mary’s sons, not even when they are called Jesus’ “brethren”. If they were in fact
her sons, this would be strange usage.
“And he knew her not till she brought forth her first-born son” (Mt 1:25)
Bpk. Asali dan para Protestant Fundamentalists first argue that the natural
inference from “till” is that Joseph and Mary afterward lived together as husband
and wife, in the usual sense, and had several children. Otherwise, you ask,
bringing up their second point, why would Jesus be called “first-born”? Does that
not mean there must have been at least a “second-born”, perhaps a “third-born”
and “fourth-born”, and so on?
The problem for you is that you are trying to use the modern meaning of “till”
(or “until”) instead of the meaning it had when the Bible was written. In the Bible,
it means only that some action did not happen up to a certain point; it does not
imply that the action did happen later, which is the modern sense of the term. In
fact, if the modern sense is forced on the Bible, some ridiculous meanings result.
Consider this line: “Michal the daughter of Saul had no children until the day
of her death” (2 Sam 6:23). Are we to assume she had children after her death?
How about the raven that Noah released from the ark? The bird “went forth and
did not return till the waters were dried up upon the earth” (Gen 8:7). In fact, we
know the raven never returned at all. Then there was the burial of Moses. About
the location of his grave it was said that no man knows “until this present day” (Dt
34:6) – but we know that no one has known since that day either. Or how about
this: “and they went up to mount Sion with joy and gladness, and offered
holocoausts, because not one of them was slain till they had returned in peace” (I
Macc 5:54). Does this mean the soldiers were slain after they returned from
battle?
The examples could be multiplied, but there should be no need. It should
be clear that nothing at all can be proved from the use of the word “till” in
Matthew 1:25. Recent translations give a better sense of the verse “He had no
relations with her at any time before she bore a son” (New American Bible); “he
had not known her when she bore a son” (Knox translation).
The “hail Mary”. Devotion to Mary and prayer addressed to her is not a recent
innovation. The earliest prayer of petition addressed to Mary that has come
down to us dates from the latter part of the third centruy. The oldest text, which
may well have been a cry for help in the days of the martyrs under Diocletian
(303), is the following:
We take refuge under the protection of your motherly mercy, O Mother of God. Despite not our fervent
cries for help in the necessity in which we find ourselves. But deliver us from danger. Rescue us. Do not
lead our plea into temptation, but deliver us from danger.
Among Catholics, the most common prayer addressed to Mary today is the “Hail
Mary”. It consists of three part: the words of the Archangel Gabriel (Lk 1:28),
“Hail (Mary) full of grace, the Lord is with thee, blesssed are thou amongst
women”; the words of Elizabeth under the inspiration of the Holy Spirit (Lk 1:42),
“Blessed is the fruit of thy womb (Jesus)”; and a formula of petition, “Holy Mary,
Mother of God, pray for us sinners now and at the hour of our death, Amen.” The
prayer is the result of gradual development from the sixth century to the
sixteenth, when the present wording was adopted. Originally, the prayer
consisted only of the two-fold scriptural greeting of Mary, but because this
seemed incomplete, an element of petition was added. The idea of petitioning
Mary, asking her to pray for us, as we have seen dates back to at least the third
century.
It is important to note that the “Hail Mary” is a scriptural prayer, and that the
petition asks Mary to pray to the Lord for us, both now and when we die. Mary is
honored as scripture honors her, even by Martin Luther until the time of his
death. She is not worshipped, but simply asked to pray for us.
“My lord, who has saved you and me upon the cross?”
He answered, “Jesus Christ.”
“And who paid your debt and mine by shedding His blood; was it Mary or Jesus?”
He said, “Jesus Christ.”
“Now, my lord, when Jesus and Mary were on earth, who loved the sinner more; was it
Mary or Jesus?”
Again he answered that it was Jesus.
“Did any sinner come to Mary on earth to be saved?”
“No.”
“Do you remember that any sinner has gone to Jesus to be saved?”
“Yes, many.”
“Have they been rebuked?”
“Never.”
“Do you remember that Jesus ever said to poor sinners, ‘Come to Mary and she will
save you’?”
“No,” he said.
“Do you remember that Jesus has said to poor sinners, ‘Come to me’?”
“Yes, He has said it.”
“Has He ever retracted those words?”
“No.”
“And who was, then, the more powerful to save sinners?” I asked.
“O, it was Jesus!”
“Now, my lord, since Jesus and Mary are in heaven, can you show me in the
Scriptures that Jesus has lost anything of His desire and power to save sinners, or that
He has delegated this power to Mary?”
And the bishop answered, “No.”
“Then, my lord,” I asked, “why do we not go to Him, and to Him alone? Why do we
invite poor sinners to come to Mary, when, by your own confession she is nothing
compared with Jesus, in power, in mercy, in love, and in compassion for the sinner?”
To that the bishop could give no answer.
My dear brother, saya harap kita dapat berdiskusi dengan kepala dingin dan
didasari dengan kasih. Dan saya juga berharap anda dapat mengerti penjelasan
singkat saya mengenai Maria ini, saya terus berdoa, supaya kasih,
kebijaksanaan dan pengertian dari Allah sendiri dicurahkan kepada sdr. Budi
Asali bersama keluarga sekalian.
Dan janganlah ragu-ragu untuk menulis saya kembali bila ada keraguan atau
ketidak puasan atas tulisan-tulisan / penjelesan-penjelasan saya diatas tadi.
Marilah kita lebih melihat kepada persamaan diantara tubuh Kristus ini, bukan
perbedaannya. Janganlah tanaman hancur damakan oleh pagarnya sendiri,
biarlah kita menyatukan misi kita, membawa jiwa kepada Kristus bukan kepada
popularitas atau jenis gerejanya.
Informasi saya:
Regards and Pray,
Ad Jesum per Mariam
Mario Sujanto
http://www.geocities.com/diaspora_ca/home.html
1) Anda mengatakan anda bertobat pada saat anda pindah dari Protestan /
Presbyterian ke Katolik. Dan itulah yang saya anggap sebagai kemurtadan. Pada
jaman Reformasi Martin Luther mempunyai semboyan antara lain ‘back to the
Bible’. Istilah ‘back’ ini secara implicit jelas menunjukkan bahwa dahulunya,
dalam gereja Roma Katolik, ajarannya tidak berdasarkan Kitab Suci, dan itu
adalah sesuatu yang sesat. Sekarang Luther mau kembali kepada Kitab Suci. Ini
bertobat! Kalau anda melakukan justru sebaliknya, bukankah itu murtad?
2) Memang orang kristen yang benar tentu akan berusaha setiap hari untuk bisa
menjadi lebih baik. Tetapi ini tidak bisa dibalik. Kalau anda berusaha setiap hari
untuk hidup lebih baik, itu belum tentu menunjukkan bahwa anda tidak murtad
dan bahwa anda sedang ada di jalan yang benar. Bandingkan dengan orang-
orang Yahudi pada abada pertama seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam Ro
9:30-10:3 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa
bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran,
yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar
hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena
perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, seperti ada tertulis:
‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu
sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’
Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya
mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka,
bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang
benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka
mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
Jadi, sekalipun orang-orang Yahudi itu berusaha mati-matian untuk mentaati
Tuhan, tetapi mereka mengusahakan kebenaran karena perbuatan baik, dan
karena itu mereka sesat.
Paulus sendiri waktu masih belum bertobat dan ada dalam Yudaisme juga
berusaha mentaati hukum Taurat secara tak bercacat (Fil 3:6 Gal 1:14), tetapi
setelah ia mengenal Injil / Kristus maka ia menganggap semua itu sampah, dan
ia mempercayai pembenaran karena iman saja (Fil 3:7-9).
Saya tahu bahwa Roma Katolik memang tidak mempercayai kebenaran hanya
oleh iman seperti yang dibicarakan oleh Paulus dalam kutipan di atas, dan
karena itu saya berpendapat bahwa anda sama dengan mereka.
Dan dengan dasar apa saudaraku Budi mengatakan saya adalah seorang
nominal Christian? Ukuran apa yang anda pakai untuk mengukur diri saya?
Sedangkan kita belum pernah mengenal satu sama lain? Apakah itu judgment?
Bung Budi yang baik, apakah bung Budi 100% yakin dan berani bersaksi
dihadapan Allah, Malaikat-MalaikatNya, Langit, dan Bumi bahwa bung Budi
adalah seorang Kristen yang lebih baik daripada saya, sehingga anda
menggunakan ukuran “KTP” kepada diri saya?
1) Dengan dasar bahwa anda menjadi seorang Katolik, dan lebih-lebih karena
anda menganggap bahwa itu adalah suatu pertobatan. Saya tahu tentang
Katolik, bahwa mereka tidak mempercayai keselamatan karena iman saja, dan
tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Itu saja sudah
cukup bagi saya untuk mencap ajaran ini sebagai ajaran sesat. Saya
mengatakan ini bukan untuk memaki-maki anda, tetapi supaya anda bertobat!
2) Saya tidak perlu mengenal seseorang terlalu dalam untuk mengetahui bahwa
orang itu adalah seorang kristen KTP. Bagi saya inilah ciri-ciri orang kristen KTP
(nominal Christian):
tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang dasar kekristenan. Menurut
saya, sebagai orang katolik anda mempunyai pengertian yang salah tentang
dasar kekristenan.
tidak mempunyai keyakinan keselamatan.
tidak rindu akan Firman Tuhan.
tidak mengalami pengudusan.
Satu saja dari hal-hal ini ada dalam diri seseorang, maka sekalipun saya tidak
terlalu mengenal dia, saya berani mengatakan bahwa ia bukanlah orang kristen
yang sejati.
4) Sekarang tentang kata-kata anda: ‘Bung Budi yang baik, apakah bung Budi
100% yakin dan berani bersaksi dihadapan Allah, Malaikat-MalaikatNya, Langit,
dan Bumi bahwa bung Budi adalah seorang Kristen yang lebih baik daripada
saya, sehingga anda menggunakan ukuran “KTP” kepada diri saya?’.
a) Saya merasa aneh mengapa kata-kata anda yang berbau katolik dan
bahkan berbau kafir ini anda tujukan kepada saya, yang bukan kafir maupun
katolik? Mengapa saya katakan berbau kafir? Karena anda menyuruh saya
bersumpah, padahal kebiasaan bersumpah untuk hal-hal yang remeh
merupakan kebiasaan kafir yang dilarang oleh Tuhan Yesus. Mat 5:33-37 -
“Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi
langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi
adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem
adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu,
karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai
rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu
katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”. Lalu
mengapa saya katakan berbau katolik? Karena anda menyuruh saya
bersumpah di hadapan malaikat. Saya memang menganggap larangan
sumpah yang Yesus berikan itu tidak mutlak, karena Paulus sendiri berulang-
ulang bersumpah, dan dalam Perjanjian Lama, dalam keadaan tertentu orang
diharuskan bersumpah. Jadi saya bisa saja bersumpah dalam keadaan yang
penting, misalnya dalam pengadilan dan sebagainya. Tetapi kalau saya
bersumpah, saya pasti tidak akan bersumpah di hadapan malaikat, tetapi di
hadapan Allah. Sedangkan bersumpah demi / di hadapan langit dan bumi
jelas dikecam oleh Yesus dalam text yang saya kutip di atas.
Saya tidak menyangkal PCUSA, bukan hanya liberal, tapi sangat dan terlalu
liberal, sampai-sampai memperbolehkan untuk memberkati pernikahan
sesama jenis dan yang lain-lainnya. Saya setuju dan sependapat dengan
Bung Budi dengan hal ini.
Dan mengenai Sola Fide dan Salvation, I truly believe that salvation is only from
Grace alone, but not from faith alone. So if you ask me on your last response
“are you saved Mario?” I will says to you “I am redeemed,” because I don’t want
to confuse between the word redeemed and saved. And like the apostle Paul I
am working out my salvation in fear and trembling, with hopeful confidence, but
not with a false assurance, and I do all this as the Church has taught,
unchanged, from the time of Christ.
(Saya attachkan Tulisan/Tanggapan saya mengenai sola fide, hanya 2 halaman)
2) ‘Ditebus’ tidak bisa dipisahkan dari ‘diselamatkan’. Aneh sekali anda bisa
yakin bahwa anda ditebus, tetapi tidak yakin anda selamat. Saya ingin tanya,
dan tolong renungkan dan jawab pertanyaan ini: ‘Apa yang ditebus dari anda?’.
Kalau anda menjawab ‘dosa’, maka saya bertanya lagi: ‘Dosa yang mana? Yang
dahulu, yang sekarang atau yang akan datang? Sebagian dosa atau semua
dosa?’. Kalau kita ditebus hanya sebagian dosanya, maka kita semua pasti
masuk neraka. Saya percaya Yesus mati untuk semua dosa saya tanpa kecuali
(Kol 2:13c 1Yoh 1:7,9 Tit 2:14 Yeh 36:25) , dan karena itu tidak mungkin saya
bisa dihukum (Ro 8:1). Ini yang menjadi dasar keyakinan keselamatan saya.
Saya ingin memberikan kata-kata Charles Haddon Spurgeon kepada anda.
Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin,
but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the
last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to
demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be
cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that
God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not
marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our
confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be
punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a
sinner, standing in Christ, can never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang kepada
dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut
terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya
sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali
Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu
hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke
dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi
untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini
mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang
mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu
menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya,
seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi
Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil /
benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) -
‘Morning and Evening’, September 25, morning.
Maafkan saya bila intonasi tulisan saya seperti menuduh saudaraku Budi, tapi
saat ini saya confirmkan kepada anda, bahwa saya tidak pernah menuduh
anda apa-apa, selain saya hanya bingung, karna sebagai seseorang yang
tinggal diluar Indonesia dan melihat keaadaan Indonesia yang sedemikian
kacaunya, dengan penganiayaan Kristen dimana-mana, didalam pikiran
saya, ya.. seharusnya semua kelompok Kristen bersatu didalam satu
Iman , yaitu Yesus Kristus, untuk berdoa dan menjadi lebih kuat guna
menangkal situasi-situasi penganiayaan yang seperti itu, bukannya malah
saling menuduh dan menghancurkan sesama saudarannya. Sekali lagi
maafkan saya bila ada kesalah pahaman, karna anda benar, saya tidak
mengenal Bambang Noorsena dengan baik. Apa maksud anda
“menantang” berdebat mengenai Kristologi, Allah Tritunggal, Bibliologi dan
Mariologi????? Apa yang harus diperdebatkan?????? Bila kita memang
mempunyai dasar yang berbeda, ya tentu adalah berbeda, anda
mempunyai reasons mempercayai apa yang anda percayai, dan sayapun
demikian, dan mungkin bambangpun demikian. Tapi bila anda mengajak
“BERDIALOG” guna mengetahui apakah reasons tersebut yang menjadi
dasar keyakinan anda dan saya,,, saya siap kapan saja berdialog dengan
anda, dan tentang apa saya,,, asalkan,,, didarkan rasa persaudaraan,
cinta kasih, bukan saling menuduh (anda salah dan saya benar), tapi
guna mencari pengetahuan (inter study dialouge).
Sekali lagi saya tidak begitu mengenal Bambang Noorsena, hanya pernah
chatting dan berdiskusi beberapa kali sewaktu di Diaspora Jakarta
bersama Jusuf Roni. Maafkan saya bila anda mengambil kesimpulan
saya sebagai pembela Bambang Noorsena, yang sebetulnya tidak sama
sekali. Sekali lagi saya hanya heran, mengapa tidak ada persatuan
antara umak kristen di Indonesia, sedangkan kami disini sering bersatu
didalam doa bersama antara Katholik – Orthodox – Anglican – Protestan,
untuk kesejahteraan orang-orang Kristen di Indonesia sekarang ini yang
kelihatannya sangat tertindas.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
>
Tanggapan Mario Sujanto:
Saya kira topik nomer 1 saya tidak perlu tanggapi lagi, karna memang saya
akui, saya tidak mengerti betul letak dan sisi masalahnya diantara kalian
berdua, maafkan saya.
Tentu Yesus jauh lebih penting dari Maria, tapi saya tidak merasa bahwa
saya mempunyai masalah ataupun perbedaan didalam Kristologi dengan
anda, at least sampai saat ini, tapi saya mempunyai perbedaan dengan
anda mengenai Maria yang sudah ketahuan dari awal saya membaca
tulisan anda (dalam hal ini yang adalah perpetual Virginity of St.Mary).
1) Yesus memang berbicara dalam bahasa Aram, tetapi tidak selalu. Pada
waktu ia berbicara dengan Pontius Pilatus mungkin sekali Ia menggunakan
Yunani.
2) Sekalipun pada umumnya Ia menggunakan Aram, tetapi Perjanjian Baru
tetap ditulis dalam bahasa Yunani. Standard kita dalam melakukan penafsiran
adalah Perjanjian Baru yang ditulis dalam Yunani ini, bukan kata-kata bahasa
Aram dari Yesus yang tidak kita ketahui (karena memang tidak tercatat)!
1) Memang kita berbeda dalam hal ini. Dan saya ingin menanyakan bagaimana
pandangan anda tentang Wah 22:18-19 yang melarang mengurangi atau
menambahi Kitab Suci? Karena jelas sekali gara-gara penggunaan tradisi
sebagai dasar ajaran dalam Gereja Roma Katolik, maka muncul ajaran-ajaran
yang sama sekali tidak pernah ada dalam Kitab Suci seperti:
Maria yang tanpa dosa.
Maria yang naik ke surga dengan tubuhnya.
Api pencucian.
Hamba Tuhan yang tidak boleh menikah.
dan sebagainya.
3) Kalau anda tidak mau menerima hanya Kitab Suci sebagai standard, maka
saya berpendapat standard anda akan kacau. Karena kalau seseorang
mengatakan bahwa sesuatu hal merupakan kata-kata rasul yang diteruskan
turun temurun kepada kita, dari mana anda tahu bahwa itu benar? Dan kalaupun
benar, apa yang menjamin bahwa kata-kata itu tidak salah? Rasul bukan Tuhan,
dan ia bisa salah, bukan?
Tetapi saya, karena menerima ‘hanya Kitab Suci’, maka standardnya jelas!
1) Dari mana anda tahu bahwa penulis encyclopedia itu benar? Saya sendiri
sama sekali tidak yakin. Penulis-penulis abad-abad awal yang mana saja yang
meyakini hal itu, dan apa buktinya? Saya baru-baru ini membaca tulisan seorang
uskup dari kota Malang. Ia mengatakan bahwa bapa-bapa gereja / orang-orang
kristen sejak awal menghormati Maria. Untuk jelasnya saya kutip kata-katanya di
sini.
Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Bahwa sebelum pertobatan kaisar
Konstantine yang terjadi pada tahun 312, penghormatan kepada Maria sudah
ditemukan dalam Gereja. Buktinya:
1 Pada tembok-tembok sebuah katakombe yang bernama St. Priscilla di Roma
kita temukan lukisan Bunda Maria dengan Yesus, Puteranya. Lukisan ini berasal
dari tahun antara 100 dan 200M. Jadi paling tidak, seratus tahun sebelum
bertobatnya Konstantine. Kemudian pada tembok lain dari katakombe yang sama
kita jumpai juga gambar Maria bersama Yesus tetapi yang usianya sedikit lebih
muda dari pada gambar yang pertama tadi. Mungkin sekali gambar-gambar
tersebut dibuat untuk keperluan pengajaran agama pada calon baptis maupun
untuk penghormatan kepada Maria.
2 Sudah sejak jaman sebelum pertobatan Konstantine terdapat tulisan-tulisan
apokrip dan ajaran-ajaran banyak tokoh Gereja tentang Maria yang kesemuanya
itu mencerminkan penghormatan umat kristen kepada Maria sejak awal.
3 Dalam doa Ekaristi yang disusun oleh St. Hipolitus dari Roma (170-235 M)
nama Maria sudah disebut.
Jadi jelas bahwa penghormatan kepada Maria dalam Gereja bukanlah impor dari
atau Yunani atau dari tempat lain yang dilakukan oleh sementara pemimpin Gereja
dengan tujuan menarik banyak orang kafir, dan yang terjadi setelah kaisar
Konstantine bertobat!” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku II, hal
54-55.
Yang ia jadikan dasar hanyalah bahwa adanya gambar Maria di gereja pada
jaman itu. Ini sama sekali tidak kuat dan merupakan bukti yang dibuat-buat. Bisa
saja gambar itu ada sekedar sebagai gambar. Ia mengatakan bahwa mungkin
sekali gambar-gambar tersebut dibuat untuk penghormatan kepada Maria.
Mungkin. Tetapi mungkin juga tidak.
Lalu ia mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan apokrip dan ajaran banyak
tokoh gereja sudah tercermin penghormatan kepada Maria. Tulisan apokrip itu,
sepanjang pengetahuan saya, sudah ada sebelum jaman Maria. Bagaimana
mungkin bisa memberikan penghormatan kepada Maria? Lalu ajaran banyak
tokoh gereja. Tokoh gereja yang mana. Dalam buku apa? Dan bagaimana
penghormatannya? Seperti yang dilakukan oleh orang Katolik, atau
penghormatan biasa seperti yang dilakukan oleh orang Protestan? Apa yang ia
katakan sama sekali tidak jelas.
Lalu ia berkata bahwa nama Maria disebut dalam doa Hipolitus. Disebut
bagaimana? Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea -
Konstantinople, dan Pengakuan Iman Chalcedonpun nama Maria juga disebut,
dan gereja saya menggunakan ketiga pengakuan iman tersebut.
Jadi bukti yang diberikan oleh uskup ini, dan kesimpulan yang ia buat, menurut
saya menggelikan dan hanya bisa meyakinkan orang bodoh!
2) Lagi-lagi saya tegaskan, standard saya adalah Kitab Suci dan bukan
kehidupan orang-orang kristen atau bapa-bapa gereja. Bahkan Calvin yang
adalah bapa gereja saya, saya tolak kalau ia mengajarkan apa yang tidak ia
dasarkan pada Kitab Suci.
3) Dari Kitab Suci rasul-rasul / penulis Kitab Suci kelihatannya sama sekali tidak
memberi tempat yang istimewa kepada Maria. Misalnya: Kis 1:13-14 - mengapa
Maria dan saudara-saudara Yesus diletakkan di tempat paling akhir? Kalau
memang Maria paling top, bukankah seharusnya ia disebut pertama?
1. Saudara Budi yang saya kasihi, apakah ini bisa dibilang sebuah isapan
jempol sesuatu yang diyakini sama didalam 5 gereja apostolik, barat dan
timur tadi. Ajaran dan doktrin itu diturunkan oleh para rasul-rasul sendiri
yang sekali lagi dipelihara keutuhannya didalam konstitusi magisterium of
the Catholic Church (Barat dan timur). Mari kita kembali melihat sejarah
dan adat orang yahudi pada jaman itu, pada waktu itu anak perempuan
memang dan harus ditunangkan, dari sejak mereka bayi, tapi tunangan ini
hanya didalam arti tradisi Yahudi. Sejarah dan bukti-bukti dan arkheologis
terang-terangan dengan bamblang berkata, bahwa sewaktu Malaikat
Gabriel menampakan diri kepada Maria, pada waktu itu Maria tidak lebih
dari 15 tahun, sedangkan Yusuf tunangannya tidak kurang dari 50 tahun,
jadi tidaklah mungkin kata ‘tunangan’ disini diartikan seperti kata tunangan
yang kita mengerti pada jaman sekarang ini. Dan juga, tradisi
bertunangan (yakni berjanji setia sebelum menuju pernikahan) baru ada
sekitar abad 18, dan itupun bukan muncul dari timur dari Eropa Timur, itu
jelas, karna kita tidak bisa memungkiri sejarah.
2. 1 Kor 7:5 tidak ditujukan Paulus khusus didalam arti “SEX”, Paulus dalam
hal ini meberikan maklumat dan pengajaran mengenai keharmonisan
hidup laity / orang awam, didalam segi pasangan hidup supaya saling
mendukung didalam iman (karna pada saat itu Korintus sendiri didalam
keadaan kacau dan keributan terjadi antara jemaat. Pada ayat ke 4 yang
diartikan kata “sw,matoj” bukanlah sex, tapi tubuh yang berperasaan, jadi
maksudnya disini harus saling menghormati tampa ada rasa memiliki, tapi
mengasihi.
a) Memang 1Taw 5:1 itu ada dalam bahasa Ibrani, sehingga tidak bisa
dibandingkan, kecuali kalau melihat pada Septuaginta, tetapi Septuaginta
sudah bukan lagi bahasa asli.
b) Tetapi mengapa anda tidak menanggapi Yoh 1:42 yang saya
gunakan? Di situ kata Yunani yang digunakan persis sama seperti dalam
Mark 6:3, tetapi tidak menunjukkan bahwa Simon Petrus adalah anak
tunggal, karena Yoh 1:41 jelas menunjukkan bahwa ia mempunyai
saudara.
b) Seperti sudah saya katakan itu adalah 2 kalimat yang sekalipun kata-
katanya berbeda tetapi artinya sama (synonymous parallelism). Karena itu
kata ‘saudara-saudara’ identik dengan ‘anak-anak ibuku’. Sedangkan kata
‘Aku’ jelas merupakan nubuat tentang Mesias. Kalau tidak percaya baca
kontexnya, yaitu ay 10nya: ‘sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan
aku’. Kata-kata ini dikutip dalam Yoh 2:17 dan jelas menunjuk kepada
Yesus! Sekarang, kalau kata ’Aku’ memang menunjuk kepada Yesus,
maka jelas bahwa ‘ibuku’ harus menunjuk kepada Maria. Dan ‘saudara-
saudaraku’ (saudara-saudara Yesus) sama dengan ‘anak-anak ibuku’
(anak-anak Maria.
c) Mazmur ini ditulis oleh Daud, dan jelas berlaku untuk Daud sendiri,
tetapi lalu juga merupakan nubuat tentang Yesus. Kalau kata ‘ibuku’ anda
artikan ‘mother city’, bagaimana ayat ini bisa berlaku untuk Daud sendiri.
Dan lalu apa artinya ‘saudara-saudaraku’? Lagi-lagi terlihat bahwa
penafsiran anda out of context / tidak mempedulikan kontexnya, yaitu
Mazmur yang ditulis oleh Daud!
Dengan penafsiran saya, ini cocok, karena saudara-saudara Daud
memang iri hati kepada Daud karena Daud, dan bukannya mereka, yang
dipilih menjadi raja (bdk. 1Sam 16:6-13 17:28). Daud sengaja menuliskan
‘anak-anak ibuku’, bukan ‘anak-anak ayahku’, padahal saudara-
saudaranya itu juga adalah anak-anak ayahnya. Mengapa? Karena kalau
ia menuliskan ‘anak-anak ayahku’ maka ini tidak bisa cocok dengan
Yesus!
1) Anda mengatakan: ‘Mat2: 13; Mat 10:11; Mat 13:30; Luk 15: 4,8
menggunakan kata sampai “mei,nate”, tidak seperti yang dikatakan dalam Luk
1:25 mengenai keperawanan Mary “e[wj”. Mari kita melihat dengan hati yang
jujur, saya yakin saudaraku Budi yang saya yakin juga menguasai sastra
Yunani dapat membedakan dengan gampang antara e[wj dan mei,nate.’
a) Saya kira anda memaksudkan Mat 1:25 dan bukannya Luk 1:25.
b) Mat 1:25 menggunakan kata Yunani HEOS, dan saya mencarinya melalui
Young Analytical Concordance, dan saya menjumpai banyak sekali ayat-ayat
lain (mungkin sekitar 60an ayat) yang menggunakan kata Yunani yang
sama.
Dan menurut konkordansi ini Mat 2:13 menggunakan kata Yunani yang
sama dengan Mat 1:25. Juga waktu saya melihat dalam Interlinear Greek
- English, saya lihat kedua ayat itu menggunakan kata Yn yang sama.
Karena itu saya sama sekali tidak mengerti mengapa anda bisa
mengatakan bahwa kata Yunani yang dipakai berbeda.
Juga Mat 10:11 Mat 13:30 menggunakan kata Yunani yang sama.
Mat 2:9 juga menggunakan kata Yunani yang sama, dan ayat itu berbunyi:
“Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah,
bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan
berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada”.
Demikian juga dengan Luk 15:4,8 menggunakan kata Yunani yang sama.
Dan semua kata ‘sampai’ dalam ayat-ayat itu, dan masih banyak lagi yang
lain, artinya sesuai dengan arti yang saya berikan untuk Mat 1:25.
Ini membuat saya menjadi bingung. Anda mengatakan bahwa kata Yunani
yang dipakai dalam ayat-ayat itu berbeda dengan yang dipakai dalam Mat
1:25. Anda menggunakan Kitab Suci Yunani yang mana? Anda mengatakan
bahwa anda mendapatkannya dari magisterium gereja Apostolik? Kalau
memang ya, maka jelas bahwa magisterium gereja Apostolik itu ngawur atau
berdusta, dan anda percaya saja mentah2 semua pengawuran atau dusta itu.
Karena itu saya nasehatkan, jangan percaya kepada manusia, kecuali
mereka mengatakan sesuatu yang memang sesuai dengan Kitab Suci!
3) Saya bukan hanya mendapatkan bahan dari Boettner, tetapi juga dari lain-
lain, baik dari orang Katolik, dari Catechism of the Catholic Church yang
dikeluarkan tahun 1992, dan sebagainya. Dan perlu anda ketahui, bahwa ada
beberapa jemaat saya, termasuk mertua dan istri saya, dulunya adalah orang
Katolik yang lalu bertobat.
Mengenai devosi kepada Mary, saya menyadari bahwa banyak orang dari
katholik atau dari Orthodox sendiri yang mempunyai paham yang salah, yang
terlalu melebih-lebihkan Mary didalam devosi mereka, tapi jangan kuatir,
Bapa Suci John Paul II telah mengeluarkan Apostolic Letter mengenai hal ini.
Itulah yang menyebabkan kebanyakan orang fundamentalist non-catholic
menyangka bahwa Katholik sendiri yang mengajarkan penyembahan kepada
Mary, didalam arti sederajat dengan Yesus.
Tanggapan Budi Asali:
1) Lagi-lagi saya tidak percaya kata-kata anda, yang saya yakin
bertentangan dengan fakta. Saya ingin memberikan bukti-bukti.
Catechism of the Catholic Church yang dikeluarkan tahun 1992 merupakan
sesuatu yang berotoritas tertinggi bukan? Karena dalam bagian kata
pengantar dari Paus, point No 3 alinea pertama ada kata-kata sebagai
berikut:
The Catechism of the Catholic Church, which I approved 25 June last and the publication of which I
today order by virtue of my Apostolic Authority, is a statement of the Church’s faith and of catholic
doctrine, attested to or illumined by Sacred Scripture, the Apostolic Tradition and the Church’s
Magisterium. I declare it to be a sure norm for teaching the faith and thus a valid and legitimate
instrument for ecclesial communion. May it serve the renewal to which the Holy Spirit ceaselessly
calls the Church of God, the Body of Christ, on her pilgrimage to the undiminished light of the
Kingdom!
The approval and publication of the Catechism of the Catholic Church represent a service which the
Successor of Peter wishes to offer to the Holy Catholic Church, to all the particular Churches in peace
and communion with the Apostolic See: the service, that is, of supporting and confirming the faith of
all the Lord Jesus’ disciples (cf. Lk 22:32 as well as of strengthening the bonds of unity in the same
apostolic faith. Therefore, I ask all the Church’s Pastors and the Christian faithful to receive this
catechism in a spirit of communion and to use it assiduously in fulfilling their mission of proclaiming
the faith and calling people to the Gospel life. This catechism is given to them that it may be a sure and
authentic reference text for teaching catholic doctrine and particularly for preparing local catechisms. It
is also offered to all the faithful who wish to deepen their knowledge of the unfathomable riches of
salvation (cf. Eph 3:8). It is meant to support ecumenical efforts that are moved by the holy desire for
the unity of all Christians, showing carefully the content and wondrous harmony of the catholic faith.
The Catechism of the Catholic Church, lastly, is offered to every individual who asks us to give an
account of the hope that is in us (cf. I Pt 3:15) and who wants to know what the Catholic Church
believes.
Tetapi ternyata Catechism itu:
dimulai dengan kata-kata ‘dedicated to the immaculate’.
pada bagian akhir dari kata pengantar ada kata-kata ini: “At the conclusion of
this document presenting the Catechism of the Catholic Church, I beseech
the Blessed Virgin Mary, Mother of the Incarnate Word and Mother of the
Church, to support with her powerful intercession the catechetical work of
the entire Church on every level, at this time when she is called to a new
effort of evangelization. May the light of the true faith free humanity from
the ignorance and slavery of sin in order to lead it to the only freedom
worthy of the name (cf. Jn 8:32): that of life in Jesus Christ under the
guidance of the Holy Spirit, here below and in the Kingdom of heaven, in
the fullness of the blessed vision of God face to face (cf. I Cor 13:12; 2
Cor 5:6-8)!
pada no 490 mempertahankan Immaculate Conception
pada no 1014 mempertahankan Doa Salam Maria.
No 971: "All generations will call me blessed": "The Church's devotion to the
Blessed Virgin is intrinsic to Christian worship."[513] The Church rightly honors
"the Blessed Virgin with special devotion. From the most ancient times the
Blessed Virgin has been honored with the title of 'Mother of God,' to whose
protection the faithful fly in all their dangers and needs.... This very special
devotion ... differs essentially from the adoration which is given to the incarnate
Word and equally to the Father and the Holy Spirit, and greatly fosters this
adoration."[514] The liturgical feasts dedicated to the Mother of God and Marian
prayer, such as the rosary, an "epitome of the whole Gospel," express this
devotion to the Virgin Mary.[515]
2) Bagaimana pendapat anda tentang kutipan Boettner dari Liguori, yang
memang menyederajatkan Maria dengan Yesus? Apakah menurut anda
Liguori adalah orang Katolik yang sesat?
Ok, let me start again. Once again my brother Budi, I’m not try to make a
judgment of you, to make you believe what I believe, and says that “I’m true
and you are wrong”, but let me share you the very basic of my Mariology faith.
What place does Mary have in the actual life and beliefs of a Christian? It is
all too easy to say, “No place,” or “Very little,” for fear of detracting from the
love and worship of God. Certainly Christians must always place God abofve
all else. And yet we might also imagine ourselves a s the “beloved disciple”
at the foot of the cross to whom Jesus said, “Behold, your mother.” Jesus
seemed to think that his beloved disciples could find a place in their hearts for
a relationship with Mary as their mother, and could accept her maternal love
and care. Her role in the Christian life certainly does not compete with the
role of jesus.
Father Francil Martin once observed that anyone who confuses the roles of
Mary and jesus does not have a problem with their “mariology”; their problem
is that they have never really met Jesus Christ. Those who really know the
life and power of Jesus will never be tempted or able to confuse Jesus’ role
with that of Mary. (Fr. Francis Martin, unpublished address at the Franciscan
University of Steubenville, Ohio, Fall, 1982).
On the other hand, Mary is really more normal than any of us, if by “normal”
we mean closer to what God originally intended human beings to be. God did
not will sin and death for mankind. He preserved Mary from these things to
remind us what normal human life is really meant to be. Mary was also
normal in that she was not spared the trials and sufferrings of this life that
have come as a result of sin. If anything, she experienced the horror of sin
even more acutely because of the special grace God had given her. Because
she bore the cross of Jesus so fully in this life, she is now experiencing a
unique fullness of his glory in heaven. This is none of my own opinion, so
don’t you say that again that all of what I’ve told you is my own opinions which
got no foundations, no my brothers, we have millions of proof that been
handed to us continuously since the apostolic time, and eventhough we
agree, that in some point of our past history, we have some bad leaders in
our church, but the doctrines dan the dogma of the Universal Church is never
change, and will never change, and so once again, this is not my own opinion
or teaching, but the Magisterium of the Universal Church, and if so, you
cannot agree with it, just fine for me, because you are not agaist me, but you
against the Universal and Apostolic Teaching.
Memang benar, scriptural proofs for this are lacking. Theologians refer to a
mystical interpretation of John 19:26 (“Woman behold thy son, son behold thy
mother”), an interpretation that sees John as the representative of the human
race, Mary thus becoming the spiritual mother. They note the doctrine is
reasonable because it is fitting. This is little consolation to some of my Protestant
brothers, of course, who see little fitting about it and who put little stock in
speculative theology and even less in mystical theology. As a practical matter,
this kind of doctrine is one of the last accepted by someone approaching the
Church, particularly someone coming to the Church from fundamentalism, and it
is accepted, ultimately, on the authority of the Church rather than on the authority
of clear scriptural references. Some of Protestant fundamentalists, always
looking for a biblical citation, can see no reason to accept a belief in Mary as
Mediatrix of all graces, and I respect their opinion and believe, but I privately
believe that they can, if they take the effort, come to see that there is, at least,
nothing in the doctrine that contracdicts Christ’s role as the one Mediator. His
role as Mediator is not lessened because she has been allowed to assist him.
Once again brother Budi, this is our believe.
Tanggapan Budi Asali:
1) Yes 8:20 - “‘Carilah pengajaran dan kesaksian!’ Siapa yang tidak berbicara
sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar”.
Ayat ini memberikan ancaman bagi orang yang mengajarkan apapun yang tidak
mempunyai dasar Kitab Suci! Apakah ayat ini mempunyai makna dan otoritas
dalam hati dan pikiran anda?
2) Karena Roma Katolik tidak mempunyai dasar Kitab Suci, maka pada waktu
mereka diserang oleh orang Protestan, mereka lalu mencari-cari dasar Kitab
Suci untuk membela ajaran mereka. Karena itulah muncul penafsiran-penafsiran
yang dipaksakan, seperti penafsiran dari Yoh 19:25-26 tersebut.
3) Anda mengatakan ‘They note the doctrine is reasonable because it is fitting’.
Saya jawab: ‘reasonable bagi siapa?’. Apakah anda tidak menyadari bahwa otak
kita ini sudah begitu tercemar oleh dosa sehingga apa yang unreasonable bisa
menjadi reasonable bagi otak kita? Karena itulah saya tidak mau menerima
ajaran yang hanya didasarkan atas logika! Sebagai contoh: mengapa pastor
tidak boleh menikah? Dalam Kitab Suci imam-imam menikah, juga nabi-nabi dan
rasul-rasul. Bahkan Petrus, yang anda akui sebagai Paus Infidelity mempunyai
ibu mertua (Mark 1:30), berarti ia punya istri. Mungkin anda menggunakan Mat
19:12b, tetapi ayat ini hanya mengatakan ‘ada orang’, dan karena itu ayat ini
tidak melarang hamba Tuhan tidak menikah. Tetapi Gereja Roma Katolik
melarang pastor / paus menikah tanpa mempunyai dasar Kitab Suci sama sekali.
Mereka hanya menggunakan logika, bahwa dengan hidup celibat mereka bisa
lebih berkonsentrasi dalam pelayanan. Tetapi logika sebetulnya juga
mengatakan bahwa kalau mereka tidak pernah menikah, punya anak dan
sebagainya, maka mereka tidak akan pernah mengerti problem-problem dalam
keluarga, seperti istri yang cerewet, anak yang nakal, dan sebagainya, dan ini
akan mempersulit mereka dalam memberikan counselling kepada jemaat yang
mengalami semua itu.
Saya mengagumi kehidupan St.Augustine, bukan seorang martir (martir = yang mati
karena nama Tuhan), tapi seorang kudus, saya mengagumi St.Francis of Assisi, yang
berani memberikan hidup secara sederhana dan memberikan 100% hidupnya untuk
melayani orang-orang miskin, saya mengagumi the ‘blessed’ mother Terresa, yang
memberikan seluruh hidupnya untuk orang-orang miskin yang tidak bisa diterima
oleh dunia lagi, oleh karena penyakit, dll. Apakah saya tidak boleh mensaluti
mereka? Apakah saya tidak boleh menjadikan dia sebagai teladan bagi diri saya?
Mengapa seorang anak dapat menjadikan ayahnya seorang teladan, tapi tidak kepada
para orang-orang kudus ini yang sudah barang tentu karyanya dapat terlihat, dan
buahnya berlimpah?
2) Anda heran mendengar saya mengatakan ada martir yang sesat? Saya kira anda
tidak terlalu mengerti sejarah. Kalau anda membaca sejarah, anda akan menjumpai
bahkan banyak sekali bapa-bapa gereja yang mempunyai kesesatan dalam ajarannya,
khususnya berkenaan dengan Kristologi dan Allah Tritunggal. Dan kalau anda
mempelajari sejarah anda akan melihat orang yang bernama Servetus, yang hidup
pada jaman Calvin. Ia dijatuhi hukuman mati dengan dibakar karena kesesatannya,
dan sampai mati, tetapi sampai mati tetap mempertahankan kesesatannya. Jadi, bisa
dikatakan bahwa ia adalah martir yang sesat, bukankah demikian? Untuk lebih
jelasnya saya akan mengutip dari buku tulisan saya sendiri, yang berjudul
‘Calvinisme yang Difitnah’, jilid I:
Servetus dilahirkan pada tahun 1509, yang juga merupakan tahun kelahiran
Calvin. Pada tahun 1531, ia menerbitkan buku yang berjudul ‘Errors on the
Trinity’ [= kesalahan-kesalahan pada (doktrin) Tritunggal], dimana ia
menyerang baik doktrin Allah Tritunggal, yang ia sebut sebagai monster
berkepala tiga, maupun keilahian kekal dari Kristus. Ini menunjukkan bahwa
Servetus bukanlah sekedar merupakan seorang kristen yang berbeda
pendapat dengan Calvin. Sama sekali tidak! Sebaliknya, ia betul-betul adalah
seorang bidat / sesat atau seorang nabi palsu!
Philip Schaff jelas menganggap bahwa Servetus adalah seorang bidat. Ini
terlihat dari kata-kata Philip Schaff sebagai berikut:
“Servetus - theologian, philosopher, geographer, physician, scientist, and
astrologer - was one of the most remarkable men in the history of heresy” (=
Servetus - ahli theolgia, ahli filsafat, ahli ilmu bumi, dokter, ilmuwan, dan ahli
nujum - adalah salah seorang yang paling hebat dalam sejarah bidat) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 786.
Buku ‘Errors on the Trinity’ ini menyebabkan Servetus dikecam oleh semua
golongan, baik Protestan maupun Katolik. Pada tahun 1534, pada waktu ia
ada di Paris, ia menantang Calvin untuk berdebat. Tetapi pada waktu Calvin
datang ke tempat yang dijanjikan, dengan resiko kehilangan nyawanya (ingat
itu adalah saat terjadinya penganiayaan orang kristen di Paris), ternyata
Servetus tidak datang ke tempat yang dijanjikan - Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 324,688,720.
20 tahun setelah itu, Calvin mengingatkan Servetus akan peristiwa ini:
“You know that at that time I was ready to do everything for you, and did not even
count my life too dear that I might convert you from your errors” (= Kamu tahu
bahwa pada waktu itu aku bersedia melakukan segala sesuatu untuk kamu, dan
bahkan tidak menyayangkan nyawaku supaya aku bisa mempertobatkan kamu
dari kesalahan-kesalahanmu) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’,
vol VIII, hal 324.
Setelah membatalkan pertemuan dengan Calvin itu, Servetus memulai
perdebatan dengan Calvin melalui surat-surat, yang dilayani oleh Calvin,
tetapi tanpa hasil. Selain menulis surat beberapa kali, Calvin juga me-
ngirimkan bukunya ‘Institutes of the Christian Religion’, tetapi Servetus
mengembalikannya dengan banyak serangan / keberatan terhadap ajaran-
ajaran Calvin dalam buku itu.
“‘There is hardly a page,’ says Calvin, ‘that is not defiled by his vomit’” (=
‘Hampir tidak ada satu halamanpun,’ kata Calvin, ‘yang tidak ia kotori dengan
muntahnya’) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 324.
Pada sekitar pertengahan Juli 1553, Servetus secara nekad, tiba di Geneva.
Padahal ia baru saja lolos dari hukuman mati di Wina. Pada tanggal 13
Agustus 1553, ia ditangkap polisi atas nama sidang gereja, dan Calvin
bertanggung jawab atas penangkapan ini - Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 764-765.
Pada tanggal 26 Oktober 1553, sidang memutuskan hukuman mati untuk
Servetus dengan jalan dibakar bersama dengan buku sesatnya. Sebetulnya
Calvin ingin memperingan hukuman itu dengan menggunakan pemenggalan,
bukan pembakaran, tetapi usul itu ditolak oleh Sidang.
“... the wish of Calvin to substitute the sword for the fire was overruled” (= ...
keinginan Calvin untuk menggantikan api dengan pedang ditolak) - Philip
Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-782.
Pada pukul 7 pagi, tanggal 27 Oktober 1553, Farel dan Calvin masih
mengunjungi Servetus dan berusaha mempertobatkannya, tetapi tidak ada
hasilnya. Dan akhirnya, pada tengah hari tanggal 27 Oktober 1553, pada usia
44 tahun, Servetus dijatuhi hukuman mati dengan dibakar bersama bukunya,
di Geneva.
Philip Schaff berkata: “In the last moment he is heard to pray, in smoke and
agony, with a loud voice: ‘Jesus Christ, thou Son of the eternal God, have mercy
upon me!’. This was at once a confession of his faith and of his error. He could not
be induced, says Farel, to confess that Christ was the eternal Son of God” (= Pada
saat terakhir terdengar ia berdoa, dalam asap dan penderitaan yang hebat,
dengan suara keras: ‘Yesus Kristus, engkau Anak dari Allah yang kekal,
kasihanilah aku!’. Ini sekaligus merupakan pengakuan imannya dan
kesalahannya. Ia tidak bisa dibujuk, kata Farel, untuk mengaku bahwa Kristus
adalah Anak yang kekal dari Allah) - Philip Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 785.
3) Meneladani orang-orang dalam Kitab Suci berbeda dengan sikap orang Katolik
terhadap orang-orang suci mereka. Mereka berdoa kepada orang-orang suci itu. Ini
merupakan kegilaan yang tidak pernah ada dalam Kitab Suci manapun. Kita bisa /
boleh meminta kepada orang hidup, bukan kepada orang mati.
Bila anda mengatakan santo atau santa adalah sesat, itu adalah tanggung jawab
pribadimu dihadapan Allah nanti, itu pribadimu, karna ukurun yang kamu pakai
untuk mengukur saudaramu, itulah yang akan dipakai nanti untuk mengukur dirimu,
bila setaraf martir dan orang kudus saudaraku mengatakannya sesat, apakah kita ini?
Janganlah kita menjadi sombong saudaraku, karena orang pintar itu banyak, sudah
banyak sekali, tapi orang rendah hati, itulah yang khusus dan yang jarang, bukankah
begitu saudaraku ?
2) Anda mengatakan ‘bila setaraf martir dan orang kudus saudaraku mengatakannya
sesat’. Secara implicit anda mengatakan bahwa orang-orang itu adalah semacam
superman rohani, bukankah demikian. Saya berpendapat bahwa tidak ada superman
rohani. Semua manusia keturunan Adam dan Hawa (dengan hanya Yesus yang
dikecualikan) adalah manusia berdosa bodoh, dan brengsek! Bandingkan dengan Ro
3:10-18,23 Ro 7:18-19. Dan karena itu semua manusia bisa melakukan hal-hal yang
sangat bodoh dan berdosa. Misalnya Daud berzinah dan membunuh Uria, padahal ia
dikatakan oleh Kitab Suci sebagai ‘the man after God’s own heart’! Abraham
berdusta berkali-kali (Kej 12:1-13 Kej 20:2), dan melakukan Polygamy. Salomo
melakukan polygamy dan jatuh ke dalam penyembahan berhala. Petrus menyangkal
Yesus dan bersikap sebagai orang munafik sehingga ditegur dengan keras oleh Paulus
di hadapan orang banyak (Gal 2:11-14). Agak aneh bahwa Paulus ini ‘berani kurang
ajar’ dengan menegur ‘Paus yang pertama’, bukan? Daftar dosa dari orang-orang
saleh / beriman dalam Kitab Suci ini bisa dibuat sepanjang apapun! Anehnya anda
percaya kepada ‘orang-orang suci’ (santa / santo). Bagi saya itu menggelikan!
2) Ajaran tentang Maria tidak pernah dibawa kepada sidang gereja, karena
memang pada abad-abad awal ajaran itu belum ada! Ini jawaban yang
simple! Orang Katoliklah yang mengembangkan ajaran itu dan lalu
mengeluarkan isapan jempol / dusta yang mengatakan bahwa ajaran itu
sudah ada sejak abad pertama.
3) Pertanyaan anda tentang 9 lawan 1 itu, saya jawab: sekalipun yang satu
itu lebih sedikit, bisa saja ia yang benar, kalau yang 9 itu buta. Dalam
persoalan rohani, kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti yang banyak
belum tentu yang benar! Pada jaman Yesus, hanya sedikit orang percaya
kepadaNya sedangkan moyoritas menentangNya. Demikian ujuga pada saat
Petrus membaptis Kornelius dalam Kis 10, maka dalam Kis 11 orang-orang
Yahudi Kristen menjadi marah kepadanya (Kis 11:2-3), tetapi setelah Petrus
menjelaskan, mereka sadar bahwa merekalah yang salah (sekalipun mereka
banyak) dan Petruslah (sekalipun hanya satu) yang benar (Kis 11:4-dst). Ini
juga berlaku pada jaman sekarang. Katolik jauh lebih banyak jumlahnya dari
pada Protestan, tetapi itu tidak bisa dijadikan dasar bahwa mereka yang lebih
benar. Mengapa? Karena kalau saudara berkeras mengambil kesimpulan
seperti itu, maka saya akan katakan: Jumlah Katolik, Kristen, Pentakosta
mungkin hanya 1/5 penduduk dunia, sisanya adalah kafir. Apakah anda mau
mengatakan bahwa yang mayoritas itu yang benar?
Saya mengulangi apa yang sudah pernah saya jawabkan dengan mengutip
dari buku saya sendiri tentang Roma Katolik.
“Secara resmi, Gereja Roma Katolik menyangkal bahwa mereka me-
nyembah Maria. Untuk menyangkal penyembahan terhadap Maria, mereka
membedakan adanya 3 macam penyembahan / worship:
a) LATRIA: Ini adalah penyembahan yang tertinggi, dan ini hanya ditujukan
kepada Allah.
b) DULIA: Ini adalah pemujaan terhadap malaikat / orang-orang suci.
c) HYPER-DULIA: Ini adalah pemujaan yang lebih tinggi dari DULIA, dan ini
ditujukan kepada Maria.
Tetapi dalam prakteknya, orang-orang awam Roma Katolik tidak tahu apa-
apa tentang hal ini.
Pandangan Kristen:
a) Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya 3 macam penyem-bahan
seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu. Jadi di sini lagi-lagi terlihat
adanya ajaran Roma Katolik yang sama sekali tidak mempunyai dasar
Kitab Suci!
b) Sekalipun mereka tidak menamakan ‘penyembahan’, tetapi mereka
berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria, mencium kaki
patung tersebut, menyanyi memuji Maria.
Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai penghormatan, tetapi harus
dianggap sebagai penyembahan. Apa gunanya memberikan istilah
‘penghormatan’ kalau dalam faktanya yang dilakukan adalah
‘penyembahan’?
c) Kitab Suci jelas melarang kita untuk melakukan penyembahan terhadap
manusia maupun malaikat (Mat 4:10 Kis 10:25,26 Kis 12:20-23
Kis 14:14,15 Wah 19:10 Wah 22:8,9).
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!’”.
Perhatikan juga bahwa dalam Kis 10:25-26, Kornelius jelas bukan
menyembah Petrus karena menganggapnya sebagai Allah! Ia me-
nyembah Petrus sebagai penghormatan kepada Petrus sebagai rasul /
hamba Tuhan. Tetapi sekalipun demikian, Petrus tetap menolak sembah
itu, karena sebagai manusia biasa ia tidak layak menerima sembah, dan
sembah hanya boleh diberikan kepada Allah!
Demikian juga dalam Wah 19:10 dan Wah 22:8-9, pada waktu ra-sul
Yohanes menyembah malaikat, rasanya tidak mungkin ia menyembah
malaikat itu karena menganggapnya sebagai Allah. Mungkin ia
menyembahnya hanya sebagai pernghormatan, atau sekedar karena
takutnya melihat malaikat, tetapi toh malaikat itu menolak sembah itu dan
mengalihkannya kepada Allah!”.
William R. Newell: “The same arguments now used by the Romanists to defend
image worship were rejected by Christians of the first three centuries when used in
defense of image worship. The heathen said, We do not worship the images
themselves, but those whom they represent. To this Lactantius (third century A. D.)
answers, ‘You worship them; for, if you believe them to be in heaven, why do you
not raise your eyes up to heaven? Why do you look at the images, and not up where
you believe them to be?’” [= Argumentasi yang sama yang sekarang digunakan
oleh orang Roma Katolik untuk mempertahankan penyembahan patung ditolak
oleh orang-orang Kristen dari tiga abad yang pertama pada waktu digunakan
untuk mempertahankan penyembahan patung. Orang kafir berkata: Kami
tidak menyembah patung itu sendiri, tetapi mereka yang diwakili oleh patung-
patung itu sendiri. Terhadap hal ini Lactantius (abad ke tiga Masehi)
menjawab: ‘Kamu menyembah mereka; karena, jika kamu percaya bahwa
mereka ada di surga, mengapa kamu tidak menaikkan pandangan matamu ke
surga? Mengapa kamu memandang pada patung-patung, dan tidak ke atas
dimana kamu percaya mereka berada?’] - hal 56 (footnote).
More important than honor shown to saints through artistic expression is the
honor shown through personal communication, through prayer. Catholics
honor saints, and particularly Mary, by praying to them and asking them to
intercede with God on their behalf. This immediately brings up the question:
Can saints in heaven hear us? After all, with extraordinarily rare exceptions,
any coommunication with them seems to be at best a one-way street. True,
there have been apparitions of Mary and some saints to a few individuals, but
the church has repeatedly said that no one is obliged to believe that these
take place or to place any credence in what is said during them. Private
revelations are binding only on the individuals to whom they are made; belief
in them is not necessary for salvation. So, if we discount such instances, it
seems that prayers go to the saints but that no unmistakable answers are
received from them. So how do we know they hear us? For the Catholic the
answer can be almost deceptively simple: We know, because the Church
tells us so. However satisfying such an answer may be to those who believe
in the Magisterium and think there is a good reason to accept its teachings, it
is hardly convincing to most of the protestant fundamentalists, who are unable
to find any comfort in hagiographical accounts – or even in historical accounts
of such things as Fatima. I believe that your and some of my brothers
protestant chief problem in accepting that saints can hear prayers is that their
notions of heaven and the afterlife are attenuated. For many of them the
afterlife is hardly a life at all. They, like many christians, draw a blank when
they try to explain what heaven is like. Some can imagine nothing other than
the stereotypic harps and choirs. Others say heaven is an impenetrable haze
and that all we can know is that we will be happy there. One thing that
certainly can be said is that those in heaven are alive to God. “Have you
never read in the book of Moses how god spoke to him at the burning bush,
and said, ‘I am the God of Abraham, and the God of Isaac, and the God of
Jacob?’ Yet it is of living men, not dead men, that he is god” (Mk 12:26-27).
The saints in heaven are more alive now that we are. In the arms of god,
they are more solicitous of us than when they were on earth. Just as Paul
asked the other disciples to pray for him (Rom 15:30; Col 4:3; I Th 1:2), so
now we can ask Paul and the other saints in heaven to intercede for us with
God. We are not cut off from fellow christians at death, but are, strangely
enough and contrary to our unreflecting thoughts, brought closer. We
continue in one communion, the communion of saints. I hope this will explain
very briefly the basic of our believe in praying to the saints.
Once again this is our believe, we are sharring not judging isn’t my brother?
2) Penjahat di kanan Yesus memang bertobat, dan betul-betul percaya kepada Yesus;
jadi tentu saja Yesus tidak menganggapnya sebagai orang sesat, dan demikian juga
saya tidak menilainya sebagai sesat. Demikian juga dengan Maria Magdalena.
Mereka berdua lebih benar dari pada pastor atau Paus, yang sekalipun mempunyai
kedudukan tinggi dan dihormati banyak orang Katolik tetapi tidak pernah betul-betul
bertobat dan percaya kepada Yesus.
3) Yesus tidak menghakimi penjahat di kananNya ataupun Maria Magdalena, tetapi
Ia mempunyai sikap yang berbeda kalau berhadapan dengan para tokoh Yahudi yang
memang adalah orang sesat / munafik.
Mat 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti
Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.
Mat 23:1-36 - baca sendiri betapa kerasnya kata-kata Yesus tentang orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat!
Jadi jangan berkata bahwa Yesus tidak menghakimi / menyebut orang sebagai sesat!
Paulus juga mengatakan orang sebagai sesat (1Tim 1:6 Tit 3:11).
4) Anda bertanya: ‘siapakah saudara pikir saudara ini, sehingga berani menjudge
sedemikian dalamnya? Kita sebagai manusia yang berdosa tidak akan pernah
mengetahui kedalaman hati seseorang’.
Jawaban saya terhadap pertanyaan ini adalah: Saya memang orang berdosa, tetapi
saya sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya, dan saya
percaya kepada Kitab Suci, yang memang mempunyai fungsi untuk membedakan
kebenaran dari pada kesesatan (2Tim 3:16 - ‘menyatakan kesalahan’).
Saya memang tidak tahu kedalaman hati seseorang, dan karena itu kalau seseorang
tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tentu saya tidak berani mencapnya
sebagai sesat. Tetapi kalau orang itu menyatakan kepercayaannya atau melakukan
tindakan rohani, yang bertentangan dengan Kitab Suci, maka saya tahu bahwa Ia
memang sesat.
Tapi sekali lagi, apapun pendapat anda, saya tidak mau menjudge anda, karena saya
percaya apa yang anda katakan pasti anda mempunyai dasar, asalkan bukan
berdasarkan pada emosi. Mengenai artikel R.K Vs. Protestant saya telah terima,
terima kasih, wah panjang sekaliyah.. saya berjanji akan membacanya sesudah
midterm ini, sayapun mohon doa anda dimana saya akan menjalani midterm saya
pada bulan september ini.
Saya harap dengan surat ini rasa persaudaraan kita dapat tumbuh, sehingga
kita saling mengenal satu – sama lain, dan kita dapat lebih saling
menghormati posisi satu sama lain. Bila anda bermain atau mungkin
berkunjung ke Kanada, dengan segala kerendahan hati dan dengan tangan
yang terbuka, saya mengundang anda untuk mampir atau menginap ditempat
kami disini. Saya harap, dilain kesempatan, kita bukannya lagi saling
menuduh, tapi kita dapat makan atau minum-minum tea bersama. Salam
buat seluruh keluarga dan jemaat sekalian, doa saya dari sini menyertai
saudaraku Budi dan seluruh keluarga.
Mario Sujanto
Faith and Good Works
Catholic believe that the life of faith is also a life of charity or “good works.”
This life of faith is a life of love of God and neighbor that expresses itself in one’s
thoughts, attitudes, speech, and actions. Therefore let us examine the
relationship between a Christian’s faith and good works, and their importance for
salvation.
Dalam hal ini Katolik bertentangan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan, karena
Kitab Suci / Firman Tuhan jelas mempertentangkan keduanya.
Ro 3:27-28 - “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada!
Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena
ia melakukan hukum Taurat”.
Ro 4:3-4 - “Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran.’ Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan
sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya”.
Gal 3:2,5 - “Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu
telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya
kepada pemberitaan Injil? ... Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang
menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang
melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan
hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”.
By “good works” Catholics do not mean the “works of the law” that Paul
condemns, but rather the “works” of active charity or love that flow from living
faith in Jesus Christ. Those who follow God will do whatever God commands or
asks of them, and their “works” truly will reflect their faith. This is the point that
James was making in his letter:
My brothers, what good is it to profess faith without practicing it? Such faith has no
power to save one, has it? If a brother or sister has nothing to wear and no food for
the day, and you say to them, “Goodbye and good luck! Keep warm and weel fed; but
do not meet their bodily needs, what good is that? So it is with the faith that does
nothing in practice. It is thoroughly lifeless. (Jas 2:14-18)
In other words, Catholics believe that true faith will express itself in a person’s
“works” – the way the person actually lives. Is this understanding biblical? Jesus
and the New Testament authors insist that people will be judged not only by their
faith, but according to their actual conduct or works. Jesus warned, “not
everyone who sys to me, “Lord, Lord.’ Will enter the kingdom of heaven” (Mt
7:21). A number of other passages speak of the role of good works in salvation.
(Mt 16:27; Rom 2:5-10; 2 Cor 5:10; Jas 2:14-26; 1 Pt 1:17).
Even the apostle Paul, who strongly corrects those who try to justify
themselves before God by performing “works of the law” (strictly observing all the
Jewish traditions), also states:”…[God] will render to every man according to his
works” (Rom 2:6), and “we must all appear before the judgment seat of Christ, so
that each one may receive good or evil according to what he has done in the
body” (2 Cor 5:10)
Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa
imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
-----------------------------------------------------------------------------------------
tak ada perbuatan baik ada perbuatan baik
(total depravity)
selamat
Keselamatan terjadi begitu ia percaya. Ini terlihat dari Luk 19:9 - “Kata Yesus
kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang
inipun anak Abraham.”. Setelah itu baru orang itu berbuat baik. Jadi perbuatan
baik itu bukan untuk menyelamatkan dirinya tetapi sebagai tanda syukur kepada
Allah karena sudah selamat.
The Catholic teaching about the role of faith and “works” in man’s salvation
has often been misunderstood by both Catholics and Protestants. Although it
remains a source of division between Catholics and Protestants even today,
many Protestants and Catholics may be surprised to learn what the Catholic
church actually teaches about this.
After the Reformation, the roman Catholic bishops clarified their teaching on
justification and salvation in the “Decree on Justification” issued at the council of
Trent in 1547. This decree affirmed, first, that salvation and justification, two
terms closely related in the New Testament, are free gifts or graces of god that
come only from Jesus Christ.1 This grace or gift of justification comes before
either faith or good works, since faith and works are only ways by which we
accept God’s free gift or grace of salvation.
Secondly, the Council of Trent affirmed that the first and most important way
to receive God’s gift of salvation or justification is through faith. The Catholic
bishops declared:
Thirdly, the Council of Trent also noted that the Bible exhorts those who are
justified by God’s grace to keep the commandments, to perform good works, and
to be prepared to suffer as Christ suffered. (e.g., 1 Cor 15:58). “…always
abound(ing) in the work of the Lord, knowing that in the Lord your labor is not in
vain”; Heb 6:10, “for God is not so unjust as to overlook your work and the love
which you showed for His sake….” Nonetheless, the Council of Trent insisted
that although in the sacred Writings so much is ascribed to good works that even
“he that shall give a drink of cold water to one of his least ones,” Christ promises,
“shall not lose his reward” (Mt 10:42)…; nevertheless far be it that a Christian
should either trust or “glory” in himself and not “in the Lord” [cf. 1 Cor 1 :31; 2 Cor
10:17), whose goodness towards all men is so great that He wishes the thighs
that are His gifts to be their own merits. 4
2
Ibid
3
Ibid
4
Council Trent, Chap. 16
tidak dibutuhkan dalam hal apapun bahwa ia disiapkan dan diatur / dicondongkan
oleh gerakan kehendaknya sendiri: terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic
Theology’, hal 512.
Canon XXIV: “If any one saith, that the justice received is not preserved and also
increased before God through good works; but that the said works are merely the fruits
and signs of justification obtained, but not a cause of the increase thereof: let him he
anathema” (= Jika seseorang berkata bahwa pembenaran yang diterima itu tidak
dipelihara dan juga ditingkatkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik; tetapi
bahwa perbuatan baik yang disebutkan tadi semata-mata merupakan buah dan
tanda / bukti dari pembenaran yang didapatkan, tetapi bukan suatu penyebab dari
peningkatan itu: terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 512.
Saya kira dari kata-kata ini terlihat bahwa anda, secara sadar atau tidak, adalah
seorang pendusta, karena:
seorang jemaat saya memberikan informasi yang bisa saya percaya, bahwa ia
membaca sebuah buku terbitan tahun 1994, dimana dikatakan bahwa ‘he
(Loraine Boettner) recently died’. Lalu siapa yang berdebat dengan Karl
Keating pada tahun 1999 itu? Roh dari Loraine Boettner?
jemaat saya itu juga memberikan sebuah katalog dari toko buku P&R dari
Phillipsburg, New Jersey, yang berlaku sampai bulan April 2001, dimana
dalam hal 30, buku ‘Roman Catholicism’ karangan Loraine Boettner masih
dipublikasikan. Bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan kata-kata anda
bahwa buku itu sudah ditarik dari peredaran?
Jemaat saya itu juga meminjamkan kepada saya buku karangan Karl Keating
yang berjudul ‘Catholicism and Fundamentalism’, yang pada chapter II
membahas buku ‘Roman Catholicism’ karangan Loraine Boettner tersebut.
Saya belum membaca buku itu dengan teliti; saya hanya membacanya sepintas
lalu, tetapi saya sudah melihat beberapa hal:
Tanggapan anda terhadap serangan saya, anda ambil dari buku tersebut. Baik
dalam persoalan ditebus tetapi tidak yakin akan keselamatan, kata ‘till’ dalam
Mat 1:25, pembahasan tentang saudara-saudara Yesus, dan sebagainya.
Anda cuma mengikuti saja secara membuta apa yang dikatakan oleh Karl
Keating, seakan-akan anda tidak mempunyai akal / pikiran dari diri anda
sendiri. Mengapa anda tidak menggunakan pikiran anda sendiri sambil
meminta Tuhan / Roh Kudus meneranginya supaya anda mengerti Kitab
Suci? Bdk. Luk 24:45.
Jelas sekali bahwa Karl Keating tidak bisa memberikan argumentasi yang
memadai untuk menghadapi argumentasi Loraine Boettner itu, karena pada
hal 29 ia berkata: “There is no room here to discuss each point Boettner
brings up - the refutation of a one-sentence charge may take a page, and his
tome would require a small library as an adequate reply”.
Saya, sebagai orang yang sangat sering menyusun buku untuk menanggapi
buku-buku sesat / salah (seperti Liberalisme, Saksi Yehovah, Toronto
Blessing, Kharismatik, Roma Katolik, dan sebagainya) menganggap kata-
kata Keating ini hanyalah sebagai kata-kata untuk menutupi ketidak-
mampuannya untuk menjawab argumentasi Boettner. Kalau memang
dibutuhkan satu library, mengapa tidak membuatnya. Kalau memang ia
percaya ia / Roma Katolik yang benar dan Boettner yang salah, mengapa ia
tidak mau melakukan itu demi Tuhan dan kebenaran? Tidak pernahkah ia
membaca 1Pet 3:15, dan tidak maukah ia mentaati ayat itu demi kebenaran
yang ia percayai?
Disamping itu serangan-serangan Boettner yang menggunakan ayat-ayat
Kitab Suci yang begitu banyak boleh dikatakan tidak ada yang ditanggapi
oleh Keating, dan kalaupun ada pembahasan ayat Kitab Suci,
pembahasannya menyedihkan dan buruk sekali.
Keating tidak bisa membedakan Protestant dan Kharismatik, sehingga menyebut
Kenneth Hagin sebagai ‘a Protestant evangelist’ (hal 165). Dari satu hal ini
saja sudah terlihat betapa tidak akuratnya bukunya.
Keating memberikan argumentasi murahan dengan menggunakan Yak 5:14-15
untuk mendukung extreme unction. Dan ia mengatakan: ‘This scriptural
injunction was followed from the earliest days of the Church’ (hal 39). Ini jelas
omong kosong / dusta! Bahwa ayat ini tidak mungkin mendukung extreme
unction terlihat dari:
Text ini untuk orang sakit, sedangkan Roma Katolik menerapkan untuk
seadanya orang.
Text ini tidak menyebut ‘pastor’ tetapi ‘penatua’, sedangkan dalam Roma
Katolik pengakuan dosa dilakukan kepada pastor.
Adanya kata ‘saling mengaku dosa’ dan ‘saling mendoakan’ dalam Yak 5:16
itu. Kalau ayat ini tetap mau dipakai sebagai dasar dari sakramen
pengakuan dosa itu, maka pastor seharusnya juga mengaku dosa kepada
jemaat.
Tasker (Tyndale): “Martin Luther said in connection with such an
interpretation: A strange confessor! His name is ‘One another’.” (= Martin
Luther berkata sehubungan dengan penafsiran seperti itu: Seorang pengaku
dosa / pastor yang menerima pengakuan dosa yang aneh! Namanya ialah
‘satu sama lain’).
Catatan: Ini jelas merupakan kata-kata sinis dari Martin Luther, yang
menjadikan penafsiran Roma Katolik itu sebagai lelucon. Kata ‘confessor’
bisa diartikan sebagai ‘si pengaku dosa’ atau ‘pastor yang menerima
pengakuan dosa’. Dalam terjemahan NASB Yak 5:16 berbunyi:
“Therefore, confess your sins to one another, and pray for one
another, ...” (= Karena itu mengaku dosalah satu sama lain, dan
berdoalah satu sama lain, ...). Dilihat dari terjemahan ini mungkin sekali
yang dimaksud dengan ‘confessor’ oleh Martin Luther adalah pastor yang
menerima pengakuan dosa.
Kalau pada waktu yang lalu anda menuduh saya bahwa saya marah-marah, dan
saya menyangkalnya, maka sekarang anda tidak perlu menuduh saya. Dengan
terus terang sekarang saya menyatakan kepada anda bahwa saya marah sekali
kepada anda karena dusta anda tersebut! Tetapi ini mungkin merupakan
kemarahan yang bisa disebut sebagai ‘holy anger’ / ‘righteous indignation’,
karena saya marah terhadap dusta / dosa orang yang mengaku sebagai hamba
Tuhan. Mungkin ini mirip seperti kemarahan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi. Tidak malukan anda, sebagai orang yang mengaku seorang
hamba Tuhan, melakukan perbuatan hina seperti itu? Bertobatlah dan
percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, atau anda akan masuk ke neraka
selama-lamanya!
Budi Asali.
>DATE: Wed, 28 Mar 2001 14:11:22
>From: "Br. Mario Sujanto" <msujanto10@hotmail.com>
>To: <gkri_exodus@lycos.com>
>
>Terima kasih Pa Budi Asali untuk segala ke aroganannya, menandakan
anda
>sendiri bukan seorang Kristen (kalau bahasa anda ya KTP begitulah),
dan
>ukuran itulah yang akan dijerakan kepada leher anda sendiri pada
akhirnya.
>Ya, sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tapi bubur juga bisa jadi
enak,
>kalau ditambah bumbu-bumbu.
>
>Ad Jesum per Mariam,
>Mario
Akhir kata, saya setuju dengan anda utk mengakhiri perdebatan ini,
karena sekalipun saya termasuk orang yang senang debat, saya merasa
tidak benar meneruskan suatu perdebatan kalau saya, atau lawan debat
saya, sudah panas hatinya. Tetapi saya tetap berdoa supaya apa yang
saya katakan itu, lambat atau cepat, diberkati oleh Roh Kudus, sehingga
berbuah dalam kehidupan anda.
Budi Asali.
Tentang Luk 8:19-21.
Norval Geldenhuys (NICNT): “This story proves to us clearly that Mary was not the
perfect saint as she is represented to have been by the Roman church. She was and is
indeed the blessed one amongst women, because to her was given the privilege of being
the mother of the Redeemer, but she was also a fallible mortal, beset with sin and
weakness” ( = ) - hal 250 (footnote).
Norval Geldenhuys (NICNT): “Since in the New Testament Jesus’ brothers and even
sisters are frequently mentioned in a most natural manner as if they were His own
brothers and sisters, born of Mary (Matt. 12:46; 13:55; Mark 3:32; 6:3; John 2:12),
and since in Like 2:7 He is called the ‘first-born’, apart from various other
considerations, there can be no doubt that the Lord really had blood-brothers and
sisters. The Roman Catholic opinion that the ‘brethren and sisters’ were step-brothers
and step-sisters (children of Joseph by a former wife), or His ‘cousins’, is unfounded
and would never have existed had it not been for Epiphanius, Jerome and later Roman
leaders who embraced a false asceticism and regarded Mary as a woman who had
remained a virgin throughout her life. Even Tertullian insisted on taking the ‘brethren
and sisters’ of Jesus as real children of Mary” ( = ) - hal 250 (footnote).
Karl Keating: “The fact is that the Council of Trent did not add to the Bible what
Protestants call apocryphal books. Instead, the Reformers dropped from the Bible
books that had been in common use for centuries. The Council of Trent, convened to
reaffirm Catholic doctrines and to revitalize the Church, proclaimed that these books
always had belonged to the Bible and had to remain in it. After all, it was the Catholic
Church, in the fourth century, that officially decided which books composed the canon
of the Bible and which did not. The Council of Trent came on the scene about twelve
centuries later and merely restated the ancient position” (= ) - ‘Catholicism and
Fundamentalism’, hal 46-47. Ini jelas merupakan suatu dusta!
The Roman Catholic Church has officially abandoned its "one true church" position. It has entered into ecumenical conversations with the
Protestant churches that could lead to Christian union; the Catholic Church has expressed a readiness to make doctrinal and disciplinary
concessions, but how far these may go is not yet clear. The church has even made gestures of friendliness to Islam and Judaism and does
not speak of the great Oriental religions as simple paganism. The openness of the Catholic Church toward social movements has been
mentioned; this has taken a surprising form in some unexpected places such as Spain and Latin America. The edge of Catholic opposition
to Marxism was for a time taken off, and the Roman see engaged in unobtrusive diplomatic conversations with some Communist
governments. A period of increased involvement in international affairs was seen under the leadership of Pope John Paul II in the 1980s.
Problems, however, are more in evidence than progress. The long, latent conflict between hierarchy and lower clergy has become open.
Priests are resistant to the traditional total obedience in style of life and ministry. This conflict has come to a focus on the issue of clerical
celibacy; although there are no sure statistics, it is a reasonable assumption that at least half of the Catholic clergy wish celibacy to become
an option. The discontent with life and ministry has led to a large number of losses in the priesthood and in religious communities, some of
which face the possibility of extinction. Much of this discontent revolves around ministry as much as around a way of life; many religious
workers feel that the conventional ministries are not reaching enough people and are not touching their most urgent needs. The desire to
work "in the world," while hardly alien to the New Testament ministry, is not adaptable to traditional clerical and religious rules. What might
appear to be a minor point in some places has become major; priests and religious (women religious in particular, who have had more of a
problem) no longer wish to wear the identifying garb; they believe that it immediately becomes an obstacle to personal relations. Actually,
there is a widespread but not explicit, perhaps not even recognized, rejection of the traditional use of authority and obedience in Roman
Catholic clergy and religious communities.
Roman Catholic liturgy has been profoundly changed. The results have not been altogether satisfactory, but some observers say that the
effects of the new liturgy cannot be assessed until a new generation has grown up that knows no other liturgy. On this point minor local
schisms have occurred, led by reactionary Catholics wishing to return to the traditional liturgy in Latin. Others find the new liturgy stodgy;
but the degree to which liturgy ought to be exciting has never been established.
The place of the laity, like that of the clergy, in church decisions remains uncertain. Bishops, clergy, and laity generally are timid in
undertaking a modification in church government for which nothing in their previous church experience has prepared them. They seem
hesitant to draw on their experience in government and business, where shared responsibility is the rule rather than the exception. Many
Catholics find it difficult to examine the role of their hierarchical officers without also questioning their credibility. Yet the direction of the
movements where the problems lie is toward greater responsibility of each member of the Catholic Church--hierarchy, clergy, and laity,
each in its own way.
(J.L.McK.)
Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.
1213 Holy Baptism is the basis of the whole Christian life, the gateway to life in the
Spirit (vitae spiritualis ianua),[4] and the door which gives access to the other
sacraments. Through Baptism we are freed from sin and reborn as sons of God; we
become members of Christ, are incorporated into the Church and made sharers in
her mission: "Baptism is the sacrament of regeneration through water in the
word."[5]
1215 This sacrament is also called "the washing of regeneration and renewal by the Holy
Spirit," for it signifies and actually brings about the birth of water and the Spirit
without which no one "can enter the kingdom of God."[7]
1239 The essential rite of the sacrament follows: Baptism properly speaking. It signifies
and actually brings about death to sin and entry into the life of the Most Holy
Trinity through configuration to the Paschal mystery of Christ. Baptism is
performed in the most expressive way by triple immersion in the baptismal water.
However, from ancient times it has also been able to be conferred by pouring the
water three times over the candidate's head.
1243 The white garment symbolizes that the person baptized has "put on Christ,"[42] has
risen with Christ. The candle, lit from the Easter candle, signifies that Christ has
enlightened the neophyte. In him the baptized are "the light of the world."[43]
The newly baptized is now, in the only Son, a child of God entitled to say the
prayer of the children of God: "Our Father."
1254 For all the baptized, children or adults, faith must grow after Baptism. For this
reason the Church celebrates each year at the Easter Vigil the renewal of baptismal
promises. Preparation for Baptism leads only to the threshold of new life. Baptism
is the source of that new life in Christ from which the entire Christian life springs
forth.
1257 The Lord himself affirms that Baptism is necessary for salvation.[59] He also
commands his disciples to proclaim the Gospel to all nations and to baptize them.
[60] Baptism is necessary for salvation for those to whom the Gospel has been
proclaimed and who have had the possibility of asking for this sacrament.[61] The
Church does not know of any means other than Baptism that assures entry into
eternal beatitude; this is why she takes care not to neglect the mission she has
received from the Lord to see that all who can be baptized are "reborn of water and
the Spirit." God has bound salvation to the sacrament of Baptism, but he himself is
not bound by his sacraments.
1259 For catechumens who die before their Baptism, their explicit desire to receive it,
together with repentance for their sins, and charity, assures them the salvation that
they were not able to receive through the sacrament.
1260 "Since Christ died for all, and since all men are in fact called to one and the same
destiny, which is divine, we must hold that the Holy Spirit offers to all the
possibility of being made partakers, in a way known to God, of the Paschal
mystery."[62] Every man who is ignorant of the Gospel of Christ and of his
Church, but seeks the truth and does the will of God in accordance with his
understanding of it, can be saved. It may be supposed that such persons would have
desired Baptism explicitly if they had known its necessity.
1263 By Baptism all sins are forgiven, original sin and all personal sins, as well as all
punishment for sin.[65] In those who have been reborn nothing remains that would
impede their entry into the Kingdom of God, neither Adam's sin, nor personal sin,
nor the consequences of sin, the gravest of which is separation from God.
1265 Baptism not only purifies from all sins, but also makes the neophyte "a new
creature," an adopted son of God, who has become a "partaker of the divine
nature,"[68] member of Christ and co-heir with him,[69] and a temple of the Holy
Spirit.[70]
1266 The Most Holy Trinity gives the baptized sanctifying grace, the grace of
justification:
- enabling them to believe in God, to hope in him, and to love him through the
theological virtues;
- giving them the power to live and act under the prompting of the Holy Spirit
through the gifts of the Holy Spirit;
- allowing them to grow in goodness through the moral virtues.
Thus the whole organism of the Christian's supernatural life has its roots in
Baptism.
Tradisi
Serangan dari Wibisono:
In your online article you gave wrong definition of Tradition because
you
relied on Boettner. The Catholic Church defines Tradition as (CCC #
81):'And (Holy) TRADITION transmits in its entirety the Word of God
which
has been entrusted to the apostles by Christ the Lord and the Holy
Spirit.
It transmits it to the successors of the apostles so that, enlightened
by
the Spirit of truth, they may faithfully preserve, expound and spread
it
abroad by their preaching.' What the Church Fathers wrote may contain
Tradition but not everything they wrote is Tradition (if that is the
case
then we have written Tradition). The following is an extract from my
online
article:
Jadi, tegasnya saya ingin tanyakan: berdasarkan apa anda tahu bahwa
apa-apa yang disebut tradition dalam Gereja Roma Katolik itu betul-
betul berasal dari kata-kata dan tindakan Yesus atau rasul-rasul?
Apakah anda punya kriteria untuk mengechak kepastian hal tersebut?
3) Anda berkata bahwa apa yang ditulis bapa-bapa gereja ada yang bisa
dimasukkan ke dalam tradition dan ada yang tidak. Sekarang apa kriteria
Gereja Roma Katolik dalam menentukan yang mana yang termasuk tradition
dan yang mana yang tidak ?????
4) Siapa ‘successors of the apostles’ itu dan apa dasar Kitab Sucinya
sehingga mereka disebut demikian?
1Co 11:2 Now I praise you, brethren, that ye remember me in all things,
and keep the ordinances, as I delivered them to you. {ordinances: or,
traditions}
Calvin: “This will appear more clearly when we come to see what Paul means by
paradoseij; (traditions;) and independently of this, it is necessary to speak of this word,
for the purpose of replying to Papists, who arm themselves with this passage for the
purpose of defending their traditions. It is a common maxim among them, that the
doctrine of the Apostles consists partly of writings and partly of traditions. Under this
second department they include not merely certain foolish superstitions, and puerile
ceremonies, which which they are stuffed, but also all kinds of gross abomination,
directly contrary to the plain word of God, and their tyrannical laws, which are mere
torments to men’s consciences. In this was there is nothing so foolish, nothing so
absurd - in fine, nothing so monstrous, as not to have shelter under this pretext, and to
be painted over with this varnish. As Paul, therefore, makes mention here of
‘traditions,’ they seize, as they are accustomed to do, upon this little word, with the
view of making Paul the author of all those abominations, which we set aside by plain
declaration of Scripture. I don’t deny, that there were certain traditions of the Apostles
that were not committed to writing, but I do not admit that they were parts of doctrine,
or related to things necessary for salvation. What then? They were connected with
order and government. ... But what has this to do with those silly trifles of ceremonies,
which are to be seen in Popery? ... What has it to do with so many monstrous of
idolatry?” (= ) - hal 351.
Ga 1:14 And profited in the Jews' religion above many my equals in mine
own nation, being more exceedingly zealous of the traditions of my fathers.
Calvin: “When he speaks of the ‘traditions of the fathers,’ he means, not those
additions by which the law of God had been corrupted, but the law of God itself, in
which he had received through the hands of his parents and ancestors” (= ) - hal 38.
2Th 2:15 Therefore, brethren, stand fast, and hold the traditions which ye
have been taught, whether by word, or our epistle.
Tentang kata ‘traditions’ di sini Calvin berkata: “in my opinion, he includes all
doctrine under this term, ... The context, however, as I have said, requires that it be
taken here to mean the whole of that doctrine in which they had been instructed. For
the matter treated of is the most important of all - that their faith may remain secure in
the midst of a dreadful agitation of the Church. Papists, however, act a foolish part in
gathering from this that their traditions ought to be observed. They reason, indeed, in
this manner - that if it was allowable for Paul to enjoin traditions, it was allowable also
for other teachers; and that, if it was a pious thing to observe the former, the latter also
ought not less to be observed. Granting them, however, that Paul speaks of precepts
belonging to the external government of the Church, I say that they were, nevertheless,
not contrived by him, but divinely communicated. For he declares elsewhere, (1
Corinthians 7:35,) that it was not his intention to ensnare consciences, as it was not
lawful, either for himself, or for all the Apostles together. They act a still more
ridiculous part in making it their aim to pass off, under this, the abominable sink of
their own superstitions, as though they were the traditions of Paul. But farewell to
these trifles, when we are in possession of Paul’s true meaning. And we may judge in
part from this Epistle what traditions he here recommends, for he says - whether by
word, that is, discourse, or by epistle. Now, what do these Epistles contain but pure
doctrine, which overturns to the very foundation the whole of the Papacy, and every
invention that is at variance with the simplicity of the Gospel?” (= ) - hal 345.
Tentang Kanon Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru baca The New Bible
Dictionary, hal 186-dst