Anda di halaman 1dari 27

KEBAKTIAN

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Minggu, tgl 22 April 2018, pk 17.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KALIMAT KEEMPAT

MATIUS 27:46 & MARKUS 15:34


Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama
sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama
sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

1) Ini merupakan penggenapan dari Maz 22:2a.


Maz 22:2a - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”.

a) Dalam Maz 22:2, kata-kata ini berlaku untuk diri Daud sendiri.
Mungkin dalam penderitaan yang hebat, ia berdoa dengan tekun, tetapi tak ada
jawaban / pertolongan dari Tuhan, sehingga ia merasa / mengira bahwa Tuhan
meninggalkannya.

b) Yesus mengutip kata-kata ini pada saat Ia berada di kayu salib, dan karena itu jelaslah
bahwa kata-kata ini juga merupakan suatu nubuat tentang Dia.
Kalau kita membaca Maz 22:1-19, maka akan lebih jelas lagi bahwa boleh dikatakan
seluruh Mazmur ini berbicara tentang Kristus atau menubuatkan tentang Kristus.
Perhatikan khususnya ay 2,8-9,16,17,19.

Maz 22:1-19 - “(1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.
(2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau
tetap jauh dan tidak menolong aku. (3) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi
Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. (4)
Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. (5)
KepadaMu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan
mereka. (6) KepadaMu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepadaMu mereka
percaya, dan mereka tidak mendapat malu. (7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela
bagi manusia, dihina oleh orang banyak. (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku,
mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (9) ‘Ia menyerah kepada
TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah
Dia berkenan kepadanya?’ (10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan;
Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. (11) KepadaMu aku diserahkan sejak
aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. (12) Janganlah jauh dari
padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. (13) Banyak lembu
jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; (14) mereka
mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. (15)
Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi
seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; (16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku
melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. (17) Sebab
anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk
tangan dan kakiku. (18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka
memandangi aku. (19) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka
membuang undi atas jubahku.”.
Tentang Maz 22 ini kebanyakan penafsir menganggap bahwa Mazmur itu berhubungan
dengan Daud, tetapi juga dengan Yesus.

Calvin: “In short, there is no doubt that Christ, in uttering this exclamation upon the cross,
manifestly showed, that although David here bewails his own distresses, this psalm was
composed under the influence of the Spirit of prophecy concerning David’s King and Lord.”
[= Singkatnya, tidak ada keraguan bahwa Kristus, dalam mengucapkan seruan ini di kayu
salib, dengan nyata menunjukkan, bahwa sekalipun Daud di sini meratapi penderitaannya
sendiri, mazmur ini disusun di bawah pengaruh dari Roh nubuatan mengenai Raja dan
Tuhan dari Daud.].

Lenski: “The words of this cry are found also in Ps. 22:1, although neither Matthew nor
Mark mention the fact. ... David is not speaking of himself as a type, so that Jesus would be
the antitype; David is prophetically describing the suffering Messiah. ... The omniscient Spirit
of prophecy alone could have placed at the head of this psalm that supreme cry of agony on
the cross. For it is not due to the fact that David wrote this line that Christ made it his cry on
the cross, but because Christ would thus cry out on the cross David wrote it as a prophet.” [=
Kata-kata dari teriakan ini ditemukan dalam Maz 22:2, sekalipun baik Matius maupun
Markus tidak menyebutkan fakta ini. ... Daud tidak berbicara tentang dirinya sebagai
suatu type, dan Yesus sebagai anti-typenya; Daud secara bernubuat menggambarkan
Mesias yang menderita. ... Hanya Roh nubuatan yang maha tahu yang bisa menaruh di
kepala dari mazmur ini teriakan penderitaan yang paling hebat pada kayu salib. Karena
bukan karena fakta bahwa Daud menulis kalimat ini maka Kristus membuatnya sebagai
teriakanNya pada kayu salib, tetapi karena Kristus akan berteriak seperti itu maka Daud
menuliskannya sebagai seorang nabi.] - hal 1117,1118.
Catatan: dalam Kitab Suci Inggris ayat itu ada dalam Psalm 22:1, sedangkan dalam
Kitab Suci Indonesia dalam Maz 22:2. Maz 22:1 dalam Kitab Suci Indonesia sebetulnya
bukan merupakan bagian dari Kitab Suci / Firman Tuhan, tetapi merupakan judul yang
ditambahkan oleh penyalin Kitab Suci.

c) Ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa mungkin di kayu salib itu Yesus bukan
hanya mengucapkan Maz 22:2 tetapi seluruh Maz 22. Tetapi Lenski membantah teori /
kemungkinan seperti itu, dan saya setuju dengan dia.

Lenski: “The ideas that Christ spoke aloud the entire psalm, perhaps also the following
psalms, or that he spoke aloud only the first line and silently went through the rest, are
without support and destroy the force of Christ’s cry.” [= Gagasan-gagasan bahwa Kristus
mengucapkan dengan keras seluruh mazmur, mungkin juga mazmur-mazmur setelahnya,
atau bahwa Ia mengucapkan dengan keras hanya kalimat / baris pertama dan dengan
diam-diam mengucapkan sisanya, tidak mempunyai dukungan dan menghancurkan
kekuatan dari teriakan Kristus.] - hal 1118.

Catatan: saya kira orang-orang yang menganggap bahwa Kristus mengucapkan


seluruh mazmur, mengambil pandangan itu karena mereka tidak mau menerima
pandangan bahwa pada saat itu Yesus betul-betul ditinggalkan oleh Bapa. Jadi mereka
mengatakan bahwa pada saat itu Kristus hanya membacakan Firman Tuhan tersebut,
atau berdoa menggunakan Maz 22 itu. Tetapi ini jelas merupakan pandangan yang
salah, dan akan saya bahas di bawah.

d) Perbedaan antara Maz 22:2, Mat 27:46 dan Mark 15:34.


Sebetulnya perbedaan ini terjadi hanya karena bahasa yang berbeda.

Maz 22:2 - ‘Eli, Eli, lama azavtani?’ - seluruhnya dalam bahasa Ibrani.

Mat 27:46 - ‘Eli, Eli (Ibrani), lama sabakhtani (Aramaic)?’

Mark 15:34 - ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’ - seluruhnya dalam bahasa Aramaic.


Barnes’ Notes (tentang Mat 27:46): “‘Eli, Eli ...’. This language is not pure Hebrew nor
Syriac, but a mixture of both, called commonly ‘Syro-Chaldaic.’ This was probably the
language which the Saviour commonly spoke. The words are taken from Ps. 22:1.” [= ‘Eli, Eli
...’. Bahasa ini bukanlah Ibrani murni ataupun Aramaic / Syria murni, tetapi suatu
percampuran dari keduanya, biasanya disebut ‘Syro-Chaldaic’. Ini mungkin merupakan
bahasa yang biasanya digunakan oleh sang Juruselamat. Kata-kata itu diambil dari Maz
22:2.].

Lenski: “Matthew, like Mark, has preserved the words of the cry in the original: ‘ELI, ELI
(Hebrew), LAMA SABACHTANI?’ (Aramaic). Mark has ‘ELOI,’ the Aramaic instead of the
Hebrew; he disregards the Hebrew form used by Jesus.” [= Matius, seperti Markus, telah
memelihara kata-kata dari teriakan itu dalam bahasa aslinya: ‘ELI, ELI (Ibrani), LAMA
SABAKHTANI’ (Aramaic / Syria). Markus menuliskan ‘ELOI’, bentuk Aramaic /
Syrianya dan bukan bentuk Ibraninya; ia mengabaikan bentuk Ibrani yang digunakan
oleh Yesus.] - hal 1117.

2) Ada beberapa penafsiran tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena


kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
1. Perasaan Yesus saja (bahasa jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini: kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh


memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman
dosa!

Calvin: “as he became our representative, and took upon him our sins, it was certainly
necessary that he should appear before the judgment-seat of God as a sinner. ... there was
before his eyes the curse of God, to which all who are sinners are exposed.” [= karena Ia
menjadi wakil kita, dan mengambil pada diriNya dosa-dosa kita, maka pastilah
merupakan sesuatu yang perlu bahwa Ia tampil di hadapan takhta pengadilan Allah
sebagai / seperti seorang berdosa. ... di hadapan mataNya ada kutukan dari Allah,
terhadap mana semua orang yang adalah orang-orang berdosa terbuka.].

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.


Dasar: Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’.
Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Luk 23:34,46 (kalimat pertama dan terakhir) Yesus tetap menyebut ‘Bapa’.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan
kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Seandainya terjadi perpisahan antara Allah
Anak dan manusia Yesus, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat
manusia itu. Ini tidak mungkin, karena hakekat manusia tidak bisa berada sendirian!
Catatan: untuk mengerti hal ini sepenuhnya, bacalah buku saya yang berjudul
‘CHRISTOLOGY’.

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia
lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan
tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan
nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Dalam text ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan! Bandingkan dengan
terjemahan NIV di bawah ini.
Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:7-8): “(7) No man can redeem the life of another or give to
God a ransom for him - (8) the ransom for a life is costly, no payment is ever
enough” [= (7) Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain atau
memberikan kepada Allah tebusan untuk dia - (8) tebusan untuk suatu nyawa
sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
Jadi, ayat ini mengatakan bahwa manusia tidak bisa menebus manusia lain. Jadi,
seandainya Yesus mati hanya sebagai manusia saja, maka Ia tidak bisa menebus
dosa kita. Kalaupun mau dipaksakan, maka paling-paling satu orang hanya bisa
menebus satu orang.

Adam Clarke: “Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that
his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’
But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit,
and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from
any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined.” [= Sebagian orang
menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat
manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya
bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima,
karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tak terbatas dari
pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa
penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu
dihancurkan.].

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.

Wycliffe Bible Commentary: “The full import of this cry cannot be fathomed. But certainly
its basis lay not in the physical suffering primarily, but in the fact that for a time Jesus was
made sin for us (2 Cor 5:21); and in paying the penalty as the sinner’s substitute, he was
accursed of God (Gal 3:13). God as Father did not forsake him (Lk 23:46); but God as Judge
had to be separated from him if he was to experience spiritual death in the place of sinful
men.” [= Makna sepenuhnya dari teriakan ini tidak bisa dimengerti. Tetapi pastilah bahwa
dasarnya tidak terletak terutama pada penderitaan fisikNya, tetapi pada fakta bahwa
untuk sementara waktu Yesus dibuat menjadi dosa untuk kita (2Kor 5:21); dan dalam
membayar hukuman sebagai pengganti orang berdosa, Ia dikutuk oleh Allah (Gal 3:13).
Allah sebagai Bapa tidak meninggalkan Dia (Luk 23:46); tetapi Allah sebagai Hakim harus
terpisah dari Dia jika Ia mau mengalami kematian rohani di tempat dari manusia
berdosa.].
Catatan: saya tak setuju dengan kalimat yang saya garis-bawahi. Saya tak mengerti
bagaimana Wycliffe bisa memisahkan Allah sebagai Bapa dan Allah sebagai Hakim!

Lenski: “The ideas that either the physical agonies or the inner mental distress of Jesus led to
this cry is unsatisfactory, since men have often suffered both and yet have felt deep inner
comfort in the fact that God was with them. Nor can the forsaking of which Jesus complains
be only an abandonment to the wicked power of his enemies; for this would imply that Jesus
had so low an idea of God and of fellowship with him that he felt his nearness only in
fortunate days and lost that feeling when his enemies seemed to triumph over him. Again, this
cry was not uttered only by his human nature, as though his human nature had been
unclothed of the divine and left to stand alone in these three hours of agony in the darkness.
Such Nestorianism misunderstands the agony suffered on the cross. Jesus does not lament
that the divine nature or its divine powers have forsaken him, but that another person (‘thou’)
has left him.” [= Gagasan bahwa penderitaan fisik atau batin dari Yesus membimbingNya
pada teriakan ini tidak memuaskan, karena manusia telah sering mengalami penderitaan
dalam kedua hal itu tetapi telah merasakan penghiburan batin yang dalam di dalam fakta
bahwa Allah ada bersama dengan mereka. Juga tindakan meninggalkan yang Yesus
keluhkan bukan hanya suatu tindakan meninggalkan pada kuasa jahat dari musuh-
musuhNya; karena ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus mempunyai
gagasan yang begitu rendah tentang Allah dan tentang persekutuan denganNya sehingga
Ia merasa kedekatanNya hanya dalam hari-hari yang mujur, dan kehilangan perasaan itu
pada waktu musuh-musuhNya kelihatannya menang atasNya. Juga, teriakan ini tidak
diucapkan hanya oleh hakekat manusiaNya, seakan-akan hakekat manusiaNya dipisahkan
dari hakekat ilahiNya dan ditinggalkan untuk berdiri sendiri dalam 3 jam penderitaan
dalam kegelapan ini. Demikianlah Nestorianisme salah mengerti tentang penderitaan yang
diderita di kayu salib. Yesus tidak meratap karena hakekat ilahi atau kuasa ilahi telah
meninggalkanNya, tetapi karena seorang pribadi lain (‘Engkau’) telah meninggalkanNya.]
- hal 1118.

Lenski: “Some have supposed that, when Jesus uttered this cry, he virtually tasted of death,
and that this is what he had in mind when he spoke of being forsaken of God. But Jesus died,
actually died later and in his actual death was not forsaken of God, for he commended his
soul into his Father’s hands. ... The forsaking is often combined with the death, yet the two
are quite distinct. The forsaking had been completed before the death set in. When Jesus died
he placed his soul into the hands of his Father and thus was certainly not forsaken. But while
they are distinct, the forsaking and the death are closely connected. The death was the penalty
for the sins of the world, and thus in connection with it this forsaking of the dying Savior was
necessary. After this had been endured, Jesus could cry, ‘It is finished!’ and then yield his
soul into his Father’s hands.” [= Beberapa orang menduga bahwa pada waktu Yesus
mengucapkan teriakan ini, Ia benar-benar merasakan kematian, dan bahwa inilah yang
ada dalam pikiranNya pada waktu Ia berkata bahwa Ia ditinggalkan oleh Allah. Tetapi
Yesus baru betul-betul mati belakangan, dan dalam kematianNya yang sungguh-sungguh
ini Ia tidak ditinggalkan oleh Allah, karena Ia mempercayakan / menyerahkan jiwaNya ke
dalam tangan BapaNya. ... ‘Keadaan ditinggalkan’ ini sering digabungkan / disatukan
dengan ‘kematian’Nya, tetapi keduanya berbeda. ‘Keadaan ditinggalkan’ itu telah selesai
sebelum ‘kematian’ tiba. Pada waktu Yesus mati Ia menempatkan jiwaNya ke dalam
tangan BapaNya dan dengan demikian jelas Ia tidak ditinggalkan. Tetapi sekalipun kedua
hal itu berbeda, ‘keadaan ditinggalkan’ dan ‘kematian’ berhubungan dekat. ‘Kematian’
adalah hukuman untuk dosa-dosa dunia, dan karena itu dalam hubungan dengannya
‘keadaan ditinggalkan’ dari sang Juruselamat yang sedang sekarat itu diperlukan. Setelah
ini ditanggung, Yesus bisa berteriak, ‘Sudah selesai!’ dan lalu menyerahkan jiwaNya ke
dalam tangan BapaNya.] - hal 1118,1120-1121.

Lenski: “We must note the difference between Jesus’ experience in Gethsemane and that on
Golgotha. In the garden Jesus has a God who hears and strengthens him; on the cross this
God has turned wholly away from him. During those three black hours Jesus was made sin
for us (2Cor. 5:21), was made a curse for us (Gal. 3:13), and thus God turned completely
away from him. ... With his dying powers he cries to God and now no longer sees in him the
Father, for a wall of separation has risen between the Father and the Son, namely the world’s
sin and its curse as they now lie upon the Son.” [= Kita harus memperhatikan perbedaan
antara pengalaman Yesus di Getsemani dan di Golgota. Dalam taman (Getsemani), Yesus
mempunyai Allah yang mendengarNya dan menguatkanNya; di kayu salib, Allah ini
sepenuhnya berbalik dari Dia. Selama 3 jam yang gelap itu Yesus dibuat menjadi dosa
untuk kita (2Kor 5:21), dibuat menjadi kutuk untuk kita (Gal 3:13), dan karena itu Allah
berbalik sepenuhnya dari Dia. ... Dengan kekuatanNya dalam keadaan sekarat itu Ia
berteriak kepada Allah dan sekarang tidak lagi melihat sang Bapa dalam diriNya, karena
suatu tembok pemisah telah muncul di antara Bapa dan Anak, yaitu dosa dunia dan
kutuknya pada waktu keduanya sekarang terletak pada diri Anak.] - hal 1119.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!’”.

Lenski: “What is involved in the fact that God forsook or abandoned Jesus during those three
awful hours no man can really know. The nearest we can hope to come toward penetrating
this mystery is to think of Jesus as being covered with the world’s sins and curse and that,
when God saw Jesus thus, he turned away from him. The Son of God bore our sin and its
curse in his human nature, this nature supported by the divine.” [= Apa yang tercakup dalam
fakta bahwa Allah meninggalkan Yesus selama 3 jam yang mengerikan itu tak seorangpun
bisa sungguh-sungguh mengertinya. Hal terdekat yang bisa kita harapkan untuk datang
menembus misteri ini adalah menganggap Yesus sebagai ditutupi dengan dosa-dosa dunia
dan kutuk, dan bahwa pada waktu Allah melihat Yesus dalam keadaan seperti itu, Ia
berbalik dariNya. Anak Allah memikul dosa kita dan kutuknya dalam hakekat
manusiaNya, hakekat ini ditopang oleh hakekat ilahi.] - hal 1119.

Keberatan terhadap pandangan ini: terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

Word Biblical Commentary (tentang Mat 27:46): “Jesus as the sin-bearing sacrifice (cf.
1:21; 20:28; 26:28) must endure the temporary abandonment of his Father, i.e.,
separation from God. ... it is impossible to assess what this may have meant to Jesus. This
is one of the most impenetrable mysteries of the entire Gospel narrative.” [= Yesus sebagai
korban pemikul dosa (bdk. 1:21; 20:28; 26:28) harus menanggung keadaan
ditinggalkan secara sementara oleh BapaNya, yaitu keterpisahan dari Allah. ... adalah
mustahil untuk menilai apa artinya hal ini bagi Yesus. Ini merupakan salah satu
misteri yang paling tak bisa dimasuki / dimengerti dalam seluruh cerita Injil.].

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang
satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin
terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi
perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Memang hancurnya hubungan / persekutuan antara Allah dan manusia merupakan
hukuman dosa, dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus!

Bagusnya pandangan ini:

a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.


Lenski: “only thus, by actually forsaking Jesus, could the full price of our redemption be
paid. To be forsaken of God is undoubtedly to taste his wrath. Jesus endured the full
penalty for our sins when God turned from him for three hours while Jesus hung on the
cross. During those hours the penalty was paid to the uttermost farthing; and after that
had been done, God again turned to Jesus.” [= hanya dengan demikian, dengan Yesus
betul-betul ditinggalkan, barulah harga penuh dari penebusan kita dibayar.
Ditinggalkan oleh Allah tak diragukan berarti merasakan murkaNya. Yesus
menanggung hukuman penuh untuk dosa-dosa kita pada waktu Allah berbalik dariNya
selama 3 jam pada waktu Yesus tergantung pada kayu salib. Selama jam-jam itu
hukuman dibayar sampai sen yang terakhir; dan setelah hal itu telah dilakukan, Allah
berbalik kepada Yesus lagi.] - hal 1120.

Pulpit Commentary: “He was ‘left’ that he might bear man’s sins in their full and
crushing weight, and by bearing save.” [= Ia ‘ditinggalkan’ supaya Ia bisa menanggung
dosa-dosa manusia dalam beratnya yang penuh dan menghancurkan, dan dengan
menanggungnya, Ia menyelamatkan.] - hal 593.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka
penebusanNya mempunyai kuasa yang tak terbatas!
Catatan: ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan
Terbatas], karena yang di sini dibicarakan adalah kuasa penebusan, dan itu
memang tak terbatas. Sedangkan dalam doktrin Limited Atonement [= Penebusan
Terbatas] itu yang dianggap terbatas adalah design / tujuan dari penebusan itu.

3) Sedih, tetapi tetap beriman.

a) Kesedihan.
Kata ‘mengapa’ dalam ay 46 ini tidak menunjukkan bahwa Kristus betul-betul tidak tahu
apa sebabnya Ia ditinggalkan oleh BapaNya, tetapi hanya merupakan ungkapan
kesedihan karena Ia ditinggal oleh BapaNya.
Dalam hal ini menurut saya Lenski memberikan penafsiran yang saya anggap salah.
Lenski: “The matter that is hidden from Jesus in this fearful ordeal is the object God has in
forsaking Jesus. ... We need not be surprised to hear from Jesus himself that this purpose was
hidden from him; for in his humiliation other things, too, were kept from him (24:36).” [= Hal
yang tersembunyi dari Yesus dalam siksaan yang menakutkan ini adalah tujuan Allah
dalam meninggalkan Yesus. ... Kita tidak perlu heran mendengar dari Yesus sendiri
bahwa tujuan ini disembunyikan dari Dia; karena dalam perendahanNya hal-hal lain juga
ditahan dari Dia (24:36).] - hal 1120.

Saya berpendapat ini tak bisa disamakan dengan Mat 24:36 (tentang Yesus tak tahu
hari Tuhan), karena dalam hal ini Yesus tahu tujuan kedatanganNya ke dalam dunia
(bdk. Yoh 12:27). Di taman Getsemani Ia sangat takut, dan yang Ia takuti jelas adalah
hal ini. Jadi, kata ‘mengapa’ di sini bukan merupakan wujud dari ketidak-tahuan, tetapi
merupakan suatu ungkapan kesedihan.

b) Iman.
Kata ‘AllahKu’ yang diulang sampai 2 x, menunjukkan bahwa dalam kesedihan yang
terdalam itu, Ia tetap beriman dan berpegang kepada BapaNya.

Calvin: “it should be marked, that Christ, although subject to human passions and affections,
never fell into sin through the weakness of the flesh; for the perfection of his nature preserved
him from all excess.” [= harus diperhatikan bahwa Kristus, sekalipun tunduk pada
penderitaan dan perasaan manusia, tidak pernah jatuh ke dalam dosa karena kelemahan
daging; karena kesempurnaan dari hakekatNya menjagaNya dari semua yang
berlebihan.].

Arthur W. Pink: “It was a cry of distress but not of distrust. God had withdrawn from Him,
but mark how His soul still cleaves to God.” [= Itu merupakan suatu teriakan kesedihan
tetapi bukan ketidak-percayaan. Allah telah meninggalkanNya tetapi perhatikan
bagaimana jiwaNya tetap berpaut / berpegang erat-erat kepada Allah.] - ‘The Seven
Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 75.

c) Ini merupakan teladan bagi kita.


Arthur W. Pink: “O what an example has the Saviour left His people! It is comparatively easy
to trust God while the sun is shining, the test comes when all is dark. But a faith that does not
rest on God in adversity as well as in prosperity is not the faith of God’s elect: ... Fellow-
Christian, all may be dark with thee, you may no longer behold the light of God’s
countenance. Providence seems to frown upon you, notwithstanding, say still ‘Eli, Eli, My
God, My God.’” [= Ini betul-betul merupakan suatu teladan yang telah ditinggalkan oleh
sang Juruselamat bagi umatNya! Merupakan sesuatu yang relatif mudah untuk
mempercayai Allah pada waktu matahari bersinar; ujian datang pada waktu semua gelap.
Tetapi iman yang tidak bersandar kepada Allah dalam kesengsaraan maupun
kemakmuran bukanlah iman dari orang-orang pilihan Allah: ... Rekan-rekan Kristen,
semua mungkin gelap dengan engkau, engkau mungkin tidak lagi melihat terang dari
wajah Allah. Providensia kelihatannya merengut kepadamu, tetapi tetaplah berkata: ‘Eli,
Eli, Allahku, Allahku’.] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 76-77.

4) Ini merupakan penderitaan terberat bagi Yesus.


Matthew Henry: “that Christ’s being forsaken of his Father was the most grievous of his
sufferings, and that which he complained most of. Here he laid the most doleful accents; he did
not say, ‘Why am I scourged? And why spit upon? And why nailed to the cross?’ Nor did he say
to his disciples, when they turned their back upon him, ‘Why have ye forsaken me?’ But when his
Father stood at a distance, he cried out thus;” [= bahwa Kristus ditinggal oleh BapaNya
merupakan penderitaanNya yang paling menyedihkan, dan yang paling Ia keluhkan. Di sini Ia
memberikan aksenNya yang paling muram; Ia tidak berkata: ‘Mengapa Aku disesah /
dicambuki? Dan mengapa Aku diludahi? Dan mengapa Aku dipakukan pada kayu salib?’
Juga Ia tidak berkata kepada murid-muridNya, pada waktu mereka meninggalkanNya,
‘Mengapa kalian meninggalkan Aku?’. Tetapi pada waktu BapaNya meninggalkanNya, Ia
berteriak seperti itu;].

Ini merupakan penderitaan yang terberat, karena:

a) Ini merupakan penderitaan rohani.


Setiap orang yang pernah mengalami penderitaan rohani tahu bahwa penderitaan
rohani lebih berat dari penderitaan jasmani.

b) Yesus selalu dekat dengan BapaNya, tetapi sekarang harus terpisah.


1. Orang yang berdosa / orang dunia memang tidak peduli kalau dirinya tidak
mempunyai hubungan dengan Allah. Tetapi kalau orang itu adalah orang kristen,
makin rohani orang itu, makin akan merasa berat kalau menjauh dari Bapa. Apalagi
Yesus!
2. Makin dua orang saling mengasihi, makin berat dan menyakitkan kalau terjadi
perpisahan. Dan tidak ada dua pribadi manapun yang kedekatannya seperti Yesus
dengan Bapa!

c) Yesus ditinggal justru di puncak penderitaanNya, yaitu pada saat Ia sedang menderita
di atas kayu salib. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
1. Pada saat-saat lain, Yesus selalu merasakan kehadiran BapaNya.
2. Biasanya orang-orang yang hampir mati syahid selalu merasakan kehadiran Allah.
Contoh: Stephanus dalam Kis 7:56 - “Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit
terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’”.
Tetapi pada saat Yesus menderita secara luar biasa dan mau mati, Ia justru ditinggal
oleh Allah!

Matthew Henry: “When his soul was first troubled, he had a voice from heaven to comfort
him (Jn. 12:27-28); when he was in his agony in the garden, there appeared an angel from
heaven strengthening him; but now he had neither the one nor the other. God hid his face
from him, and for awhile withdrew his rod and staff in the darksome valley.” [= Pada waktu
jiwaNya susah, Ia mendapatkan suara dari surga untuk menghiburNya (Yoh 12:27-28);
pada waktu Ia ada dalam penderitaanNya di taman (Getsemani), di sana muncul seorang
malaikat dari surga untuk menguatkanNya; tetapi sekarang Ia tidak mendapatkan yang
manapun dari keduanya. Allah menyembunyikan wajahNya dariNya, dan untuk
sementara menarik tongkat dan gadaNya dalam lembah kegelapan.].

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:


a. Yoh 12:27-28 - “(27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan?
Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari sorga:
‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’”.
b. Luk 22:41-43 - “(41) Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar
batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: (42) ‘Ya BapaKu, jikalau Engkau
mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan
kehendakMulah yang terjadi.’ (43) Maka seorang malaikat dari langit menampakkan
diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya.”.

Karena itu, jelas bahwa pada waktu Yesus mengalami ketakutan di taman Getsemani,
sebetulnya bukan penderitaan fisik (cambuk, salib), penghinaan, keadaan ditinggal /
dikhianati oleh murid-muridNya dsb yang Ia takuti, tetapi peristiwa inilah yang Ia takuti.

5) Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan,
cambukan, penyaliban yang Ia terima?

Jawabnya: tidak cukup, karena:

a) Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan
jasmani maupun rohani.
b) Karena dosa memisahkan Allah dan manusia.
Kej 3:23-24 - “(23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia
mengusahakan tanah dari mana ia diambil. (24) Ia menghalau manusia itu dan di sebelah
timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-
nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”.
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk
menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi
yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang
membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah
segala dosamu.”.
Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah
dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan
dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Arthur W. Pink: “Sin excludes from God’s presence. That was the great lesson taught Israel.
Jehovah’s throne was in their midst, yet was it not accessible. He abode between the cherubim
in the holy of holies and into it none might come, saving the high priest, and he but one day in
the year bearing blood with him. The Veil which hung both in the tabernacle and in the
temple, barring access to the throne of God, witnessed to the solemn fact that sin separates
from Him.” [= Dosa menjauhkan dari kehadiran Allah. Itu merupakan pelajaran yang
besar yang dipelajari oleh Israel. Takhta Yehovah ada di tengah-tengah mereka, tetapi tak
bisa dimasuki. Ia tinggal di antara kerub-kerub dalam Ruang Maha Suci, dan ke
dalamnya tak seorangpun boleh datang, kecuali imam besar, dan iapun hanya satu hari
dalam satu tahun membawa darah dengannya. Tirai yang tergantung baik dalam Kemah
Suci maupun dalam Bait Allah, menghalangi jalan masuk ke takhta Allah, memberikan
kesaksian pada fakta yang keramat / kudus bahwa dosa memisahkan dari Dia.] - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 69.

Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami
keterpisahan itu. Keterpisahan dengan Bapa ini menyebabkan terjadinya hal-hal yang
bertentangan dengan biasanya.

Arthur W. Pink: “The forsaking of the Redeemer by God was a solemn fact, ... Our Saviour’s
position on the Cross was absolutely unique. This may readily be seen by contrasting His own
words spoken during His public ministry with those uttered on the Cross itself. Formerly He
said, ‘And I knew that Thou hearest Me always’ (John 11:42); now He cries, ‘O My God, I
cry in the day time, but Thou hearest not’ (Psa. 22:2)! Formerly He said, ‘And He that sent
Me is with Me; the Father hath not left Me alone’ (John 8:29); now He cries, ‘My God, My
God, why hast thou forsaken Me?’” [= Tindakan meninggalkan oleh Allah terhadap sang
Penebus merupakan suatu fakta yang keramat / kudus, ... Posisi sang Juruselamat pada
kayu salib adalah unik secara mutlak. Ini bisa dengan mudah terlihat dengan
mengkontraskan kata-kataNya sendiri dalam sepanjang pelayanan umumNya dengan
kata-kataNya yang diucapkan pada kayu salib itu. Dahulu Ia berkata, ‘Aku tahu, bahwa
Engkau selalu mendengarkan Aku’ (Yoh 11:42); sekarang Ia berteriak, ‘Allahku, aku
berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab’ (Maz 22:3)! Dahulu Ia
berkata, ‘Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku
sendiri’ (Yoh 8:29); sekarang Ia berteriak, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?’] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 75.
Catatan: sebetulnya Maz 22:3 tidak diucapkan oleh Yesus di kayu salib.

6) Ini merupakan peristiwa yang menunjukkan keadilan dan kesucian Allah secara paling
menyolok.

Arthur W. Pink: “Not all the thunderbolts of Divine judgment which were let loose in Old
Testament times, not all the vials of wrath which shall yet be poured forth on an apostate
Christendom during the unparalleled horrors of the Great Tribulation, not all the weeping and
wailing and gnashing of teeth of the damned in the Lake of Fire ever gave, or ever will give such
a demonstration of God’s inflexible justice and ineffable holiness, of His infinite hatred of sin, as
did the wrath of God which flamed against His own Son on the Cross. ... This, then, is the true
explanation of Calvary. God’s holy character could not do less than judge sin even though it be
found on Christ Himself. At the Cross then God’s justice was satisfied and His holiness
vindicated.” [= Semua petir dari penghakiman ilahi yang dilepaskan dalam jaman Perjanjian
Lama, semua botol kemurkaan yang akan dicurahkan pada orang-orang kristen yang murtad
dalam sepanjang kengerian yang tak ada bandingannya dari Masa Kesukaran Besar, semua
tangisan dan ratapan dan kertakan gigi dari orang-orang terkutuk dalam lautan api, tidak
pernah memberikan, atau tidak akan memberikan, demonstrasi seperti itu dari keadilan yang
kaku dan kekudusan / kesucian yang tak terlukiskan, dari kebencianNya yang tak terhingga
terhadap dosa, seperti yang dilakukan oleh kemurkaan Allah yang menyala terhadap
AnakNya sendiri di kayu salib. ... Maka, inilah penjelasan yang sebenarnya dari Kalvari.
Karakter yang kudus / suci dari Allah tidak bisa melakukan kurang dari menghakimi dosa,
sekalipun itu ditemukan pada diri Kristus sendiri. Maka pada salib keadilan Allah dipuaskan
dan kekudusan / kesucianNya dipertahankan.] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the
Cross’, hal 72-73.

7) Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka:

a) Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan dengan Allah, akan
diperdamaikan dengan Allah kalau ia percaya kepada Yesus.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera
dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”.

2Kor 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian
itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-
akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami
meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah.”.

Ef 2:13-19 - “(13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’,
sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang
telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum
Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi
satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16)
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai
sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18)
karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19)
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,”.

Penerapan: sudahkah saudara mempunyai hubungan atau berdamai dengan Allah?


Ingatlah bahwa sebaik apapun saudara hidup, dan agama apapun yang saudara anut,
kalau saudara belum datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara, maka saudara adalah musuh Allah! Datanglah dan percayalah
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka saudara akan
diperdamaikan dengan Allah!

b) Orang kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak bisa lagi mengalami
keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini maupun di dalam kekekalan.
C. H. Spurgeon: “the only solution of the mystery is this, Jesus Christ was forsaken of God
because we deserved to be forsaken of God. He was there, on the cross, in our room, and
place, and stead; and as the sinner, by reason of his sin, deserves not to enjoy the favour of
God, so Jesus Christ, standing in the place of the sinner, and enduring that which would
vindicate the justice of God, had to come under the cloud, as the sinner must have come, if
Christ had not taken his place. But, then, since he has come under it, let us recollect that he
was thus left of God that you and I, who believe in him, might never be left of God. Since he,
for a little while, was separated from his Father, we may boldly cry, ‘Who shall separate us
from the love of Christ?’ (Rom 8:35) and, with the apostle Paul, we may confidently affirm
that nothing in the whole universe ‘shall be able to separate us from the love of God, which is
in Christ Jesus our Lord’ (Rom 8:39).” [= satu-satunya solusi dari misteri ini adalah ini,
Yesus Kristus ditinggalkan oleh Allah karena kita layak ditinggalkan oleh Allah. Ia ada di
sana, di kayu salib, di tempat / kedudukan kita; dan karena orang berdosa, karena
dosanya, layak untuk tidak menikmati kebaikan Allah, maka Yesus Kristus, berdiri di
tempat dari orang berdosa, dan menanggung apa yang mempertahankan keadilan Allah,
harus datang di bawah awan, sebagaimana orang berdosa harus datang seandainya
Kristus tidak mengambil tempatnya. Tetapi, karena Ia telah datang di bawahnya,
hendaklah kita mengingat kembali bahwa Ia ditinggalkan seperti itu oleh Allah supaya
engkau dan aku, yang percaya kepadaNya, tidak pernah ditinggalkan oleh Allah. Karena
Ia, untuk waktu yang singkat, terpisah dari BapaNya, kita bisa dengan berani berteriak,
‘Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?’ (Ro 8:35) dan, bersama dengan
rasul Paulus, kita bisa dengan yakin menegaskan bahwa tidak ada apapun di seluruh alam
semesta ‘akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita’ (Ro 8:39).] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 4, hal 321.

Bdk. Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan
engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini:

1. Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh Kudus, dan kalau ia
bertobat ia harus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam dirinya lagi.
Ini jelas adalah ajaran yang salah! Kita bisa merasa ditinggal oleh Allah, tetapi tidak
bisa betul-betul ditinggal oleh Allah, karena Yesus sudah mengalami hal itu untuk
kita!

2. Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti bahwa ia terpisah dari
Allah dalam kekekalan. Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah, karena kita
tak mungkin mengalami keterpisahan dari Allah karena hal ini sudah dialami oleh
Yesus bagi kita!

Arthur W. Pink: “Here then is the basis of our Salvation. Our sins have been borne. God’s claims
against us have been fully met. Christ was forsaken of God for a season that we might enjoy His
presence for ever.” [= Maka inilah dasar dari Keselamatan kita. Dosa-dosa kita telah
ditanggung / dipikul. Tuntutan Allah terhadap kita telah dipenuhi sepenuhnya. Kristus
ditinggalkan oleh Allah untuk sementara supaya kita bisa menikmati kehadiranNya selama-
lamanya.] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 80.

8) Kata-kata Kristus ini juga menunjukkan nasib dari orang-orang yang tidak percaya sampai
akhir.

Arthur W. Pink: “The cry of the Saviour’s foretells the final condition of every lost soul -
forsaken of God! ... this Cry of Christ’s witnesses to God’s hatred of sin. Because He is holy and
just, God must judge sin wherever it is found. If then God spared not the Lord Jesus when sin was
found on Him, what possible hope is there, unsaved reader, that He will spare thee when thou
standest before Him at the great white throne with sin upon thee? If God poured out His wrath on
Christ while He hung as Surety for His people, be assured that He will most certainly pour out
His wrath on you if you die in your sins. ... God ‘spared not’ His own Son when He took the
sinner’s place, nor will He spare him who rejects the Saviour. Christ was separated from God for
three hours, and if you finally reject Him as your Saviour you will be separated from God for ever
-” [= Teriakan dari sang Juruselamat meramalkan keadaan akhir dari setiap jiwa yang
terhilang - ditinggalkan oleh Allah! ... Teriakan dari Kristus ini memberi kesaksian tentang
kebencian Allah terhadap dosa. Karena Ia kudus / suci dan benar, Allah harus menghakimi
dosa dimanapun itu ditemukan. Karena itu, kalau Allah tidak menyayangkan Tuhan Yesus
pada waktu dosa ditemukan pada Dia, kemungkinan pengharapan apa yang ada di sana,
pembaca yang belum diselamatkan, bahwa Ia akan menyayangkan engkau pada waktu
engkau berdiri di hadapanNya pada takhta putih dan besar dengan dosa padamu? Jika Allah
mencurahkan kemurkaanNya kepada Kristus pada waktu Ia tergantung sebagai Jaminan /
Penanggung bagi umatNya, yakinlah bahwa Ia pasti akan mencurahkan murkaNya kepadamu
jika engkau mati dalam dosa-dosamu. ... Allah ‘tidak menyayangkan’ AnakNya sendiri pada
waktu Ia mengambil tempat dari orang berdosa, dan Ia juga tidak akan menyayangkan dia
yang menolak sang Juruselamat. Kristus dipisahkan dari Allah selama 3 jam, dan jika engkau
akhirnya menolak Dia sebagai Juruselamatmu, engkau akan dipisahkan dari Allah untuk
selama-lamanya -] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 82,83,84.

Bdk. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya,


dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

-o0o-
LCD
KALIMAT KEEMPAT

MATIUS 27:46 & MARKUS 15:34


Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara


nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

1) Ini merupakan penggenapan dari Maz 22:2a.


Maz 22:2a - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
aku?”.

a) Dalam Maz 22:2, kata-kata ini berlaku untuk diri Daud sendiri.

b) Yesus mengutip kata-kata ini pada saat Ia berada di kayu


salib, dan karena itu jelaslah bahwa kata-kata ini juga
merupakan suatu nubuat tentang Dia.

Maz 22:1-19 - “(1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa


di kala fajar. Mazmur Daud. (2) Allahku, Allahku, mengapa
Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap
jauh dan tidak menolong aku. (3) Allahku, aku berseru-seru
pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada
waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. (4) Padahal
Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian
orang Israel. (5) KepadaMu nenek moyang kami percaya;
mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. (6)
KepadaMu mereka berseru-seru, dan mereka terluput;
kepadaMu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
(7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia,
dihina oleh orang banyak. (8) Semua yang melihat aku
mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya,
menggelengkan kepalanya: (9) ‘Ia menyerah kepada TUHAN;
biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang
melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?’ (10) Ya,
Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang
membuat aku aman pada dada ibuku. (11) KepadaMu aku
diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku
Engkaulah Allahku. (12) Janganlah jauh dari padaku, sebab
kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. (13)
Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari
Basan mengepung aku; (14) mereka mengangakan mulutnya
terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. (15)
Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari
sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam
dadaku; (16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat
pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan
aku. (17) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan
penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
(18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton,
mereka memandangi aku. (19) Mereka membagi-bagi
pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas
jubahku.”.

Calvin: Singkatnya, tidak ada keraguan bahwa Kristus, dalam


mengucapkan seruan ini di kayu salib, dengan nyata
menunjukkan, bahwa sekalipun Daud di sini meratapi
penderitaannya sendiri, mazmur ini disusun di bawah pengaruh
dari Roh nubuatan mengenai Raja dan Tuhan dari Daud.

Lenski: Kata-kata dari teriakan ini ditemukan dalam Maz 22:2,


sekalipun baik Matius maupun Markus tidak menyebutkan
fakta ini. ... Daud tidak berbicara tentang dirinya sebagai suatu
type, dan Yesus sebagai anti-typenya; Daud secara bernubuat
menggambarkan Mesias yang menderita. ... Hanya Roh
nubuatan yang maha tahu yang bisa menaruh di kepala dari
mazmur ini teriakan penderitaan yang paling hebat pada kayu
salib. Karena bukan karena fakta bahwa Daud menulis kalimat
ini maka Kristus membuatnya sebagai teriakanNya pada kayu
salib, tetapi karena Kristus akan berteriak seperti itu maka
Daud menuliskannya sebagai seorang nabi.

c) Ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa mungkin di


kayu salib itu Yesus bukan hanya mengucapkan Maz 22:2
tetapi seluruh Maz 22. Tetapi Lenski membantah teori /
kemungkinan seperti itu, dan saya setuju dengan dia.
Lenski: Gagasan-gagasan bahwa Kristus mengucapkan dengan
keras seluruh mazmur, mungkin juga mazmur-mazmur
setelahnya, atau bahwa Ia mengucapkan dengan keras hanya
kalimat / baris pertama dan dengan diam-diam mengucapkan
sisanya, tidak mempunyai dukungan dan menghancurkan
kekuatan dari teriakan Kristus.

d) Perbedaan antara Maz 22:2, Mat 27:46 dan Mark 15:34.

Maz 22:2 - ‘Eli, Eli, lama azavtani?’ - seluruhnya dalam


bahasa Ibrani.

Mat 27:46 - ‘Eli, Eli (Ibrani), lama sabakhtani (Aramaic)?’

Mark 15:34 - ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’ - seluruhnya dalam


bahasa Aramaic.

Barnes’ Notes: ‘Eli, Eli ...’. Bahasa ini bukanlah Ibrani murni
ataupun Aramaic / Syria murni, tetapi suatu percampuran dari
keduanya, biasanya disebut ‘Syro-Chaldaic’. Ini mungkin
merupakan bahasa yang biasanya digunakan oleh sang
Juruselamat. Kata-kata itu diambil dari Maz 22:2.

Lenski: Matius, seperti Markus, telah memelihara kata-kata


dari teriakan itu dalam bahasa aslinya: ‘ELI, ELI (Ibrani),
LAMA SABAKHTANI’ (Aramaic / Syria). Markus menuliskan
‘ELOI’, bentuk Aramaic / Syrianya dan bukan bentuk
Ibraninya; ia mengabaikan bentuk Ibrani yang digunakan oleh
Yesus.

2) Ada beberapa penafsiran tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami


keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan
itu hanyalah:
1. Perasaan Yesus saja (bahasa jawa: Yesus kroso-krosoen),
atau,
2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau demikian Yesus
tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena
keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa!

Calvin: karena Ia menjadi wakil kita, dan mengambil pada


diriNya dosa-dosa kita, maka pastilah merupakan sesuatu yang
perlu bahwa Ia tampil di hadapan takhta pengadilan Allah
sebagai / seperti seorang berdosa. ... di hadapan mataNya ada
kutukan dari Allah, terhadap mana semua orang yang adalah
orang-orang berdosa terbuka.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.


Dasar: Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Luk 23:34,46 (kalimat pertama dan terakhir) Yesus


tetap menyebut ‘Bapa’.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia,


yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak
Allah itu. Seandainya terjadi perpisahan antara Allah Anak
dan manusia Yesus, maka yang tertinggal di atas kayu
salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin,
karena hakekat manusia tidak bisa berada sendirian!

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja,


maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai
kuasa yang tidak terbatas!

Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan


dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti
nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan
nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Psalm 49:7-8 (NIV): “(7) No man can redeem the life of
another or give to God a ransom for him - (8) the ransom
for a life is costly, no payment is ever enough” [= (7) Tak
seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain atau
memberikan kepada Allah tebusan untuk dia - (8) tebusan
untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran
yang bisa mencukupi].
Adam Clarke: Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian
sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat
manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul
hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa
mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena
itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tak
terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa
dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian
dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu
dihancurkan.

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.

Wycliffe Bible Commentary: Makna sepenuhnya dari teriakan


ini tidak bisa dimengerti. Tetapi pastilah bahwa dasarnya tidak
terletak terutama pada penderitaan fisikNya, tetapi pada fakta
bahwa untuk sementara waktu Yesus dibuat menjadi dosa
untuk kita (2Kor 5:21); dan dalam membayar hukuman sebagai
pengganti orang berdosa, Ia dikutuk oleh Allah (Gal 3:13).
Allah sebagai Bapa tidak meninggalkan Dia (Luk 23:46); tetapi
Allah sebagai Hakim harus terpisah dari Dia jika Ia mau
mengalami kematian rohani di tempat dari manusia berdosa.

Lenski: Gagasan bahwa penderitaan fisik atau batin dari Yesus


membimbingNya pada teriakan ini tidak memuaskan, karena
manusia telah sering mengalami penderitaan dalam kedua hal
itu tetapi telah merasakan penghiburan batin yang dalam di
dalam fakta bahwa Allah ada bersama dengan mereka. Juga
tindakan meninggalkan yang Yesus keluhkan bukan hanya
suatu tindakan meninggalkan pada kuasa jahat dari musuh-
musuhNya; karena ini secara tidak langsung menunjukkan
bahwa Yesus mempunyai gagasan yang begitu rendah tentang
Allah dan tentang persekutuan denganNya sehingga Ia merasa
kedekatanNya hanya dalam hari-hari yang mujur, dan
kehilangan perasaan itu pada waktu musuh-musuhNya
kelihatannya menang atasNya. Juga, teriakan ini tidak
diucapkan hanya oleh hakekat manusiaNya, seakan-akan
hakekat manusiaNya dipisahkan dari hakekat ilahiNya dan
ditinggalkan untuk berdiri sendiri dalam 3 jam penderitaan
dalam kegelapan ini. Demikianlah Nestorianisme salah mengerti
tentang penderitaan yang diderita di kayu salib. Yesus tidak
meratap karena hakekat ilahi atau kuasa ilahi telah
meninggalkanNya, tetapi karena seorang pribadi lain
(‘Engkau’) telah meninggalkanNya.

Lenski: Beberapa orang menduga bahwa pada waktu Yesus


mengucapkan teriakan ini, Ia benar-benar merasakan
kematian, dan bahwa inilah yang ada dalam pikiranNya pada
waktu Ia berkata bahwa Ia ditinggalkan oleh Allah. Tetapi
Yesus baru betul-betul mati belakangan, dan dalam
kematianNya yang sungguh-sungguh ini Ia tidak ditinggalkan
oleh Allah, karena Ia mempercayakan / menyerahkan jiwaNya
ke dalam tangan BapaNya. ... ‘Keadaan ditinggalkan’ ini sering
digabungkan / disatukan dengan ‘kematian’Nya, tetapi
keduanya berbeda. ‘Keadaan ditinggalkan’ itu telah selesai
sebelum ‘kematian’ tiba. Pada waktu Yesus mati Ia
menempatkan jiwaNya ke dalam tangan BapaNya dan dengan
demikian jelas Ia tidak ditinggalkan. Tetapi sekalipun kedua
hal itu berbeda, ‘keadaan ditinggalkan’ dan ‘kematian’
berhubungan dekat. ‘Kematian’ adalah hukuman untuk dosa-
dosa dunia, dan karena itu dalam hubungan dengannya
‘keadaan ditinggalkan’ dari sang Juruselamat yang sedang
sekarat itu diperlukan. Setelah ini ditanggung, Yesus bisa
berteriak, ‘Sudah selesai!’ dan lalu menyerahkan jiwaNya ke
dalam tangan BapaNya.] - hal 1118,1120-1121.

Lenski: Kita harus memperhatikan perbedaan antara


pengalaman Yesus di Getsemani dan di Golgota. Dalam taman
(Getsemani), Yesus mempunyai Allah yang mendengarNya dan
menguatkanNya; di kayu salib, Allah ini sepenuhnya berbalik
dari Dia. Selama 3 jam yang gelap itu Yesus dibuat menjadi
dosa untuk kita (2Kor 5:21), dibuat menjadi kutuk untuk kita
(Gal 3:13), dan karena itu Allah berbalik sepenuhnya dari
Dia. ... Dengan kekuatanNya dalam keadaan sekarat itu Ia
berteriak kepada Allah dan sekarang tidak lagi melihat sang
Bapa dalam diriNya, karena suatu tembok pemisah telah
muncul di antara Bapa dan Anak, yaitu dosa dunia dan
kutuknya pada waktu keduanya sekarang terletak pada diri
Anak.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya


menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.”.
Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum
Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Lenski: Apa yang tercakup dalam fakta bahwa Allah


meninggalkan Yesus selama 3 jam yang mengerikan itu tak
seorangpun bisa sungguh-sungguh mengertinya. Hal terdekat
yang bisa kita harapkan untuk datang menembus misteri ini
adalah menganggap Yesus sebagai ditutupi dengan dosa-dosa
dunia dan kutuk, dan bahwa pada waktu Allah melihat Yesus
dalam keadaan seperti itu, Ia berbalik dariNya. Anak Allah
memikul dosa kita dan kutuknya dalam hakekat manusiaNya,
hakekat ini ditopang oleh hakekat ilahi.

Keberatan terhadap pandangan ini: terjadi perpisahan dalam


diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita


mengerti sepenuhnya.

Word Biblical Commentary: Yesus sebagai korban pemikul


dosa (bdk. 1:21; 20:28; 26:28) harus menanggung keadaan
ditinggalkan secara sementara oleh BapaNya, yaitu
keterpisahan dari Allah. ... adalah mustahil untuk menilai
apa artinya hal ini bagi Yesus. Ini merupakan salah satu
misteri yang paling tak bisa dimasuki / dimengerti dalam
seluruh cerita Injil.

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat


lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada
di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi
karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha
ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan
hubungan / persekutuan saja.

Memang hancurnya hubungan / persekutuan antara Allah


dan manusia merupakan hukuman dosa, dan hukuman inilah
yang dipikul oleh Kristus!

Bagusnya pandangan ini:


a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

Lenski: hanya dengan demikian, dengan Yesus betul-betul


ditinggalkan, barulah harga penuh dari penebusan kita
dibayar. Ditinggalkan oleh Allah tak diragukan berarti
merasakan murkaNya. Yesus menanggung hukuman penuh
untuk dosa-dosa kita pada waktu Allah berbalik dariNya
selama 3 jam pada waktu Yesus tergantung pada kayu salib.
Selama jam-jam itu hukuman dibayar sampai sen yang
terakhir; dan setelah hal itu telah dilakukan, Allah berbalik
kepada Yesus lagi.

Pulpit Commentary: Ia ‘ditinggalkan’ supaya Ia bisa


menanggung dosa-dosa manusia dalam beratnya yang penuh
dan menghancurkan, dan dengan menanggungnya, Ia
menyelamatkan.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah


dan manusia, maka penebusanNya mempunyai kuasa
yang tak terbatas!

3) Sedih, tetapi tetap beriman.

a) Kesedihan.

Lenski: Hal yang tersembunyi dari Yesus dalam siksaan yang


menakutkan ini adalah tujuan Allah dalam meninggalkan
Yesus. ... Kita tidak perlu heran mendengar dari Yesus sendiri
bahwa tujuan ini disembunyikan dari Dia; karena dalam
perendahanNya hal-hal lain juga ditahan dari Dia (24:36).

b) Iman.

Calvin: harus diperhatikan bahwa Kristus, sekalipun tunduk


pada penderitaan dan perasaan manusia, tidak pernah jatuh ke
dalam dosa karena kelemahan daging; karena kesempurnaan
dari hakekatNya menjagaNya dari semua yang berlebihan.

Arthur W. Pink: Itu merupakan suatu teriakan kesedihan tetapi


bukan ketidak-percayaan. Allah telah meninggalkanNya tetapi
perhatikan bagaimana jiwaNya tetap berpaut / berpegang erat-
erat kepada Allah.

c) Ini merupakan teladan bagi kita.


Arthur W. Pink: Ini betul-betul merupakan suatu teladan yang
telah ditinggalkan oleh sang Juruselamat bagi umatNya!
Merupakan sesuatu yang relatif mudah untuk mempercayai
Allah pada waktu matahari bersinar; ujian datang pada waktu
semua gelap. Tetapi iman yang tidak bersandar kepada Allah
dalam kesengsaraan maupun kemakmuran bukanlah iman dari
orang-orang pilihan Allah: ... Rekan-rekan Kristen, semua
mungkin gelap dengan engkau, engkau mungkin tidak lagi
melihat terang dari wajah Allah. Providensia kelihatannya
merengut kepadamu, tetapi tetaplah berkata: ‘Eli, Eli, Allahku,
Allahku’.

4) Ini merupakan penderitaan terberat bagi Yesus

Matthew Henry: bahwa Kristus ditinggal oleh BapaNya


merupakan penderitaanNya yang paling menyedihkan, dan yang
paling Ia keluhkan. Di sini Ia memberikan aksenNya yang paling
muram; Ia tidak berkata: ‘Mengapa Aku disesah / dicambuki?
Dan mengapa Aku diludahi? Dan mengapa Aku dipakukan pada
kayu salib?’ Juga Ia tidak berkata kepada murid-muridNya, pada
waktu mereka meninggalkanNya, ‘Mengapa kalian meninggalkan
Aku?’. Tetapi pada waktu BapaNya meninggalkanNya, Ia
berteriak seperti itu;

Ini merupakan penderitaan yang terberat, karena:

a) Ini merupakan penderitaan rohani.

b) Yesus selalu dekat dengan BapaNya, tetapi sekarang harus


terpisah.

1. Orang yang berdosa / orang dunia memang tidak peduli


kalau dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Allah.

2. Makin dua orang saling mengasihi, makin berat dan


menyakitkan kalau terjadi perpisahan.
c) Yesus ditinggal justru di puncak penderitaanNya, yaitu pada
saat Ia sedang menderita di atas kayu salib. Ada 2 hal yang
perlu diperhatikan:

1. Pada saat-saat lain, Yesus selalu merasakan kehadiran


BapaNya.

2. Biasanya orang-orang yang hampir mati syahid selalu


merasakan kehadiran Allah.

Contoh: Stephanus dalam Kis 7:56 - “Lalu katanya:


‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia
berdiri di sebelah kanan Allah.’”.

Matthew Henry: Pada waktu jiwaNya susah, Ia mendapatkan


suara dari surga untuk menghiburNya (Yoh 12:27-28); pada
waktu Ia ada dalam penderitaanNya di taman (Getsemani), di
sana muncul seorang malaikat dari surga untuk
menguatkanNya; tetapi sekarang Ia tidak mendapatkan yang
manapun dari keduanya. Allah menyembunyikan wajahNya
dariNya, dan untuk sementara menarik tongkat dan gadaNya
dalam lembah kegelapan.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:


a. Yoh 12:27-28 - “(27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat
ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
(28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara
dari sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan
memuliakanNya lagi!’”.
b. Luk 22:41-43 - “(41) Kemudian Ia menjauhkan diri dari
mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut
dan berdoa, kataNya: (42) ‘Ya BapaKu, jikalau Engkau mau,
ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah
kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.’ (43)
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri
kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya.”.

5) Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah


penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima?

Jawabnya: tidak cukup, karena:


a) Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus
mengalami penderitaan jasmani maupun rohani.

b) Karena dosa memisahkan Allah dan manusia.

Kej 3:23-24 - “(23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari


taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia
diambil. (24) Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur
taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan
pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.”.

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang


panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak
kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,
dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di


sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-
orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah
sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan


selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatanNya,”.

Arthur W. Pink: Dosa menjauhkan dari kehadiran Allah. Itu


merupakan pelajaran yang besar yang dipelajari oleh Israel.
Takhta Yehovah ada di tengah-tengah mereka, tetapi tak bisa
dimasuki. Ia tinggal di antara kerub-kerub dalam Ruang Maha
Suci, dan ke dalamnya tak seorangpun boleh datang, kecuali
imam besar, dan iapun hanya satu hari dalam satu tahun
membawa darah dengannya. Tirai yang tergantung baik dalam
Kemah Suci maupun dalam Bait Allah, menghalangi jalan
masuk ke takhta Allah, memberikan kesaksian pada fakta yang
keramat / kudus bahwa dosa memisahkan dari Dia.] - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 69.
Arthur W. Pink: Tindakan meninggalkan oleh Allah terhadap
sang Penebus merupakan suatu fakta yang keramat / kudus, ...
Posisi sang Juruselamat pada kayu salib adalah unik secara
mutlak. Ini bisa dengan mudah terlihat dengan
mengkontraskan kata-kataNya sendiri dalam sepanjang
pelayanan umumNya dengan kata-kataNya yang diucapkan
pada kayu salib itu. Dahulu Ia berkata, ‘Aku tahu, bahwa
Engkau selalu mendengarkan Aku’ (Yoh 11:42); sekarang Ia
berteriak, ‘Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi
Engkau tidak menjawab’ (Maz 22:3)! Dahulu Ia berkata, ‘Dan
Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak
membiarkan Aku sendiri’ (Yoh 8:29); sekarang Ia berteriak,
‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’

6) Ini merupakan peristiwa yang menunjukkan keadilan dan


kesucian Allah secara paling menyolok.

Arthur W. Pink: Semua petir dari penghakiman ilahi yang


dilepaskan dalam jaman Perjanjian Lama, semua botol
kemurkaan yang akan dicurahkan pada orang-orang kristen yang
murtad dalam sepanjang kengerian yang tak ada bandingannya
dari Masa Kesukaran Besar, semua tangisan dan ratapan dan
kertakan gigi dari orang-orang terkutuk dalam lautan api, tidak
pernah memberikan, atau tidak akan memberikan, demonstrasi
seperti itu dari keadilan yang kaku dan kekudusan / kesucian yang
tak terlukiskan, dari kebencianNya yang tak terhingga terhadap
dosa, seperti yang dilakukan oleh kemurkaan Allah yang menyala
terhadap AnakNya sendiri di kayu salib. ... Maka, inilah
penjelasan yang sebenarnya dari Kalvari. Karakter yang kudus /
suci dari Allah tidak bisa melakukan kurang dari menghakimi
dosa, sekalipun itu ditemukan pada diri Kristus sendiri. Maka
pada salib keadilan Allah dipuaskan dan kekudusan / kesucianNya
dipertahankan.

7) Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka:

a) Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan


dengan Allah, akan diperdamaikan dengan Allah kalau ia
percaya kepada Yesus.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita
hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan
kita, Yesus Kristus.”.

2Kor 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan


perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya
dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan
pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-
utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia
yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Ef 2:13-19 - “(13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus


kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah
Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya
sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan
keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan
dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk
memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan
Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib
itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada
kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang
‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh
beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19) Demikianlah kamu
bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah,”.

b) Orang kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak


bisa lagi mengalami keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini
maupun di dalam kekekalan.

C. H. Spurgeon: satu-satunya solusi dari misteri ini adalah ini,


Yesus Kristus ditinggalkan oleh Allah karena kita layak
ditinggalkan oleh Allah. Ia ada di sana, di kayu salib, di
tempat / kedudukan kita; dan karena orang berdosa, karena
dosanya, layak untuk tidak menikmati kebaikan Allah, maka
Yesus Kristus, berdiri di tempat dari orang berdosa, dan
menanggung apa yang mempertahankan keadilan Allah, harus
datang di bawah awan, sebagaimana orang berdosa harus
datang seandainya Kristus tidak mengambil tempatnya. Tetapi,
karena Ia telah datang di bawahnya, hendaklah kita mengingat
kembali bahwa Ia ditinggalkan seperti itu oleh Allah supaya
engkau dan aku, yang percaya kepadaNya, tidak pernah
ditinggalkan oleh Allah. Karena Ia, untuk waktu yang singkat,
terpisah dari BapaNya, kita bisa dengan berani berteriak,
‘Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?’ (Ro
8:35) dan, bersama dengan rasul Paulus, kita bisa dengan yakin
menegaskan bahwa tidak ada apapun di seluruh alam semesta
‘akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita’ (Ro 8:39).

Bdk. Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-


kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak
akan meninggalkan engkau.’”.

Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini:

1. Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh


Kudus, dan kalau ia bertobat ia harus mengundang Yesus
untuk masuk ke dalam dirinya lagi.

Ini jelas adalah ajaran yang salah!

2. Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti


bahwa ia terpisah dari Allah dalam kekekalan.

Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah!

Arthur W. Pink: Maka inilah dasar dari Keselamatan kita. Dosa-


dosa kita telah ditanggung / dipikul. Tuntutan Allah terhadap kita
telah dipenuhi sepenuhnya. Kristus ditinggalkan oleh Allah untuk
sementara supaya kita bisa menikmati kehadiranNya selama-
lamanya.
8) Kata-kata Kristus ini juga menunjukkan nasib dari orang-orang
yang tidak percaya sampai akhir.

Arthur W. Pink: Teriakan dari sang Juruselamat meramalkan


keadaan akhir dari setiap jiwa yang terhilang - ditinggalkan oleh
Allah! ... Teriakan dari Kristus ini memberi kesaksian tentang
kebencian Allah terhadap dosa. Karena Ia kudus / suci dan benar,
Allah harus menghakimi dosa dimanapun itu ditemukan. Karena
itu, kalau Allah tidak menyayangkan Tuhan Yesus pada waktu
dosa ditemukan pada Dia, kemungkinan pengharapan apa yang
ada di sana, pembaca yang belum diselamatkan, bahwa Ia akan
menyayangkan engkau pada waktu engkau berdiri di hadapanNya
pada takhta putih dan besar dengan dosa padamu? Jika Allah
mencurahkan kemurkaanNya kepada Kristus pada waktu Ia
tergantung sebagai Jaminan / Penanggung bagi umatNya,
yakinlah bahwa Ia pasti akan mencurahkan murkaNya kepadamu
jika engkau mati dalam dosa-dosamu. ... Allah ‘tidak
menyayangkan’ AnakNya sendiri pada waktu Ia mengambil
tempat dari orang berdosa, dan Ia juga tidak akan menyayangkan
dia yang menolak sang Juruselamat. Kristus dipisahkan dari
Allah selama 3 jam, dan jika engkau akhirnya menolak Dia
sebagai Juruselamatmu, engkau akan dipisahkan dari Allah untuk
selama-lamanya -

Bdk. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman


kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan
dari kemuliaan kekuatanNya,”.

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai