Anda di halaman 1dari 4

Perumpamaan Balok dan Selumbar

Maitus 7:3-5
3
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu tidak engkau ketahui?
4
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan
selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
5
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat
dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
(Mat 7:3-5 ITB)
Tujuan perumpamaan
Perumpamaan ini digunakan oleh Tuhan Yesus ditengah kerangka besar
pengajarannya mulai pasal 5 sampai 7 atau yang sering kita kenal dengan Khotbah di bukit.
Ferguson mengusulkan bahwa tujuan besar dari rangkaian khotbah ini adalah untuk
mengajarkan kepada orang percaya cara hidup Kerajaan Sorga. 1 Dunia ini bukalah rumah
kita, cara hidup duniawi juga bukan milik kita. Di dalam konteks yang lebih dekat kita
melihat tujuan dari perumpamaan ini jelas muncul di ayat 1 yaitu agar orang percaya
memiliki cara hidup yang tidak cenderung menghakimi dengan cara yang keliru/ semena-
mena.
Latar belakang
Matius 7:3-5 merupakan rangkaian khotbah Tuhan Yesus di bukit. Beberapa teolog
menyepakati bahwa bagian ini tergolong ungkapan pepatah.2 Tampaknya pepatah yang
dipakai sebagai ilustrasi oleh Tuhan Yesus ini telah akrab dipendengaran orang Yahudi.
Memang pada masa itu para rabbi di Yahudi kerap menggunakan pepatah dalam
menyampaikan satu maksud pengajaran. Di dalam Alkitab Tuhan Yesus beberapa kali pernah
melakukan hal yang sama dalam menyampaikan ajaran-Nya (bdk Markus 4:23).
Pengajaran utama
Tuhan Yesus menggunakan pepatah yang sudah akrab di tengah orang Yahudi
sebagai ilustrasi untuk menegaskan maksudnya yang telah disampaikan pada ayat 1 supaya
jangan menghakimi dengan semena-mena. Kata κάρφος yang diterjemahkan “Selumbar”
dapat merujuk pada berbagai kepingan yang kecil, khususnya kepingan tongkat atau batang,
dalam arti kata ini merujuk kepada sesuatu yang kurang penting. Sedangkan δοκὸν dapat
berarti balok penyangga, balok utama khususnya di atap atau lantai rumah yang merujuk
kepada kayu yang tidak kecil.3 Selain dari pada kekontrasan ukuran, jarak kedua objek ini
juga menjadi sesuatu yang ironi. Bagaimana mungkin selumbar yang begitu kecil dan jauh di
sana tampak begitu jelas sementara balok yang besar yang dekat di depan mata tidak terlihat.
Ironi dalam Ilustrasi ini Tuhan pakai untuk menunjukkan kecenderungan kita dalam mencari
kelemahan dan kekurangan untuk orang lain. D.A Carson mengatakan bahwa orang semacam

1
Siclair B Ferguson, Khotbah di Bukit: (Surabaya: Momentum, 1999) 10.
2
DA Carson, “Matthew,” in The Expositor’s Bible Commentary, Vol 8: (Grand Rapids: Zondervan,
1984) 184.
3
H.S Jones and R. McKenzie, A Greek-English Lexicon dikutip dalam buku Leon Moris, Injil Matius
(Surabaya: Momentum, 2016) 173.
ini menyaksikan sendiri kesombongan dan ketidaksadarannya, bahwa ia sendiri sebenarnya
sedang menutup dirinya dari pengampunan Tuhan (band Mat 6:12, 14-15).4
Yang dikecam di dalam teks ini bukanlah tindakan menilai orang lain, melainkan
menilai dengan cara yang keliru. Bukan tindakannya yang sedang dipersoalkan, melainkan
cara tindakan itu dilakukan. Di ayat 5 Tuhan Yesus tidak melarang kita untuk mengambil
selumbar di mata orang lain. Hanya saja, kita harus melakukannya dengan cara yang benar,
yaitu dengan menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi pandangan kita.
Aplikasi
Kita perlu memerangi kecenderungan yang lebih peka dan jeli dalam mengenali
kesalahan orang lain dari pada kesalahan diri sendiri. Sewaktu kita telah memahami betapa
bobroknya diri kita, terutama di hadapan Allah yang mahakudus, kita tetap akan mampu
melihat kesalahan orang lain. Hanya saja, cara pandang kita pasti akan berbeda. Kita akan
memperlakukan dia sama seperti Allah telah memperlakukan kita. Penilaian kita akan
diwarnai dengan belas-kasihan, kelemah-lembutan, dan kasih (Mat 5:7, 6:12, 14-15).

4
Carson, Matthew, 184.
Perumpamaan Kuburan dilabur Putih
Matius 23:27
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya
memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan
pelbagai jenis kotoran.
(Mat 23:27 ITB)
Tujuan perumpamaan
Perumpamaan ini disampaikan dalam satu unit mulai ayat 1sampai dengan 36 dalam
bentuk kalimat-kalimat paralel. Tujuan perumpamaan ini disampaikan untuk menunjukkan 2
hal yang kontras dari kehidupan para pemuka agama Yahudi yaitu yang terlihat dan yang tak
terlihat.
Latar belakang
Kebiasaan yang terjadi pada masa itu bahwa pada masa menjelang paskah orang-
orang Yahudi biasanya melabur pekuburan dengan sesuatu yang berwarna putih. Hal ini
dikarenakan pada masa itu orang-orang menguburkan orang yang meninggal tidak harus di
wilayah pemakaman. Adakalanya kuburan yang di luar daerah pemakaman itu dibiarkan
terbengkalai sehingga pada satu waktu orang tidak tahu kalau tempat itu adalah makam.
Orang-orang yang tidak mengenal area itu dan melewatinya saat berjalan ke Yerusalem, bisa
tanpa sengaja bersentuhan dengan kuburan seperti itu dan menyebabkan mereka menjadi
tidak tahir dalam jangka waktu tertentu (Bil 19:11-22).5
Kuburan dilabur putih biasanya pada tanggal 15 bulan Adar, sebulan sebelum hari
raya paskah. Walaupun orang-orang Yahudi diaspora tidak mengenali dengan detail wilayah
yang mereka lintasi sewaktu kembali ke Yerusalem untuk merayakan paskah, mereka pasti
akan mengetahui dengan pasti area pekuburan oleh karena labur putih yang ada. Selain
menjadi tanda, pelaburan ini juga membuat kuburan-kuburan itu tampak indah.
Pengajaran utama
Ajaran utama dari perumpamaan ini adalah mengkontraskan bagian luar kuburan yang
tampak indah dengan bagain dalam dari kuburan yang busuk dan najis. Dua hal ini ditarik
untuk menggambarkan kehidupan agama para ahli taurat dan orang Farisi. Yesus mengatakan
bahwa orang Farisi adalah sumber segala kenajisan seperti halnya kuburan bercat putih. Frase
“Celakalah…” pada bagian ini merupakan bagian paralel dari ayat 15. Seperti yang diuraikan
pada ayat 15, para ahli taurat dan orang farisi sangat ketat dalam hal menjaga hukum yang
terlihat dan menuntut orang lain untuk mencapai standar itu. Mereka hanya bisa mengajar dan
menghakimi orang lain, tetapi mereka sendiri tidak melakukan apa yang diajarkan (23:3).
Mereka membebani banyak orang dengan aturan-aturan yang begitu berat, namun mereka
sendiri tidak mau menyentuhnya (23:4). Kesalahan orang lain yang sepele dibesar-besarkan,
tetapi kesalahan mereka yang fatal justru terlewatkan dengan mudah (15:1-6). Mereka terlalu
asyik bermain dengan hukum dengan pendekatan yang fundamental dan tanpa sadar mereka
sebenarya sedang mencemari orang-orang yang mendengar mereka dengan peraturan
tersebut.

5
Bandingkan penguraian: Leon Morris, Injil Matius (Surabaya: Momentum 2016) 597 dan Carson,
Expository Bible Commentary, Hal 482.
Aplikasi
Orang percaya seharusnya tidak hanya berfokus memperindah hal-hal eksternal saja,
tetapi internal di dalam batin yang terwujud dalam merepresentasikan sifat keadilan, belas
kasihan, kesetiaan juga harus diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai