YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH

PESAN DAFTAR ISI

Pemimpin Umum:
Mangaranap Pandjaitan, B.Sc.
Pemimpin Redaksi :
Hal.
Ir. T. Aritonang, M.Sc.
Dewan Redaksi: 1. WAWASAN
Drs. Johan Sumampouw
Pdt. Jerry H. M. Sumanti, S.Th. Penginjilan Melalui Literatur ............. 1
Ev. Sony Pantolowokan, S.Th.
Pdt. Dr. Audy R. Ngantung, M.Th. 2. JEJAK PERISTIWA
Ir. Alexander J. T. Gerung, M.Sc.
Jesy Ward Tebow atau Tibo ................................... 3
Ev. Cathie Ward, S.Th.
Ev. Alexander Wauran, S.Th. 3. MARI BELAJAR
Koresponden:
Dr. Shirley Sumolang-Palit (Manado) Yesus Mati dan Dikuburkan ............... 7
Ny. Jeane Putong-Ngantung (Tondano)
Medy Tamorron Pasau (Makassar) 4. Ruang Tanya Jawab Alkitab .............. 21
Feity Pandjaitan (Jakarta)
Nina Sumampouw (Jerman) 5. SANA-SINI
Sekretariat/Tata Usaha:
Ny. Shierley Pandjaitan Jangan Goyah ........................................ 26
Ny. Laura Gerung
Kristianto 6. SAKSI KEMENANGAN
Alamat Sekretariat: Wanita Hebat ...................................... 34
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510
Alamat Surat : 7. SANA-SINI
PO. Box 1134 Jakarta 13011
Alamat Email : pelitaministry@holypower.net Dispensasi Hukum Torat ................... 36
pelitaministry@yahoo.co.id
Desain/Percetakan:
8. KONTAK PELAYANAN .............................. 39
Anto/kaDia

Yayasan PELITA mengakui “Pengakuan Iman Rasuli” dan meyakini ajaran Alkitab
yang ikhtisarnya sebagai berikut:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan-Nya secara verbal.
2. Tuhan Allah adalah Esa dan dalam penyataan-Nya beroknum tiga; Allah Bapa, Allah
Anak yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus (II Korintus 13:13)
3. Kejatuhan total manusia (Roma 3:10,23)
4. Penghukuman bagi setiap orang yang menolak Yesus Kristus (Yohanes 3:36; 8:24)
5. Penebusan hanya melalui darah Yesus dan keselamatan adalah anugerah Allah yang
harus diterima dengan beriman kepada Tuhan Yesus dan sama sekali bukan oleh usaha
manusia (Roma 3:24-25, Efesus 2:8-9)
6. Hidup yang kekal dan jaminan keselamatan kekal bagi setiap orang yang percaya Tuhan
Yesus (Yohanes 10:28-29)
7. Kebangkitan tubuh dan pengangkatan Tubuh Kristus, disusul oleh masa kesengsaraan
besar dan pemerintahan Yesus Kristus selama 1000 tahun di bumi (I Tesalonika 4:16-
17; I Korintus 15:35-49; Matius 25; Wahyu 20)
Yayasan PELITA bertujuan: Mengemban amanat Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus,
memberitakan Injil, dan menumbuhkan persekutuan orang-orang percaya.
Yayasan PELITA dalam mencapai tujuan mengadakan:
1. Penerbitan dan Penyebaran literatur Kristiani.
2. Seminar, diskusi, latihan, konsultasi, dan bimbingan/konseling Kristen.
3. Kegiatan gerejawi, sosial dan pendidikan dalam rangka mengemban kemanusiaan melalui
penelitian dan penulisan Kristen.

PENGINJILAN
MELALUI
LITERATUR
O
rang-orang yang datang
berbelanja di toko ma
kanan selalu bersikap teliti
memilah dan memilih sana sini
mencari jenis dan merek makanan
tertentu apakah itu makanan segar,
makanan beku, makanan kaleng
ataupun makanan-makanan kering
yang terbungkus rapi di dalam
plastik.
Di salah satu toko swalayan
di negara bagian California, kea-
daannya pun demikian tetapi ada
sesuatu yang ganjil terjadi di toko
itu. Pada suatu hari (mungkin juga
sudah beberapa hari), para pembeli
sepertinya diberikan kejutan
khusus (special surprise).
Ternyata di sela-sela tum-
pukan makanan-makanan kering
ada orang lain (bukan petugas toko
swalayan itu tentunya), yang mele-
takkan selebaran-selebaran ring-
kas tertulis di atas kertas berwarna
jingga (sehingga sangat mudah
terlihat). Selebaran yang baris
PESAN
WAWASAN
Pdt. Dr. Frans P. Tamarol
pertamanya berbunyi “We are here
on earth for a moment” itu berisi
pesan yang kurang lebih setelah
diterjemahkan berbunyi, “ Kita
berada di bumi ini hanya sebentar,
setelah itu kita akan memasuki
masa kekekalan. Di manakah anda
pada masa kekekalan nanti?
Carilah YESUS, Dia adalah satu-
satunya jalan ke SORGA!”
Seorang langganan, yang
melihat selebaran tulisan tangan
yang diperbanyak dengan fotocopy
itu, mengambil dan membacanya.
Dia senang sekali karena pesannya
sangat menarik dan hati orang
yang membuatnya pastilah merasa
terpanggil untuk memberitakan Injil.
Tetapi kemudian dia sangat menya-
yangkan, sebab niat yang mulia
dari sang penyebar selebaran
ringkas itu tidak disertai petunjuk
bagaimana menemukan YESUS.
Lalu dia teringat selebaran
serupa tetapi dicetak berupa trak-
tat yang diterbitkan oleh GLEAM
1
(PELITA) berjudul “How Do I Get
to Heaven from Here?” Dia pulang
ke rumah dan mengambil traktat-
traktat itu, kebetulan masih cukup
banyak dalam persediaannya, lalu
ia kembali ke toko itu dan me-
nempatkan traktat-traktat yang
berwarna biru muda di tempat
yang sama dengan selebaran-
selebaran berwarna jingga.
Dia berdoa kiranya Roh
Kudus menggerakkan orang-orang
yang membaca selebaran di kertas
berwarna jingga itu supaya mereka
melihat juga traktat yang dicetak
di atas kertas berwarna biru muda.
Dengan membaca traktat tersebut
kiranya mereka memperoleh arah
bagaimana menemukan Yesus.
Tepatnya, diharapkan mereka boleh
dimenangkan oleh Roh Kudus
melalui selebaran/traktat itu dan
menjadi orang-orang yang percaya
2 PESAN
kepada Tuhan Yesus Kristus, se-
bagai satu-satunya Juruselamat
manusia.
Peristiwa di atas, kiranya
menggugah hati para pembaca
PESAN untuk mau lebih hebat lagi
melibatkan diri dalam pelayanan
Injil, termasuk melalui literatur.
Kisah-kisah yang tertulis di dalam
Alkitab memberi contoh antara lain
melalui pengalaman sida-sida dari
Etiopia dalam Kisah Para Rasul
8:26-40, demikian juga kesaksian
anak-anak Tuhan dari masa ke
masa selalu menyebutkan peran
literatur dalam penginjilan di seluruh
dunia. Yayasan PELITA khusus-
nya, sejak awal berdirinya memang
sudah mengkonsentrasikan pela-
yanan di bidang literatur, walaupun
tentunya penginjilan melalui media
serta metode lain pun tetap menjadi
perhatian Yayasan PELITA.

TEBOW
atau
TIBO
Oleh : T. Aritonang
M
asih ingat nama Tibo? Ia
seorang pengikut Yesus
Kristus yang menjadi
korban berkaitan dengan keru-
suhan Poso. Permohonan grasi
yang diajukannya terlalu cepat
dikirimkan ke istana negara, se-
hingga presiden SBY bisa dengan
cepat menerbitkan keputusan
menolak permohonan grasinya.
Sebagai akibatnya Tibo harus men-
jalani hukuman mati yang sangat
terkesan dipaksakan. Sementara
hal yang sebaliknya terjadi kepada
para teroris pelaku bom Bali yang
menewaskan ratusan turis asing,
dengan alasan grasi yang diajukan
ke Presiden belum turun, eksekusi
terhadap para teroris itu sangat
terlambat dilaksanakan, padahal
peristiwa bom Bali terjadi jauh
sebelum kasus yang menimpa
Tibo.
Tibo tercatat menjadi salah
seorang tumbal bagi nafsu angkara
PESAN
JEJAK PERISTIWA
murka mereka yang membenci dan
menolak Yesus Kristus di negara
yang mengaku berazas Pancasila
ini. Setelah kasus Tibo tersebut,
nama negara Indonesia menjadi
cibiran sinis, karena kasus itu
sempat mencuri perhatian masya-
rakat Internasional yang mencap
Indonesia berperilaku tidak adil
memperlakukan anggota masya-
rakatnya sendiri.
Baru-baru ini dipenghujung
tahun 2011, atau tepatnya awal
tahun 2012, kembali nama Tibo
bergema luas. Tetapi Tibo yang
satu ini adalah warga Amerika
Serikat yang dikenal sebagai seo-
rang pemain football Amerika dari
Arkansas. Namanya ditulis “Tebow”
tetapi di panggil “Tibo.”
Tibo pemain football Amerika
ini senantiasa menjadi pusat per-
hatian. Para wartawan dan juru
kamera TV akan selalu mengintip
keberadaannya dan siap mem-
3
bidikkan kamera, mengabadikan
acara ritual pribadi yang menyedot
perhatian masyarakat luas.
Dengan kaki kiri ditekuk
sejajar permukaan tanah, semen-
tara kaki kanannya ditekuk mem-
bentuk huruf V terbalik diatas
tanah. Diatas lutut kaki kanannya,
bertumpu siku tangan kanan yang
tegak lurus keatas menyentuh
dagu menopang kepalanya yang
tertunduk, Tibo sedang melakukan
ceremony doa pribadi.
Meskipun doa pribadi itu
dilakukannya sejenak disela sela
pertandingan yang sedang berjalan,
segera saja terdengar klik...klik...
bunyi suara kamera foto dan ka-
mera TV menyorot peristiwa doa
itu. Para wartawan yang selalu
siaga memburu berita, dengan
penuh semangat mengarahkan
kamera kepada Tibo yang sedang
berdoa dengan posisi seperti di-
gambarkan di atas. Kontan saja
peristiwa itu menjadi berita na-
sional. Tibo lengkap dengan pa-
kaian football sedang berlutut tun-
duk berdoa, diputar berulang-ulang
oleh berbagai siaran TV, dimuat
berbagai media cetak, hingga
mengudara ke ruang-ruang rumah
keluarga oleh siaran yang dipan-
carkan berbagai stasiun radio.
Jejak peristiwa itu terus
membahana yang kemudian meng-
ilhami anak-anak muda untuk
membuat perkumpulan penggemar
Tibo. Terlebih anak-anak muda
kristiani yang menyimpan kerinduan
menjadi saksi Kristus di dalam
masyarakat Amerika yang saat ini
4 PESAN
sedang digempur habis-habisan
oleh kuasa kegelepan melalui
suburnya perkembangan kaum
homo, perkawinan sejenis, aborsi
dan berbagai perbuatan tercela
yang disenangi oleh pengikut kuasa
kegelapan.
Oleh peristiwa doa yang dila-
kukan Tibo, terbuka kesempatan
luas untuk memberi kesaksian
iman Kristiani yang dimanfaatkan
sebesar besarnya oleh anak-anak
Tuhan, terutama dari lapisan ge-
nerasi muda. Setiap peluang yang
paling kecil sekalipun, diman-
faatkan anak-anak muda untuk
bersaksi tentang Tuhan Yesus
Kristus. Tibo secara jitu meman-
faatkan sebesar-besarnya peluang
memberitakan Injil, dia mencan-
tumkan Yohanes 3:16 di dalam
tulisan-tulisan pada tubuhnya se-
perti di bawah kelopak matanya.
Sehingga hal itu sangat mudah di
close up kamera TV yang dapat
dibaca oleh para pemirsa.
Generasi pemberita Injil se-
kaliber Billy Graham telah mema-
suki masa pensiun oleh tenaga
yang semakin berkurang dan usia
semakin uzur. Tibo adalah bagian
dari generasi muda Amerika, seka-
ligus mewakili generasi muda
kristiani dunia, sebagai buah dari
pengkaderan dari generasi yang
lebih senior diatasnya.
Nampaknya setelah penginjil
senior harus pensiun dimakan usia
yang terus bertambah ditengah
waktu yang terus berputar, muncul
penginjil penginjil muda yang tak
kalah heroiknya, seperti yang dila-
kukan Tibo ini.
 Tibo bersaksi tentang Yesus
Kristus tidak dengan menggunakan
organisasi yang besar, tanpa per-
siapan yang lama, tidak meli-
batkan peran banyak orang, serta
tidak juga membutuhkan keter-
sediaan biaya yang besar, maupun
tempat khusus dan waktu per-
siapan yang cukup lama, tetapi dia
melakukannya sendirian ditengah
lapangan dan atas inisiatif sendiri,
memanfaatkan rasa haus para war-
tawan pemburu berita yang ber-
lomba-lomba ingin memberikan
sajian khusus kepada konsu-
mennya.
Gebrakan Tibo ternyata sa-
ngat ampuh. Doanya di tengah-
lapangan diberitakan membahana.
Semua mata orang Amerika dan
bahkan sebagian penduduk di luar
Amerika tertuju kepadanya yang
sedang berdoa ditengah-tengah
suatu pertandingan akbar football.
Bukankah hal itu luar biasa?
Bukankah hal itu suatu kesem-
patan yang tidak akan datang
sendiri? tetapi suatu kesempatan
yang terbuka oleh karena Tibo di
dalam jalur profesinya - membuat
dirinya selalu siap dan kreatif
menyampaian berita Injil.
Mungkin generasi muda yang
bersedia mengambil peran di dalam
mata rantai pemberitaan Injil tidak
banyak jumlahnya. Tetapi dibawah
penyertaan Tuhan Yesus Kristus,
orang-orang yang bersedia menjadi
duta-Nya memberitakan Injil di
bukakan jalan, seperti yang dialami
Tibo.
PESAN
Gerakan pemberitaan Injil
tidak pernah surut. Kegiatan pem-
beritaan Injil ternyata bagai pusaran
air sungai yang nampaknya
tenang, tetapi di bawah permukaan
yang tenang itu mengalir arus yang
berputar sangat deras membawa
pesan-pesan berita Injil yang men-
jadi sumber pengharapan bagi
setiap jiwa yang dilewati dan di-
jamah-Nya.
Sekali lagi kegiatan pem-
beritaan Injil ternyata tidak pernah
berhenti disatu titik perhentian,
sebab titik itu akan berubah se-
bagai titik titik yang siap diisi dan
berlanjut dari masa ke masa. Ke-
giatan pemberitaan Injil jangan
dilihat disuatu kehidupan komu-
nitas gereja tertentu. Karena kondisi
pelayanan pada komunitas tertentu
itu cenderung statis dan berjalan
ditempat. Kegiatan pemberitaan
Injil yang terus bergerak, ber-
gemuruh dan menghasilkan banyak
buah adalah kegiatan pemberitaan
Injil yang dilakukan keluar men-
jangkau lapisan masyarakat yang
lebih luas dengan cara yang khusus
dan menakjubkan.
Adakah penghargaan dite-
rima oleh para pemberita Injil seperti
Tibo? Meskipun Tibo pribadi tidak
mengharapkan penghargaan dari
manusia, tetapi tulisan ini ba-
rangkali justeru bisa dilihat sebagai
upaya mengangkat penghargaan
yang sangat besar terhadap ka-
pasitas pemberitaan Injil yang
dilakukan secara luar biasa.
Penghargaan itu bukan da-
lam bentuk medali, surat-surat
5
penghargaan atau materi, tetapi
meletakkan semangat dan tekad
Tibo pada tempat yang layak di-
contoh, karena melaksanakan pem-
beritaan Injil secara elegant tanpa
tergantung dengan salah satu ge-
reja formal manapun juga. Tibo
tidak perlu dibantu secara formal,
Tibo mampu melakukannya sen-
dirian, atas inisiatif sendiri dan
dengan tulus.
Disamping cara pemberitaan
Injil yang dilakukannya membuka
wawasan pemberitaan Injil yang
spektakuler, juga semangat Tibo
yang memancar dari bathinnya
membuatnya mampu tetap fokus
untuk mengalirkan pesan-pesan
berita Injil yang ingin disampai-
kannya, sehingga para pemirsa TV
dan masyarakat penggemar media
massa lainnya secara tidak sadar
telah menerima berita Injil di dalam
suasana yang mereka sukai.
Jika anda pembaca PESAN
merasa sukacita dan ingin mem-
beri penghargaan bagi Tibo, laku-
kanlah itu dengan cara anda sendiri
dan bersifat pribadi atau setidak
tidaknya ceritakanlah kepada
orang lain apa yang telah dilakukan
Tibo dalam upaya memberitakan
Injil. Karena Tibo sebagai anak
Tuhan tidak memerlukan pujian dan
janji muluk-muluk, Tibo rindu agar
semua anak Tuhan terlebih dari
generasi mudanya, bergerak mela-
kukan suatu kegiatan nyata untuk
memberitakan Injil sekaligus me-
muliakan Tuhan Yesus Kristus.
Ternyata begitu banyak ke-
sempatan yang terbuka untuk
6 PESAN
kegiatan pemberitaan Injil. Agar
dapat melihat kesempatan dan
memanfaatkannya secara optimal,
diperlukan mata hati yang selalu
tertuju bagi upaya meninggikan
nama dan kuasa Tuhan Yesus
Kristus. Setidaknya jika anda ter-
gerak hati, bisa melakukannya
dilingkungan anda yang paling kecil
sekalipun.
Disamping anak-anak Tuhan
yang sangat menghargai apa yang
telah dilakukan Tibo, disisi lain
pasti ada kekuatan dunia yang
selalu berusaha menghambat dan
menghalang-halangi pemberitaan
Injil disetiap lokasi pelaksana-
annya.
Jika penolakan kegiatan
pemberitaan Injil dilakukan oleh
kekuatan anti Kristus, maka hal itu
adalah hal yang biasa. Yang luar
biasa dan tak bisa dimengerti
adalah jika penolakan terhadap
pemberitaan Injil datang dari orang
yang mengaku sebagai orang
gerejani.
Jika hal seperti itu terjadi
maka segera teguhkan sikap, man-
tapkan langkah, dan semakin sa-
darlah betapa penyertaan Tuhan
Yesus senantiasa kita perlukan.
Sebab kuasa kegelepan bisa me-
makai apa saja termasuk manusia
“gereja” yang tidak pernah diam
menghambat atau membuat jalan
buntu bagi anak-anak Tuhan
bersaksi dan memberitakan Injil.
Bersambung ke hal 33

Yesus Memperhatikan
(Bagian 27)
Oleh: Pdt. Dr. Frans P. Tamarol
Yesus Mati
dan Dikuburkan
“Karena Anak Manusia da-
tang bukan untuk dilayani, me-
lainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi orang banyak”
(Markus 10:45; Mat. 20:28). Ini
merupakan penegasan mengenai
maksud kematian Kristus dalam
keseluruhan rencana keselamatan
Allah. Ternyata bukan hanya nya-
wa-Nya yang telah menjadi te-
busan bagi orang banyak, bahkan
caranya Dia matipun telah dijadikan
bahan entertainment oleh orang
banyak.
Di penghujung pembahasan
dalam Bagian 26 terdapat kutipan
dari Markus 15:15 yang berbunyi,
“Dan oleh karena Pilatus ingin
memuaskan hati orang banyak itu,
ia membebaskan Barabas bagi
mereka. Tetapi Yesus disesahnya
lalu diserahkannya untuk disa-
libkan.” Tuhan Yesus disesah demi
memuaskan hati orang banyak, dan
Tuhan Yesus mati untuk menjadi
tebusan bagi orang banyak. Ser-
PESAN
MARI BELAJAR
dadu-serdadu Romawi menyesah
Dia dengan jalan memukuli-Nya
dengan cambuk yang tali-talinya
dilengkapi dengan bongkahan-
bongkahan besi sehingga setiap
kali cambuk itu mengenai tubuh
sang terpidana mati itu, gumpalan-
gumpalan daging pun tercabut dan
darah memancar dari sekujur tubuh-
Nya. Apa yang dilukiskan selan-
jutnya dalam Markus pasal 15 ayat
16-20 sungguh-sungguh memilu-
kan. Serdadu-serdadu Romawi
yang mungkin saja “tidak tahu” apa
yang mereka sedang perbuat men-
jadikan Yesus sebagai bahan olok-
olokan. Mereka memuaskan diri
dengan menyesah dan mengolok-
olok Tuhan Yesus. Barulah setelah
itu “Yesus dibawa ke luar untuk
disalibkan” (ayat 20b).
Dalam Alkitab berbahasa
Indonesia (terbitan LAI), kalimat
pendek di akhir ayat 20 itu dima-
sukkan dalam perikop baru yang
diberi judul, “Yesus disalibkan.”
Uraian berikut akan membahas
7
kematian dan penguburan Tuhan
Yesus seperti yang dituliskan
dalam Markus 15:21-47.
Yesus mati di kayu salib
Peristiwa kematian Yesus di
kayu salib Golgota, penguburan-
Nya di tanah pekuburan milik Yusuf
Arimatea, dan kebangkitan-Nya
pada hari yang ketiga sesuai de-
ngan nas Alkitab adalah inti Injil.
Hal ini dipertegas oleh Rasul
Paulus melalui ilham Roh Kudus
dalam suratnya yang pertama ke-
pada Jemaat di Korintus (Baca I
Kor. 15:1-4). Berita Injil berisi fakta-
fakta sejarah yang nyata dan tidak
mungkin dipungkiri. Para ahli yang
menulis pembelaan terhadap kebe-
naran Injil, terutama menyangkut
kebangkitan Tuhan Yesus, melan-
daskan argumentasi mereka ter-
utama pada fakta kubur kosong
(the fact of the empty grave).
Para seniman music Kristen pun
menuangkan kebenaran ini dalam
lagu-lagu ciptaan mereka. William
dan Gloria Gaither, antara lain,
mengungkapkannya dalam salah
satu baris lagu mereka yang diberi
judul Because He Lives, “An empty
grave is there to prove my Savior
lives.”
Namun tentu saja sebelum
sampai kepada kenyataan tentang
kubur kosong itu, Alkitab secara
jelas mengisahkan tentang pe-
nyaliban dan kematian Kristus.
Keempat penginjil (Matius, Markus,
Lukas dan Yohanes) semuanya
menuliskan hal ini. Dalam Injil
8 PESAN
Markus, kita baca, “Mereka mem-
bawa Yesus ke tempat yang ber-
nama Golgota, yang berarti: Tem-
pat Tengkorak. Lalu mereka mem-
beri anggur bercampur mur ke-
pada-Nya, tetapi Ia menolaknya.
Kemudian pada pukul 9 pagi me-
reka menyalibkan Dia ….” (Mark.
15:22-24a). Dengan kalimat pen-
dek ini dia mengisahkan peristiwa
penyaliban Kristus. Markus hampir
dapat dikatakan tidak mencatat
peristiwa-peristiwa yang menunjuk
pada penggenapan nubuatan Per-
janjian Lama.
Hal serupa juga dinyatakan
oleh Grassmick, “With restrain
simplicity Mark wrote, ‘And they
crucified Him.’ His Roman readers
needed no elaboration and he
offered none’” (“Mark,” in The Bible
Knowledge Commentary, New
Testament, Cook Communications
Ministry, 2004, p. 188). Menurut
para penafsir, Kitab Injil Markus
memang ditujukan ke para pem-
baca dari bangsa-bangsa lain
(orang-orang bukan Yahudi) di Kota
Roma, dan mereka tidak memer-
lukan penjelasan-penjelasan dari
kisah-kisah yang merupakan peng-
genapan nubuatan. Memang ada
kutipan dari Perjanjian Lama yang
kita dapat baca misalnya dalam
Markus 15:28, “Demikian genaplah
nas Alkitab yang berbunyi:’Ia akan
terhitung di antara orang-orang
durhaka,’” namun para komentator
menyatakan bahwa kutipan di-
maksud tidak ada pada naskah-
naskah bahasa asli yang lebih
awal (Barker, Keneth, Ed.
Zondervan NASB Study Bible,
Grand Rapid, Michigan, 1999, p.
2453). Tentu ada atau tidak adanya
ayat itu dalam sebagian naskah
Injil Markus yang ada, sama sekali
tidak mengurangi kesahian naskah
ataupun versi terjemahannya ka-
rena pernyataan serupa ada di
dalam Lukas 22:37. Dalam ayat ini,
Lukas mencatat perkataan Tuhan
Yesus sendiri ketika Ia menyung-
guhkan penggenapan nubuatan
Nabi Yesaya di dalam diri-Nya
(Baca: Yesaya 53:12).
Gubernur Pilatus menem-
pelkan kalimat tuduhan yang di-
ajukan oleh para pemimpin Yahudi
di bagian atas salib Tuhan Yesus.
Markus mencatat tulisan itu secara
ringkas, “Raja orang Yahudi” (Mark.
15:26). Penginjil lain mencatat
kalimat yang dituliskan oleh Gu-
bernur Pilatus itu lebih panjang
yaitu, “Yesus orang Nazaret, Raja
orang Yahudi.” (Yoh. 19:19).
Banyak orang yang membaca tu-
lisan itu karena selain tempat
penyaliban Yesus dekat dengan
kota, kalimat itu ditulis dalam tiga
bahasa yang lazim dipakai dalam
masyarakat waktu itu yakni: Ibrani,
Latin dan Yunani.
Orang-orang yang membaca
tulisan itu sepertinya diberi kesan
bahwa Tuhan Yesus telah dihukum
mati karena Ia memberontak ke-
pada Kaisar, seperti yang ditu-
duhkan oleh para imam kepala di
hadapan Gubernur Pilatus. Namun
di pengadilan pemerintah Romawi,
tuduhan itu tidak terbukti kebe-
narannya, bahkan Gubernur Pilatus
PESAN
sendiri paling kurang ada tiga kali
menyatakan bahwa Yesus tidak
bersalah (Baca Luk. 23:4, 13, 22).
Tentu melalui tulisan itu
semua pihak, baik pemerintah
Romawi maupun para pemimpin
Yahudi dimenangkan (win-win
accomplishment) kecuali Tuhan
Yesus yang harus menderita dan
dihukum mati tanpa salah. Dengan
tulisan itu Pilatus memprokla-
mirkan sebuah kemenangan politik
baginya karena dia, seorang Gu-
bernur Romawi, berhasil menya-
libkan sang Raja orang Yahudi
(Band. Yoh. 19:14-15). Sementara
itu pihak imam-imam kepala, wa-
laupun mereka tidak puas dengan
tulisan itu, mereka menginginkan
tambahan berupa pengantar yang
berbunyi “Ia mengatakan ….” (Yoh.
19:21), tetapi isi tulisan itu justru
membebaskan mereka dari tu-
dingan bahwa pada hakikatnya
merekalah yang sudah membunuh
Tuhan Yesus. Padahal justru itulah
yang sudah pasti benar, para imam
kepala dan tua-tua Yahudilah yang
telah sepakat untuk membunuh
Tuhan Yesus. Bahkan jauh sebelum
Tuhan Yesus ditangkap di Taman
Getsemani mereka sudah meren-
canakan pembunuhan kepada
Tuhan Yesus.
Dalam pengadilan agama
Yahudi yang dilakukan pada ma-
lam hari tanggal 15 bulan Nisan,
Mahkamah Agama telah menja-
tuhkan hukuman mati bagi Tuhan
Yesus dengan tuduhan menghujat
Allah. Di penghujung proses pe-
ngadilan pemerintah Romawi pun,
9
ketika sang gubernur mencoba
mencari cara untuk melepaskan
Yesus dari hukuman mati (entah
itu dibuatnya dengan tulus hati
demi menegakkan kebenaran, atau
tidak tulus, hanya demi kepen-
tingan politik), orang-orang Yahudi
yang bekumpul di halaman ruang
pengadilan berteriak-teriak, “Sa-
libkanlah Dia, salibkanlah Dia”
(Luk. 23:21; Yoh. 19:6). Bahkan
mereka berani mengancam Gu-
bernur Pilatus dengan berkata,
“Jikalau engkau membebaskan Dia,
engkau bukanlah sahabat Kaisar.
Setiap orang yang menganggap
dirinya sebagai raja, ia melawan
Kaisar” (Yoh. 19:12). Akhirnya Pila-
tus, demi memuaskan hati orang
banyak itu, membebaskan Ba-
rabas bagi mereka. Tetapi Yesus
disesahnya lalu diserahkannya
untuk disalibkan.
Setelah Tuhan Yesus disa-
libkan pada pukul 9 pagi itu, sesuai
catatan Markus dan ketiga penginjil
lainnya yang saling melengkapi,
Tuhan Yesus mengucapkan tujuh
perkataan yang biasanya dikenal
dengan sebutan “Tujuh Perkataan
Salib” (Seven Sayings from the
Cross). Perhatikan bahwa urutan
yang biasanya dimunculkan itu
bersifat logis karena tidak ada satu
Kitab Injil pun yang mencatat se-
muanya. Dari ketujuh perkataan
salib itu, yang dapat kita baca
dalam Injil Markus hanya satu yang
juga adalah satu-satunya yang
dicatat dalam Kitab Injil Matius
yang biasanya diajarkan sebagai
nomor urut keempat. Enam dari
10
Perkataan Salib yang lainnya, tiga
di antaranya dicatat dalam Injil
Lukas, dan tiga yang selebihnya
dicatat dalam Injil Yohanes.
Lengkapnya, ketujuh perka-
taan salib itu adalah sbb: Pertama,
“Ya Bapa, ampunilah mereka sebab
mereka tidak tahu apa yang me-
reka perbuat” (Luk. 23:34); kedua,
“Aku berkata kepadamu, sesung-
guhnya pada hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan
Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43);
ketiga, “Ibu, inilah anakmu!” … “
Inilah ibumu!” (Yoh. 19:26-27);
keempat, Eloi, Eloi lama sabakh-
tani” (Mat. 27:46; Mark. 15:34);
kelima, “Aku haus” (Yoh. 19:28);
keenam, “Sudah selesai” (Yoh.
19:30); dan ketujuh, “Ya Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan
nyawa-Ku” (Luk. 23:46). Dalam
tulisan ini, ketujuh Perkataan Salib
tidak diberi penjelasan secara rinci.
Sudah banyak referensi yang ditulis
oleh para pengkhotbah dan peng-
ajar Alkitab, karena itu para pem-
baca disarankan untuk mencari
dan mempelajari referensi-referensi
termaksud.
Para saksi mata
Juga keempat penginjil men-
catat perbuatan para serdadu
Romawi serta para imam Yahudi
termasuk percakapan mereka serta
percakapan orang-orang yang men-
jadi saksi mata yaitu mereka yang
berjalan lewat (the passersby),
mereka yang berdiri di dekat salib
(the bystanders), dan mereka yang
PESAN
melihat dari jauh (those observing
from a distance). Sudah dikatakan
di atas bahwa tempat penyaliban
itu dekat dengan kota sehingga
banyak orang yang membaca ka-
limat tuduhan kepada Tuhan Yesus
yang ditulis oleh Gubernur Pilatus.
Kenyataan ini pun menunjukkan
bahwa termasuk pada sebutan
“banyak orang” itu ialah orang-orang
yang bertugas melakukan penya-
liban, orang-orang yang berkumpul
untuk menyaksikan peristiwa me-
milukan itu, dan orang-orang yang
berjalan lewat.
Orang-orang yang ber-
jalan lewat (the passersby) itu
melontarkan hujatan kepada Tuhan
Yesus. Sambil menggelengkan
kepala mereka berkata, “Hai
Engkau yang mau merubuhkan
Bait Suci dan mau membangunnya
kembali dalam tiga hari, turunlah
dari salib itu dan selamatkan diri-
Mu!” (15:29-30). Ada urusan apa
sebenarnya orang-orang yang ber-
jalan lewat itu menghujat orang
yang sedang menjalani hukuman
mati disalib? Tetapi memang sudah
menjadi kebiasaan buruk di antara
kaum manusia yang senang me-
nendang orang yang sudah jatuh
dan mencela orang yang sudah
terhina seperti ditulis oleh Garland,
“Mocking a victim was customaty
and stemmed from the mob men-
tality of kicking a man when he is
down” (“Mark” in Zondervan Illus-
trated Bible Background Com-
mentary. Vol. 1, Ed. Clinton E.
Arnold, Zondervan, Grand Rapids,
MI, 2002, p. 301).
PESAN
Mereka yang berdiri di
dekat salib itu (the bystanders)
terdiri dari beberapa kelompok.
Yang dicatat di dalam Kitab Injil
Markus, kelompok pertama, adalah
imam-imam kepala bersama para
ahli Taurat (Mark. 15:31). Mereka
mengolok-olokkan Yesus dengan
berkata, “Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat
Ia selamatkan. Baiklah Mesias,
Raja Israel itu turun dari salib itu,
supaya kita lihat dan percaya”
(Mark.15:31-32a). Olok-olokan se-
perti ini tampaknya diucapkan se-
cara polos dari dalam hati yang
jahat, namun kalimat olokan me-
reka justru mempunyai nilai ke-
benaran karena maksud yang se-
dang dicapai oleh Tuhan Yesus
ialah Dia harus mati supaya orang
lain diselamatkan, atau dikali-
matkan lain, “orang lain Ia sela-
matkan, tetapi diri-Nya sendiri
tidak.” Hal ini sudah ditegaskan
oleh Tuhan Yesus dalam pasal 10
ayat 45 Injil Markus, “Karena Anak
manusia juga datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak
orang.”
Kelompok kedua di antara
orang-orang yang berdiri di dekat
salib ialah beberapa orang yang
berdiri di situ (15:35) yang dapat
saja berarti mereka yang dari ke-
lompok pertama ditambah dgn
orang-orang lain yang mendengar
teriakan Yesus, “Eloi, Eloi, lama
sabakhtani.” Salah seorang di
antaranya mencelupkan bunga
11
karang ke dalam anggur asam dan
memberikannya kepada Tuhan
Yesus sambil berkata, “Baiklah kita
tunggu dan melihat apakah Elia
datang untuk menurunkan Dia”
(15:36-37). Markus sengaja me-
nerjemahkan ucapan Tuhan Yesus
dalam bahasa Aram ini ke dalam
bahasa Yunani. Para pembaca
kitab Injil Markus yang diketahui
bukanlah orang-orang Yahudi tentu
tidak faham bahasa Aram. Hanya
yang sulit dimengerti ialah, me-
ngapa orang-orang yang berdiri di
dekat situ ternyata salah faham
juga terhadap ucapan Tuhan Yesus
ini, padahal bahasa Aram adalah
bahasa yang lazim dipakai di an-
tara orang-orang Yahudi pada ma-
sa pelayanan Tuhan Yesus di bumi.
Tuhan Yesus memanggil
“Allah-Ku, Allah-Ku ….” namun
disangka oleh mereka Dia sedang
memanggil-manggil nabi Elia. Bagi
para imam dan tua-tua Yahudi,
kalau mereka juga salah memaknai
perkataan Tuhan Yesus yang ha-
rusnya jelas bagi mereka, itu justru
menunjukkan kekerasaan hati dan
ketumpulan perasaan mereka ka-
rena Tuhan Yesus bukan meng-
ucapkan kalimat yang baru saja
disusun-Nya sendiri tetapi Dia
mengutip dari Mazmur 22:2 yang
pasti sudah familiar di telinga
mereka. Tetapi orang yang ke-
mudian mengambil anggur asam
itu dan memberikannya kepada
Tuhan Yesus, mungkin saja dia
adalah salah satu prajurit Romawi,
dan kalimat yang dia susul dengan
menyebut nama Elia itu dika-
takannya berdasarkan apa yang dia
12
dengar dari komentar orang lain
yang ada di situ.
Kelompok ketiga, adalah
para serdadu Romawi, termasuk
kepala pasukan yang berdiri ber-
hadapan dengan salib Tuhan Yesus
(Mark. 15:39). Kepala pasukan
Romawi ketika melihat caranya
Tuhan Yesus mati, dia berkata,
“Sungguh, orang ini adalah Anak
Allah.” Dunia menjadi gelap gulita
selama tiga jam (sepertinya se-
dang berkabung, tepatnya sedang
menunjukkan betapa ngerinya ke-
terpisahanYesus yang sedang me-
nanggung dosa manusia dari
Bapa-Nya yang Mahasuci di sor-
ga). Di dalam perikop ini, Markus
mencatat dua kali Tuhan Yesus
berseru dengan suara nyaring.
Pertama,Tuhan Yesus berseru de-
ngan suara nyaring dan Dia ber-
kata, “Eloi, Eloi lama sabakhtani”
(15:34). Kemudian Tuhan Yesus
berseru lagi dengan suara nyaring
dan menyerahkan nyawa-Nya
(15:37). Pada saat itulah tabir Bait
Allah terbelah dua dari atas sam-
pai ke bawah (15:38). Tentu cara
mati Tuhan Yesus yang dilihat oleh
kepala pasukan Romawi itu tidak
termasuk tirai Bait Allah yang
tercabik seperti itu. Namun apa
yang sempat dilihat dan disak-
sikannya cukup menggerakkan
hatinya untuk memuliakan Allah
(Lukas 23:47).
Di antara para penafsir ada
yang menjelaskan bahwa ucapan
kepala pasukan Romawi, “Sungguh
orang ini adalah Anak Allah” bukan
dalam konteks kepercayaan
kepada Tuhan Yesus (konteks
PESAN
kristiani) melainkan konteks
Romawi yang menganggap kaisar
adalah “anak Allah.” Namun di
dalam keseluruhan struktur Kitab
Injil Markus, tampak jelas bahwa
pernyataan ini merupakan klimaks
yang menunjukkan pengakuan
dunia terhadap ke-allahan Kristus
(the deity of Christ) yang sudah
dengan tegas terukir dari awal
dalam kalimat pembukaannya
(1:1). Setelah ayat pembukaan ini,
sampai dengan pasal 15 ayat 38
tidak ada pengakuan seperti itu dari
pihak manusia manapun yang
dicatat oleh Markus. Ada
pengakuan (faktual) dari roh-roh
jahat dan ada juga pengakuan
(imani) Petrus yang dicatat dalam
Matius 16:16, tetapi tidak dika-
limatkan tepat seperti itu oleh
Markus dalam pasal 8 ayat 29.
Dalam Lukas 23:47 yang
dirujuk di atas menyangkut per-
nyataan kepala pasukan itu, me-
mang tidak digunakan frasa “Anak
Allah” melainkan “Orang benar,”
namun Lukas mengantar pernya-
taan itu dengan kata-kata, “Ketika
kepala pasukan melihat apa yang
terjadi, dia memuliakan Allah ….”
Tentu Lukas menuliskan kata-kata
ini untuk mengingatkan para pem-
baca bahwa kepala pasukan tidak
sedang memuliakan Kaisar
Romawi yang dipercayai setingkat
dewa oleh orang-orang Romawi
pada zamannya. Kepala Pasukan
itu tahu benar latar belakang
penyaliban Yesus, Dia sudah men-
dengar kisah (bahkan mungkin
saja dia sempat menyaksikan
sendiri) pelayanan Tuhan Yesus
PESAN
sebelum penangkapan-Nya. Dia
tahu seluk-beluk pengadilan yang
membawa Yesus ke Golgota, se-
hingga apa yang diucapkannya,
walaupun sulit dan tanpa diha-
rapkan akan keluar dari mulut
seorang kepala pasukan Romawi,
tetapi akhirnya terucapkan juga,
“Sungguh, Orang ini adalah Anak
Allah.” Hanya satu tafsiran yang
benar di sini, kepala pasukan itu
memuliakan Allah yang benar dan
Dia yakin sepenuhnya bahwa
Yesus adalah Anak Allah yang
benar itu.
Mereka yang berdiri agak
jauh (those observing from a
distance) adalah perempuan-
perempuan yang telah dengan setia
melayani Tuhan Yesus sejak dari
Galilea. Dalam Kitab Injil Markus
disebut tiga nama (Maria
Magdalena, Maria ibu Yakobus
muda dan Yoses, serta Salome)
ditambah lagi dengan perempuan-
perempuan lain yang telah datang
ke Yerusalem bersama Tuhan
Yesus (15:40-41). Dalam catatan
Yohanes, beberapa dari perempuan
itu tadinya berdiri di dekat salib
Tuhan Yesus bersama dengan
Maria, Ibu Yesus dan juga murid
yang dikasihi-Nya (Yoh. 19:25-26).
Mungkin setelah beberapa lama,
merekapun bergeser lalu berdiri
agak jauh bergabung dengan ke-
lompok perempuan-perempuan
lainnya.
Terpisahnya kelompok pe-
rempuan ini dari kelompok orang-
orang yang berdiri di dekat salib
mengundang tafsiran ataupun spe-
13
kulasi yang berbeda dari para ahli.
Garland menyatakan bahwa kaum
wanita biasanya dalam budaya
zaman itu selalu berkumpul ter-
pisah dari kaum pria (“Mark” in
Zondervan Illustrated Bible Back-
ground Commentary. Vol. 1, Ed.
Clinton E. Arnold, Zondervan, Grand
Rapids, MI, 2002 , p. 304). Namun
terlepas daripada posisi mereka
yang berdiri agak jauh, Grasmick
(“Mark” in The Bible Knowledge
Commentray, New Testament,
Eds, John F. Walvoord & Roy B.
Zuck, Cook Communications
Ministries, 2004, p. 191) malah
menunjuk kepada pengabdian
yang tanpa pamrih dari pihak para
perempuan itu mulai dari pelayanan
bersama dengan Tuhan Yesus se-
jak mereka di Galilea sampai di
Yerusalem, lalu mereka dengan
setia menunggui Tuhan Yesus yang
sedang bergulat dalam sengsara-
Nya di kayu salib. Mereka ter-
masuk di antara para saksi mata
penyaliban Tuhan Yesus, sebagian
dari mereka juga mengikuti proses
penguburan-Nya di tanah peku-
buran milik Yusuf Arimetea, dan
masih subuh pada hari pertama
minggu berikutnya mereka sudah
berjalan menuju lokasi pekuburan.
Hal yang juga menarik
untuk dicatat di sini ialah sikap
kedua orang yang disalib bersama
Yesus. Mereka pun ikut mencela
Dia (15:32), namun penginjil yang
lain yaitu Lukas menulis bahwa
salah satu di antara mereka me-
negur temannya dan mengingatkan
dia bahwa mereka memang pantas
14
menerima hukuman mati di kayu
salib, tetapi “orang ini” (Yesus
Kristus) “tidak berbuat sesuatu
yang salah.” Wow, kedengarannya
seperti bunyi pernyataan Gubernur
Pilatus di ruang pengadilan Ro-
mawi. Apakah si penjahat itu sem-
pat mendengarnya, atau apakah di
dalam penjara pun, berita hangat
tentang Yesus Kristus yang telah
dizalimi di ruang pengadilan sem-
pat sampai ke telinga para nara
pidana? Itu bukan permasalahan
bagi Lukas ketika perkataan-per-
kataan si penjahat itu dituliskan-
nya, tetapi yang penting ialah se-
telah melewati menit demi menit,
jam demi jam si terpidana mati itu
dan temannya sesama kriminal
sedang tergantung bergulat dengan
maut di antara langit dan bumi
bersama dengan Yesus yang dia
tahu tidak berbuat sesuatu yang
salah, si penjahat ini menjadi
percaya.
Ia telah menjadi percaya
bahwa Yesus benar-benar adalah
Raja yang diurapi—dalam konteks
pengharapan Israel “orang ini”
adalah Mesias (Kristus). Ya, Yesus
sudah datang, tetapi Dia harus
pergi seperti yang dia sedang
saksikan sekarang yakni Yesus
sedang di ambang kematian-Nya.
Tetapi entah dari mana sumbernya,
dia juga tahu kalau “orang ini”
akan datang kembali sebagai Raja
untuk menggenapi janji-janji Allah
kepada umat-Nya. Hal ini dalam
keyakinan si penjahat itu adalah
sesuatu yang pasti, karena itu
tanpa kebimbangan dalam hatinya,
PESAN
dia berani memohon, “Yesus, ingat-
lah aku, apabila Engkau datang
sebagai Raja” (Lukas 23:42).
Yesus, Tuhan yang memperhatikan
itu menyambut si penjahat yang
mau bertobat dan muncullah apa
yang dikenal sebagai perkataan
salib yang kedua, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pada hari
ini juga engkau akan ada bersama-
sama dengan Aku di dalam
Firdaus” (Luk. 23:43).
Tuhan Yesus memberikan
kepastian dan jaminan kesela-
matan kepada orang berdosa yang
telah bertobat itu pada “hari ini
juga” (Band. II Kor. 6:2). Tidak
harus menunggu sampai Tuhan
Yesus datang kembali sebagai
Raja, tetapi di saat itu juga (“pada
hari ini”) si penjahat yang datang
dengan iman kepada-Nya itu di-
tebus dengan darah-Nya yang mu-
lia, darah itu dia sementara sak-
sikan sendiri sedang bercucuran
dari sekujur tubuh Yesus.
Sungguh ajaib anugerah
Allah di dalam Tuhan Yesus
Kristus, si penjahat ini meneri-
manya langsung sesaat sebelum
kematiannya. Tuhan sudah meng-
angkut semua dosanya (Yoh.
1:29), Tuhan sudah menyucikan
semua kesalahannya (Baca Ye-
saya 1:18), dan dia memperoleh
tempat yang indah mulia bersama
dengan Tuhan di dalam Firdaus.
Seandainya keselamatan itu ada-
lah hasil pekerjaan manusia
(sebagian ataupun seluruhnya),
tentu Tuhan Yesus tidak akan
mengucapkan kalimat yang begitu
PESAN
indah didengarkan di telinga dan
dimasukkan dalam hati sang ter-
pidana mati yang tidak berdaya
sama sekali dan juga tidak me-
miliki secuil pengharapan apapun
di dunia ini. Tetapi sungguh be-
sarlah Tuhan dan ajaiblah anu-
gerah-Nya, si penjahat itu menjadi
percaya ketika ia melihat darah
Yesus yang sedang tercurah ba-
ginya. Dia mengekspresikan iman-
nya dalam bentuk permohonan
kepada Tuhan Yesus, dan dia su-
dah mendengar jawaban Tuhan
Yesus yang memberi kepadanya
pengharapan yang pasti. Kebe-
naran ini mengilhami William
Cowper ketika ia pada tahun 1771
menggubah lagunya yang berjudul
There is a Fountain. Pada salah
satu barisnya dia menulis, “The
dying thief rejoiced to see that
fountain in his day, and there may
I, though vile as he, wash all my
sins away.”
Yesus Dikuburkan
Markus, seperti juga ketiga
penginjil lainnya, memulai kisah
penguburan Tuhan Yesus dengan
setting waktu menjelang malam,
artinya sekitar pukul 3 sampai
pukul 6 sore di hari kematian-Nya
yaitu pada hari persiapan
ðáñáóêåõÞ (ditransliterasi
paraskeuç). Markus berusaha
menerangkan arti hari persiapan
itu kepada para pembacanya yang
oleh para penafsir dipercayai bukan
berlatar belakang Yahudi (15:42).
Usainya proses penyaliban Tuhan
15
Yesus itu tidak ada catatan dalam
keempat Kitab Injil yang menyebut
tentang keberadaan murid-murid
Tuhan Yesus. Karena itu
Grassmick ketika membandingkan
kesetiaan para perempuan yang
tadinya hanya berdiri agak jauh
menyaksikan proses penyaliban
Tuhan Yesus (seperti sudah di-
singgung di atas) dengan sikap
murid-murid-Nya yang sebelas
orang itu, secara tegas ia menya-
takan bahwa para murid itu disertif,
mereka lari meninggalkan Tuhan
Yesus. Dalam kata-kata Grassmick
menyangkut kesetiaan para pe-
rempuan itu, “Their devotion sur-
passed that of the 11 disciples
who had desserted Him (14:50)”
(“Mark” in The Bible Knowledge
Commentray, New Testament,
Eds, John F. Walvoord & Roy B.
Zuck, Cook Communications
Ministries, 2004, p. 191). Pene-
gasan serupa dikatakan oleh Louis
A. Barbiery, Jr. ketika mengo-
mentari hal ini dalam Kitab Injil
Matius, “Interestingly these women
accompanied Jesus’ body right up
to the minute it was buried, where
as Jesus’ disciples had all aban-
doned Him (20:56).” (“Matthew” in
The Bible Knowledge Commentray,
New Testament, Eds, John F.
Walvoord & Roy B. Zuck, Cook
Communications Ministries, 2004,
p. 92).
Tuhan Yesus sendiri me-
mang sudah mengingatkan kepada
murid-murid-Nya pada malam se-
belumnya, dengan mengutip nu-
buatan dalam Zakharia 13:7, bahwa
16
iman mereka semua akan tergon-
cang (14:27) dan dalam kenya-
taannya hal itu sudah terjadi.
Karena itu, penegasan mengenai
sikap disertif murid-murid Tuhan
Yesus memang cukup berdasar.
Sedangkan kaum perempuan, yang
terdiri dari mereka yang sudah
mendampingi Tuhan Yesus dalam
pelayanan-Nya sejak masih dari
Galilea dan beberapa orang pe-
rempuan lainnya yang juga ikut
datang ke Yerusalem, justru tetap
konsisten menunjukkan kesetiaan
mereka. Para perempuan ini tidak
lari (disersi) seperti murid-murid
(kaum lelaki); mereka menunggui
Tuhan Yesus yang sedang me-
regang nyawa di atas kayu salib,
kemudian dua orang dari mereka
mengikuti proses penguburan-Nya
sehingga mereka melihat di mana
kubur-nya (15:47). Pada hari yang
ketiga, atau masih subuh men-
jelang hari ketiga, para perempuan
ini pergi ke kubur Tuhan Yesus
dengan maksud merempah-rem-
pahi tubuh-Nya.
Ada pertanyaan yang timbul
di seputar keberadaan dua orang
perempuan itu (Maria Magdalena
dan Maria Ibu Yoses) yang me-
nurut Markus sempat melihat di
mana Yesus dibaringkan (mak-
sudnya dikuburkan) yaitu, men-
gapa hanya dua orang, kemana
para perempuan lainnya, terutama
Maria, Ibu Tuhan Yesus yang tidak
lagi disebut-sebut namanya (sam-
pai nanti di Kitab Kisah Rasul
1:14). Karena Alkitab tidak
menjelaskan, maka tentunya kita
PESAN
tidak dapat menjawabnya. Dalam
Kitab Injil Lukas dikatakan, “Dan
perempuan-perempuan yang datang
bersama-sama dengan Tuhan
Yesus dari Galilea, ikut serta dan
mereka melihat kubur itu dan ba-
gaimana mayat-Nya dibaringkan”
(Luk. 24:55). Keterangan lanjut
dalam ayat 56 menyatakan bahwa
para perempuan yang sama juga
menyediakan rempah-rempah un-
tuk dibawa ke kubur Tuhan Yesus
nantinya. Markus menyebut tiga
nama perempuan yang mendam-
pingi Tuhan Yesus dalam pela-
yanan-Nya sejak dari Galilea
(15:40), dua di antaranya pergi ke
kubur, dan pagi-pagi benar pada
hari ketiga, mereka bertiga itu juga
yang pergi ke kubur (16:1).
Dalam proses penguburan
Tuhan Yesus, menurut catatan
Markus hanya Yusuf Arimatea
(dibaca: Yusuf, orang Arimatea)
yang berperan. Dia yang meng-
ajukan permohonan kepada Gu-
bernur Pilatus guna mendapatkan
tubuh Tuhan Yesus, lalu mem-
persiapkan segala sesuatunya bagi
suatu penguburan yang layak se-
suai ketentuan serta budaya Yahudi
waktu itu. Dikatakan bahwa Yusuf
Arimatea membeli kain lenan un-
tuk mengafani tubuh Tuhan Yesus.
Dalam Kitab Injil Yohanes dise-
butkan bahwa Nikodemus sesama
rekannya anggota Sanhedrin juga
datang membantu dan dia mem-
bawa campuran minyak mur de-
ngan minyak gaharu, kira-kira lima
puluh kati beratnya (Yoh. 19:39).
Ya, tentu saja para pembaca
PESAN
mengerti bahwa kedua orang
penting (“anggota Majelis Besar
yang terkemuka”) itu tidak
mengerjakan sendiri semuanya,
mereka pasti melakukannya
bersama para pembantu mereka
karena proses penguburan Tuhan
Yesus pasti merupakan pekerjaan
yang cukup berat. Mereka harus
menurunkan jenazah yang ber-
lumuran darah dari bekas cam-
bukan dan pukulan serta lilitan
mahkota duri di kepalanya, lalu dari
luka bekas paku di dua tangan dan
dua kakinya mungkin masih me-
ngucur darah segar, ditambah lagi
dengan darah bercampur air yang
keluar dari bekas tombakan ser-
dadu Romawi di lambung-Nya (Yoh.
19:34).
Demikianlah tubuh Tuhan
Yesus tentunya musti dibawa ke
rumah dan dimandikan lalu di-
kafani, baru kemudian dibawa ke
tempat, yang dalam pikiran ma-
nusia, adalah peristirahatan ter-
akhir bagi-Nya yaitu di tanah pe-
kuburan milik keluarga Yusuf, orang
Arimatea itu. Jadi, walaupun Yusuf
berasal dari Arimatea, sebuah kota
kecil di pebukitan Efraim sekitar
30 km di sebelah Utara Barat Laut
Yerusalem, namun dia rupanya
tinggal di Yerusalem dan memiliki
tanah pekuburan yang berada tidak
jauh dari tempat penyaliban.
Kata yang dipakai oleh
Markus dalam ayat 43 untuk
menyebut status Yusuf Arimatea
adalah âïõëåõôÞò (bouleutçs)
sehingga para penerjemah LAI
menggunakan frasa “seorang ang-
17
gota Majelis Besar” sebagai ter-
jemahannya bukan “seorang ang-
gota Mahkama Agama.” Frasa
Mahkamah Agama muncul dalam
ayat 1 pasal ini (15:1) dan di pasal
sebelumnya (14:55) untuk mener-
jemahkan kata óõíÝäñéïí
(sunedrion) atau yang biasanya
ditransliterasi menjadi “sanhedrin.”
Sekali lagi penggunaan kata
bouletes dalam ayat 43 dilakukan
oleh Markus karena pada ayat ini,
konteks ceritera tidak menyebutkan
para imam kepala dan para tua-tua
Yahudi seperti pada dua rujukan
sebelumnya itu, sehingga dia
merasa perlu mengunakan istilah
Yunani yang lebih dikenal oleh para
pembacanya untuk menyebut
lembaga Yahudi yang sama.
Ada dua hal yang penting
berhubungan dengan prilaku Yusuf
Arimatea ketika dia memberanikan
diri datang menghadap Gubernur
meminta jenazah Tuhan Yesus.
Yang pertama, keberaniannya itu
mengalahkan ketakutannya pribadi
yang selama ini tidak pernah me-
nunjukkan diri sebagai orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus. Apa
yang mendorong dia berlaku berani
seperti itu? Yang kedua, sikap
Pilatus yang berlaku baik dengan
menyambut positif permohonan dari
seseorang yang tidak mepunyai
hubungan keluarga apapun dengan
Yesus Kristus, itu sungguh men-
cengangkan. Jadi, kedua hal yang
terkait dengan permohonan Yusuf
Arimatea itu adalah hal-hal yang
luar biasa (extra ordinary), bahkan
dapat dikatakan ajaib (amazing).
18
Menyangkut hal pertama
yaitu keberanian Yusuf Arimatea
yang datang bermohon kepada
Pilatus, dituliskan oleh semua
empat penginjil. Masing-masing
dari mereka mencatat beberapa
atribut Yusuf yang apabila diga-
bungkan kurang lebih adalah sbb.:
(1) Yusuf adalah orang Arimatea,
(2) Dia adalah anggota terkemuka
Majelis Besar (dan dia tidak setuju
pada tindakan majelis yang men-
zalimi Tuhan Yesus), (3) Dia juga
sedang menanti-nantikan kerajaan
Allah (ini menunjukkan bahwa dia
adalah dari mashab Farisi), (4) Dia
itu orang kaya (ini menggenapi
nubuatan dalam Yesaya 53:9, (5)
Dia adalah orang baik dan benar,
dan (6) Dia telah menjadi murid
Tuhan Yesus (Mark. 15:43; Mat.
27:57; Luk. 23:50-51; Yoh. 19:38).
Evangelis Yohanes menambahkan
bahwa Yusuf Arimatea adalah mu-
rid Tuhan Yesus “tetapi sembunyi-
sembunyi karena takut kepada
orang-orang Yahudi.” Dengan de-
mikian dalam catatan Yahanes ada
dua orang pemimpin Yahudi, yakni
Yusuf dan Nikodemus, yang sudah
percaya kepada Tuhan Yesus se-
bagai Mesias yang dijanjikan ke-
pada umat Israel namun sampai
pada saat-saat kematian-Nya ma-
sih sembunyi-sembunyi.
Tetapi ketika hari menjelang
malam pada tgl. 15 bulan Nisan itu
keduanya bersama-sama tanpa
takut dan ragu melakukan per-
buatan yang mulia kepada Sang
Mesias yang tubuh-Nya masih
tergantung di kayu salib. Hukum
PESAN
dan budaya Yahudi mengharuskan
tubuh orang yang mati, termasuk
nara pidana yang mati di tiang
gantungan, tidak boleh dibiarkan
tidak dikubur sampai malam tiba
(Ulangan 21:23). Bangsa Romawi,
yang pada waktu itu menjajah
Israel, tidak mempunyai hukum
dan budaya seperti itu, bahkan
mayat orang-orang yang dihukum
gantung biasanya dibiarkan mem-
busuk di tiang gantungan atau
dimakan oleh hewan pemangsa
sehingga tinggal rangka-rangka
mereka yang berjatuhan lalu di-
kumpul dan dibuang dalam kuburan
masal. Kecuali kalau pihak ke-
luarga meminta mayat korban ke-
pada penguasa Romawi, maka ada
hukum yang memungkinkan hal itu
terjadi. Tentu hati nurani kedua
orang terkemuka Yahudi ini tidak
akan mungkin membiarkan hal
seperti itu terjadi pada Tuhan
Yesus. Karena itu, walaupun Yusuf
Arimatea tidak mempunyai hu-
bungan keluarga dengan Yesus
secara jasmani, namun dia telah
memberanikan diri untuk datang
menghadap Gubernur Pilatus dan
memohon jenazah-Nya.
Perhatikan bahwa di sini
tidak ada petunjuk mengenai mo-
tivasi yang timbul dari pengha-
rapan akan kebangkitan Tuhan
Yesus baik di pihak Yusuf dan
Nikodemus, maupun di pihak para
perempuan yang disebutkan di
atas. Murid-murid-Nya yang sudah
disersi pun tidak menunjukkan
adanya pengharapan akan kebang-
kitan Tuhan Yesus karena walau-
PESAN
pun Tuhan Yesus sudah mem-
beritahukannya kepada mereka,
namun seperti yang ditulis oleh
Lukas, “Akan tetapi mereka sama
sekali tidak mengerti semuanya
itu; arti perkataan itu tersembunyi
bagi mereka dan mereka tidak tahu
apa yang dimaksudkan” (Luk.
18:34).
Demikianlah dapat diper-
kirakan bahwa kemungkinan hanya
Maria, Ibu Yesus, yang yakin akan
hal itu, karena Sang Ibu ini mem-
punyai kebiasaan untuk menyim-
pan segala sesuatu di dalam ha-
tinya (Luk. 2:19, 51). Hal ini kurang
lebih dapat menjawab pertanyaan,
mengapa peran Maria tidak keli-
hatan signifikan mulai dari saat-
saat penangkapan-Nya di Taman
Getsemani, dan sejak penang-
kapannya itu Tuhan Yesus digiring
dari satu tempat ke tempat yang
lain menjalani enam sesi pengadilan
yang tidak adil itu, Dia juga sudah
dianiaya habis-habisan sehingga
tubuhnya sudah berlumuran darah,
sampai besoknya Dia harus jatuh
bangun memikul salib-Nya mene-
lusuri via dolorosa menuju Tempat
Tengkorak. Syukurlah ada Simon,
orang Kireni, yang bersedia mene-
rima salib Tuhan Yesus itu dile-
takkan di atas pundaknya mendaki
bukit Golgota (Luk. 23:26).
Sampai di titik ini, tidak
tampak nama Maria, Ibu Yesus itu
disebut-sebut dalam kisah penang-
kapan, pengadilan sampai dengan
penyaliban-Nya. Setelah Yesus
disalibkan, hanya Yohanes yang
mencatat keberadaan Maria yang
19
berdiri di bawah salib Tuhan Yesus
bersama dengan murid yang dika-
sihi-Nya. Hal ini tampaknya memi-
cu perkataan salib yang ketiga,
“Ibu, inilah anakmu!” … “ Inilah
ibumu!” (Yoh. 19:26-27). Sesudah
itu keberadaan dan peran Maria,
Ibu Yesus tidak disebutkan lagi.
sementara beberapa nama pe-
rempuan, termasuk beberapa Maria
yang lain, masih disebut-sebut.
Menyangkut hal kedua yaitu
sikap Pilatus yang berlaku baik
dengan merespon positif permin-
taan Yusuf Arimatea itu, mungkin
juga tidak diharapkan demikian
oleh Yusuf sendiri. Maksudnya,
Yusuf tentu mempunyai harapan
bahwa permohonannya akan dika-
bulkan oleh sang Gubernur tetapi
tidak semudah apa yang terjadi.
Gubernur Pilatus yang dikenal sulit
mengambil keputusan tegas, masih
ragu bahkan heran mendengar
berita bahwa Yesus sudah mati.
Karena itu dia memanggil kepala
pasukan yang memimpin eksekusi
penyaliban Yesus untuk memas-
tikan kalau-kalau benar bahwa
Yesus sudah mati. Seandainya pun
Pilatus itu adalah seorang pe-
mimpin yang mampu mengambil
keputusan tegas, maka tindakan
check and recheck yang dia laku-
kan di sini merupakan sesuatu
yang bijaksana.
Hanya Markus yang menye-
butkan adanya prosedur check and
recheck yang dilakukan oleh
Pilatus (15:44-45), dan hal ini perlu
ditulis agar lebih memudahkan para
pemabacanya yang dipercayai
adalah orang-orang yang bukan
20
Yahudi di Kota Roma untuk meng-
hubungkan kisah kematian dan
penguburan Tuhan Yesus dengan
system kekuasaan yang berlaku
dalam kekaisaran Romawi. Bagi
kepentingan Pemerintah Romawi
kepastian itu diperlukan untuk
menjamin ketelitian pencatatan dan
pelaporan (the accuracy of filing
and reporting) mengingat “Orang”
yang dihukum mati ini adalah Raja
orang Yahudi; dan bagi kepentingan
pekabaran Injil hal itu juga diper-
lukan karena berita kematian Tuhan
Yesus di kayu salib adalah elemen
Injil yang sangat penting (I Kor.
15:3). Keterangan kepala pasukan
yang menyungguhkan kebena-
rannya kepada Gubernur Romawi
adalah fakta yang tidak dapat
diragukan bahwa Yesus sudah
benar-benar mati, bukan diganti
dengan orang lain atau diculik oleh
siapapun. Kemudahan yang dipe-
roleh Yusuf dari Gubernur Pilatus
yang berkenan memberikan tubuh
Tuhan Yesus, oleh sebagian pe-
nafsir dijelaskan bahwa itu dapat
saja timbul dari hati nuraninya
yang membenarkan bahwa Yesus
Kristus memang tidak bersalah
(Grasmick. “Mark” in The Bible
Knowledge Commentray, New
Testament, Eds, John F. Walvoord
& Roy B. Zuck, Cook
Communications Ministries, 2004,
p. 191). Artinya, tersirat dalam
tindakan Pilatus itu sebuah penga-
kuan bahwa ia, selaku pe nguasa
pemerintahan yang sah, telah
menghukum orang yang tidak
bersalah (15:14).
Mari kita terus belajar bersama.
PESAN
 Ruang Tanya-Jawab Alkitab
Diasuh oleh: Pdt. Frans P. Tamarol
Tanya:
Berkenaan dengan perin-
tah untuk beranakcucu dan
memenuhi bumi (Kej. 1 dan 9).
Seperti yang Pdt.Tamarol tulis
dalam buku Ayat-Ayat Alkitab
Saling Bertentangan, Benarkah?
bahwa perintah tersebut hanya
diberikan pada dua titik waktu
itu, yaitu pada dispensasi kesu-
cian dan pada dispensasi pe-
merintahan manusia ketika jum-
lah manusia pada waktu itu
sangat sedikit. Namun ayat atau
perintah untuk beranak cucu itu
juga sering disebut-sebut oleh
para pengajar Alkitab sebagai
mandat yang masih terus berlaku
sampai sekarang. Bagaimana,
apakah perintah itu dapat kita
aplikasikan secara literal bagi
kita di dispensasi anugerah?
Apakah yang menjadi perintah
bagi orang-orang kudus di dis-
pensasi anugerah tentang ber-
anakcucu?
PESAN
Jawab:
Ada banyak hal yang secara
alami diberikan Tuhan untuk menjadi
bagian atau tugas manusia mulai dari
saat penciptaan. Psikhologi me-
namakan beberapa hal yang alami
itu sebagai naluri (instinct or innate
behavior) yaitu a.l.: (a) Naluri untuk
makan, (b) Naluri seksual, dan (c)
Naluri mempertahankan diri. Hal-hal
tersebut tidak memerlukan perintah
atau bahkan pembelajaran guna
melakukannya. Kalaupun dalam
perkembangan masyarakat ke-
mudian ada teori yang disusun
mencakup hal-hal tersebut, itu
dimaksudkan untuk membina dan
mendidik manusia supaya melakukan
hal-hal itu lebih baik, lebih etis, dan
lebih beradab. Jikalau Tuhan Allah
harus mengeluarkan perintah, maka
itu berarti ada maksud Tuhan yang
lebih daripada hal-hal yang
dinamakan naluri itu.
Dalam Kejadian 1 misalnya,
kepada manusia, Tuhan memberikan
21
peraturan tentang makanan dan
tentang beranakcucu dan bertambah
banyak. Tuhan juga memberikan
perintah kepada Adam untuk me-
naklukkan bumi dan menguasai ikan-
ikan, burung-burung dan binatang-
binatang. Sebelum dikeluarkan
perintah ekslpisit untuk tidak mem-
bunuh, ketika Kain membunuh Habel
adiknya, Tuhan menghukum Kain
(Kejadian 4). Hal itu menunjukkan
bahwa kehidupan manusia harus
dijunjung tinggi, dijaga dan diper-
tahankan. Dalam Kejadian 9, Tuhan
juga mengeluarkan perintah yang
berhubungan dengan hal makanan
dan beranakcucu dan bertambah
banyak. Pada ayat 5 dan 6, Tuhan
memperjelas pembelaan terhadap
nyawa manusia dengan perintah
yang tegas untuk menghukum orang
yang menghilangkan nyawa.
Jadi, di era manapun, atau
dalam dispensasi yang manapun
dalam sejarah kemanusiaan, pasti
manusia yang sehat akan makan,
mempertahankan dirinya, dan khu-
sus untuk mereka yang sudah
dewasa dan normal akan beranak-
cucu. Pertanyaan-pertanyaan yang
muncul ialah, mengapa hanya dalam
dua titik waktu itu Allah memberikan
perintah untuk beranakcucu dan
bertambah banyak? Seandainya
Tuhan Allah tidak memberikan
perintah itu, apakah manusia akan
beranakcucu juga? Jawabannya
sudah dapat dilihat dari keberadaan
22
manusia pada saat itu, yaitu jumlah
penduduk dunia dalam Kejadian 1
hanya dua orang sedangkan dalam
Kejadian 9 hanya 8 orang. Sean-
dainya pun Tuhan Allah tidak menge-
luarkan perintah itu, manusia akan
tetap melakukan hubungan seksual
dan kemungkinan besar akan terjadi
pertambahan penduduk. Namun ada
satu hal penting yang biasanya
dilupakan oleh para pembaca Alkitab
yakni maksud Allah memerintahkan
hal itu adalah untuk memenuhi dan
menguasai bumi (Kejadian 1:28).
Dalam Kejadian 9, maksud Allah itu
tidak diulang, namun tentu Nuh dan
anak-anaknya tahu maksud Tuhan
sehubungan dengan perintah ber-
anakcucu yang diberikan sejak awal
penciptaan manusia itu. Karena itu,
ketika kita membacanya, kita pun
harus mengerti demikian.
Dalam Kejadian pasal 10,
seperti juga pada pasal 5, kenyataan
dari pelaksanaan perintah untuk
beranakcucu dan bertambah banyak
itu disajikan dalam silsilah per-
tambahan penduduk. Namun dalam
Kejadian 11, kita dapat membaca
kisah pembangkangan manusia
terhadap maksud Allah yaitu me-
menuhi bumi. Manusia lebih senang
mengikuti kemauan sendiri daripada
kehendak Allah. Manusia mau
berkumpul, menjadi banyak dan
membuat nama besar bagi diri
sendiri. Hal itu tentu menjadikan
Tuhan Allah murka kepada manusia.
PESAN
Apakah Tuhan Allah kehabisan akal?
Tidak, sama sekali tidak. Tuhan
selalu mempunyai cara untuk menja-
dikan kehendak-Nya terlaksana,
walaupun manusia cenderung dan
berusaha melawan-Nya. Pada
waktu itu Tuhan Allah mengacau-
balaukan bahasa manusia sehingga
mereka tidak dapat saling mengerti
dan akibatnya merekapun berserak
ke segala penjuru bumi yang me-
reka dapat capai pada waktu itu.
Pertanyaan berikut muncul,
apakah perintah Allah untuk ber-
anakcucu dan bertambah banyak
masih perlu diterapkan secara literal
dalam dispensasi anugerah sekarang
ini? Seperti sudah dijelaskan di atas,
tanpa perintah ini pun, manusia terus
beranakcucu dan bertambah ba-
nyak. Bukankah pada awal bulan
November 2011 jumlah penduduk
bumi mencatat bilangan yang sangat
besar yaitu tujuh miliar? Persoalan
yang muncul sebenarnya bukan
perlunya menaati atau tidak menaati
perintah itu secara literal, tetapi
apakah maksud Tuhan sehubungan
dengan perintah itu sudah tercapai?
Jawaban pertanyaan ini adalah sbb:
(1) Perintah itu ada tertulis dalam
Alkitab, jadi tentunya adalah bagian
Firman Tuhan; (2) Perintah itu hanya
diberikan dalam Disepnsasi Kesu-
cian dan kemudian diulang pada
awal Dispensasi Pemerintahan
Manusia yaitu ketika mana jumlah
penduduk bumi paling sedikit; (3)
PESAN
Maksud Allah ketika memberi
perintah itu adalah supaya manusia
bersebar memenuhi dan menguasai
bumi; (4) Dalam masa sekarang,
jumlah penduduk bumi sangat
banyak dan sudah menyebar ke
seluruh penjuru bumi yang layak
dihuni manusia; dan (5) karena itu
maka secara prinsipial perintah itu
tetap berlaku, namun secara prak-
tikal (baca dispensasional) tentu
usaha-usaha manusia untuk mem-
batasi jumlah anggota keluarga tidak
dapat dianggap sebagai pembang-
kangan terhadap perintah Allah itu
sebab kelanjutan proses beranak-
cucu tetap terus berlangsung,
penyebaran penduduk untuk meme-
nuhi bumi tetap berlangsung, namun
jumlah keseluruhan penduduk bumi
pada masa sekarang sudah sangat
besar.
Tanya:
Salam sejahtera dalam
Tuhan Yesus!
Semoga Pdr. Tamarol,
sehat- sehat saja dalam kasih
karunia Tuhan.
Saya mau minta insights
tentang pertobatan Saulus. Ba-
gaimana seorang Kristen dapat
menjelaskan kepada orang-
orang tidak percaya yang ber-
usaha berbuat baik untuk selamat
(termasuk para Saksi Yehovah,
23
yang sangat giat “menginjil,”
walaupun yang mereka sam-
paikan bukan Injil, karena me-
reka menganggap itu sebagai
suatu usaha untuk memperoleh
keselamatan) bahwa Saulus mela-
kukan pemberitaan Injil di Kisah
9:19b-31 sebagai bukti atau
buah dari pertobatannya? Bahwa
sebelum melakukan itu sesung-
guhnya ia sudah memiliki kepas-
tian keselamatan, sudah yakin
bahwa dosa-dosanya sudah diam-
puni dan dia telah memiliki hidup
yang kekal? Bolehkah Bpk.
Tamarol memberikan beberapa
masukan?
Terimakasih!
Jawab:
Saya memperhatikan bahwa
pada dasarnya sdr mengajukan dua
pertanyaan yang urutannya saya
balik: Pertama, apakah Saulus
melakukan pemberitaan Injil [di
Damsyik], seperti dicatat dalam
Kisah 9:19b-31, sebagai bukti atau
buah pertobatannya? Dan kedua,
bagaimana menjelaskan kepada
orang yang belum percaya yang
berusaha berbuat baik untuk selamat
(contohnya orang-orang Saksi
Yehovah yang sangat giat menginjil
sebagai bagian usaha mereka untuk
beroleh keselamatan)?
Untuk pertanyaan pertama,
“ya” jawabnya, dalam pertobat-
annya Paulus berubah 180 derajat,
24
dari pembenci Tuhan Yesus dan
penganiaya orang –orang yang yang
percaya kepada-Nya, menjadi orang
yang sama sekali baru. Dia telah
menjadi percaya kepada Tuhan
Yesus, dan dia menjadi orang
teraniaya karena Kristus. Tidak ada
petunjuk eksplisit mengenai proses
yang dialami dalam perubahan itu
seperti biasanya kita mau melihat
pada orang-orang yang kita injili di
masa sekarang yaitu a.l.: Orang itu
menyatakan langsung bahwa dia
sudah percaya, dia berdoa meng-
undang Yesus masuk dalam hatinya,
dia diberikan ayat Alkitab tentang
kepastian keselamatan, kepastian
keampunan dosa dan kepastian hidup
yang berkemenangan dan dia men-
jadi yakin akan hal-hal itu. Lalu dia
bersaksi tentang apa yang sudah
dibuat oleh Tuhan Yesus terha-
dapnya. Perubahan Saulus juga
melewati proses yang kurang lebih
seperti itu, namun kitab Kisah Para
Rasul tidak merinci demikian (Baca
dalam catatan mengenai pertobatan/
kesaksian hidup Paulus dalam Kisah
9:1-18; 22::1-16; 26:9-18). Yang
pasti ialah perubahan hidupnya yang
drastis menunjuk kepada kepastian
bahwa Saulus telah menjadi percaya
kepada Tuhan Yesus selaku Juru-
selamatnya. Itu berarti dia sudah
diselamatkan, dan hal itu mem-
buahkan tekad yang tajam untuk
memberitakan Injil Yesus Kristus,
bukan sebaliknya yaitu dia berusaha
melayani Tuhan supaya beroleh
selamat.
PESAN
 Untuk pertanyaan kedua,
kita harus memberikan ayat-ayat
Alkitab seperti Efesus 2:8-9 dll yang
biasanya diajarkan dalam pelatihan
penginjilan. Tidak ada resep khusus
untuk menjelaskan selain
meyakinkan orang-orang yang kita
injili dengan kebenaran Firman
Tuhan. Dalam booklet Pelayanan
Rohani terbitan Yayasan PELITA,
disediakan langkah-langkahnya pada
halaman 13, Alternatif 1 dari Kasus
1 (1.1). Namun langkah-langkah
tersebut hanya diberikan sebagai
contoh. Kita harus berserah kepada
Roh Kudus agar memakai ayat-ayat
Alkitab yang kita sampaikan untuk
menerangi hatinya. Juga dalam buku
Keselamatan oleh Iman atau
Perbuatan khususnya Bagian V
(“Selamat oleh Iman”) di bawah sub
judul “Manusia harus sadar bahwa
ia tidak mampu” (mulai halaman 52)
pokok yang sama diperjelas dan
dipertegas.
Tuhan memberkati.
Question:
Believing that agape is a
kind of love with the highest
quality, as the Bible teaches us,
can we possess agape or, to
express it in different way of
saying, can we have and be able
to express a love with the quality
of agape toward one another?
PESAN
Answer:
The answer to your question
is a big “YES!” God is agape (I
John 4:7, 16), so for believers, as
they had accepted Christ as their
personal Lord and Savior, they were
born in the Holy Spirit. From that
time on God resides within them;
therefore, God’s agape has also
become part of believers’ life. The
unbelievers on the other hand could
not have agape although they
possess some sort of love toward
their family and relatives and friends.
As your question states it, agape is
the highest in quality compared to
other kinds of love such as fileo
(love between friends or family
members) and eros (love between
male and female lovers).
Some scholars though would
not be so dogmatic in distinguishing
these kinds of love based on the use
of different Greek words. What I
am doing here is just referring your
question to the way the Bible uses
the word agape for God’s love.
When the Bible speaks about how
great God has loved and always
loves us, it uses Greek word agape
(John 3:16). When the Bible speaks
about God’s command for us
believers to love one another, it uses
Greek word agape (John 13:34-35;
I Corinthians. 13:1-13). Only in a
very few occasions the Greek word
fileo are used; the context will guide
our understanding of such
occurrences. The Greek word eros
is not used in the Bible.
25

Jangan
Goyah
Oleh : Johan A. Sumampouw
R
asul Paulus menulis dalam
Surat Roma bahwa TIDAK
SEORANGPUN DIBENAR-
KAN KARENA PERBUATAN BAIK-
NYA (Roma 3:20, Sebab TIDAK
SEORANGPUN YANG DAPAT DI-
BENARKAN DI HADAPAN ALLAH
OLEH KARENA MELAKUKAN hu-
kum Taurat, karena justru oleh
hukum Taurat orang mengenal
dosa). Karena itu Allah menye-
diakan Anugerah yaitu kita telah
dibenarkan dengan cuma-cuma
oleh Penebusan Kristus (Roma
3:23, Karena SEMUA ORANG
TELAH BERBUAT DOSA dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, Roma
3:24 dan OLEH KASIH KARUNIA
(=anugerah) TELAH DIBENARKAN
DENGAN CUMA-CUMA karena
PENEBUSAN DALAM KRISTUS
YESUS). Rasul Paulus kemudian
mengatakan bahwa hanya orang
YANG PERCAYA KEPADA TUHAN
YESUS KRISTUS YANG DIBE-
NARKAN (Roma 3:26, maksud-
Nya ialah untuk menunjukkan ke-
26
SANA-SINI
adilan-Nya pada masa ini, supaya
nyata, bahwa IA BENAR DAN
JUGA MEMBENARKAN ORANG
YANG PERCAYA KEPADA
YESUS).
Ternyata tidak sampai di situ
saja Rasul Paulus juga mengatakan
bahwa YANG TIDAK BEKERJA
(=TIDAK BERBUAT BAIK) NAMUN
PERCAYA, IMANNYA DIPERHI-
TUNGKAN SEBAGAI KEBENAR-
AN (KESELAMATAN BUKAN DE-
NGAN BERBUAT BAIK TAPI DE-
NGAN IMAN, (Roma 4:4 Kalau ada
ORANG YANG BEKERJA, UPAH-
NYA TIDAK DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI HADIAH, TETAPI SEBA-
GAI HAKNYA. Roma 4:5, Tetapi
kalau ada orang yang TIDAK BE-
KERJA, NAMUN PERCAYA KEPA-
DA DIA YANG MEMBENARKAN
ORANG DURHAKA, IMANNYA DI-
PERHITUNGKAN MENJADI KEBE-
NARAN).
Apa yang dikatakan Rasul
Paulus dalam Surat kepada jemaat
di Roma tentulah didasarkan oleh
PESAN
Hikmat Allah, dan sehingga lebih
tepat bahwa sesungguhnya begi-
tulah yang Allah inginkan kepada
manusia mengenai Keselamatan.
Sehingga wajar saja kalau Kitab
Roma sebagian besar berisi Doktrin
Keselamatan yang harus dipahami
oleh setiap orang percaya, dan
tentu saja doktrin ini harus dipe-
lihara dan dijaga dalam pema-
haman yang benar dan juga de-
ngan implementasi yang baik dan
benar, oleh karena itu saya per-
caya rasul paulus juga mengingat-
kan Jemaat di Roma yang artinya
mengingatkan kepada kita agar kita
selalu berusaha menjaga kualitas
hidup kita sebagai orang percaya
di tengah dunia ini. Maksudnya
walaupun kita hidup ditengah ge-
lombang dan badai, Iman tersebut
harus KUAT dan TIDAK GOYAH,
atau JANGAN GOYAH. Untuk itu
pula Rasul paulus telah mengu-
atkan kita supaya Kita tetap ber-
sukacita dalam pengharapan, ber-
sabar dalam kesesakan dan ber-
tekun dalam doa, bahkan kalaupun
kita bisa selamanya kita harus
bersukacita dalam pengharapan,
untuk selamanya kita harus sabar
di dalam kesesakan demikian juga
selamanya kita harus bertekun
dalam doa.
Ketika rasul Paulus menulis
ayat ini dia sudah yakin bahwa
dunia di mana orang percaya ting-
gal adalah dunia yang semakin
tidak bersahabat, apalagi sekarang
sudah 2 ribu tahun yang lalu, ten-
tulah dunia yang semakin parah,
oleh karenanya kalau kita per-
hatikan, maka tidak salah apa yang
PESAN
dikatakan rasul Paulus dalam
Roma 12:2 bahwa, “Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pemba-
haruan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah ke-
hendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.”
Salah satu doktrin klasik
orang Kristen mula-mula adalah
menjadi orang Kristen atau orang
percaya, sungguh dia pasti akan
mengalami penderitaan, dan saya
percaya doktrin inipun tetap berlaku
hingga sekarang. Saya yakin bah-
wa ini adalah fakta Iman, fakta
sejarah sejak dunia dijadikan dan
hingga saat ini tidak berubah. Oleh
karena itu jika ada yang bilang
menjadi orang Kristen dia tidak
akan menderita selama ia tinggal
di dunia ini, maka kita harus hati-
hati terhadap pengajaran ini.
Kenapa saya harus menga-
takan demikian? Tentu karena
sejarah telah membuktikan bahwa
setiap orang percaya akan meng-
alami penderitaan dan pengani-
ayaan dalam perjalanan hidupnya,
entah itu dalam kurun waktu ter-
tentu ataupun bisa jadi selama
hidupnya. Dalam Alkitab banyak
sekali tokoh-tokoh yang dapat
menjadi teladan kita, sebagian
tokoh tersebut dalam menghadapi
penderitaan sebagai orang percaya
mereka mampu mengatasinya, dan
salah satu kata kuncinya adalah
karena keteguhan hati mereka,
yaitu mereka tidak tergoyahkan
karena Iman mereka yang kuat
kepada Tuhan.
27
 Mari kita membayangkan kita
sedang diceramahi oleh Rasul
Paulus yang mengajak kita supaya
kita JANGAN GOYAH menghadapi
Hidup yang penuh tantangan ini,
sembari kita membayangkan bah-
wa Paulus pun juga berkata bahwa
mari kita tetap bersukacita dalam
pengharapan, bersabar dalam kese-
sakan dan bertekun dalam Doa.
Bersukacita dalam Pengharapan
Ini adalah doktrin Kristiani
yang harus kita pegang dan seka-
ligus harus dipraktekkan. Dalam
sebuah pertandingan kejuaraan di
tahun 70-an, Rudy Hartono,
maestro bulu tangkis Indonesia
saat itu berhadapan dengan pe-
main hebat asal Malaysia, Punch
Gunalan. Ketika itu Punch me-
mimpin dengan telak. Rudy keting-
galan angka 1-14. Satu angka lagi,
Punch akan menjadi juara. Secara
logika tentu kemenangan hanya
tinggal menunggu waktu saja. Tapi
apa yang terjadi? Rudy Hartono
tidak menyerah sama sekali.
Secara luar biasa dia membalikkan
keadaan. Angka demi angka diraih
untuk menyusul Punch hingga
akhirnya keluar sebagai peme-
nang. Dalam sebuah acara TV
beberapa puluh tahun berikutnya,
Rudy menceritakan apa yang ter-
jadi saat itu. Demikian kira-kira
katanya: “kalau saat itu saya
menyerah dan berpikir “yah mati
deh.... saya pasti bisa benar-benar
mati dan kalah,” katanya. Rudy
saat itu berpikir positif. Nothing to
28
lose. “Kalaupun kalah tidak ma-
salah, karena saya sudah benar-
benar berusaha,” katanya. Sikap
positif ini membuat Rudy meman-
dang ketinggalan angka dalam
posisi kritis itu menjadi sebuah
peluang untuk meraih kemenangan.
Tekanan secara perlahan berpindah
kepada Punch, dan Rudy pun me-
menangkan pertandingan. Bayang-
kan jika Rudy saat itu mudah
menyerah, mendasarkan hanya
pada logika dan hilang semangat
ketika dalam posisi kritis, hasil
akhirnya tentu akan berbeda.
Tuhan tidak pernah menginginkan
kita untuk menyerah. Kita tahu
bahwa ada pengharapan tanpa
batas dalam Kristus. Rudy
Hartono sekarang aktif sering mem-
berikan kesaksian hidup, dan itu
sangat beralasan seperti dikatakan
dalam Amsal yang menuliskan
“Sebab tujuh kali orang benar jatuh,
namun ia bangun kembali, tetapi
orang fasik akan roboh dalam
bencana (Amsal 24:16).”
Sebagaimana Rudy Hartono
kita juga sebagai anak-anak Tuhan
yang punya pengharapan, tidak
seharusnya kita mudah jatuh,
frustrasi, menyerah dan kemudian
kalah. Orang benar boleh jatuh
berkali-kali, tapi tetap bangkit, dan
kemudian menjadi pemenang, bah-
kan lebih dari pemenang. Bukan
menjadi pecundang.
Roma 8:36-37 menuliskan,
“Oleh karena Engkau kami ada
dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai
domba-domba sembelihan. Tetapi
PESAN
dalam semuanya itu kita lebih dari
pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi
kita.”
Tentu saja ada rasa sakit
ketika kita terus menerus bertemu
dengan kegagalan. Tapi jangan
jadikan itu sebagai sesuatu yang
traumatis kemudian membuat kita
sulit bangkit karena terus ter-
belenggu dengan masa lalu. Oleh
karena itu mari kita Jadikan ke-
gagalan itu sebagai sebuah pela-
jaran berharga, dan jadikanlah
sebuah titik tolak untuk bangkit.
Rasul Paulus juga berkata dalam
2 Korintus 4:8-9, “Dalam segala hal
kami ditindas, namun tidak terjepit;
kami habis akal, namun tidak
putus asa; kami dianiaya, namun
tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak bi-
nasa.” Ini Sebuah perkataan yang
menunjukkan sebuah mental baja
yang tidak mudah menyerah. Kita
tahu bagaimana beratnya pergu-
mulan Paulus setelah ia bertobat.
Di lempar batu, menghadapi badai
besar dalam salah satu pelaya-
rannya ketika melayani, dipenjara,
dianiaya dan lain-lain. Pertanyaan
untuk kita bisakah kita mempunyai
pola pikir seperti Paulus seperti
yang ia maksudkan dalam 2
Korintus 4:10 “Kami senantiasa
membawa kematian Yesus di
dalam tubuh kami, supaya kehi-
dupan Yesus juga menjadi
nyata di dalam tubuh kami.”
Ayat 16 “Sebab itu kami tidak ta-
war hati, tetapi meskipun manusia
lahiriah kami semakin merosot,
PESAN
namun manusia batiniah kami
dibaharui dari sehari ke sehari,”
kemudian ayat 17, “Sebab pen-
deritaan ringan yang sekarang ini,
mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-ga-
lanya, jauh lebih besar dari pada
penderitaan kami.”
Paulus sangat bersukacita
dalam pengharapannya karena ia
tahu bahwa Segala penderitaan
yang dialami Paulus dan rekan-
rekan sepelayanan belumlah se-
banding dengan penderitaan yang
dialami Yesus dalam menebus
dosa-dosa manusia. Dan pende-
ritaan itu semua masih terbilang
ringan jika dibandingkan dengan
kemuliaan kekal, sebuah keba-
hagiaan yang luar biasa dan abadi
sifatnya, yang dijanjikan Tuhan.
Dengan dasar itu, Paulus dan re-
kan-rekan tidak merasa tawar hati
bahkan menghadapi maut seka-
lipun. Kita tentu juga demikian,
penderitaan boleh datang, kega-
galan boleh hadir dalam hidup kita,
tapi semua itu bukanlah akhir dari
segalanya, melainkan sebuah awal
untuk belajar melangkah dalam
proses perjalanan hidup kita untuk
mencapai kesuksesan. Dalam
Filipi, Paulus mengungkapkan se-
buah tips penting menjalani kehi-
dupan, “Aku melupakan apa yang
telah di belakangku dan menga-
rahkan diri kepada apa yang di
hadapanku, dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah
dalam Kristus Yesus (Filipi 3:13-
14).” Belajarlah dari kegagalan dan
29
jadikan itu sebagai awal kesuk-
sesan.
Bersabar dalam kesesakan
Kita tentu sangat biasa
mengantri di ATM, toilet umum, di
depan loket, menunggu dipanggil
ketika harus menemui customer
service, di restoran. Kadang-
kadang mengantri bisa membuat
orang kesal. Apalagi jika penantian
tersebut seperti penantian Pa-
sangan suami istri yang menunggu
dikaruniai anak, atau orang-orang
yang masih lajang menantikan
pasangan hidupnya, atau menung-
gu sanak keluarga kita di rumah
sakit yang tidak menunjukkan
tanda-tanda kesembuhan, atau
menunggu kesembuhan diri kita
sendiri, menanti datangnya vonis
dokter, menunggu perubahan dari
pasangan atau anak dari sikap
tidak baik mereka dan lain-lain. Ini
menuntut kesabaran yang khusus
atau luar biasa. Karena ketidak-
sabaran, ada banyak orang per-
caya yang akhirnya terjebak pada
alternatif-alternatif yang menjan-
jikan pertolongan cepat padahal itu
adalah pilihan yang jahat di mata
Tuhan dan mengarah kepada
kebinasaan.
Kesabaran sangatlah diper-
lukan, dan lebih dari sekedar sa-
bar, kita percaya bahwa Tuhan tidak
pernah merencanakan sesuatu
yang jelek buat kita. Apa yang
direncanakan Tuhan selalu sesuatu
yang indah pada waktunya.
keterbatasan kemampuan kita un-
tuk mengetahui apa yang diran-
30
cang Tuhan bagi kita itulah yang
membuat kita tidak bisa mengerti
mengapa waktu Tuhan sering tidak
sejalan dengan waktu kita dalam
memberi pertolongan. Waktu Tuhan
tidak sama dengan waktu kita.
Tetapi “Tuhan tidak lalai menepati
janji-Nya (ayat 9).” Dia tidak
pernah lupa untuk menepati janji-
Nya. Apa yang Dia rindukan bagi
setiap kita itu jelas. Dia tidak
menghendaki satupun dari kita
untuk binasa, melainkan agar kita
mau berbalik kepada-Nya dan ber-
tobat. Waktu Tuhan tidak sama
dengan waktu kita. Apa yang diren-
canakan Tuhan adalah segala se-
suatu yang indah pada waktunya.
Karena itu, bersabarlah. Jangan
tergesa-gesa, jangan mendesak,
tetapi tetaplah memegang janji
Tuhan dengan iman yang kuat tan-
pa kehilangan harapan sedikitpun.
Penantian memang mele-
lahkan, namun suatu hari nanti
anda akan bersyukur pernah
mengalami itu dan keluar sebagai
pemenang bersama Tuhan. Tidak
ada satupun masalah yang berada
di atas kuasa Tuhan. Karena itulah
Tuhan selalu menekankan penting-
nya sikap yang selalu mengan-
dalkan Tuhan dalam menghadapi
situasi apapun. Be patient, be-
cause His help is surely on the way!
Bertekun dalam Doa
Setiap orang percaya pasti
tahu dan memahami apa itu berdoa
dan apa arti doa itu, saya mau
katakan bahwa doa itu doktrin dan
juga harus dipraktekkan. Orang
PESAN
percaya harus berdoa dan berdoa
tentu kepada Tuhan, ketika kita
berdoa kepada Tuhan tentu kita
menyampaikan sesuatu pergu-
mulan, keinginan kepada Tuhan
dan kita harus yakin Tuhan pasti
mendengar dan Tuhan pasti akan
menjawab, selain yakin hendaklah
doa itu harus sungguh-sungguh
keluar dari hati kita.
Yakinlah bahwa Tuhan akan
menjawab setiap doa kita yang
keluar dari hati kita, oleh karena
itu berdoa dengan sungguh-sung-
guh dan bukan dengan sekedarnya
karena kepepet atau karena ingin
efisiensi waktu sehingga seperti
tergesa-gesa, sehingga apabila
tidak segera dikabulkan lantas
berhenti dan menuduh Tuhan tidak
peduli atau bahkan tidak ada. Ini
adalah kebiasaan buruk dari keba-
nyak kita, terlebih di jaman seka-
rang ketika semuanya menuntut
hal-hal yang cepat dan instan,
sehingga doa pun dibuat menye-
suaikan dengan trend yang berlaku.
Akhirnya Doa dianggap sebagai
sarana pemaksaan kehendak ke-
pada Tuhan yaitu meminta untuk
segera dikabulkan,
Bertekun dalam doa hen-
daklah dilakukan dalam pema-
haman yang wajar, seperti kita
belajar dari kegigihan seorang anak
kecil yang meminta sesuatu ke-
pada orangtuanya, orangtua yang
baik tentu akan beusaha menga-
bulkan permintaan anak-anaknya
sepanjang permintaan tersebut
adalah hal yang logis, apalagi jika
permintaan tersebut berulang-ulang
tentu orangtua akan merasa iba
PESAN
jika tidak berusaha memenuhi per-
mintaan anaknya. Kebanyakan
orangtua yang sayang kepada
anak, pasti akan berusaha semak-
simal mungkin untuk mengabulkan
permintaan anaknya. Sebaliknya
tentu betapa senangnya sang anak
jika setelah dia berusaha untuk
meminta kemudian permintaannya
dikabulkan.
Berdoa sama halnya de-
ngan kita bersabar Dalam meng-
hadapi masalah dan mengha-
rapkan pertolongan Tuhan,
seberapa besar kesabaran kita
untuk berharap kepada-Nya?
Seperti itulah kita menanti jawaban
doa. Contoh ilustrasi ringan ini
tentu sangatlah sederhana untuk
diimplementasikan.
Yesus memberikan sebuah
perumpamaan menarik mengenai
kekuatan dari ketekunan berdoa
seperti yang tertulis dalam Lukas
18:1, “Yesus mengatakan suatu
perumpamaan kepada mereka
untuk menegaskan, bahwa
mereka harus selalu berdoa
dengan tidak jemu-jemu.” Yesus
juga mengambil perumpamaan
tentang seorang janda, sosok yang
lemah dan sering digambarkan
sebagai figur yang tertindas, hidup
susah dan diperlakukan tidak adil
di dalam Alkitab, dan seorang
hakim yang lalim. Dalam kisah ini,
seorang janda diceritakan terus
memohon kepada hakim yang lalim
agar berkenan membela haknya.
(ay. 3). Sementara hakim dalam
kisah ini bukanlah orang yang takut
akan Tuhan, dan mempunyai sikap
arogan yang tidak menghormati
31
siapapun. Sesuai dengan gam-
baran pribadi si hakim, dalam
kisah itu sudah tentu sang Hakim
menolak mentah-mentah permo-
honan janda ini. Tapi lihatlah kegi-
gihan si ibu janda. Ia tidak jemu-
jemu mendatanginya dan memo-
hon, dan akhirnya ia berhasil melu-
luhkan hakim yang lalim itu. Dan
Yesus pun berkata, “Camkanlah
apa yang dikatakan hakim yang
lalim itu (ayat 6)!” Jika hakim yang
lalim saja bisa luluh terhadap
permohonan tidak jemu-jemu, dan
pada akhirnya mau mengabulkan
permintaan si janda, masakan
Tuhan yang begitu penuh kasih
setia, begitu mengasihi kita ma-
nusia ciptaan-Nya sendiri dan
menganggap kita begitu istimewa
tidak mendengarkan seruan kita?
“Tidakkah Allah akan membe-
narkan orang-orang pilihan-Nya
yang siang malam berseru
kepada-Nya? Dan adakah Ia
mengulur-ulur waktu sebelum
menolong mereka (ayat 7)?”
Tuhan yang penuh kasih dan adil
akan selalu mengulurkan tangan-
Nya, bukan mengulur-ulur waktu,
untuk menolong kita anak-anak-
Nya yang siang dan malam berseru
kepada-Nya dengan tidak jemu-
jemu. Tuhan tidak bakal dan tidak
akan pernah mengulur-ulur waktu
untuk menolong kita.
Tuhan selalu menepati janji-
Nya. Itu pasti. Yang sering jadi
masalah justru karena seringkali
kita memandang hanya berdasar-
kan apa yang terbaik menurut kita
sendiri saja, bukan kepada apa
yang terbaik menurut Tuhan.
32
Paulus menyatakan betapa ia terus
berdoa siang dan malam dalam
kerinduan untuk bertemu dengan
para jemaat di Tesalonika dan
melayani mereka (1 Tesalonika
3:10).
Berdoa dengan tidak jemu-
jemu, doa yang dipanjatkan terus
menerus siang dan malam bukan-
lah berarti doa harus terus kita
ulang-ulang atau bertele-tele.
Bukan pula dengan cara-cara
memaksa. Hal berdoa diajarkan
dengan jelas oleh Yesus sendiri
dalam Matius 6:5-8, dan hendak-
nya itu menjadi acuan kita. Bukan
karena banyaknya kata-kata,
keindahan rangkaian kata dalam
doa, tapi doa yang disertai iman
lah yang penting. Bukan pula doa
yang hanya dilakukan karena ada
permintaan dan kebutuhan, men-
jadikan doa sebagai paket berisi
wishlist atau daftar permintaan, tapi
dasarkan doa sebagai sarana bagi
kita untuk membina keintiman
hubungan dengan Tuhan. Sejauh
mana kita mampu bergantung dan
mau mengandalkan Tuhan, itu
akan terlihat dari kesetiaan kita
dalam berdoa. Jangan pernah
jemu untuk berdoa, karena
pada saatnya Tuhan pasti
bertindak.
Bersukacitalah dalam
pengharapan, bersabarlah da-
lam kesesakan dan bertekunlah
dalam doa,
Marilah kita melihat ayat ini
dalam konteks kita hidup ditengah
dunia yang oleh rasul Paulus dika-
takan sebagai sudah semakin Pa-
rah, dan dalam konteks ini pula
PESAN
setiap orang percaya harus sadar
bahwa resiko yang harus dihadapi
oleh setiap orang percaya adalah
kita akan dan harus mengalami
penderitaan karena Iman kita, atau
kita dengan kata lain bahwa setiap
orang percaya pasti dihadapkan
dengan penderitaan karena dunia
ini. Oleh karenanya dalam Alkitab
rasul Paulus menginginkan kita
juga supaya berhati-hati, jangan
kita mengikut arus dunia, ibarat
ikan hidup di tengah lautan ge-
lombang, dia tentu tidak selalu
mengikuti arus gelombang, dia
harus melawan arus, begitu juga
hidup sebagai orang kristen, agar
tidak ikut arus dunia yang jahat
orang kristen tidak perlu harus
menyepi di tengah hutan. Tetapi
kita bisa tetap hidup ditengah
dunia, tapi kita harus punya warna,
punya jatidiri, harus punya inte-
sambungan dari hal 6
Ketika kerinduan bersaksi ten-
tang Yesus Kristus muncul, maka
jangan pernah lupa tentang tan-
tangan dan hambatan yang juga bisa
datang bersamaan. Namun ingatlah
bahwa kerinduan bersaksi yang dige-
rakkan kuasa Roh Kudus tidak akan
pernah padam begitu saja oleh ber-
bagai bentuk hambatan. Oleh karena
itu tetaplah bersemangat melan-
jutkan kesaksian itu.
Mengucap syukurlah bahwa
Tuhan Yesus Kristus tidak pernah
membiarkan kita berjalan sendiri
dalam kehidupan ini. Sikap seperti
itu pula yang membuat Tibo kuat dan
PESAN
gritas dan punya kepribadian dan
karakter yang kuat, Tidak gamang
dan tidak goyah. Janganlah kita
menjadi orang kristen yang mudah
goyah sehingga ketika kita diha-
dapkan sukacita dan sukacita itu
tidak lagi dalam pengharapan.
Janganlah juga kesesakan yang kita
alami tidak dalam konteks kesa-
baran dan terlebih lagi ketika kita
berdoa kita tidak lagi dalam kon-
teks bertekun.
Saya percaya dengan kita
rajin membaca Alkitab maka kita
yang akan selalu belajar akan
semakin paham akan firman Tuhan
yang akan mengajar kita dalam
kebenaran, memperbaiki kesalahan
kita sampai kita bisa menjadi
sempurna sampai kita dipanggil
Tuhan atau sampai Tuhan Yesus
datang menjemput kita ke sorga.
Amin.
mampu menyaksikan iman perca-
yanya melalui jalur profesinya seba-
gai pemain football di Amerika
Serikat.
Siapakah anak-anak Tuhan di
Indonesia yang terpanggil melakukan
sesuatu bagi kemuliaan Tuhan
Yesus Kristus? Itu pertanyaan yang
perlu digumuli secara pribadi. Kira-
nya semakin nyatalah kasih setia
Tuhan bagi Tibo yang akan terus ber-
karya bagi kemuliaan Tuhan Yesus
Kristus, begitu pula bagi setiap anak-
anak muda, anak-anak Tuhan di-
mana pun dia berada, kiranya ke-
rinduan memuliakan Tuhan Yesus
Kristus dalam kehidupannya boleh
membuatnya tetap semangat dan
berkemenangan. Amin.
33

WANITA
HEBAT
B
egitu banyak wanita hebat
di dunia ini, beberapa
diantara mereka saya
kenal, sebagian lagi cukup dekat
dengan kehidupan sehari-hari
saya, lalu ada sedikit di antara
mereka yang mempercayakan
kisah hidup mereka untuk dibagi
dengan saya, namun ada satu
wanita luar biasa yang saya kenal
dengan sangat baik.
Dia bukanlah wanita hebat
seperti yang dibayangkan oleh
banyak orang pada umumnya, dia
hanyalah wanita biasa bagi bebe-
rapa orang yang mengenalnya,
tidak banyak bicara, apalagi men-
cetak keberhasilan-keberhasilan
besar dalam hidup, bahkan bagi
sebagian orang dia bukanlah wanita
yang sukses, sepertinya tidak ada
bagian dalam hidupnya yang luar
biasa.
34
SAKSI KEMENANGAN
Tapi saya mengenalnya
dengan sangat baik. Saya tahu
bagaimana ia mencetak kisah hi-
dupnya, bahkan ada saya dalam
bagian itu. Saya tahu bagaimana
dia berusaha untuk tetap berdiri
tegar bagi anak-anaknya, saya
mengikuti setiap langkah kakinya
ketika ia dengan tertatih berusaha
menapaki jalan hidupnya yang
penuh kerikil tajam dan menusuk.
Dia harus berusaha kuat dan tegar
mempertahankan bahtera rumah
tangganya yang terombang-ambing,
berdiri menjadi tameng perlin-
dungan bagi anak-anaknya agar
mereka tidak terluka sedikitpun.
Sedikit sekali orang yang
tahu tentang berapa banyak airmata
yang ia keluarkan setiap malam,
dan mungkin tidak ada yang tahu
bahwa lebih banyak lagi airmata
yang ia simpan untuk dirinya
PESAN
sendiri. Tanpa terlihat ia menangis, kara dan persoalan hidupnya ia
sendirian dan tetap tersenyum pada letakkan ke dalam tangan TUHAN
orang lain. Tak ada yang tahu saja, sungguh-sungguh melaku-
persis seberapa menyakitkan rasa kannya.
yang ia tanggung di dalam batin. Sekarang, waktu telah ber-
Banyak keluarga mengalami lalu begitu jauh dari saat pertama
kehancuran dalam rumah tangga kali saya menyadari luka batinnya,
lalu setelahnya berantakan, anak- dan hal yang sama masih terjadi,
anak terbengkalai bahkan jatuh kembali berulang, entah dimana
dalam hal-hal yang buruk. Namun tanda titik akan ditemui dalam
tak demikian dengan keluarga dan situasi hidup yang dialaminya.
anak-anaknya. Berkali-kali badai Namun wanita itu masih bisa ter-
menerjang rumah tangga mereka, senyum, bukan hanya sekedar
namun ia tetap melindungi anak- mengucap syukur untuk persoalan
anaknya. Menjaga mereka dengan yang dia alami, tapi telah sungguh-
sangat hati-hati agar tak terluka, sungguh menerima itu sebagai
sekalipun itu berarti harus melukai bagian dari kahidupannya. Dan
dirinya sendiri. Dan kejadian itu itulah alasan saya menyebutnya
terjadi berulang kali, hidupnya wanita hebat, ia hanyalah wanita
dipenuhi rasa sakit karena orang biasa, namun percaya pada Allah
yang dikasihinya. yang sangat hebat dan mengukir
Tidak, dia bukan wanita kisah yang hebat karenanya.
yang kuat. Saya bahkan pernah Kiriman dari Jessy Ward
melihatnya berkali-kali terkapar tak
berdaya, tak bisa bangkit dan
melakukan apapun. Saya melihat
bagaimana ia menangis dengan
hatinya, perih tak tertahankan ia
simpan sendiri dan tak mem-
biarkan orang lain melihatnya.
Tapi satu hal yang bisa di-
pastikan adalah dia percaya pada
TUHAN ALLAH yang sangat luar
biasa. Pengalaman pribadinya
ketika bertemu YESUS secara
pribadi sangat mempengaruhi setiap
langkah yang ia ambil, ia mem-
berikan tempat yang seluas-luasnya
bagi Roh Kudus untuk mengen-
dalikan hidupnya. Dan ia berhasil
karena TUHAN saja. Segala per-

PESAN 35

DISPENSASI
HUKUM TORAT
HARI-HARI PERIBADATAN
A
da berbagai hukum (Keten
tuan dan Peraturan) yang
menyangkut kehidupan
peribadatan bangsa Yahudi/Israel
di bawah Dispensasi Hukum
Taurat. Berikut ini berbicara
mengenai hari-hari perayaan bang-
sa Israel yang berkaitan dengan
ketentuan dan peraturan yang
menyangkut kehidupan peribadatan
tersebut:
1. Memeringati dan menguduskan
hari Sabat (Keluaran 20:8-11)
dengan ketentuan dan pera-
turannya. Sabat artinya PER-
HENTIAN, disebut juga hari
ketujuh (kalender Romawi jatuh
pada hari Sabtu), pertama kali
disebut dalam Kejadian 2:1-3.
TUHAN berhenti (bukan ber-
istirahat – karena sampai hari
ini TUHAN tetap bekerja) dari
mencipta (karena semua sudah
selesai dan sungguh amat baik
– Kejadian 1:31) pada hari
ketujuh dan menguduskannya.
36
SANA-SINI
(Lanjutan)
Oleh: Jerry HM Sumanti, STh
Hari ketujuh ini atau hari Sabat
kemudian diteguhkan TUHAN
bagi umat Israel pada waktu
pemberian hukum-hukum se-
bagai satu hari yang harus
dilakukan oleh orang Israel,
yakni menyediakan waktu khu-
sus untuk mengsyukuri segala
karya TUHAN dalam kehidupan
ini. Hari ini dijadikan hari per-
hentian – hari peristirahatan
penuh dari segala pekerjaan.
Pada hari itu harus beristirahat
total, tidak boleh melakukan
pekerjaan apapun. Orang yang
melanggar peraturan ini harus
dihukum mati (Keluaran 35:1-
3).
2. Tahun Sabat (Keluaran 23:10-
11, Imamat 25:1-7). Tahun Sa-
bat atau Tahun ketujuh. Pada
tahun ini bangsa Israel dilarang
untuk mengolah perkebunan.
Tahun ini adalah tahun per-
istirahatan penuh bagi tanah.
Tumbuhan dibiarkan tumbuh
PESAN
 begitu saja, hanya buahnya
dapat diambil untuk dimakan.
3. Tahun Yobel (Imamat 25:8-55;
27:17-24; Bilangan 36:4). Tahun
Yobel atau Tahun Pembebasan.
Tahun kelimapuluh setelah Tu-
juh kali tujuh Tahun Sabat. Pada
tahun ini semua hutang dipu-
tihkan, Para budak dibebaskan,
Tanah gadaian dikembalikan
kepada pemiliknya.
4. Memeringati berbagai-bagai hari
raya masing-masing dengan
ketentuan-ketentuan persem-
bahannya (Imamat 23).
Disamping memperingati Hari
Sabat, Tahun Sabat dan Tahun
Yobel, berikut ini hari-hari raya
yang sudah menjadi ketetapan
yang harus dilakukan sebagai
bagian dalam peribadatan
bangsa Israel (berkaitan dengan
pemberian korban-korban yang
sudah dijelaskan pada tulisan
yang lalu) adalah,
a. Hari Raya Paskah (Keluaran
12:1-14, Imamat 23:5, Bi-
langan 9:1-14, Ulangan 16:1-
7). Hari ini merupakan hari
peringatan pembebasan
bangsa Israel dari perbu-
dakan di Mesir. Pada hari ini
bangsa Israel menyembelih
dan memakan anak domba,
bersama dengan sayuran
pahit dan roti tidak beragi di
rumah tangga masing-ma-
sing (Sudah ditulis/diuraikan
dalam PESAN Edisi 80 yang
lalu).
PESAN
b. Hari Raya Roti Tidak Beragi
(Keluaran 12:15-20; 13:3-10;
34:18; Imamat 23:6-8; Bi-
langan 28:17-25; Ulangan
16:3-8). Hari ini ber-
barengan dengan Hari Pas-
kah, mereka memakan roti
tidak beragi, mengadakan
berbagai pertemuan dan
memberikan persembahan-
persembahan tertentu.
c. Hari Raya Buah Sulung (Ima-
mat 23:9-14). Berbarengan
dengan hari Paskah dan hari
raya Roti Tidak Beragi. Pada
hari ini bangsa Israel mem-
persembahkan hasil jelai
yang pertama sebagai kor-
ban pengunjukan, dan me-
ngadakan korban bakaran
dan korban sajian.
d. Hari Raya Penuaian (Hari
Raya Tujuh Minggu) (Ke-
luaran 23:16; 34:22;
Imamat 23:15-21; Bilangan
28:26-31; Ulangan 16:9-12).
Hari raya di mana bangsa
Israel bersukacita sebagai
ucapan syukur atas hasil
penuaian di ladang. Hasil
tuaian pertama sebagai buah
bungaran (sulung) dipersem-
bahkan kepada TUHAN.
Pada hari ini mereka mem-
persembahan korban-korban
yang diwajibkan maupun
yang sukarela, termasuk
buah sulung dari hasil pe-
nuaian.
e. Hari Raya Serunai (Imamat
23:23-25; Bilangan 29:1-6).
37
 Hari Perhentian (pada bulan
ketujuh – bulan Sabat) bang-
sa Israel mengadakan perte-
muan dan peniupan Serunai
dan memberikan korban-
korban persembahan.
f. Hari Pendamaian (Imamat 16;
23:26-32; Bilangan 29:7-11).
Hari kesepuluh dari bulan
ketujuh (bulan Sabat), bang-
sa Israel berpuasa dan mem-
persembahkan korban-kor-
ban pendamaian bagi para
imam, umat, kemah suci
dan mezbah.
g. Hari Raya Pondok Daun
(Pengumpulan hasil panen)
(Keluaran 23:16; 34:22;
Imamat 23:33-36, 39-43;
Bilangan 29:12-34; Ulangan
16:13-15; Zakharia 14:16-
19). Hari ke 14 bulan Sabat,
minggu perayaan karena
panen, mereka tinggal di
dalam pondok daun dan
mempersembahkan korban-
korban.
h. Hari Raya Perkumpulan
(Imamat 23:36: Bilangan 29:
35-38). Hari ke 21 bulan
Sabat, sebagai hari perhen-
tian dan mengadakan per-
temuan serta mempersem-
bahkan korban-korban.
i. Hari Raya Purim ( Esther
9:18-32). Sebuah hari yang
penuh sukacita bagi bangsa
Israel, pada hari ini mereka
mengadakan perayaan sam-
bil saling membagi-bagikan
hadiah.
38
Demikian mengenai Hari-hari
Raya yang sudah menjadi kete-
tapan-ketetapan yang mesti dila-
kukan bangsa Yahudi/Israel turun
temurun. Dalam Dispensasi Anu-
gerah di mana kita hidup sekarang
ini tidak ada ketetapan dan ke-
tentuan hukum tentang hari per-
hentian (sabat) dan hari-hari raya
yang wajib dilaksanakan (Roma
14:1-6; Kolose 2:16-18). Walaupun
saat ini orang percaya di seluruh
dunia beribadah pada hari Minggu
yang bertolak dari Kisah Rasul
20:7 dengan asumsi bahwa hari
pertama adalah hari Minggu, bukan
berarti orang percaya terikat oleh
hari itu saja untuk beribadah
kepada TUHAN. Pasal-pasal awal
Kisah Rasul bahkan menyebutkan
bahwa orang-orang percaya tiap-
tiap hari berkumpul, beribadah,
belajar Alkitab dan mengadakan
memecah-mecahkan roti (perja-
muan). Tuhan Yesus adalah Tuhan
hari Sabat, Ia telah menggenapi
dan mengubah seluruh tuntutan
Sabat, dan pelaksanaan hari-hari
raya serta pemberian korban-
korban (Matius 12:1-8; Kolose 2:16-
18). Yang jelas Alkitab menga-
jarkan bahwa setiap orang percaya
harus menyediakan waktu untuk
berhenti (beristirahat) dari segala
pekerjaan dan secara pribadi ber-
komunikasi dengan TUHAN kapan
saja dan di mana saja, dan antara
sesama orang percaya menye-
diakan waktu untuk berkumpul
bersekutu bersama-sama (Kolose
3:17).
PESAN
 KONTAK PELAYANAN
Selamat berjumpa kembali dalam kontak Pelayanan ini dan mari
mengucap puji syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus atas segala
penyertaan-Nya di dalam perjalanan hidup kita.
Majalah PESAN edisi 81 ini merupakan edisi
terakhir untuk tahun 2012. Kiranya atas penyertaan kuasa-Nya majalah
PESAN masih tetap boleh hadir mengunjungi para pembacanya dimasa
masa mendatang.
Maka terpujilah Dia yang kita layani. Kiranya para pembaca
senantiasa memperoleh berkat rohani yang menguatkan perjalanan hidup
dengan kehadiran majalah PESAN edisi kali ini, karena kami percaya
kehadiran setiap edisi hanyalah karena perkenan Tuhan Yesus semata.
Mari, para pembaca kami ajak bersatu padu melanjutkan
pelayanan ini, karena semua ini dapat dicapai hanya dengan peran
kita bersama secara bahu membahu. Mohon doa untuk kesiapan naskah,
biaya dan persiapan lainnya untuk PESAN edisi 82 yang akan terbit
pada awal tahun 2013 mendatang.

PENERBITAN PESAN
Terima kasih kepada pembaca yang telah berbeban biaya untuk
penerbitan PESAN edisi 81 Nopember 2012 ini, donasi dikirim antara
tanggal 1 Agustus 2012 – 31 Oktober 2012 adalah :
1. Kel. Saminah br. Aritonang, Medan
2. Kel. Ny. P. Harahap br. Hutasoit, Pondok Labu, Jakarta
3. Kel. Binsar Simanjuntak, Pontianak
4. Kel. Ibu Muni Indrarti
5. Kel. Sumampouw – Warouw, Jakarta
6. Hertok Laintemona, Banjarmasin
7. Kel. Kanine – Tumiwa, Kotamobagu
8. Bpk. Meiby Pongoh, USA
9. IECC Ontario, USA
10. GBC Indonesia Ministry,USA
11. Pengurus Yayasan PELITA Jakarta, Banjarmasin, USA

PENERBITAN BUKU
Salah satu kegiatan Yayasan Pelita yang saat ini masih belum
dapat dilakukan adalah menerbitkan kembali buku Ayat-Ayat Alkitab
saling bertentangan, Benarkah? Dan booklet Pelayanan Rohani. Naskah

PESAN 39
sudah siap dan sebagian dana pencetakan telah terkumpul. Buku-buku
tersebut sangat dibutuhkan dan akan diberikan kepada para hamba
Tuhan di ladang penginjilan. Oleh karena itu dinantikan uluran tangan
dari pembaca yang bersedia membantu biaya cetak dan dikirimkan ke
bendahara Yayasan PELITA.

IN MEMORIAM
DR. NGIKUT SUNARYO SINULINGGA
PADA TGL 09 - SEPTEMBER-2012 TELAH
PULANG KE RUMAH BAPA DI SORGA
Dengan tekun dan semangat yang tetap
menyala, kekasih kita ini telah mengabdikan
seluruh perjalanan hidupnya bagi kemuliaan Tuhan
kita Yesus Kristus. Maka wajarlah apabila kita yang
seiman dengannya mengucap syukur atas
ketekunan dan semangat melayani yang telah
dipersembahkannya selama hayatnya di dunia yang
sementara ini. Hal ini yang membuat kita akan selalu
bangga di dalam kenangan yang tak akan pernah
pupus terhadapnya.

Terimakasih kepada pembaca yang telah berbeban

membantu dana diakonia bagi keluarga melalui Yayasan PELITA
1. Kel. Aritonang
2. Kel. Chris Pinaria
3. Kel. Henri Turangan
4. Kel. Sumampouw-Warouw
5. Kel. Panjaitan-Kawengian
6. Kel.Permana-Kawengian
7. GLEAM – USA
8. Kel. Hertok Lantemona
9. Yayasan PELITA.
Tuhan Yesus memberkati.

40 PESAN
 YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH
(Yayasan “PELITA”)
Berdiri di Jakata Tanggal, 19 Oktober 1984
Akte Notaris N. R. Makahanap No.41 tgl. 29 Januari 1988
Terdaftar pada Kementrian Agama RI No. F/KEP/138/1943/1989
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510, PO Box 1134 Jakarta 13011

Untuk sumbangan sukarela (donasi) dapat dikirim Lewat

Bank:
BCA Cabang Menara Mulia
No. Rek.: 2551051287, a.n.: Jultje Kawengian
(Sesuai rapat pengurus Yayasan PELITA, 12 Mei 2012 di Bekasi)
(Mohon copy nota/bukti transfer dikirim ke P.O. Box 1134 Jakarta 13011,
atau diberitahukan via e-mail ke pelitaministry@yahoo.co.id
atau SMS ke No. HP: 08161429490 atau No. HP: 081319209508.)

KOORDINATOR PELITA MINISTRY

Sumatera Utara : Rianto Marbun, SE
Kepulauan Riau : Ir. Joice JL Ligow-Ngantung
Jawa Barat : dr. Henry Turangan
Jogyakarta : Pdt. Patty Fangidae
Jawa Timur : Debora Makikama
Bali : Yessy Ward
Kalimantan Timur : John Mamangkey, STh
Kalimantan Barat : Pdt. Stevanus S Viklous
Sulawesi Selatan : Pnt. Meddy Pasau
Sulawesi Tengah : Pdt. Amiruddin Wasugai, STh, SPAK
Sulawesi Utara : Pnt. Prof. Dr. Jimmy Posangi
Papua Barat : Prana Sunaryo
Papua Timur : Ev. Hentje Mandolang

Pengurus Yayasan PELITA

Direktur : Dr. Frans P Tamarol
Wakil Direktur : Mangaranap Panjaitan, BSc
Sekretaris : Ir. Tumpal Aritonang, MSc
Bendahara : Hertok Hendrik Lantemona
Wakil Bendahara : Jultje Kawengian
Anggota : Jerry H M Sumanti, STh
Drs. Johan A Sumampouw