a. Narator Dalam analisis naratif, narator adalah seperti ‘nakhoda’ yang berperan sebagai pemegang kendali atas narasi. Para pembaca diantar masuk pada kisah yang akan sangat tergantung pada bagaimana cara narator menarasikan teksnya. b. Pembaca Pentingnya unsur narator dalam suatu narasi mengimplikasikan pula pentingnya unsur pembaca, sebab narator berkisah kepada pembaca. Menurut Sternberg, pembaca memiliki tiga posisi, yakni reader elevating, character elevating, dan evenhanded position. 2. Sudut Pandang, Ideologi dan Dunia Naratif Sudut Pandang adalah suatu perspektif yang dilakukan oleh berbagai karakter atau aspek-aspek dalam naratif. Hal itu selalu dikaitkan kepada narrator, yang berinteraksi dengan cerita dalam berbagai cara yang menghasilkan pengaruh bahwa cerita itu dapat diketahui pembaca. Sudut pandang menunjuk gaya atau makna cerita. Beberapa Sudut Pandang : - Dimensi psikologi - Evaluasi atau ideology - Perspektif ruang narrator Alkitab - Perspektif sementara - Sudut pandang penyusunan kata ( fraseologi) 3. Naratif dan Waktu Cerita Pengkajian disini menyangkut tata peristiwa dalam cerita dan langkah dimana mereka berkaitan yang satu dengan yang lain. Waktu naratif dibedakan dari kronologi karena hal itu berkaitan dengan penyusunan kesusastraan lebih daripada urutan sejarah. Bagi pengkajian sejarah purbakala yang penting bukan urutan tatanan, tetapi gambaran yang dramatic kepada pentarikhan. Hal itu dapat dipelajari dalam keempat injil. 4. Alur (plot) Plot atau alur cerita merupakan keseluruhan dari bagian-bagian sebuah narasi. Dengan menggunakan plot, narator membangkitkan ketertarikan para pembaca, sekaligus memberikan makna yang mendalam dari berbagai kejadian yang dikisahkan. Alur meliputi satuan urutan tentang peristiwa-peristiwa yang mengikuti tatanan sebab akibat. Hal ini membentuk kepada suatu klimaks dan melibatkan pembaca dalam dunia naratif suatu cerita. Unsur utama alur cerita ialah ketegangan dan suasana pertentangan. 5. Karakterisasi Karakter merupakan gambaran kepribadian seseorang yang ditampilkan. Pada narasi, terdapat beberapa tokoh yang tampil, dan yang memainkan peran sesuai pengisahan narator. Karakter mereka hanya dapat diketahui oleh pembaca dari uraian narator. Berbagai karakter (sifat, watak) tokoh dan cara penokohan yang ditampilkan narator menunjukkan peran dan pentingnya dalam narasi. 6. Letak (setting) Latar cerita atau setting dalam suatu narasi memiliki beberapa fungsi. Ia juga dapat memiliki makna simbolik, yang dimaksud untuk membantu pembaca mengenali karakter untuk menandai konfik dan untuk menunjukkan struktur narasi. Menurut M. A. Powell, setting berfungsi untuk member informasi mengenai kapan, di mana, dan bagaimana suatu kisah diceritakan. Masih menurut Powell, setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur, yaitu setting waktu, tempat, dan latar lingkungan sosial. Unsur yang terakhir ini tidak akan dipaparkan di sini karena membutuhkan juga penelitian diakronis (‘ekstrabiblis’) untuk mengetahui secara tepat aspek-aspek antropologis, sosial, politis, dan ekonomis kisah Kitab Suci yang bersangkutan 7. Penjelasan yang implisit Yang dimaksud ialah menyangkut suatu teknik dimana pengubah(author) mengatakan ceritanya atau gaya bahasanya. Dengan menggunakan ironi, komedi, simbolik,dll. Penulis membimbing pembaca melalui drama narasinya. 8. Pengulangan (Repetition) Pengulangan (repetition) ialah suatu metode yang ditemukan berungkali. Robert Alter, meneliti adanya 5 jenis tipe pengulangan dalam naratif, yaitu : 1. Leitwort 2. Motif 3. Tema 4. Urutan kegiatan 5. Jenis adegan 9. Pembaca terselubung Pembaca terselubung (implied reader) memiliki suatu gambaran yang logis dan nyata tentang dunia naratif yang baik dirumuskan dan diuraikan. Jadi dapat dikatakan bahwa penulis itu tidak dibatasi pada ketidakleluasaan dunia nyata, tetapi ia dapat menyediakan pandangan-pandangan perspektif sehingga pribadi yang normal tidak mengetahuinya.