Anda di halaman 1dari 2

Nama : Addrian Joddy Ronggur Sinambela

NIM/ Kelas : 19.3463/ 3B

Mata Kuliah : Misiologi I

Dosen : Pdt. Pulo Aruan, M.Th

REVIEW TEOLOGI INTERKULTURAL II

Dalam pemahaman Teologi Interkultural yang perlu ditekankan adalah bahwa setelah
adanya pemahaman mengenai bahwa dalam proses interkultural selalu terjadi di dalam setiap
aspek dan manusia tidak pernah terlepas dari kehidupan budaya-budaya manusia sehingga para
Teolog yang menyerap istilah Interkultural itu membuat bentukan sebuah kata yang baru dan
karena mereka adalah para Teolog kemudian disebutlah hal ini menjadi suatu Teologi
Interkultural. Lalu pengertian yang didapat dari ilmu komunikasi dimana Interkultural sebagai
komunikasi dipertahankan lalu ditambahi dengan pengertian yang datang dari ilmu teologi
sehingga para penggunannya itu ialah para ahli-ahli Misiologi. Kemudian terus dikampanyekan
dan akhirnya para ahli-ahli teologi menggunakan istilah Teologi Interkultural. Sehingga Teologi
Kultural hadir dengan maksud mengganti ide lama mengenai Misi. Yang mana Misi pada
mulanya dimengerti sebagai mengKristenkan orang-orang yang bukan Kristen maka Teologi
Interkultural telah melampaui hal itu. Dimana bahwa dahulu Kristenisasi dimana orang-orang
Eropa yang telah memeluk agama Kristen pergi ke negara-negara bukan Eropa dan kemudian
mereka menyebarkan agama Kristen namun bukan hanya agama Kristen juga budaya mereka
dimana budaya mereka menjadi dominan di sana sehingga orang setempat justru menghilangkan
budayanya sendiri dan menerima budaya eropa sebagai budaya yang baru.

Lalu setelah mereka belajar tentang itu dan menggunakan istilah Teologi Interkultural ini
ialah karena dimana proses saling belajar yang menjadi titik penting, titik penekanan dari
Teologi Interkultural dimana artinya orang Barat justru harus belajar juga mengenai budaya yang
mereka temui dan budaya yang ditemui itu berinteraksi dengan budaya barat sehingga kemudian
menghasilkan sebuah perjumpaan yang saling menguatkan. Namun Teologi Interkultural tidak
hanya mencukupkan dirinya dengan komunikasi antar budaya saja tetapi kemudian membawa
hasil komunikasi atau pejumpaan antar budaya itu kepada ranah refleksi Teologis dimana inilah
yang penting. Dan juga karena inilah mengapa ia disebut dengan Teologi Interkultural.
Dan adanya pengajuan pertanyaan pokok mengenai apa yang sebenarnya dicari oleh
budaya-budaya manusia. Jadi kepelbagaian yang terlihat pada permukaan di bawah permukaan
diyakini bertemu atau bahkan menyatu. Seperti contoh manusia berbeda dalam beberapa hal
namun kalau tetap adanya pencarian dasar bersama atau akar bersama akan terlihat bahwa
sebenarnya itu menyatu di bawah. Dan Teologi Interkultural itu bekerja untuk mencari sesuatu
kebenaran yang universal yang dapat diterima oleh semua budaya di balik kepelbagaian budaya
yang ada sehingga manusia dapat sama-sama berjalan untuk merayakan kehidupan. Dan usaha-
usaha itulah yang diusahakan oleh para Teolog Interkultural. Dan hal ini diusahakan karena
adanya keprihatinan dari mereka dimana dahulu para Misiolog kelihatannya kurang memberi
partisipasi kepada budaya-budaya lain selain budaya-budaya eropa atau budaya barat. Padahal
teologi sebagaimana dikenal di wilayah Amerika Latin, Afrika dan Asia. Daerah itu kemudian
dikuasai oleh cara berpikir barat padahal hal itu merupakan sesuatu yang asing bagi mereka.
Sehingga artinya dengan Teologi Interkultural ini ingin mengembalikan derajat kepada tempat
yang semestinya bahwa budaya-budaya lokal tetap menerima penghargaan dan Injil juga harus
hidup di dalam budaya-budaya lokal itu sekaligus berjumpa dengan budaya-budaya lain, mencari
dasar atau akar bersama sehingga Injil kemudian bisa dihidupi secara bersama.

Anda mungkin juga menyukai