Anda di halaman 1dari 16

INKULTURASI KEKRISTENAN

DALAM KONTEKS ANEKA


BUDAYA DAN AGAMA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
MEMBANGUN KEMBALI IMAN SETELAH PEMERINTAHAN TOTALITER

Dua Gerakan kelompok teolog Kekaisaran


Austria-Hungaria prihatin dengan kehidupan
publik dan evangelisasi Gereja pasca
dasawarsa pemerintahan komunis. Keduanya
ingin mendayagunakan sumber daya teologi
Eropa Barat. Namun untuk melaksakannya
diperlukan cara-cara baru yang sesuai dengan
situasi di Eropa Tengah. Salah satu
keprihatinan Gerakan ini bercorak
antropologis yaitu bagaimana mengatasi
dampak-dampak merusak dari homo
sovieticus, dengan masalah utama :
meruntuhkan manusia baru yang telah coba
diciptakan komunisme

10
Keprihatinan itu sampai ke Rusia dan
muncul tulisan Contrucing Local
Theologies sebagai upaya ekumenis
antara Gereja Ortodoks Rusia, Gereja
Katolik Roma Rusia dan Gereja Baptis
Rusia. Semuanya merasa prihatin dengan
bagaimana caranya mereposisi
Kekristenan dalam masyarakat
pascakomunis yang telah menderita di
bawah pemerintahan totaliter

Contrucing Local Theologis berisi tentang bagaimana


tradisi Injil dan Kristen diterima saat ini dengan Bahasa dan
budaya yang berbeda melalui pendekatan-pendekatan
antar disiplin ilmu sosial yang menjadi mitra dialog teologis,
juga pendekatan okumenis.

11
MENGHADAPI ARUS
GLOBALISASI
 Dampak globalisasi mendorong
inkulturasi teologi menjadi lebih luas.
Banyak penyeragaman dari globalisasi
menghapus adat istiadat dan cara hidup
lokal. Adanya kekuatan homogenisasi ini,
mendatangkan perlawanan dan
kegigihan untuk memperkuat yang lokal,
sehingga menghasilkan fenomena yang
disebut oleh Rolnd Robertson sebagai
glokalisasi.

12
BABAK KEDUA PEMIKIRAN
PASCAKOLONIAL
Babak kedua pemikiran pascakolonial
mengangkat tema-tema yang sudah pernah ada
dalam pemikiran pascakolonial tahun 1960-an
dan 1970-an yaitu kritik terhadap pengaruh dari
kolonialisme. Namun, kondisi pascamodernisme
dan globalisasi ditambahkan. Sebagian besar
gelombang baru pemikiran pascakolonial dalam
ranah teologi belum secara khusus membedah
inkulturasi menampilkan sebuah titik temu
penting antara teologi dan situasi kontekstual
utama dalam dunia dewasa ini meliputi migrasi,
urbanisasi dan multikulturalisme serta globalisasi
dan dampak-dampak dari kolonialisme.

bagaimana pengetahuan budaya Barat digunakan untuk menundukkan bangsa non-Eropa agar bisa
dijadikan koloni negara induk Eropa yang diberlakukan setelah serangan awal lewat identitas budaya
"penjajah" dan "terjajah".

13
PELBAGAI PENGERTIAN YANG TERUS BERKEMBANG TENTANG REALITAS
MULTIBUDAYA DAN MULTIAGAMA

Mencermati diskusi tentang hakikat budaya dan bagaimana budaya-budaya berinteraksi ketika berbagi
ruang fisik dan sosial yang sama dengan melihat relevansinya terhadap inkulturasi saat ini. Sebagian
besar diskusi pada abad silam terpusat pada persoalan migrasi. Globalisasi telah meningkatkan
multukulturalistas karena migrasi para pekerja, serta multukulturalisme.
Diskusi pertama multukulturalisme memiliki pemahaman yang agak tidak jelas tentang budaya dan
kaitannya dengan jati diri manusia.
 Pemahaman kedua adalah kesadaran yang lebih besar tentang bagaimana budaya membentuk jati diri.
Dengan demikian, pendekatan ini melihat kebudayaan sebagai realitas terbatas, dengan Bahasa bersama,
seperangkat kebiasaan dan nilai.
Sejumlah negara dengan penduduk multibudaya saat ini sedang melangsungkan pendekatan baru
terhadap interaksi multibudaya. Terdapat suatu kesadaran bahwa harus ada keterlibatan antara
komunitas-komunitas budaya yang berbeda dan masyarakat yang lebih luas. Studi empiris kemudian
memastikan apakah modal sosial diuntungkan atau dirugikan oleh perbedaan budaya yang semakin
meningkat?

14
MENGINKULTURASIKAN KEKRISTENAN
BARAT DALAM KONTEKS MULTIBUDAYA

Robert J. Scheiter menyatukan gagasan bagaimana Kekristenan Barat dapat diinkulturasikan dalam konteks non
Barat.
Teologi Barat perlu “didekonstruksi” dengan keterlibatan teolog muda pascakolonial yang mampu menimba
dimensi-dimensi positif dari Teologi Barat.
Perlintasan Inkulturasi dalam konteks non Barat sering tampil sebagai cara untuk mengungkapkan jati diri Kristen
dalam kurun waktu setelah kemerdekaan dari negara-negara yang sebelumnya dijajah : Perlu memperhatikan
secara khusus pendekatan dalam menghadapi arus global dan babak baru pemikiran pascakolonial
Pendekatan-pendekatan Terhadap Multikulturalisme memiliki banyak pendekatan terhadap budaya
menyingkapkan berbagai bentuk interaksi budaya yang tengah berlangsung di dunia dewasa
ini.Kosmopolitanisme menjadi satu fakta yang disoroti mengingat kemajuan teknologi dan migrasi.
Pendekatan-pendekatan terhadap Realitas Multiagama harus bertumbuh karena menjadi bagian penting dari
inkulturasi. Robert J. Scheiter mengatakan bahwa banyak yang perlu dipelajari dan disikusikan mengenai
inkulturasi yang sedang berlangsung dan juga melihat pemikiran pascakolonial. Asia Tenggara tempat John Prior
bermisi sebagai misionaris menjadi tempat yang mampu memberikan andil dalam diskusi ini.

15
TANGGAPAN
Teologi inkulturasi yang kontekstual merupakan keniscayaan bagi teologi karena iman
dan pemahaman selalu bertumbuh dan berkembang dalam konteks tertentu. Dengan
kata lain, seorang beriman yang berusaha mencari pemahaman lahir dan berada dalam
konteks tertentu. Tentang hal ini, Robert J. Schreiter menandaskan bahwa semua
teologi mempunyai konteks, kepentingan, relasi kekuasaan, minat tertentu
John Prior, sebagai akibat dari goncangan budaya, yaitu tubruknya kebudayaan-
kebudayaan lokal dan kebudayaan global-pasca modern, maka soal jati diri pribadi,
kelompok dan masyarakat begitu menjadi relevan dewasa ini.
kontekstualisasi teologi yang sungguh-sungguh mengindahkan jati diri budaya sejatinya
tidak dimulai dari tradisi Kristen tetapi harus bertolak dari konteks masyarakat
setempat

16

Anda mungkin juga menyukai