Anda di halaman 1dari 25

JOHN HICK:

KAJIAN
TERHADAP
PLURALISME
INTRODUCTION
◉ Nur Maria Setyorini (20101006)
◉ Muh. Wahyu Ramadhan M (20101011)
◉ Ita Purnama Sari (20101013)
◉ Ni’matul Inayah (20101038)
2

More info on how to use this template at www.slidescarnival.com/help-use-presentation-template


This template is free to use under Creative Commons Attribution license. You can keep the Credits slide or mention SlidesCarnival and
other resources used in a slide footer.
WHAT SHOULD WE LEARN?

Biografi John Pluralisme Pluralitas


Hick Agama di Penyingkapan
Indonesia

Pluralisme
Revolusi
Menurut John
Kopernikan
Hick

3
Biografi John Hick

4
◉ John Hick atau John Harwood Hick adalah seorang Teolog yang
mendapatkan pendidikan teologi di Edinburg pada tahun 1975 dan juga
Oxford pada tahun 1950 selanjutnya ia mendapatkan gelar doktor di
universitas Uppsala dan universitas glasglow.
◉ John Hick lahir di YorkShire Inggris tahun 1922.
◉ John Hick adalah seorang pemikir dalam filsafat agama ia juga terkenal
sebagai tokoh pluralisme dan dialog antar agama, selain seorang tokoh
dalam filsafat ia adalah seorang pendeta di United Reform Church (Gereja
Reformis).

5
Ia adalah seorang penulis dan pengajar di University of Manchester,
Hick juga merupakan seorang penulis buku yang cukup produktif,
dan diantara tulisannya yaitu meliputi Evil And The God Of Love
(1979), The Second Christianity Dan The Methaphor Of God
Incernate.

6
Pluralisme
Menurut John
Hick
7
Pluralisme agama menurut John Hick adalah gagasan bahwa agama
besar yang ada di dunia ini merupakan persepsi dan konsepsi
yang berbeda tentang “the real”. Konsep the real yang dimaksud
oleh John Hick adalah Tuhan yang transenden dan berada di
“luar” jangkauan gambaran manusia yang kemudian
direalisasikan dalam berbagai macam tradisi keagamaan yang
berbeda-beda.

8
Sumbangan pemikiran John Hick tentang pluralisme setidaknya
berangkat dari tiga alasan, yaitu:
◉ Berangkat dari diskusi beberapa mahasiswa selama belasan
tahun
◉ Hick telah menawarkan hipotesa pluralitas dalam wacana Inggris
secara lebih jelas dan persuasif
◉ Hipotesanya cukup kompleks dan sebagai respon terhadap
kegelisahan teologis yang menyelimutinya di tengah kehidupan
keagamaan yang pluralitas.

9
John Hick juga mengamati fenomena agama yang banyak
(majemuk), dan menurut John Hick, truth claim dari masing-
masing agama sebagai pembawa kebenaran dan keselamatan
adalah sah. Karena itulah, John Hick membangun teologi
pluralisme agama dengan cara induktif, dari tingkatan yang dasar
dan kemudian mengembangkan lebih lanjut dengan pernyataan
bahwa agama-agama lain yang ada di dunia memiliki hal yang
sama yaitu pengalaman religius dan respon kognitif terhadap
yang transenden

10
Hipotesis John Hick mengenai pluralisme mencoba menjelaskan
empat hal utama, yaitu
◉ Fakta bahwa manusia memiliki karakter dasar sebagai makhluk
religius
◉ Pengamatan bahwa ada perbedaan substansial dalam isi
pengajaran keyakinan pada tiap agama
◉ Asumsi bahwa keyakinan lewat agama bukanlah sebuah ilusi
◉ Pengakuan bahwa hampir semua tradisi keagamaan mampu
mengubah kehidupan seseorang
11
Simpulan dari hipotesa John Hick yaitu:
◉ Ada satu realitas ketuhanan, the real, di mana sumber akhirnya
adalah pengalaman keagamaan
◉ Tidak ada tradisi keagamaan yang memiliki persepsi langsung
terhadap the real
◉ Masing-masing tradisi keagamaan memiliki jalan autentik
menuju kepada the real
◉ The real bersifat transenden dari berbagai deskripsi pemahaman

12
Pluralisme Agama
di Indonesia
13
pluralisme terdiri dari dua kata yakni Plural (beragam)
dan isme (paham) sehingga memiliki arti paham atas
keberagaman, secara umum pluralisme merupakan
sebuah paham yang menghargai adanya perbedaan di
tengah kehidupan masyarakat dan mengizinkan
kelompok berbeda itu tetap menjaga kebudayaan dan
ciri khas.
Konsep pluralisme salah satunya diterapkan di Indonesia karena
Indonesia merupakan Negara yang memilki berbagai etnis dan
ras, oleh sebab itu Pluralisme diterapkan agar masyarakat saling
menghargai satu sama lain dan untuk meminimalisir terjadinya
konflik di dalam masyarakat. Dengan saling menghargai adat
istiadat dalam kehidupan dan bergotong-royong dengan sesama
masyarakat tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang
lainnya.

15
Contoh Pluralisme Di Indonesia
1. Saling menghargai dan menghormati perbedaan suku,ras,tradisi dan agama
2. Saling menghargai adat istiadat dalam kehidupan masyarakat
3. Saling gotong royong ketika ada yang membutuhkan tanpa menbeda-bedakan.
4. Saling menerima pendapat dan pandangan orang lain yang berbeda
5. Saling menjaga keharmonisan dan menghindari konflik dalam kehidupan bersosial.

16
Dampak pluralisme
◉ 1. Dampak Positif dari pluralisme adanya sikap saling menghargai antara sesama
manusia yang berbeda latar belakang (suku,agama,ras,dan antar golongan), dan
akan terwujudnya suasana kondusif di tengah masyarakat, dan terwujudnya
stabilitas sosial budaya sehingga kehidupan akan jauh lebih baik.
◉ 2. Dampak negatif dari pluralisme adalah masalah persaingan antar agama dan
suku tertentu yang akan memunculkan sebuah konflik dan pertentangan sosial
yang di landasi perbedaan agama dan suku tertentu. Dengan munculnya sifat
egoisme kelompok maupun golongan dan sebagainya yang akan menimbulkan
perpecahan.

17
Revolusi
Kopernikan
18
John Hick menawarkan revolusi Kopernikan. Ia
terinspirasi dari kritik Copernicus terhadap teori
Ptolomeus dalam bidang astronomi, yang menegaskan
bahwa bukan bumi yang merupakan pusat dari alam
semesta, namun mataharilah yang menjadi pusat dari
alam semesta. Dengan konsepsi ini, Hick menerapkan
polanya pada agama.

19
Bagi Hick, Tuhan adalah pusat dari segala sesuatu, dan manusia
(beserta pemahamannya terhadap Tuhan) mengitari-Nya Jika Tuhan
adalah pusat, sedangkan pengalaman keagamaan manusia
merupakan yang mengitari pusat, maka konsekuensinya adalah,
bahwa kelaim kebenaran yang tunggal atau absolut dari agama
merupakan hal yang tak relevan. Alasannya, karena manusia tak lagi
menjadi pusat (sumber kebenaran), namun Tuhan itu sendiri yang
menjadi pusat dari kebenaran itu sendiri.

20
Pluralitas
Penyingkapan
21
Hick menjelaskan bahwa terdapat suatu periode yang bisa disebut
sebagai zaman Axial. Periode ini merintang sekitar 2000 SM. Di
dalam periode ini penyingkapan Tuhan atas manusia terjadi secara
plural, tergantung pada situasi dan latar kultural. Beragam
penyingkapan-penyingkapan ini berawal dari Mesopotamia di Timur
Dekat, dan di pegunungan Indus di Utara India. Di daerah-daerah
itulah Tuhan-Tuhan disembah. Bahkan dari periode itulah, Tuhan-
Tuhan nomadik hadir.

22
Awal kemunculan agama-agama ini tidak ditandai oleh penyingkapan-penyingkapan
spesifik sebagaimana kemudian terdapat pada agama-agama monoteistik besar.
Penyingkapan yang terjadi pada fase awal sejarah manusia itu (sejauh yang pernah
tercatat), adalah penyingkapan yang kemudian memunculkan agama natural.
Periode ini dinamai Hick sebagai periode emas kreativitas agama (the golden age of
religious creativity). Pada periode ini terdapat Phytagoras, Socrates dan Plato di Yunani,
para Nabi di Israel, Zarathustra di Persia, Lao-Tzu dan Confusius di Cina, Gautama sang
Buddha, Upanishad, Mahavira dan Bhagavad Gita di India. Sampai kemudian tiga ratus
tahun selanjutnya kemunculan Kristianitas, dan kemunculan Islam, yang mana keduanya
berakar pada zaman Axial
23
Hick mengatakan, bahwa perkembangan dari agama-agama itu
sendiri akan senantiasa berlangsung sampai kapanpun. Alasannya,
karena ekspresi keberagamaan tiap manusia akan terus-menerus
berbeda tergantung situasi kultural dan historis yang melingkupi
sang pemeluk agama. Sehingga, pluralitas dari agama tetap hadir,
meskipun bedanya, mereka tak lagi terisolasi

24
Thanks!
Any questions?

25

Anda mungkin juga menyukai