Pengantar :
Mengapa propinsi Papua, propinsi NTT dan Kabupaten-kabupaten di pulau Nias yang
mayoritas penduduknya Kristen masih miskin ? Delapan s/d duabelas persen penduduk
Kriten yang rajin mengikuti ibadah Minggu di Jakarta dan Surabaya, hampir kurang
memikirkan secara serius kondisi-kondisi yang sama sekali kurang manusiawi dari
penghuni gubuk, rumah yang berjejal di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api dan
kampung-kampung yang kumuh yang ada di sekitar gedung-gedung gereja yang megah
bagai pencakar langit. Gambaran di atas merupakan warisan hidup keberagamaan kita
i
yang sempit, yang ditunjukkan oleh sejarah Kekristenan. Hubungan yang erat antara
aktivitas penginjilan Kristen dan ekspansi kolonial Barat yang terjadi antara tahun 1450 –
1950 telah mempengaruhi baik teologi maupun praktek pelayanan pastoral di seantero
dunia ini.
1
Kerajaan itu bukan lembaga kekuasaan temporal iv. Dengan kepenuhan Allah dalam
Kristus, segala sesuatu didamaikan ; tidak ada diskriminasi yang didasarkan pada warna
kulit, agama, status ekonomi, pendidikan, latar belakang etnis atau jenis kelamin v.
Balasuriya menyatakan bahwa sebagian besar kaum tertindas (kaum miskin) di dunia ini
menamakan dirinya Kristen, dan kebanyakan dari orang Kristen yang telah dibaptis hidup
miskin. Keadaan ini merupakan ejekan pada nilai-nilai Kerajaan Allah yang seharusnya
disimbolisasikan dan direalisasikan oleh gereja-gereja. Gereja-gereja betapapun juga
seharusnya bisa menjadi saluran bagi komunikasi di antara kaum yang menderita dan
tuntutan kaum tertindas terhadap para penindas mereka. Tetapi sebaliknyalah yang
terjadi. Kegiatan-kegiatan gereja membantu penundukan kaum miskin dan lemah dan
membenarkan penindasan oleh yang kuat vi. Tidak adanya analisis sosial mengenai
kekuatan-kekuatan sosio-politik, menyebabkan gereja-gereja tidak sadar akan akibat dari
adanya penindasan dari satu pihak atas pihak lainnya. Analisis sosial belum diterima dan
dimasukkan sebagai bagian yang penting dalam refleksi teologis vii.
masyarakat memiliki aspek kedalaman dalam kerangka budayanya dan 7 unsur budaya
2
yang harus dipertimbangkan secara holistik dalam melakukan analisis sosial dan
pengembangan masyarakat.
xii
Analisis Sosial tersebut dilaksanakan dengan semangat berdialog profetis rangkap 3 ,
rangkap 4 dan seterusnya, sesuai dengan jumlah pemangku kepentingan dari
permasalahan tersebut. Dialog menuntut mendengarkan secara seksama, ketrampilan berbicara,
empati, pemikiran dan rasa hormat. Profetis menuntut kejujuran, keyakinan, keberanian, dan
iman xiii
. Hal mutlak yang perlu terlibat dalam dialog profetis di analisis sosial tersebut
adalah masyarakat / jemaat yang miskin, agar perubahan langgeng dan memberdayakan
xiv
. Proses perubahan seperti diceriterakan di atas biasa disebut pengembangan
transformatif. Tujuan Pengembangan Transformatif adalah perubahan manusia (changed
people - pulihnya identitas dan panggilan hidup) dan perubahan hubungan (just and
peaceful relationships) xv. Transformasi terjadi (baca : sukses) bila masyarakat menyadari
xvi
ulang identitasnya, hidup berpadanan dengan panggilannya (vocation = calling ( ibid )
= panggilan = "Klesis" in greek dictionary oleh Zodhiates (1991) xvii - Eph 4 : 1 -
dipanggil / calling ; I Cor 1 : 26 - dipanggil / calling ; Rom 11 : 29 - panggilan-Nya /
xviii
calling of God) dan hidup dalam hubungan-hubungan yang dipulihkan, .
Teologi menjadi lebih dari sekedar kata-kata, iapun menjadi suatu proses pedagogis yang
membebaskan kesadaran dan membangkitkannya agar orang bertindak. Pemahaman
xii Bevans, S.B dan R.P. Schroeder. 2006. Terus Berubah – Tetap Setia. Dasar, Pola, Konteks Misi.
Ledalero, Maumere. Halaman 593.
xiii Ibid, halaman 657-658.
xiv Bosch, D.J. 1991. Transformasi Misi Kristen. Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah. BPK
Gunung Mulia. Halaman 721.
xvvii.Bryant, L.M. 1999. Walking With The Poor. Orbis books – Maryknoll – New York. Halaman14. The
twin goals of transformational development as changed people and just and peaceful relationships.
xvi Ibid, page xviii. I add the idea that vocation or calling is also part of true identity.
xvii Zodhiates, S. 1991.The Complete Word Study New Testament. AMG Publishers. Halaman 928, 1092,
1249.
xviii Bryant , L.M. 1999. Walking With The Poor. Orbis books – Maryknoll – New York. Halaman 235.
True transformation occurs when people know their identity and their vocation and live in just and
peaceful relationships.
3
akan peranan komunitas dalam pengembangan teologi menunjukkan bagaimana kaum
xix
miskin menjadi subyek dari sejarah mereka sendiri . Pelaku refleksi teologis idealnya
ialah seseorang yang situasi kehidupan sehari-harinya dalam segala hal adalah kehidupan
kalangan masyarakat. Misalnya seorang buruh, petani, bukan seorang professor
universitas. Kita “para teolog” golongan menengah mengemban tugas transisi yang
memang dibutuhkan, seraya memberi jalan bagi para teolog sejati dari kalangan rakyat.
Peranan kita ialah untuk bisa berangsur-angsur makin sirna xx. Setelah perang dunia II,
gereja-gereja, baik Katolik maupun Protestan, mulai sadar bahwa pembaharuan teologis
pada kedua aliran utama Barat tersebut menemukan kembali bahwa kerasulan adalah ciri
dari seluruh gereja dan bahwa pelayanan tahbisan hanya dapat dipahami eksis di
lingkungan paguyuban iman. Lumen Gentium (LG) menyatakan ” kerasulan awam
berarti berbagi dalam misi keselamatan Gereja. Melalui baptisan dan penguatan, semua
xxi
orang ditunjuk ke dalam kerasulan ini oleh Tuhan sendiri” . Kasus untuk mempelajari
penerapan analisis sosial diambil dari ceritera Nehemia membangun bangsa Israel setelah
kembali dari pembuangan (Nehemia pasal 1 – 13). Disertakan pertanyaan-pertanyaan
kritis yang diperlukan dalam setiap langkah analisis sosial.
xix Schreiter, R.J.1993. Rancang Bangun Teologi Lokal. (translated from “ Constracting Local Theology.
1985. Orbis Books, Maryknoll). BPK Gunung Mulia. Halaman 30 - 31.
xx Abesamis, C.H. Melakukan Refleksi Teologis dalam Konteks Filipina. Yang diedit oleh Elwood, D.J.
1993. Teologi Kristen Asia. BPK Gunung Mulia. Halaman 64-65.
xxi Bosch, D.J. 1991. Transformasi Misi Kristen – Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah.
BPK Gunung Mulia. Halaman 722-723.
4
Dampak yang dihadapi Nehemia, setelah melakukan discernment (mencari
kehendak Tuhan) !
5
18 ; iv)5 : 7 - 8 ; v) 8 : 10 ), apa kesimpulan saudara tentang Nehemia sebagai seorang
pemimpin ?
Tujuan transisi adalah membantu masyarakat melalui cara yang memperdayakan mereka
xxiii
untuk memelihara hasil program setelah dukungan dari pihak luar berakhir . Nehemia
menyebutkan jumlah waktu tertentu kepada raja Arthasasta, untuk menyelesaikan
kehendak Tuhan, yaitu menolong orang Israel melalui masa setelah dikembalikan ke
tanah Kanaan (Nehemia 2 : 6). Sekitar 12 tahun Nehemia melakukan tugasnya (Nehemia
13 : 6). Pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat dikembangkan dalam langkah ini
adalah : a) Berapa perkiraan batas waktu yang dipakai untuk membangun masyarakat
tersebut (, sehingga memudahkan semua pihak yang ingin mendukung program
tersebut) ? ; b) Siapa dari pihak masyarakat yang dipersiapkan untuk menggantikan
peran-peran yang sementara waktu ditangani oleh pihak luar ?
xxii World Vision International. 2005. LEAP . Tim LEAP. WV. Halaman 88.
xxiii Ibid, halaman 111.