Anda di halaman 1dari 2

*BERTUMBUH*

Devosi Harian Jemaat GKJ Bandung

27 Maret 2020

*BERGUMUL DALAM TUHAN*

*Mazmur 6: 3-4* _“Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab
tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?_

Apa yang terlintas dalam benak saat kita merenungkan tentang arti ‘pergumulan’? Yang menarik,
kita semua pernah mengalami pergumulan. Tentu dalam bentuk yang beragam. Mungkin itu tentang
keluarga kita, pekerjaan, keuangan, relasi dengan teman atau suatu pergumulan yang komunal, di
komunitas atau masyarakat di mana kita hidup. Pergumulan membawa kita untuk melihat diri kita
lagi, memeriksa jalannya dengan seksama dan memperbaiki hal yang salah. Maka menjalani
pergumulan bukan hal yang mudah, tidak gampangan, tetapi membutuhkan kesediaan untuk
mengerti dan menyerahkan diri.

Nats yang kita baca, Mazmur 6, adalah mazmur pertobatan. Sebuah pengakuan bahwa ia
(pemazmur) mengharapkan kasih setia Tuhan (ay. 5) Karena jalan gumul itu amat berat, penuh air
mata. (ay. 7) Sebuah permohonan agar Tuhan membebaskannya dari hajaran amarah-Nya. Ia
merana, sakit, dan gemetar dihadapan didikan TUHAN. Ia yang telah menyerah, mengakui
kesalahannya. Tentang ini, kejujuran mengakui kesalahan adalah sebuah kualitas untuk
mempercayai. Sebuah tindakan iman.

Iman yang tumbuh dari ketabahan menjalani pergumulan adalah iman yang hidup. Saat langkah-
demi langkah membawa kita semakin dekat pada Allah, ketekunan kita memberikan kekuatan baru.
Sebuah daya untuk menghadapi ujian. Ketahanan itu menuntun kita tak berhenti berharap pada
Tuhan. Karena pengharapan di dalam Tuhan tidak mengecewakan (Rm 5:3-5). Maka, bagi banyak
orang yang setia hingga akhir pergumulan, kita menemukan bahwa beriman pada Allah di masa
sukar adalah suatu kesaksian—kita bahkan dapat bermegah di dalamnya. Bukan bermegah atas daya
tahan kita, tetapi karena Roh menyatakan pada kita kasih dan kebesaran Tuhan. Dalam pengalaman
direngkuh Tuhan itu, kita semakin mengenal dan mengalami pribadi Allah yang Maha Hadir
_(omnipresent)_, Maha Tahu _(omniscient)_ dan Maha Kuasa _(omnipotent)_. Maka setiap batu
pergumulan adalah pondasi yang kokoh untuk bertumbuh dalam iman pada Tuhan.

Tentang iman, Joas Adiprasetya dalam bukunya “Labirin Kehidupan” (2016) menulis bahwa iman itu
mencakup 3 dimensi, yaitu pemahaman _(notitia)_, pengakuan _(assensus)_ dan penyerahan diri
_(fiducia)_. Melalui pergumulan, kita membangun ‘pemahaman’ akan relasi kita dengan Tuhan. Kita
dibimbing untuk mengenal kasih setia Tuhan (Maz 6: 5). Dalam iman, kita ditopang untuk
menyatakan ‘pengakuan’ kita. Iman tanpa perbuatan, iman itu hakekatnya mati (Yak 2: 17). Tetap
mengucap syukur di waktu sulit, mencari Tuhan dalam setiap pertanyaan hidup, berdiri untuk
menghadapi tantangan walau segalanya nampak terbatas, adalah sebagian ciri-ciri penyataan
pengakuan itu. _Orang akan melihat, betapa berbeda anak-anak terang itu_. Dan dalam iman, kita
‘berserah’. Yeremia 17: 7-8 mengatakan, diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang
menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang
merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik,
yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti
menghasilkan buah. Selamat bergumul dalam TUHAN.

_Soli Deo Gloria_--CP

Anda mungkin juga menyukai