Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH NUTRISI IKAN

KOMPOSISI PAKAN YANG BAIK UNTUK PERTUMBUHAN IKAN

Disusun Oleh:

Farhan Idris 141411133039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga sayadapat menyelesaikan Makalah tentang “METODE ANALISIS
PROKSIMAT YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN BAHAN PAKAN IKAN”. Makalah
ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua
itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap
semoga makalah tentang Metode Analisis Proksimat yang Digunakan Pada Pembuatan Bahan
Pakan Ikan untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, Desember 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.....................................................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................................................3

BAB III Pembahasan...................................................................................................................11

3.1Komposisi Pakan yang Baik untuk Pertumbuhan Ikan Budidaya.........................................11

BAB IV Penutup.........................................................................................................................13

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................13

4.2 Saran......................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................iv

LAMPIRAN.................................................................................................................................v

iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peluang usaha dalam dunia perikanan seakan tidak ada habisnya untuk terus digali dan
dikembangkan potensinya. Dari hasil tangkapan ikan yang didapatkan, proses budidaya,
termasuk didalamnya kebutuhan pakan ikan. Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah
menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan
yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi
keuntungan yang maksimum. Menurut Rianti et al. (2014), satu diantara kendala yang sering
muncul dalam budidaya ikan nila merah adalah rendahnya pertumbuhan ikan yang
dibudidayakan. Pertumbuhan ikan yang rendah dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang
mengandung energi tinggi tetapi tidak mampu dicerna oleh ikan. Untuk itu perlu di pelajari
mengenai nutrisi ikan agar ikan mendapat makanan yang mengandung gizi cukup bagi ikan
budidaya.
Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan
produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan
berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam
mencapai tujuan tersebut. Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting
bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya
produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan
merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40- 50% dari biaya
produksi. (Herry.S.si,2008)
Bahan – bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan buatan berfungsi sebagai
sumber protein, energi, mineral dan vitamin. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan bahan pakan adalah kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan,
kontinuitas dan harga. Bahan-bahan ini bisa didapatkan dari tumbuhan (nabati) dan hewan
(hewani). Penggunaan bahan baku lokal potensial untuk kepentingan budidaya tidak hanya
berfungsi untuk menekan biaya produksi, tetapi sekaligus menjamin kontinuitas bahan untuk
kepentingan pembuatan pakan.
Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Di antara kedua jenis
pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya.Oleh karena sebab itu, peternak perlu
memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan tersebut agar dapat menentukan saat yang tepat

1
untuk menggunakan pakan alami atau pakan buatan. Pakan alami biasanya digunakan dalam
bentuk hidup dan agak sulit untuk mengembangkanya, karena memperlukan perlakuan
khusus sebelum pakan tersebut diberikan kepada ikan. Sedangkan pakan buatan, dapat
diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan pakan yang
memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan sering dijumpai dalam bentuk pellet
(Syahputra, 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat pelet yang baik diperlukan komposisi
pilihan yang terbaik agar ikan yang dibudidayakan dapat tumbuh maksimal sehinnga
meninggkatkan nilai produksi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana komposisi pakan yang baik untuk pertumbuhan ikan budidaya?
1.3 Tujuan
Mengetahui komposisi pakan yang baik untuk pertumbuhan ikan budidaya

BAB II
Tinjauan Pustaka

Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan (Afrianto, dkk., 2005). Nutrisi
didapat dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasikan oleh tubuh. Jumlah dan
komposisi zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ikan sangat bervariasi.

Pakan Buatan
2
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Zat
yang terpenting dalam pakan adalah protein. Jumlah dan kualitas protein mempengaruhi
pertumbuhan optimal ikan. Karena zat ini merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Karena
itu, dalam menentukan kebutuhan zat makanan, kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih
dahulu (Khairuman, 2003).
Pakan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pakan harus dapat dimakan oleh ikan, maksudnya kondisi pakan harus baik dan ukuran
pakan harus sesuai dengan ukuran mulut ikan.
2. Pakan harus mudah dicerna.
3. Pakan harus dapat diserap oleh tubuh ikan.
Apabila ketiga persyaratan diatas dapat dipenuhi, pemberian pakan akan memberikan
manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Khairuman, 2002).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan
kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang
baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman
bagi ikan (Dharmawan, 2010).
Berdasarkan tingkat kebutuhannya pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama. Pakan tambahan adalah
pakan pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang
dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk
tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan
suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang
tidak mampu disediakan pakan alami. Sementara pakan utama adalah pakan yang sengaja
dibuat untuk menggantikan sebagian besar pakan alami (Dharmawan, 2010).
Dalam pembuatan pakan ikan, pertama-tama perlu diperhatikan tentang pemilihan
bahannya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
- Mempunyai nilai gizi tinggi
- Mudah diperoleh
- Mudah diolah
- Tidak mengandung racun
- Harga relatif murah

3
- Tidak merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan (Mujiman,
1991).

Kandungan Nutrisi Pakan


Yang dimaksud dengan nutrisi untuk ikan adalah kandungan gizi yang dikandung pakan,
yang diberikan kepada ikan peliharaan. Apabila pakan yang diberikan ikan peliharaan
mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup
dan aktivitas ikan, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Beberapa komponen nutrisi
yang penting dan tersedia dalam pakan ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, dan serat
kasar (Kordi, 2004).

Protein
Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Molekul protein mengandung fospor dan sulfur. Kualitas protein suatu bahan pakan ditentukan
oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial (Sumeru, 1992).
Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi pakan karena
usaha budidaya diharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Dalam hal ini, protein mempunyai
tiga fungsi bagi tubuh yaitu:
a. Sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan,
mengganti jaringan yang rusak, maupun yang bereproduksi.
b. Sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormon penjaga serta
pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh ikan.
c. Sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat
difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh
karbohidrat dan lemak (Sahwan, 2002).
Kebutuhan protein masing-masing jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein yang
dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah
pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein (Kordi,
2004). Pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-
60 persen. Sedang kadar optimum berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan
kurang dari 6 persen, maka ikan tidak dapat tumbuh (Mujiman, 1991).

4
Pakan buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan pakan yang berasal dari
protein hewani maupun nabati. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam,
tepung tulang dan tepung darah. Sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah industri
pertanian seperti bungkil kacang tanah, ampas tahu, kedelai dan sorghum (Tiana, 2004).
Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan) lebih sukar dicerna daripada protein hewani (asal
hewan). Hal itu disebabkan karena protein nabati terbungkus didalam dinding selulose yang
memang sukar dicerna. Selain itu kandungan asam amino esensial dari protein nabati pada
umumnya kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani (Mujiman,1991).

Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik melalui ekstraksi eter. Lemak juga sering diistilahkan dengan fat, lipid, minyak atau
lemak kasar. Beberapa jenis vitamin juga terlarut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K
(Lukito, 2007).
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein dan
karbohidrat, satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak,
pospolipid, kolestrol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K.
Selain itu, lemak berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan menjaga
keseimbangan daya apung ikan dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi jaringan
(Kordi, 2004).
Kandungan lemak pakan ikan rata-rata berkisar antara 4-18%. Kandungan lemak pakan
ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya ukuran ikan, kondisi lingkungan
(suhu), dan adanya sumber tenaga lain (Mujiman, 2004). Kisaran kadar lemak yang tidak
terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi, disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga
dapat memperbaiki (mempertinggi) kualitas pakan (Puspowardoyo, 2000).

Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan bahan bebas
tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa

5
nitrogen (BETN). Jadi, unsur-unsur karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen
dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana pada
umumnya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein (Kordi, 2014).
Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi. Selain itu berperan dalam
menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang diberikan
kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efesien dalam penggunaan pakan berprotein untuk
menghasilkan energi dan kebutuhan metabolik lainnya (Afrianto, 2005).
Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung dari jenis ikannya. Menurut Wilson,
hanya ikan herbivor dan omnivor yang dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Watanabe ,
mengatakan bahwa kadar karbohidrat optimum untuk ikan omnivor adalah 20-40%, sedangkan
untuk ikan karnivor antara 10- 20% (Kordi, 2014).
Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya
untuk menghasilkan enzim amilase. Dan kemampuan ini tergantung pula pada jenis ikannya.
Apabila makan karbohidrat lebih dari 12 persen, maka pada hatinya akan terjadi timbunan
glikogen yang berlebihan, dan dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi. Tapi ikan
pemakan segala, dapat hidup baik dengan makanan yang kadar karbohidratnya sampai 50%
atau bahkan lebih (Mujiman, 1991).
Bahan-bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung, beras, tepung
terigu, dedak halus, tepung tapioka, tepung sagu dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan
diatas, selain sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder) dalam
pembuatan pakan ikan (Kordi, 2004).

Serat kasar
Serat kasar mengandung senyawa selulosa, lignin, dan zat lain yang belum dapat
diidentifikasikan dengan pasti. Yang disebut serat kasar disini adalah senyawa yang tidak dapat
dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun binatang. Didalam analisa penentuan serat
kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer ataupun basa encer
dalam kondisi tertentu (Sudarmadji, 1996).
Menurut Mujiman (1991) dalam jumlah tertentu serat kasar diperlukan juga antara lain
untuk membentuk gumpalan kotoran, sehingga mudah dikeluarkan dari dalam usus.
Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan

6
penyerapan didalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan
menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas
air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan,
sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah baik struktur
pakan ikan dalam bentuk pelet (Kordi, 2014).

Uji Kualitas Pakan Buatan


Pakan yang diberikan pakan ikan harus diuji dulu dengan beberapa uji yaitu uji fisik,
kimiawi, dan biologis. Uji-uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah pantas, berguna,
berkualitas suatu pakan diberikan pada ikan (Dharmawan, 2010).

Uji Fisik
Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah pengujian fisik terhadap pakan buatan
berbentuk pelet, yaitu antara lain mengenai kehalusan bahan bakunya, daya tahannya didalam
air, dan daya mengapungnya (Mujiman, 1991).
Uji kehalusan bahan baku pakan dilakukan dengan menggiling bahan baku pakan
sampai halus. Semakin banyak bagian bahan pakan yang halus, semakin baik bahan pakan
tersebut. Semakin halus bahan pakan menyebabkan semakin memudahkan untuk pembuatan
pelet yang berkualitas. Beberapa faktor yang menyebabkan bahan pakan menjadi halus antara
lain yaitu kandungan serat kasar, kandungan air dan kekerasan bahan pakan (Dharmawan,
2010).
Pengujian daya tahan didalam air dilakukan dengan merendamnya didalam air dingin.
Waktu yang diperlukan sampai pelet yang bersangkutan ambyar, merupakan daya tahannya.
Makin lama waktu yang dibutuhkan, semakin baiklah mutunya. Pelet untuk ikan, setidak-
tidaknya harus mempunyai daya tahan selama 10 menit (Mujiman, 1991).
Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan atau menebarkan pakan
tersebut kedalam bejana kaca yang telah diisi air hingga kedalaman 15-25 cm. Waktu yang
diperlukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga tenggelam didasar bejana, adalah merupakan
ukuran daya apungnya. Paling tidak harus dapat melayang selama 5 menit (Afrianto, 2005).

Uji Kimiawi

7
Pengujian kimiawi ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi dari
makanan yang bersangkutan, yaitu mengenai kadar protein, lemak, serat kasar dan kandungan
air. Pengujian ini dilakukan didalam laboratorium. Untuk mengetahui tentang kadar air sangat
penting. Sebab apabila kadar airnya masih terlalu tinggi, pakan tersebut cepat rusak dan
jamuran. Pelet yang baik kadar airnya tidak boleh lebih dari 10 persen (Mujiman, 1991).
a. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldhal
Kadar protein dalam ransum atau pakan dapat ditentukan dengan prosedur Kjeldahl, yaitu
dengan cara menentukan jumlah nitrogen (N) yang terdapat dalam ransum, kecuali N yang
berasal dari nitrat, nitrit, dan senyawa N siklik. Setelah diketahui jumlah N-nya, selanjutnya
dapat dihitung kadar protein kasarnya dengan rumus ∑N% x faktor protein.
Besarnya faktor protein umum sama dengan 6,25. Hal ini dianggap bahwa jumlah semua
N yang diperoleh berasal dari protein dan semua protein mengandung 16% N. Analisis kadar
protein kasar secara Kjeldahl meliputi proses destruksi, destilasi, dan titrasi. Ketiga proses ini
dilakukan untuk memecah molekul-molekul protein menjadi molekul terkecil yang
mengandung unsur-unsur C, H, O dan N (Buwono, 2010).
b. Analisa lemak dengan metode sokletasi
Penentuan kadar lemak pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam
thimble. Kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Karena sampel
kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Pelarut yang banyak
digunakan adalah petroleum eter karena lebih murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran
dan lebih selektif dalam pelarutan lipida. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air
untuk menghindari kebakaran. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil
dan ekstrak dituangkan kedalam botol timbang yang telah diketahuinya beratnya. Kemudian
pelarut diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 100 oC.
Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak (Sudarmadji,
1996).
c. Analisa karbohidrat
Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan
karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar
(proximate analysis) atau juga disebut Carbohydrate by difference. Yang dimaksud dengan

8
proximate analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar
diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan, sebagai berikut :
% karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)
Perhitungan Carbohydrate by difference adalah penentuan karbohidrat dalam bahan
makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan
makanan (Winarno, 1992).
d. Analisa serat kasar
Didalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tak larut
dalam asam encer ataupun basa encer dalam kondisi tertentu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:
1. Defatting yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan
pelarut lemak.
2. Digestion terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan
basa.
Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai karena penundaan
penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan serat
lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai (Sudarmadji, 1996).

Uji Biologis
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh pakan tersebut
terhadap pertumbuhan ikan yang diumpani. Pakan yang kandungan gizinya cukup tinggi belum
tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan. Sebab apabila bahan bakunya merupakan bahan
yang sukar dicerna, maka zat gizi yang terkandung didalam pakan yang bersangkutan tidak
banyak diserap oleh usus ikan (Mujiman, 1991).
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu
pakan. Ikan yang dicobakan diperlakukan pemberian pakan selama periode waktu tertentu
umumnya berkisar 1,5-2 bulan. Setiap minggu dilakukan pengukuran pertambahan berat ikan
(Dharmawan, 2010).

9
BAB III
Pembahasan

3.1 Komposisi Pakan yang Baik untuk Pertumbuhan Ikan Budidaya


Bahan pakan buatan merupakan bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil
industri yang mengandung zat gizi dan layak digunakan sebagai pakan. Beberapa persyaratan
dalam pemilihan bahan baku pakan yaitu bahan pakan mengandung nilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan ikan, mudah dicerna oleh ikan, tidak berbahaya dan beracun bagi ikan,
mudah diperoleh, memiliki nilai ekonomi yang terjangkau (Afrianto, dkk., 2005).
Menurut Basriati dan Vera (2015), komposisi kebutuhan ikan akan beberapa kandungan
nutrisi yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kebutuhan protein yang
dibutukan oleh ikan berkisar antara 20-60%. Untuk ikan-ikan laut biasanya kebutuhan protein
cukup tinggi karena merupakan kelompok ikan karnivora yaitu berkisar antara 30-60%.
Sumber protein dapat diperoleh dari hewani atau nabati tetapi untuk ikan laut lebih menyukai
sumber protein diambil dari hewani. Kebutuhan lemak untuk ikan budidaya berkisar antara 4-
18%. Sumber lemak/lipid biasanya adalah berasal dari hewan maupun tumbuhan sumber
Hewani yaitu lemak sapi, ayam, kelinci, dan minyak ikan.. Sedangkan sumber nabati dapat
diperoleh dari jagung, biji kapas, kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, dan kacang kedelai.
Karbohidrat terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), kebutuhan
ikan berkisar antara 20-30%. Sumber karbohidrat biasanya dari nabati seperti jagung, beras,
dedak, tepung terigu, tapioka, sagu, dan lain- lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8% akan
10
menambah struktur pellet, jika lebih dari 8% akan mengurangi kualitas pelet ikan. Kebutuhan
vitamin dan mineral yang baik untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 2-5%.
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam
suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah (Effendie,
1997). Menurut Khairuman (2002), pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan yang
optimum, kadar proteinnya ± 20%. Menurut Khans et. al. dalam Yanti dkk. (2003), salah satu
nutrien penting yang dibutuhkan ikan adalah protein. Hal ini karena protein merupakan zat
pakan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan. Pemanfaatan protein bagi pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein pakan,
kandungan energi pakan, suhu air dan frekuensi pemberian pakan. Faktor makanan sangat
penting dalam pertumbuhan, diperlukan jumlah dan mutu makanan yang bagus untuk
meningkatkan berat dan panjang dari ikan. Menurut Budiharjo dkk. (2004) pakan buatan
dengan komposisi 42% tepung ikan, 8% tepung jagung, 14% dedak, 30% tepung daun turi, 4%
tepung kanji, dan 2% premix vitamin menghasilkan pertumbuhan ikan tawes paling baik, dan
kandungan protein daging paling tinggi.

11
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan

Komposisi pakan yang baik untuk pertumbuhan ikan mengandung protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin. Kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
adalah 20-60%, 4-18, 20-30%, dan 2-5%. Campuran komposis pakan yang biasa digunakan
untuk pembuatan pelet tepung ikan, 8% tepung jagung, 14% dedak, 30% tepung daun turi, 4%
tepung kanji, dan 2% premix vitamin.

4.2 Saran

Sebaiknya dalam membuat komposisi pakan perhatikan kandungan protein, lemak,


karbohidrat, mineral dan vitamin.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Evi L. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.


Basriati, Sri dan V. Devani. 2015. Optimasi Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Buatan dengan
Menggunakan Multi Objective (Goal) Programming Model. Jurnal Sains, Teknologi dan
Industri. 12. (2) : 255-261.
Budiharjo, Agung, N. P. Dani, S. Listyawati. 2004. Komposisi Pakan Buatan untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus
Blkr.). BioSmart. 7. (2): 83-90.
Buwono, I. 2010. Kebutuhan Asam Amino Esensial Ransum Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Dharmawan, B. 2010. Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi. Yogyakarta: Kanisius.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Khairuman. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Depok: Penerbit Agromedia Pustaka.
Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kordi, K. 2014. Panen Untng dari Akuabisnis Ikan Gurami. Yogyakarta: Andi Publisher.
Mujiman, A. 1991. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Puspowardoyo, H dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan dan Pembesaan Lele Sangkiang hemat ai.
Kanasis. Yogyakata.
Sahwan, F. M. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Sumeru, S. U. dan Suzy Anna. 1992. Teknik Pembuatan Pakan Udang. Jakarta. Direktorat
Jenndral Perikanan.
Syahputra, Andrian.2005.Rancang bangun alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk
pellet. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7552/1/10E00030.pdf
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Yanti, S., A. Priyadi, dan H. Mundriyanto. 2003. Rasio energi dan protein yang berbeda
terhadap efisiensi pemanfaatan protein pada benih ikan baung (Mystus nemurus). Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-4.

iv
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai