OLEH :
KELOMPOK 2
KENDARI/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul “Perkembangan Individu” ini
tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yaitu bapak Andi Muhammad Rum Sa’ban atas bantuan yang
diberikan, sehingga kami mendapatkan banyak ilmu dalam proses penyelesaian
makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Perkembangan Individu”
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa
kami terima untuk perbaikan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi – generasi masa
depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang
perkembangan dan pertumbuhan anak didik. Dengan demikian, sebagai calon
pendidik kita diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada beberapa masalah dibawah ini.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tahap II: Fase infancy (orok/masa kecil), mulai lahir sampai usia 10 atau
14 hari.
Tahap III: Fase babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai sekitar umur
2 tahun.
Tahap IV: Fase childhood (anak-anak), mulai usia 2 tahun sampai usia
masa remaja pubertas.
3
laki. b). Fase early adolescence: mulai dari usia 13-14 tahun sampai 16-17
tahun. c). Fase late adolescence: masa-masa akhir dari perkembangan
seseorang atau hampir bersamaan dengan masa ketika seseorang tegah
menempuh perguruan tinggi (masa usia kuliah).
b). Aristoteles
Tahap I: dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain)
Tahap II: dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah)
Tahap III: dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja/pubertas, masa
peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa).
c). Kretscmer
Tahap I: dari 0,0 sampai kira-kita 3,0 tahun; Fullungs (pengisian) periode
I; pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk
Tahap II: dari kira-kira 3,0 sampai kira-kira 7,0 tahun; Streckungs
(rentangan) periode I; pada periode ini anak kelihatan langsing
(memanjang/meninggi)
Tahap III: dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun; Fullungs periode
II; pada masa ini anak-anak kelihatan pendek gemuk sekali
4
Tahap IV: dari kira-kira 13,0 sampai kira-kira 20,0 tahun; Streckungs
periode II; pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.
b). Rosseau
Tahap perkembangan menurut Rosseau adalah:
Tahap I (0 – 2 tahun) : usia asuhan
Tahap II (2 – 12 tahun) : masa pendidikan jasmani dan latihan
panca indera
Tahap III (12 – 15 tahun) : periode pendidikan akal
Tahap IV (15 – 20 tahun) : periode pendidikan watak dan
pendidikan agama.
5
delapan tahap perkembangan psikologis dari pakar psikososial, Erik Erikson
(1902-1994).
Untuk bayi baru lahir hingga usia 12 bulan, tahap yang harus dipenuhi
adalah rasa percaya terhadap orang terdekatnya, khususnya ibu. Kelekatan fisik,
pada tahap ini, adalah sesuatu yang sangat penting. Bayi mendapatkan rasa
percaya dari sentuhan fisik dengan orang lain. Perasaan bayi amat sensitif dan ia
berkomunikasi melalui tangisan. Terlalu lama merespon tangisan bisa membuat
bayi merasa diabaikan. Melalui penelitian jangka panjang, diketahui bahwa orang-
orang yang paranoid, pencemas, dan abai terhadap lingkungan tidak mendapatkan
kelekatan yang cukup baik selama tahun pertama kehidupannya.
Usia 2-5 tahun adalah masa ketika anak mengembangkan rasa inisiatif.
Mereka mulai tertarik dengan banyak hal, berikan apresiasi atas inisiatifnya. Jika
keluarga marah memarahinya, ia akan mempersepsikan diri sebagai orang yang
patut disalahkan. Pada fase ini, anak sudah mulai mengerti nilai moral, meskipun
mereka belum paham mana yang benar dan salah.
6
d). Ketekunan atau Rasa Rendah Diri (Industri versus Inferiority)
Memasuki masa sekolah dasar hingga usia sekitar 10 tahun, anak mulai
belajar berinteraksi dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Pada fase ini, anak
mengembangkan keterampilan sosial dan mulai menyenangi hal-hal spesifik. Fase
ini adalah masa terbaik untuk mengembangkan kepercayaan diri anak dengan
mengikuti berbagai kegiatan kelompok, perlombaan, dan aktivitas yang bisa
menunjang bakatnya. Jika tugas perkembangan fase ini tak terpenuhi, anak akan
tumbuh jadi pribadi yang rendah diri dan merasa tidak berbakat.
Fase usia awal 20-an hingga usia 30-an ditandai dengan tugas
perkembangan mencari keintiman dengan seseorang. Pada usia ini, memiliki satu
orang yang berharga lebih penting daripada nongkrong dengan teman geng yang
jumlahnya segerombolan. Biasanya, usia 20-an hingga 30-an adalah masa
berkarier secara profesional. Kehidupan manusia dihabiskan dengan berkarier.
Tanpa seseorang yang dekat secara emosional, sesukses apa pun seseorang, ia
pasti merasa terasing. Tugas perkembangan manusia pada fase ini adalah
menemukan seseorang untuk dijadikan pasangan hidup.
7
identitas atau masih meraba-raba kecocokan profesi. Perkembangan psikologis
yang hendak dicapai adalah kemampuan berbagi dan memberikan manfaat bagi
orang lain (terutama memberikan pembinaan bagi generasi di bawahnya). Ada
juga orang yang mapan secara materi, tapi tak bermanfaat bagi orang lain. Jika
gagal, kemungkinan besar manusia merasa dirinya tidak berguna dan tidak
produktif.
Orang yang sepanjang usianya selalu berbagi dan memiliki integritas, akan
mengevaluasi kehidupannya dengan bahagia. Tahap ini (usia di atas 60 tahun)
adalah waktu ketika manusia menikmati keberhasilan psikologis yang sudah ia
bangun sepanjang hidup. Jika ada yang merasa gagal, maka timbul rasa putus asa
yang mendalam.
a). Kecerdasan
8
tiap individu. Yang diperlukan adalah kepekaan untuk mengenali kecerdasan
tersebut dan disin peran keluarga, lingkungan untuk memberi tempat serta
kesempatan, sehingga kecerdasan tersebut dapat dioptimalkan. Dengan
kecerdasan yang rendah tetap saja ada peluang untuk berprestasi sesuai dengan
kemampuannya. Ada banyak contoh di lingkungan kehidupan berhasil, karena
lingkungan yang memberikan kesempatan dan peluang untuk tampil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat tertentu. Dua anak bisa sama-
sama mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol dari yang lain
bahkan saudara sekandung dalam satu keluarga bisa mempunyai bakat yang
berbeda-beda. Anak yang satu mempunyai bakat untuk bekerja dengan angka-
angka, anak yang lain dalam bidang olahraga, yang lainnya lagi berbakat menulis
(mengarang). Artinya, setiap anak memiliki bakat khusunya dan dengan kapasitas
yang berbeda.
Dapat disimpulkan, bakat khusus adalah suatu kapasitas yang dimiliki anak.
Karena setiap anak (manusia) sebagai peserta didik memiliki bakat yang berbeda
satu dengan yang lainnya, maka bakat khususnya juga berbeda dalam diri setiap
anak.
9
dapat terwujud seoptimal mungkin. Peran orang tua sangat menentukan untuk
menggali berbagai kemampuan yang ada dalam diri anak.
Faktor eksternal yang mungkin terjadi yaitu saat kehamilan ibu mengalami
keracunan makanan, terkena penyakit berbahaya yang menyebabkan janin
mengalami gangguan, atau mengalami kecelakaan yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kehamilan dan pertumbuhan-perkembangan janin. Kita
mengetahui bahwa pengaruh nutrisi dan stimuli yang diberikan dari luar juga
berpengaruh. Artinya, selama kehamilan asupan makanan dan perawatan selama
ibu hamil sangat berpengaruh terhadap tumbuhnya janin dengan baik.
Pemeriksaan secara rutin maupun adanya vitamin ekstra yang harus dikonsumsi
oleh ibu (tentunya sesuai dengan anjuran dari dokter).
Salah satu dari faktor eksternal lainnya adalah pola asuh dalam keluarga yang
dilakukan orang tua. Seperti perbedaan dalam penerapan pola asuh dalam
membesarkan dan mendidik anak. Pola asuh yang diberikan kepada anak dalam
usia sekolah tentunya tidak bisa disamakan dengan remaja. Bagaimanapun
pemahaman mereka berbeda dalam penerapan pengasuhan. Namun untuk hal
yang mendasar bisa sama, seperti penerapan disiplin sejak dini sehingga menjadi
pola kebiasaan yang nantinya membentuk karakternya.
10
c). Faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga
11
4). Media massa
Salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik perhatian warga
masyarakat khususnya anak-anak adalah televisi. Televisi sebagai media massa
elektronik mempuyai misi untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan
kepada para pemirsanya. Media massa juga dapat membawa pengaruh positif dan
negatif bagi anak jika tidak ada bimbingan dari orang tua kepada anaknya untuk
mengarahkan ke hal-hal yang postif.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA