Disusun oleh :
Laila Fitriani
856235549
Tutor Pembimbing :
Rici Kardo, S.Pd., M.Pd., Kons
Soal :
1. Jelaskanlah faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah
Dasar.
Jawab :
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak usia
Sekolah Dasar yakni faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti sifat
jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya (gen) dan kematangan dan faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu seperti kesehatan, makanan dan lain-lain.
Namun ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik antara lain
adalah :
1) Pengaruh keluarga
Pengaruh keluarga di sini meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
Disebabkan faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau lebih pendek
dibandingkan temannya, jika orang tuanya, kakek atau neneknya lebih tinggi atau
sebaliknya. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya
perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak tersebut.
2) Pengaruh gizi
Anak yang memperoleh gizi yang cukup mulai dari dalam kandungan biasanya
akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan
dengan anak yang kurang mendapatkan gizi yang baik. Lingkungan dapat memberikan
pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat untuk
pertumbuhan fisik remaja.
3) Gangguan Emosional
Anak yang dari masa kanak-kanak sudah mengalami ketidaknyamanan kehidupan
seperti sedih, tertekan, kekurangan kasih sayang akan mengalami ganggual emosional
yang menyebabkan terbentuknya streoid adrenal yang berlebihan, dan ini akan
membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari.
Bila hal ini terjadi maka pertumbuhan fisik anak akan terhambat dan tidak mencapai
pertumbuhan tubuh yang maksimal.
4) Kurang rangsangan fisik dari lingkungan
Anak yang kurang mendapat rangsangan dan kebebasan untuk dapat bergerak
bebas sesuai dengan tuntutan pertumbuhan fisiknya , maka pada waktu remaja cendrung
tidak dapat mencapai tingkat pertumbuhan fisik yang optimal. Hal ini disebabkan
adanya prinsip berkelanjutan dalam pertumbuhan.
5) Jenis kelamin
Dalam pertumbuhan fisik anak laki-laki cendrung lebih tinggi dan lebih berat
dibandingkan anak perempuan, kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun anak
perempuan biasanya sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anal laki-laki Hal ini
disebabkan karena ada perbedaan bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki
6) Kesehatan
Kesehatan anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisiknya. Anak-anak
yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang sehat dan lebih berat
dibandingkan anak yang sering mengalami sakit.
7) Pengaruh bentuk tubuh
Bentuk tubuh, apakah mesomorf (kekar, berat dan segi tiga), ektomorf (kurus,
bertulang panjang) atau endomorf (gemuk dan berat) akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya tubuh anak. Jadi bentuk tubuh anak ditentukan juga pola bentuk tubuh yang
dimilikinya.
2) Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi
perkembangan intelektual anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a) Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua
adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak
untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada
anak untuk merealisasikan ideidenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan
dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat
keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.
Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang
tua.
b) Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Dalam
hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak
di tangannya. Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan
merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat
dikonsultasikan dengan guru mereka.
2. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan
orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa
para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu
pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan
olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi
perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu
secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggu.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak
maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik
berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
6. Jelaskanlah usaha Guru dalam Memperkembangkan Intelektual Anak.
Jawab :
Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara
psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai
berikut : (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2008 : 36-37)
1) Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat
(unconditional positive regard). Artinya, apa pun keberadaan peserta didik dengan
segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, sertaa memberi
kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan
intelektual yang dikembangkan secara maksimal.
2) Pendidik menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat
dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi
sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskan
peserta didik, melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif
secara sehat.
3) Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan,
dan perilaku peserta didik; dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik; serta
melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini,
peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan
pemikiran atau ide-idenya.
4) Menerima siswa secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional
positive regard). Artinya, apa pun adanya siswa itu dengan segala kekuatan dan
kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan bahwa pada
dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan intelektual yang dapat
dikembangkan secara maksimal.
5) Memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik; menempatkan diri dalam
situasi, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana
seperti ini peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan
mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.
6) Memberikan suasana psikologis yang aman bagi peserta didik untuk mengemukakan
pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri. Di
sini berusaha menciptakan keterbukaan (openness), kehangatan (warmness), dan
kekonkretan (concreteness).
Anak akan merasakan kebebasan psikologis jika orang tua dan guru memberi
kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Sebagai makhluk
sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau
merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut untuk
mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap
perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak
edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami
pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan system pengajaran dengan kebutuhan
peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu guru tinggal
menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak
demikian keadaannya.