Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPERAWATAN PADA ANAK (RHEUMATIC HEART DISEASE)

Dosen Pembimbing:
Novia Susanti S.Kep.,Ns.,M.Tr,Kep

Oleh
Kelompok A:

Alda NIM 1114190632


Helda Aprilia NIM 1114190635
Mariatul Kiptiah NIM 1114190637
Neli Safitri NIM 1114190640

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan
akhirat kelak. Dialah sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat
menyesatkan.Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah
Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan,


masukan, dan motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Novia susanti, S.Kep.,Ns.,M.Tr,Kep selaku Dosen pengampu dan
dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah
memberikan masukan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan
harapannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik
kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan
balasan yang setimpal dari Allah Swt. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamin.

Simpang Empat, September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................5
1.4 Manfaat ............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Konsep PDA.....................................................................................................6


BAB III PENYELARASAN JURNAL.................................................................15

BAB IV PENUTUP...............................................................................................17

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................17


4.2 Saran ...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rheumatic Heart Disease (RHD) atau penyakit jantung rematik adalah
cacat jantung akibat karditis rematik. RHD adalah penyakit jantung sebagai
akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari demam rematik, yang ditandai dengan
terjadinya cacat katup jantung. RHD adalah hasil dari demam rematik yang
merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi 2-3 minggu setelah infeksi
streptococcus beta hemolyticus grup A pada saluran nafas bagian atas. RHD
eksaserbasi akut adalah suatu sindroma klinik penyakit akibat infeksi
streptococcus beta hemolyticus grup A pada tenggorokan yang terjadi secara
akut ataupun berulang dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis
migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan dan eritema marginatum
(Seno,2018).
RHD merupakan kondisi kegawatan sehingga penatalaksanaan yang
dilakukan secara tepat dan cepat merupakan kunci keberhasilan dalam
mengurangi risiko kematian. Tujuan penatalaksanaan RHD adalah untuk
memperbaiki prognosis dengan cara mencegah komplikasi dan mencegah
kematian (Nasriyani,2016).
Pengenalan RHD sangat penting diketahui dan dipahami oleh perawat.
Perawat perlu untuk memahami patofisiologi RHD, nyeri dada yang khas
pada RHD, analisa EKG dan hasil laboratorium sebagai kunci utama
pengkajian RHD. Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan, mempunyai
peran yang sangat strategis dalam penatalaksanaan RHD tersebut. Perawat
profesional yang menguasai satu area spesifik sistem kardiovaskular sangat
dibutuhkan dalam melakukan proses keperawatan secara optimal.
Penanganan pasien yang optimal akan menghindarkan dari risiko komplikasi
yang akan memperburuk pasien dan menghindarkan dari risiko kematian.
Ners harus memenuhi kompetensi tersebut (Seno,2018).

4
Penyakit DR dan gejala sisanya, yaitu PJR, merupakan jenis penyakit
jantung didapat yang paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan
dewasa muda. DR akut terjadi pada 0,3% kasus faringitis oleh Streptokokus
Beta Hemolitikus Grup A pada anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan
demam rematik akut akan berkembang menjadi pankarditis dengan berbagai
derajat disertai insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis, dan bahkan
kematian. Pada PJR kronik, pasien dapat mengalami stenosis katup dengan
berbagai derajat regurgitasi, dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel
(Nasriyani,2016).
Indonesia masuk ke dalam kategori negara berpenghasilan menengah.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, penyebab kematian di
Indonesia dalam 12 tahun terakhir menunjukkan peningkatan proporsi
kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, dari 42% menjadi 60%.
Stroke, hipertensi, penyakit jantung iskhemik dan penyakit jantung lainnya
adalah penyakit tidak menular utama penyebab kematian. Prevalensi penyakit
jantung sendiri mencapai 12,5%, yang terdiri dari penyakit jantung iskhemik,
infark miokard akut, gagal jantung, aritmia jantung, penyakit jantung
reumatik kronik, demam reumatik akut, kardiomiopati dan penyakit jantung
lainnya. Pada kasus-kasus penyakit jantung tersebut, jumlah pasien penyakit
jantung rawat inap di rumah sakit terbanyak adalah penyakit jantung
iskhemik (30,17%), dan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada kasus
infark miokard akut (13,49%) (Seno,2018).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah Kelainan kongenital pada system kardiovaskuler beserta
dampaknya pada Keperawatan Anak : RHD
1.3. Tujuan
1.3.1. Umum
Untuk mengetahui Bagaimanakah Kelainan kongenital pada system
kardiovaskuler beserta dampaknya pada Keperawatan Anak : RHD
1.3.2. Khusus

5
a. Untuk mengetahui konsep RHD
b. Untuk mengetahui dampak RHD pada anak
1.4. Manfaat
a. Penulis
Semoga dengan pembuatan makalah ini penulis dapat menambah
wawasan dan pengalaman tentang materi Kelainan kongenital pada
system kardiovaskuler beserta dampaknya pada Keperawatan Anak :
RHD
b. Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran
serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat.
c. Masyarakat
Semoga dengan ada nya penyusunan makalah ini masyarakat dapat
memahami tentang Kelainan kongenital pada system kardiovaskuler
beserta dampaknya pada Keperawatan Anak : RHD

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep RHD


1.1.1 Definisi
Rheumatic Heart Disease (RHD) atau penyakit jantung
rematik adalah cacat jantung akibat karditis rematik. RHD adalah
penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari
demam rematik, yang ditandai dengan terjadinya cacat katup
jantung. RHD adalah hasil dari demam rematik yang merupakan
suatu kondisi yang dapat terjadi 2-3 minggu setelah infeksi
streptococcus beta hemolyticus grup A pada saluran nafas bagian
atas. RHD eksaserbasi akut adalah suatu sindroma klinik penyakit
akibat infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada
tenggorokan yang terjadi secara akut ataupun berulang dengan satu
atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis,
korea, nodul subkutan dan eritema marginatum (Seno,2018).
Demam reumatik merupakan penyakit inflamasi multi sistem
yang dapat terjadi pasca infeksi faring oleh streptococcus
hemolyticus group A. Biasanya penyakit ini mengenai anak-anak
yang berusia 5-10 tahun. Dipostulasikan bahwa antigen
streptococcus telah memicu produksi antibodi yang bereaksi silang
dengan antigen jantung (Nasriyani,2016).
Demam Reumatik (DR) adalah reaksi autoimun terhadap
faringitis streptokokal kelompok A, betahemolitik, yang menyerang
sendi, kulit, otak, permukaan serosa, dan jantung.
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting
dari penyakit jantung yang didapat baik pada anak maupun orang
dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah suatu proses peradangan
yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik

7
B group A (Seno,2018).

1.1.2 Epidemiologi RHD


Berdasarkan klasifikasi RHD yakni stenosis mitral,
ditemukan perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki dengan
perbandingan 7 banding 1. RHD diduga hasil dari respon autoimun,
namun patogenesis yang pasti masih belum jelas. Walaupun RHD
adalah penyebab utama kematian 100 tahun yang lalu pada orang
berusia 5-20 tahun di Amerika Serikat, insiden penyakit ini telah
menurun di negara maju, dan tingkat kematian telah menurun
menjadi hanya di atas 0% sejak tahun 1960-an. Di seluruh dunia,
RHD masih merupakan masalah kesehatan yang
utama(Nasriyani,2016).
RHD kronis diperkirakan terjadi pada 5-30 juta anak-anak
dan orang dewasa muda, 90.000 orang meninggal karena penyakit
ini setiap tahun. Angka kematian dari penyakit ini masih 1%-10%.
Sebuah sumber daya yang komprehensif mengenai diagnosis dan
pengobatan disediakan oleh WHO.
Dilaporkan di beberapa tempat di Amerika Serikat pada
pertengahan dan akhir tahun 1980-an telah terjadi peningkatan
insidens RHD, demikian juga pada populasi aborigin di Australia
dan New Zealand dilaporkan peningkatan penyakit ini. Tidak semua
penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptococus
Beta Hemolitik grup A menderita RHD. Sekitar 3% dari penderita
infeksi saluran nafas atas terhadap Streptococus Beta Hemolitik grup
A di barak militer pada masa epidemi yang menderita RHD dan
hanya 0,4% didapati pada anak yang tidak diobati setelah epidemi
infeksi Streptococus Beta Hemolitik grup A pada populasi
masyarakat sipil (Seno,2018).

8
1.1.3 Etiologi RHD
Etiologi Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui,
namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran
napas bagian atas yang disebabkan oleh organisme streptococcus
hemolitik b group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan
tidak terobati. Pada penilitian menunjukan bahwa penyakit jantung
reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody
dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus bersifat sebagai
antigen sehingga terjadi reaksi autoimune. Faktor predisposisi
timbulnya penyakit jantung reumatik adalah:
1) Faktor individu
a. Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada
proses terjadinnya penyakit jantung reumatik meskipun cara
pewarisannya belum dipastikan.
b. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik
lebih sering pada anak perempuan dari pada laki-laki.
c. Golongan Etnis dan Ras
Data di Amerika Serikat menunjukan bahwa serangan awal
maupun berulang sering terjadi pada orang hitam di banding
orang putih.
d. Umur
Penyakit jantung reumatik paling sering terjadi pada anak yang
berusia 6-15 tahun (usia sekolah) dengan puncak sekitar sekitar
umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak sebelum usia
3 tahun atau setelah usia 20 tahun.
Faktor lingkungan
a) Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat,

9
rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera
mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan
sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga
biaya perawatan kesehatan kurang.
b) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang,
tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropis
memiliki insiden yang tertinggi.
c) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan
insiden infeksi saluran pernapasan atas meningkat sehingga
mengakibatkan kejadian penyakit jantung reumatik juga dapat
meningkat(Nasriyani,2016).

1.1.4 Patofisiologi RHD


Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan demam
reumatik akut tidak diketahui. Cedera jantung bukan merupakan
akibat langsung infeksi, seperti yang di tunjukan oleh hasil kultur
streptococcus yang negatif pada bagian jantung yang terkena. Fakta
berikut ini menunjukan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat
hipersensitif imunologi yang belum terbukti terhadap antigen antigen
streptococcus:
a. Demam reumatik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis
streptokokus, sering setelah pasien sembuh dari faringitis.
b. Kadar antibodi antii streptococcus tinggi (anti streptolisin O,
anti Dnase, anti hialorodinase), terdapat pada klien demam
reumatik akut.
c. Pengobatan dini faringitis streptococcus dengan penisilin
menurunkan risiko demam reumatik.
d. Imunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan
membran sel miokardiaum yang terkena.

10
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi
mekanisme demam reumatik akut masih belum diketahui. Adanya
antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptococcus
dan sel miokardium menunjukan kemungkinan adanya
hipersensitiftas tipe II yang diperantarai oleh antibodi reaksi silang.
Pada beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk
melawan antigen streptococcus, adanya antibodi tersebut didalam
serum akan menunjukan hipersensifitas tipe III (Seno,2018).

11
1.1.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis RHD
RHD Akut terdiri dari sejumlah manifestasi klinis, di
antaranya artritis, khorea, nodulus subkutan, dan eritema
marginatum. Berbagai manifestasi ini cenderung terjadi
bersamasama dan dapat dipandang sebagai sindrom, yaitu
manifestasi ini terjadi pada pasien yang sama, pada saat yang sama
atau dalam urutan yang berdekatan. Manifestasi klinis ini dapat
dibagi menjadi manifestasi mayor dan manifestasi minor, yaitu:
1. Manifestasi Klinis
Mayor Manifestasi mayor terdiri dari artritis, karditis, khorea,
eritema marginatum, dan nodul subkutan. Artritis adalah gejala
mayor yang sering ditemukan pada RHD Akut. Munculnya tiba-
tiba dengan nyeri yang meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan
reaksi radang.
Biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut,
pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Sendi yang
terkena menunjukkan gejala-gejala radang seperti bengkak,
merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi
sendi. Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa
pengobatan dalam beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh
gejala sendi biasanya hilang dalam waktu 5 minggu, tanpa gejala
sisa apapun.
Karditis merupakan proses peradangan aktif yang mengenai
endokarditis, miokarditis, dan perikardium. Dapat salah satu saja,
seperti endokarditis, miokarditis, dan perikarditis. Endokarditis
dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada daun
katup yang menyebabkan terdengarnya bising yang berubah-
ubah. Ini menandakan bahwa kelainan yang ditimbulkan pada
katup belum menetap. Miokarditis ditandai oleh adanya
pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung. Sedangkan
perikarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila mengenai ketiga

12
lapisan disebut pankarditis.
Karditis ditemukan sekitar 50% pasien RHD Akut. Gejala
dini karditis adalah rasa lelah, pucat, tidak bergairah, dan anak
tampak sakit meskipun belum ada gejala-gejala spesifik. Karditis
merupakan kelainan yang paling serius pada RHD Akut, dan
dapat menyebabkan kematian selama stadium akut penyakit.
Diagnosis klinis karditis yang pasti dapat dilakukan jika satu atau
lebih tanda berikut ini dapat ditemukan, seperti adanya perubahan
sifat bunyi jantung organik, ukuran jantung yang bertambah
besar, terdapat tanda perikarditis, dan adanya tanda gagal jantung
kongestif.
Korea merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai
oleh gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, dan tidak teratur, seringkali
disertai kelemahan otot dan emosi yang tidak stabil. Gerakan
tanpa disadari akan ditemukan pada wajah dan anggota-anggota
gerak tubuh. Gerakan ini akan menghilang pada saat tidur. Korea
biasanya muncul setelah periode laten yang panjang, yaitu 2-6
bulan setelah infeksi Streptokokkus dan pada waktu seluruh
manifestasi RHD lainnya mereda. Korea ini merupakan satu-
satunya manifestasi klinis yang memilih jenis kelamin, yakni dua
kali lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada laki-
laki.
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit,
berupa bercak-bercak merah muda dengan bagian tengahnya
pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, berbentuk bulat atau
bergelombang, tidak nyeri, dan tidak gatal. Tempatnya dapat
berpindah-pindah, di kulit dada dan bagian dalam lengan atas atau
paha, tetapi tidak pernah terdapat di kulit muka. Eritema
marginatum ini ditemukan kira-kira 5% dari penderita RHD dan
merupakan manifestasi klinis yang paling sukar didiagnosis.
Nodul subkutan merupakan manifestasi mayor RHD yang

13
terletak dibawah kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah
digerakkan, berukuran antara 3-10mm. Kulit diatasnya dapat
bergerak bebas. Biasanya terdapat di bagian ekstensor persendian
terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini
timbul selama 6-10 minggu setelah serangan RHD Akut.
2. Manifestasi Klinis Minor
Manifestasi klinis minor merupakan manifestasi yang kurang
spesifik tetapi diperlukan untuk memperkuat diagnosis RHD.
Manifestasi klinis minor ini meliputi demam, atralgia, nyeri perut,
dan epistaksis.
Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik. Suhunya
jarang melebihi 39°C dan biasanya kembali normal dalam waktu
2 atau 3 minggu, walau tanpa pengobatan. Atralgia adalah nyeri
sendi tanpa tanda objektif pada sendi, seperti nyeri, merah,
hangat, yang terjadi selama beberapa hari atau minggu. Rasa sakit
akan bertambah bila penderita melakukan latihan fisik. Gejala lain
adalah nyeri perut dan epistaksis, nyeri perut membuat penderita
kelihatan pucat dan epistaksis berulang merupakan tanda
subklinis dari RHD.
Para ahli lain ada menyatakan manifestasi klinis yang serupa
yaitu umumnya dimulai dengan demam remiten yang tidak
melebihi 39°C atau arthritis yang timbul setelah 2-3 minggu
setelah infeksi. Demam dapat berlangsung berkali-kali dengan
tanda umum berupa malaise, astenia, dan penurunan berat badan.
Sakit persendian dapat berupa atralgia, yaitu nyeri persendian
dengan tanda-tanda panas, merah, bengkak atau nyeri tekan, dan
keterbatasan gerak. Artritis pada RHD dapat mengenai beberapa
sendi secara bergantian. Manifestasi lain berupa pankarditis
(endokarditis, miokarditis, dan perikarditis), nodul subkutan,
eritema marginatum, korea, dan nyeri abdomen.
Langkah pertama dalam mendiagnosis RHD adalah

14
menetapkan bahwa anak anda baru-baru ini mengalami infeksi
Streptococus. Dokter mungkin melakukan tes hapusan
tenggorokan, tes darah, atau keduanya untuk memeriksa adanya
antibodi Streptococus. Namun, ada kemungkinan bahwa tanda-
tanda infeksi strep mungkin hilang pada saat anda membawa anak
anda ke dokter. Dalam hal ini, dokter akan memerlukan anda
untuk mencoba mengingat apakah anak anda baru-baru ini
mengalami sakit tenggorokan atau gejala lain dari infeksi
Streptococus.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
memeriksa anak anda untuk tanda-tanda demam rematik,
termasuk nyeri sendi dan peradangan. Dokter juga akan
mendengarkan jantung anak anda untuk memeriksa irama
abnormal atau murmur yang mungkin menandakan bahwa
jantung telah tegang. Selain itu, ada beberapa tes yang dapat
digunakan untuk memeriksa jantung dan menilai kerusakan,
termasuk:
a. Chest X-ray, untuk memeriksa ukuran jantung dan untuk
melihat apakah ada kelebihan cairan di jantung atau paru-
paru.
b. Ekokardiogram, sebuah tes non-invasif yang menggunakan
gelombang suara untuk menciptakan sebuah gambar bergerak
dari jantung dan terpaparnya ukuran.

1.1.6 Diagnosis RHD


Sebuah diagnosis RHD dibuat setelah konfirmasi adanya
demam rematik. Menurut kriteria Jones (direvisi tahun 1992)
menyediakan pedoman untuk diagnosis RHD (AHA, 1992). Kriteria
Jones menuntut keberadaan 2 mayor atau 1 mayor dan 2 kriteria
minor untuk diagnosis demam rematik. Kriteria diagnostik mayor
termasuk karditis, poliarthritis, korea, nodul subkutan dan eritema

15
marginatum. Kriteria diagnostik minor termasuk demam, arthralgia,
panjang interval PR pada EKG, peningkatan reaktan fase akut
(peningkatan tingkat sedimentasi eritrosit [ESR]), kehadiran protein
C-reaktif, dan leukositosis (Seno,2018).

1.1.7 Penatalaksanaan RHD


Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat,
eradikasi kuman streptokok, penggunaan obat anti radang, dan
pengobatan suportif.
a. Istirahat; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya
karditis.
b. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO
menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila
alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2x
sehari selama 10 hari.
c. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan
beratnya kardiris. Prednison hanaya digunakan pada karditis
dengan kardiomegali atau gagal jantung.
d. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta
vitamin (terutama vitamin C) dan pengobatan terhadap
komplikasi. Bila dengan pengobatan medikamentosa saja gagal
perlu di pertimbangkan tindakan operasi pembetulan katup
jantung.
Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka
perlu diberikan pengobatan pencegahan (profilaksis sekunder) dengan
memberikan bezatin penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau
disuntik dapat diganti dengan penesilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila alergi
terhadap obat tersebut dapat diberikan sulfadiazin 1000 mg/hari untuk
anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari untuk anak 12 tahun ke bawah.
Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung ada tidaknya dan
beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam yang mudah terkena infeksi

16
streptokok dianjurkan pemberian profilaksis seumur hidup.
Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut:
a. Artritis tanpa kardiomegali: Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2
minggu, obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti
yang diuraikan diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu
perawatan, olahraga bebas.
b. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: Tirah baring 4 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan: sekolah setelah 8 minggu
perawatan. Olahraga bebas.
c. Karditis +kardiomegali: tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan. Sekolah setelah perawatan selama
12 minggu. Olahraga terbatas, hindari olahraga berat dan kompetitif.
d. Karditis + kardimegali + gagal jantung: tirah baring selama ada gagal
jantung, mobilisasi bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang
diuraikan, sekolah setelah perawatan 12 minggu gagal jantung teratasi.
Olahraga di larang (Nasriyani,2016).

1.1.8 Komplikasi
1) Gagal jantung pada kasus yang berat.
2) Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3) Aritmia.
4) Perikarditis dengan efusi.
5) Pneumonia reumatik (Nasriyani,2016).

17
1.1.9 Tanda dan Gejala RHD
Gejala umum:
1. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu
setelah infeksi, tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama
atau setelah 5 minggu.
2. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik
jarang terjadi sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
3. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau
berkembang lambat menjadi kelainan katup.
4. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa
perivaskuler dengan vaskulitis.
5. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral,
katup aorta pada 30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan
mengenai katup pulmonalis kurang dari 5%.
Gejala berdasarkan kriteria diagnostik:
1) Kriteria mayor
a. Karditis.
Karditis merupakan peradangan pada jantung
(miokarditis atau endokarditis) yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan
manifestasi terjadi penuruna curah jantung (seperti
hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut
jantung meningkat), bunyi jantung melemah dan terdengar
suarah bising katup. Pada auskultasi akibat stenosis dari
katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling sering
menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda karditis,
antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan
kiri (pada anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan
regurgitasi mitral serta aorta.
b. Poliatritis.

18
Penderita penyakit ini biasanya datang dengan
keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang
sendi besar. Lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan,
siku (poliatritis migrans), gangguan fungsi sendi, dapat
timbul bersamaan tetapi sering bergantian. Sendi yang
terkena menunjukkan gejala radang yang khas (bengkak,
merah, panas sekitar sendi, nyeri dan disertai gangguan
fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu
dan mereda tanpa deformitas residual.
c. Khorea syndenham.
Merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan
abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, serta
seringkali disertai dengan kelemahan otot, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. Pasien
yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gerakan
tidak terkendali pada ekstremitas, wajah dan kerangka
tubuh. Hipotonik akibat kelemahan otot, dan gangguan
emosi selalu ada bahkan sering merupakan tanda dini.
d. Eritema marginatum.
Gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung
reumatik pada kulit berupa bercak merah dengan bagian
tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatan tegas,
berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak
gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak
tangan.
e. Nodul supkutan.
Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah
kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri.
Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan
menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini muncul pada
permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,

19
persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
2) Kriteria minor
a. Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
b. Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian,
klien juga sulit menggerakkan persendian.
c. Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur
tertentu.
d. Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
e. Protein krea (CPR) positif.
f. Peningkatan denyut jantung saat tidur.
g. Peningkatan anti streptolosin O (ASTO) (Seno,2018).
1.1.10 Pemeriksaan penunjang RHD
Pemeriksaan Penunjann:
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah rapid test antigen, test
kultur tenggorokan, didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan
dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto toraks menunjukkan terjadinya
pembesaran pada jantung.
3. Pemeriksaan ekokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
4. Pemeriksaan elektrokardiogram
Menunjukkan interval PR menanjang
5. Apus tenggorok
Ditemukan streptokokus beta hemolitikus grup A
(Nasriyani,2016).

20
BAB III

PENYELARASAN JURNAL

“PERAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA TERHADAP


PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK”

Cynthia M. Tumbel,2015

A. Bahasan
Dari penelitian yang dilakukan selama bulan November 2014 sampai
Desember 2014 didapatkan total sampel berjumlah 30 anak penderita
penyakit jantung rematik di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yang
sesuai kriteria inklusi peneliti didapatkan 13 anak berjenis kelamin lelaki
dan 17 anak berjenis kelamin perempuan. Dalam Tabel karakteristik
sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan data berjenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada lelaki. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa demam rematik lebih sering didapatkan pada anak
wanita dibandingkan dengan anak lelaki.

B. Hasil Pembahasan
Hasil dari tabel yang menjelaskan distribusi umur penderita penyakit
jantung rematik didapatkan penderita yang terbanyak adalah berumur 6-10
tahun. Secara epidemiologis kelompok umur yang paling sering
mengalami faringitis yang disebabkan oleh Streptokokus Beta Hemolitikus
Grup A adalah usia sekolah (6-15 tahun). Hasil di atas sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak yang
berusia 5-15 tahun berkisar 0,3-0,8 per 1000 anak

21
BAB IV

SKENARIO KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

RHD (RHEUMATIC HEART DISEASE)

4.1 Skenario Kasus


Disebuah rumah sakit umum daerah yang ada di Kalimantan, terdapat
seorang pasien An. A usia 5 tahun dengan riwayat kesehatan mengalami
infeksi streptococcus beta hemolyticus setelah 3 minggu terinfeksi pada
bagian saluran nafas atasnya. Klien juga dirawat dirumah sakit sudah 4
hari dengan keluhan demam (38,2oC), sesak nafas, dan setelah dilakukan
pemeriksaan jantung (Echocardiografi) katup mitral jantung klien
mengalami kebocoran, pemeriksaan fisik yang didapat pun terdapat
bercak kemerahan dikulit dan benjolan kecil pada bagian (nodul)
dibawah kulit dan didapatkan hasil bahwa klien kehilangan berat badan,
BB awal : 30kg dan sekarang turun menjadi 21kg. Pada saat pengkajian
pun klien terlihat pucat dan lesu

4.2 Asuhan Keperawatan

No Diagnosa NIC NOC

1. Perubahan Perawatan jantung Goal: pasien tidak


curah jantung akan mengalami
1. Lakukan penilaian
berhubungan penurunan curah
komprehensif terhadap
dengan jantung selama dalam
sirkulasi perifer
perubahan perawatan. Objektif:
(misalnya, cek nadi
kontraksi otot pasien tidak
perifer, edema, pengisian
jantung mengalami perubahan
kapiler, dan suhu
kontraksi otot jantung
ekstrimitas).
setelah dilakukan

22
2. Catat adanya tindakan keperawatan
disritmia, tanda dan selama 3x24 jam
gejala penurunan curah dengan kriteria hasil:
jantung.
1. Tekanan darah
3. Observasi tanda-tanda dalam rentang normal
vital. yaitu 120/70 mmHg

4. Kalaborasi dalam 2. Toleransi terhadap


pemberian terapi aktivitas
antiaritmia sesuai
3. Nadi perifer kuat
kebutuhan.
4. Tidak ada disritmia
5. Instruksikan klien
dan keluarga tentang 5. Tidak ada bunyi
pembatasan aktivitas. jantung abnormal
yaitu terdengar bunyi
mur mur

6. Tidak ada angina

7. Tidak ada kelelahan

2. Nyeri akut Manajemen nyeri: Goal: pasien tidak


berhubungan akan mengalami nyeri
1. Kaji secara
dengan agens selama dalam
komperhensif tentang
cedera biologis perawatan. Objektif:
nyeri, meliputi lokasi,
klien akan terbebas
karasteristik dan awitan,
dari agens cedera
durasi, frekuensi,
biologis setelah
kualitas,
dilakukan tindakan
intensitas/beratnya nyeri,
keperawatan selama 1x
dan faktor presipitasi
24 jam dengan kriteria
2. Berikan informasi hasil:

23
tentang nyeri, seperti 1. Mengontrol nyeri:
penyebab, berapa lama
a. Mengenal faktor
terjadi, dan tindakan
penyebab nyeri
pencegahan
b.Tindakanpencegahan
3. Ajarkan penggunaan
c. Tindakan
teknik non-farmakologi
pertolongan
(misalnya, relaksasi,
nonanalgetik
imajinasi terbimbing,
terapi musik, distraksi, d. Menggunakan
imajinasi terbimbing, analgetik dengan tepat
terapi musik, distraksi, e. Mengenal
terapi panasdingin, tandatanda pencetus
masase) nyeri untuk mencari
pertolongan
4. Evaluasi keefektifan
dari tindakan f. Melaporkan gejala
mengontrol nyeri kepada tenaga
kesehatan
5. Kalaborasi pemberian
analgetik 2. Menunjukan tingkat
nyeri:

a. Melaporkan nyeri

b. Frekuensi nyeri

c. Lamanya episode
nyeri

d. Ekspresi nyeri

e. Posisi melindungi
bagian tubuh yang
nyeri.

24
f. Perubahan nadi,
tekanan darah, dan
frekuensi pernafasan

3. Hipertermia Penanganan demam Goal: pasien tidak


berhubungan akan mengalami
1. Observasi suhu
dengan proses hipertermi selama
sesering mungkin dan
penyakit dalam perawatan.
kontinu
Objektif: pasien dapat
2. Observasi tekanan menunjukkan
darah, nadi, dan termoregulasi yang
frekuensi nafas baik setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3. Observasi penurunan
selama 1x24 jam
tingkat kesadaran
dengan kriteria hasil:
4. Observasi adanya 1. Suhu tubuh dalam
aritmia batas normal (36,5ᴼ C–
37,5ᴼ C)
5. Berikan anti piretik
2. Tidak sakit kepala
6. Berikan pengobatan
untuk mengatasi 3. Nadi dalam batas
penyebab dari demam normal (80-100 x/mnt)

7. Selimuti klien 4. Frekuensi nafas


dalam batas normal
8. Berikan caiaran
(12-24 x/mnt)
intravena
5. Tidak ada
9. Kompres klien pada
perubahan warna kulit
lipat paha dan aksila
6. Hidrasi cukup

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi di mana
terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan
atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai
akibat adanya gejala sisa dari demam rematic (DR).

5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami
tentang kelainan kongenital pada system kardiovaskuler beserta
dampak pada perawatan anak: RHD. Semoga dengan pembuatan
laporan ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk
kehidupan kita sehari-hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

Seno,(2018) ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. J.O DENGAN PENYAKIT


JANTUNG REUMATIK DI RUANGAN MAWAR RSUD PROF. DR.W.Z
JOHANNES KUPAN,

Schneider D, Moore J (2018) Patent Ductus Arteriosus. Circulation. Oct 24;114(17):1873-


82.

27

Anda mungkin juga menyukai