Oleh:
Naning Duwiningsih
P17212215014
Malang,
Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik
Mengetahui,
Kepala Ruang
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORI
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESAREA
4. INVOLUSI
Sarwono (2002), involusi terbagi atas 2 bagian yaitu :
a. Pengertian involusi uteri
Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ
tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah
melahirkan.Involusi uteri adalah mengecilnya kembali Rahim setelah persalinan
kembali kebentuk asal. Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot polos uterus.
5. LOCHEA
Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran cairan dari uterus yang
terlepas melalui vagina selama masa nifas. Dengan adanya involusi uterus, maka
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic
(layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran
antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah
muda atau putih pucat.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7
pasca persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu.
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.
6. LAKTASI
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu
yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa
puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya.
Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang
menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan
kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk
memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 reflek yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu:
a. Refleks Prolaktin Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima
rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus
vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada
kelenjarkelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
b. Refleks Let Down Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan
bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui
nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam
peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran
air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.
9. BOUNDING ATTACHMENT
b. Bounding (keterikatan)
SECTIO CAESAREA
Kerugian:
D. KONTRAINDIKASI
Adapun kontraindikasi section caesarea:
- Janin mati
- Syok
- Anemia berat
- Kelainan konginetal berat
- Infeksi piogenik pada dinding abdomen
- Minimnya fasilitas section caesarea
E. PATOFISIOLOGI
Section caesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
600gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut, kegagalan
melahirkan secara normal karena kurang kuat adekuatnya stimulasi, tumor-tumor
jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, rupture uteri membakat, indikasi dilakukannya section
caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan letah, gawat janin, perkembangan
bayi yang melambat, mencegah hipoksia janin karena preeklamsi.
Setiap operasi section caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat
mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami penurunan yang
menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan Rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinesia jaringan, pembuluh darah dan saraf sekitar daerah insisi. Hal
tersebut merangsang keluarnya histamine dan prostaglandin. Histamine dan
prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri
yangdirasakan dapat menyebabkan hambatan mobilias fisik.Selanjutnya hambatan
mobilitas fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah keperawatan
deficit perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi
terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak
dilakukan perawatan luka yang baik.
F. PATHWAY
Sectio caesarea
G. KOMPLIKASI
Komplikasi utama persalinan section caearea adalah kerusakan organ-organ seperti
vesika urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi,
perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan
section caesarea disbandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2009).
Menurut Rasjidi (2009) takipneau sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada
persalinan section caesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat
disingkirkan. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta
previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan rupture uteri.
H. PENATALAKSANAAN POST SECTIO CAESAREA
a. Ruang pemulihan , dalam ruang pemulihan procedure yang harus dilakukan yaitu
memantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri
untuk mrmastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
b. Pemberian cairan intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang
tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan
kehilangan darah menjadi lebih rdaripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan ringer laktat atau larutan
kristaloid ditambah dextrose 5%. Bila kadar Hb rendah di erikan tranfusi darah
darah sesuai kebutuhan.
c. Tanda-tanda vital
Setelah oulih dari anastesi, observasi pada klien dilakukans etiap setengah jam
setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan
hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu, jumlah urin, jumlah perdaraha, status fundus uteri.
d. Analgesic
Pemberian analgesic dapat diberikan paling banyak 3 jam untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan. Pemberikan analgesic dapat berupa meperidin 75-100mmhg
im ddan morfin sulfat 10-15mmhg im.
e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jm setelah operasi
dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kuranglebih 8 jam
setelah operasi atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
f. Pemeriksaan laboratorium
Hematocrit secara rutin diukur pada pagi hari setelah pembedahan.Pemeriksaan
dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang banyak selama
operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke hipovolemik.
g. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari ke 0 setelah operasi.Apabila klien memutuskan
untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara yang bisa
mengurangu rasa nyeri pada payudara.
h. Pencegahan infeksi pasca operasi
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan
tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotic profilaksis.
Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotic tunggal dapat
diberikan saat section caesarea untuk menurunkan angka infeksi.
i. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dimulai sejak
6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi pasien dapat didudukan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi tidur terlentang dapat
diubah menjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturut-turut selama
hari demi hari pasien dianjrkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada heri ketiga sampai hari kelinma pasca operasi
sectio caesarea.
j. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidaj enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter
biasanya terpasanhgh 24-48jam atau lebih.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
Padapengkajiankliendengansectiocaesarea,datayangditemukanmeliputi distres
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat,
abrupsio plasenta dan plasentaprevia.
b. Keluhanutama
c. Riwayatkesehatan
1. Riwayat kesehatansekarang
2. Riwayat kesehatandahulu
3. Riwayat kesehatankeluarga
1. Kepala
a. Rambut
b. Mata
c. Telinga
d. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
e. Mulut dangigi
2. Leher
3. Thorak
a. Payudara
Simetriskiridankanan,tidakadakelainanpadapayudara,areola hitam
kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan
banyakkeluar.
b. Paru-paru
P : Redup /sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c. Jantung
P : Redup /tympani
A : Bunyi jantung lupdup
4. Abdomen
5. Genetalia
6. Eksremitas
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosis yangmuncul
1. D.0077 Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan
tampak meringis.
2. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan
dengan merasa lemah.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera Setelah dikakukan tindakan I.08238 Manajemen Nyeri
fisik ditandai dengan tampak meringis keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi :
Tingkat nyeri menurun. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : frekuensi, intensitasnyeri
L.08066 Tingkat Nyeri Identifikasi skalanyeri
Keluhan nyeri menurun(5) Identifikasi factor penyebabnyeri
Tampak meringis menurun Monitor efek samping penggunaan
(5) analgetik
Sikap protektif menurun(5) Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologis
(tarik nafas dalam, kompre hangat
ataudingin)
Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan,kebisingan)
Fasilitas istirahat dantidur
Edukasi :
Jelaskanpenyebabdanpemicunyeri
Jelaskan strategi peredanyeri
Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk menguranginyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
(jikaperlu)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan Setelah melakukan tindakan I.14539 Pencegahan Infeksi
integritas kulit. keperawatan 1x 8 jam diharapkan Observasi :
Tingkat infeksi menurun.
Monitor tanda dan gejala infeksi
local dansistemik
Kriteria Hasil :
L.14137 Tingkat Infeksi Terapeutik :
Kebersihan tangan meningkat
(5) Batasi jumlah pengunjung
Kebersihan badan meningkat Berikan perawatan kulit pada area
(5) edema
Nyeri menurun(5) Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan teknikn aseptic pada
pasein beresiko tinggi
Edukasi :