Abstract
Keywords: Background: The Healthy Living Movement (GERMAS) is a promotive and
GERMAS preventive effort to improve a healthy lifestyle in society. GERMAS is supported by
Healthy Living the President's policy in the Presidential Instruction regulation No. 1 of 2017. Their
Policy Implementation expectation with GERMAS is to reduce mortality and morbidity caused by unhealthy
Presidential Instruction behavior. Objective: To analyze the implementation of the Healthy Living
Movement (GERMAS) policy in Semarang. Method: Qualitative research by
✉ collecting data through interviews, observations and document reviews. There are 17
Coresponding author:
informants (8 main informants, 9 triangulation informants) determined by purposive
dianisti1506@gmail.com sampling technique. Results: Analysis of GERMAS policy implementation using
resources, communication, bureaucratic structure, disposition and environmental
variables has not run optimally. Constraints and problems still exist in implementing
this GERMAS policy. Conclusion: The implementation of the GERMAS policy has
been carried out and is still ongoing, but support from all cross-sector and community
aspects is still needed.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 1
penyakit tidak menular yang semakin meningkat kemauan dan kemampuan untuk berperilaku sehat.
prevalensinya, serta penyakit yang dulunya sudah Dalam mempercepat dan menyinergikan upaya
teratasi muncul kembali. Pergeseran pola penyakit promotif dan preventif hidup sehat, ditetapkanlah
(transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir ini Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang
disebabkan karena perubahan gaya hidup (lifestyle) di Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
masyarakat. Triple burden ini akan menjadi salah satu Kebijakan dari Presiden tersebut
ancaman bagi bangsa karena menyebabkan menginstruksikan kepada seluruh Kementerian,
produktivitas masyarakat menjadi terganggu oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian, BPJS
penyakit tidak menular (PTM) dan gaya hidup tidak Kesehatan, serta Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
sehat. menetapkan kebijakan dan menggerakkan sesuai tugas,
Berdasarkan hasil Riskesdas dari tahun 2007, fungsi dan wewenang masing-masing. Sesuai amanat
2013 dan 2018 menunjukkan bahwa prevalensi PTM dari Inpres tersebut, kemudian oleh Gubernur Jawa
terus meningkat. Jenis PTM yang mengalami Tengah ditindaklanjuti dengan menetapkan Peraturan
peningkatan prevalensi antara lain kanker, stroke, Gubernur Nomor 35 Tahun 2017 tentang GERMAS.
penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
[1]. Peningkatan jumlah kasus PTM juga terjadi di menemukan bahwa di Kota Semarang belum ada
Kota Semarang. Data Profil Kesehatan Kota Semarang, peraturan daerah atau peraturan walikota mengenai
dari tahun 2014 sampai 2018 jenis penyakit hipertensi, GERMAS. Meskipun demikian, pemerintah kota lewat
stroke, asma dan diabetes jumlah kasusnya mengalami Sekretaris Daerah telah menerbitkan surat edaran yang
peningkatan [2]. Meningkatnya PTM dipengaruhi oleh ditujukan kepada seluruh instansi organisasi perangkat
pola hidup yang tidak sehat. Faktor risiko yang daerah (OPD) di Kota Semarang untuk mengambil
mempengaruhi PTM yakni merokok dengan prevalensi peran dalam implementasi kebijakan GERMAS.
nasional 24,3%, konsumsi minuman beralkohol dengan Suatu kebijakan yang sudah ditetapkan harus
prevalensi 3,3%, aktivitas fisik kurang dengan proporsi diimplementasikan supaya mempunyai dampak atau
33,5%, serta konsumsi sayur dan buah kurang dengan tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan adalah
proporsi 95,5% [1]. pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor,
PTM akan berdampak terhadap peningkatan organisasi, prosedur, dan teknik bekerja secara bersama
beban biaya kesehatan yang ditanggung baik oleh menjalankan suatu kebijakan dalam upaya meraih
negara maupun individu. Potensi kerugian negara tujuan kebijakan atau program [6]. Keberhasilan
akibat PTM pada periode 2012-2030 diprediksi sebuah implementasi kebijakan ditentukan oleh 20%
mencapai US$ 4,47 triliun dalam publikasi World rencana, 60% implementasi dan 20% sisanya
Economic Forum 2015 [3]. Di era JKN, beban bagaimana kita mengendalikan implementasi tersebut.
pemerintah untuk membiayai PTM setiap tahun Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bertambah mencapai 16,9 triliun rupiah [4]. Selain bagaimana implementasi kebijakan Gerakan
berdampak terhadap beban pembiayaan, PTM dapat Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kota
menurunkan produktivitas yang selanjutnya akan Semarang ini berjalan,
berpengaruh terhadap pembangunan sosial dan
ekonomi.
UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 158-161 Metode
menyebutkan upaya pencegahan, pengendalian dan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
penanganan PTM dilakukan oleh pemerintah, yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Lokasi
pemerintah daerah dan masyarakat [5]. Upaya-upaya penelitian ini di Badan Perencanaan dan Pembangunan
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan promotif, Daerah (BAPEDDA), Dinas Kesehatan dan Dinas
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya Pendidikan Kota Semarang. Metode pengumpulan data
promotif dan preventif dalam pencegahan PTM yaitu dilakukan dengan cara wawancara mendalam,
dengan GERMAS. GERMAS atau Gerakan observasi dan telaah dokumen. Teknik analisis data
Masyarakat Hidup Sehat merupakan sebuah gerakan menggunakan content analysis (analisis isi) meliputi
yang sistematis dan terencana yang dilakukan oleh pengumpulan data, analisis data, reduksi data,
seluruh komponen bangsa secara bersama-sama dengan verifikasi data, kemudian penarikan kesimpulan.
penuh kesadaran, Pemilihan informan sejumlah 17 orang
menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri
dari infoman utama dan informan triangulasi. Informan
utama berjumlah 8 orang yang terdiri dari Kasubag dan
staf Perencanaan Sosial, Kabid Kesehatan Masyarakat, Sekretaris Dinas dan Kabid Pembinaan SMP. Sedangkan
Kasie Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, informan triangulasi berjumlah 9 orang yang terdiri dari
Kasie dan staf Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi, Kepala Puskesmas, Kasie Kesejahteraan Sosial di Kecamatan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 2
dan Kelurahan, Kepala Sekolah dan Kader Kesehatan. Sarana prasarana atau fasilitas juga tidak kalah
penting dalam mendukung proses implementasi
Hasil kebijakan. Fasilitas yang disediakan Pemerintah Kota
Fenomena yang diteliti dalam penelitian ini Semarang dalam mendukung GERMAS sudah
adalah Sumber Daya, Komunikasi, Struktur Birokrasi, memadai. Menurut hasil wawancara dengan informan
Disposisi, dan Lingkungan. menyatakan bahwa:
“...untuk di Puskesmas sumber anggaran dari “...belum pernah mendapatkan poster atau leaflet
BLUD, JKN, BOK dan APBD...” (IT-Kepala dan sosialisasi khusus tentang GERMAS...” (IT-
Puskesmas) Kepala Sekolah)
“...untuk kegiatan di sekolah, sumber anggaran “...DKK secara khusus belum pernah sosialisasi
dari BOS...” (IU-Dinas Pendidikan) GERMAS ke SMP, tetapi puskesmas-puskesmas
sudah melakukan kunjungan...” (IU-staf PMG
Dinas Kesehatan)
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 6
SOP memberikan pengaruh terhadap Kampanye GERMAS pertama kali dicanangkan
implementasi kebijakan. SOP digunakan dalam langsung oleh Walikota. Walikota juga berperan aktif
mengharmonisasikan tindakan-tindakan bagi para dalam setiap kegiatan-kegiatan terkait GERMAS.
pelaksana kebijakan di suatu tatanan organisasi yang Komitmen pemimpin sangat dibutuhkan dalam
kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat mencapai implementasi kebijakan yang tepat. Menurut
menyebabkan fleksibilitas dan kesamaan penerapan John Kotter dalam Parra berpendapat bahwa seorang
peraturan. SOP yang bersifat fleksibel lebih dapat pemimpin harus menentukan arah dan komunikasi
menyesuaikan tanggung jawab dibandingkan dengan yang efektif kepada semua bagian yang terlibat dalam
SOP yang bersifat kaku. [6] proses implementasi kebijakan, serta seorang
Fragmentasi berkaitan dengan penyebaran pemimpin harus menjadi motivator apabila proses
tanggung jawab dan pembagian tugas kepada implementasi kebijakan mengalami kesulitan [13].
pelaksana kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara Disposisi dalam implementasi ini bukanlah
dengan informan menyebutkan bahwa implementasi tanpa hambatan. Hambatan justru muncul pada jajaran
GERMAS di koordinasi oleh Dinas Kesehatan Kota perangkat daerah. Berdasarkan informasi dari kader
Semarang, sedangkan untuk pembagian tugas dalam kesehatan, menceritakan bahwa masih ada oknum
GERMAS sudah diatur dalam Surat Keputusan perangkat daerah yang belum menunjukkan sikap dan
Walikota Nomor 440/310 Tahun 2018 tentang komitmen yang positif dalam mendukung kegiatan-
Pembentukan Forum Komunikasi GERMAS. kegiatan terkait GERMAS. Implementasi kebijakan
Pelaksanaan SK Walikota tersebut belum berjalan akan berjalan efektif apabila didukung oleh sikap dan
dengan optimal karena ada OPD yang belum komitmen pelaksana yang baik, dalam hal ini berupa
mengetahui tentang peraturan tersebut. Pembagian dukungan untuk melaksanakan. Namun, apabila sikap
tugas kepada organisasi atau badan pelaksana dan komitmen pelaksana berbeda dari yang diharapkan
kebijakan memerlukan koordinasi. Menurut Winarno, para pemangku kebijakan, maka implementasi
semakin besar koordinasi yang diperlukan maka kebijakan akan menjadi sulit. Tahir menambahkan
semakin kemungkinan keberhasilan kebijakan semakin bahwa implementasi kebijakan yang sudah didukung
kecil [6]. Hal ini sesuai dengan penelitian Diastuti yang oleh sumber daya yang baik tetapi tidak didukung oleh
menyatakan bahwa pembagian tugas dan koordinasi sikap dan komitmen pelaksana, maka kebijakan
antar pelaksana yang tumpah tindih akan menyebabkan tersebut tidak akan berjalan dengan optimal [14].
proses implementasi menjadi kurang efektif [12].
Lingkungan
Disposisi Lingkungan merupakan variabel eksternal yang
Disposisi dalam implementasi kebijakan mempengaruhi implementasi kebijakan. Lingkungan
GERMAS meliputi sikap dan komitmen pelaksana. dalam implementasi kebijakan GERMAS meliputi
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, kondisi sosial ekonomi, dan teknologi masyarakat.
menyatakan akan mendukung dan melaksanakan Sebagian besar informan sependapat bahwa sosial
kegiatan-kegiatan GERMAS, kemudian terkait ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap
dukungan terhadap GERMAS ada penandatangan implementasi kebijakan, terutama dalam hal perilaku.
komitmen bersama antar OPD dan lintas sektor saat Meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan
awal kampanye GERMAS di Kota Semarang bersama masyarakat untuk berperilaku hidup sehat merupakan
Walikota. Para informan sebagai pelaksana kebijakan tujuan dari GERMAS. Penelitian dari Yuliandari dan
berkomitmen akan terus menyampaikan kepada Herya yang menyebutkan bahwa keluarga/masyarakat
masyarakat tentang GERMAS. dengan sosial ekonomi rendah memiliki peluang untuk
Sikap dan komitmen pelaksana yang baik juga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat lima kali lebih
perlu didukung oleh komitmen dari pemimpin. besar dibandingkan keluarga/masyarakat dengan sosial
Komitmen pemimpin dalam hal ini adalah komitmen ekonomi tinggi [15]. Kecenderungan perilaku tidak
Walikota. Informan dalam penelitian ini sependapat sehat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah
bahwa dukungan dan komitmen dari Walikota seperti merokok, konsumsi alkohol dan pola makan
Semarang terutama di sektor kesehatan sangat baik. tidak sehat [16].
Beberapa informan juga menyebutkan bahwa
masyarakat dengan sosial ekonomi rendah akan merasa
kesulitan dalam memenuhi pola makan sehat seperti
konsumsi sayur dan buah. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari United Kingdom (UK) yang sehat, dimana makanan yang kurang bergizi dan tinggi kalori
menyebutkan bahwa status sosial ekonomi umumnya lebih murah dibandingkan makanan dengan
mempengaruhi pembelian dan konsumsi diet tidak kandungan gizi lebih baik, sehingga konsumsi buah dan sayur
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 7
menjadi kurang [17]. bagi para pelaksana dan kelompok sasaran dalam
Selain kondisi sosial ekonomi masyarakat yang implementasi kebijakan GERMAS di Kota Semarang.
masih menjadi kendala, kondisi teknologi di
masyarakat juga dapat mempengaruhi implementasi
Daftar Pustaka
kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara, kondisi
[1] Badan Penelitian dan Pengembangan
teknologi yang berkembang pesat memberikan efek Kesehatan, “Hasil Utama Riskesdas 2018,”
yang positif terhadap proses implementasi kebijakan Jakarta, 2018. doi: 1 Desember 2013.
GERMAS, terutama berkaitan dengan media promosi [2] Dinas Kesehatan Kota Semarang, Profil
dan komunikasi. Kebutuhan masyarakat mendapatkan Kesehatan Kota Semarang 2018. Semarang,
informasi yang cepat, tepat, akurat dan terkini semakin 2019.
meningkat. Hal inilah yang menjadikan media internet [3] Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5
Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Nasional
sebagai sarana komunikasi dan media promosi.
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
Berdasarkan survei dari APJII, pengguna internet di Tahun 2015-2019. Indonesia, 2017.
Indonesia mencapai 171,17 juta jiwa atau 64,8% dari [4] Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
total populasi penduduk Indonesia [18]. Penggunaan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat
internet melalui media sosial berpotensi besar dalam Tahun 2015-2019. Jakarta, Indonesia:
pengembangan promosi kesehatan dan intervensi Kementerian Kesehatan RI, 2018.
kesehatan lainnya, serta lebih mudah menjangkau [5] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan. Indonesia,
kelompok sasaran [19]. Media sosial dinilai sangat
2009.
efektif sebagai media difusi informasi yang dapat [6] B. Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses
melampaui kendala geografis maupun administratif dan Studi Kasus, Edisi dan. Yogyakarta: Media
wilayah [20]. Pressindo, 2014.
[7] Kementerian Kesehatan RI, Buku Panduan
Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
Kesimpulan Jakarta, 2017.
Implementasi kebijakan GERMAS di Kota [8] Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2017
Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Semarang sudah berjalan dan masih berproses, tetapi
Indonesia, 2017.
belum optimal. Hambatan-hambatan dalam [9] A. Paramita, L. Kristiana, and A. Y. Kristanto,
implementasi kebijakan GERMAS seperti alokasi “Health Cost Analysis of Health Promotion and
anggaran khusus kegiatan GERMAS belum ditetapkan, Community Empowerment in Primary Health
peraturan daerah dan rencana aksi daerah tentang Care (Puskesmas) in the Context of the Healthy
GERMAS belum diterbitkan, koordinasi antar OPD Community Movement,” Bull. Heal. Syst. Res.,
dalam melaksanakan GERMAS belum berjalan dengan vol. 21, no. 3, pp. 163–171, 2018.
[10] N. B. Sembiring, J. J. Senduk, and H.
optimal, penyampaian informasi GERMAS yang Mulyono, “Peranan Komunikasi Kesehatan di
belum menyeluruh menyebabkan adanya Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang (Studi
ketidakjelasan informasi kebijakan yang diterima oleh Tentang Sosialisasi Germas oleh Dinas
pelaksana dan kelompok sasaran, serta persepsi dan Kesehatan Manado),” J. Acta Diurna, vol. 8,
perilaku masyarakat dalam mengimplementasikan no. 1, 2019.
GERMAS masih kurang. [11] Jumadi, “Kedudukan Dan Fungsi Peraturan
Daerah (PERDA) Kabupaten/Kota Sebagai
Keterlibatan seluruh komponen pemerintah dan
Instrumen Otonomi Daerah Dalam Sistem
masyarakat perlu ditingkatkan supaya harapan dari Perundang-Undangan di Indonesia,” J. Huk.
kebijakan GERMAS dapat terwujud. Ketersediaan Unsulbar, vol. 1, no. 1, pp. 27–40, 2018.
sarana prasarana yang sudah disediakan oleh [12] E. N. Diastuti, “Efektivitas Pelaksanaan
pemerintah, diharapkan dapat dimanfaatkan dan dijaga Koordinasi dan Pembagian Tugas dalam Proses
dengan baik oleh masyarakat. Dukungan dan peran Implementasi Kebijakan Penertiban Pengemis
aktif dari Walikota yang positif, dapat dijadikan di Kota Pontianak,” PublikA, vol. 3, no. 1,
2014.
motivasi
[13] A. Parra, “The Influence of Leadership on
Policy Implementation: A Comparative
Analysis Between Pakistan and South Korea,”
Leiden University, 2015.
[14] A. Tahir, “Sikap Aparatur Pemerintah
Terhadap Implementasi Kebijakan
Transparansi di Kota Gorontalo,” J. Pus. Kaji.
Pembang. Provinsi Gorontalo,
2012, doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 8
[15] D. W. Yuliandari and N. Herya, “Pengaruh [18] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Pengetahuan Dan Sosial Ekonomi Keluarga Indonesia, “Laporan Survei Penetrasi & Profil
Terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih Perilaku Pengguna Internet Indonesia,” Jakarta,
Dan Sehat (Phbs) Tatanan Rumah Tangga Di 2018.
Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri,” J. [19] E. Leonita and N. Jalinus, “Peran Media Sosial
Wiyata, vol. 3, no. 1, pp. 17–22, 2016. Dalam Upaya Promosi Kesehatan: Tinjauan
[16] S. Stringhini et al., “Association of Literatur,” J. Inov. Vokasional dan Teknol.,
socioeconomic position with health behaviors vol. 18, no. 2, pp. 25–34, 2018, doi:
and mortality,” JAMA - J. Am. Med. Assoc., 10.24036/invotek.v18i2.261.
vol. 303, no. 12, pp. 1159–1166, 2010, doi: [20] A. D. Laksono and R. D. Wulandari, “Analisis
10.1001/jama.2010.297. Potensi Penyebaran Informasi Kesehatan
[17] R. Pechey and P. Monsivais, “Socioeconomic Melalui Jejaring Sosial (Studi Kasus Pada
inequalities in the healthiness of food choices: Forum Jejaring Peduli AIDS),” Bul. Penelit.
Exploring the contributions of food Sist. Kesehat., vol. 14, no. 4, pp. 358–365,
expenditures,” Prev. Med. (Baltim)., vol. 88, 2011.
pp. 203–209, 2016, doi:
10.1016/j.ypmed.2016.04.012.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 9