Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

(The Indonesian Journal of Public Health)


https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi, jkmi@unimus.ac.id
Volume 15, Nomor 1, Mei 2020

Original Article Open Access

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam Perspektif Implementasi Kebijakan


(Studi Kualitatif)

Dian Isti Cahyani1✉, Martha Irene Kartasurya1, Mohammad Zen Rahfiludin1


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Info Artikel Abstrak


Diterima 26 Desember 2019 Latar Belakang: Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan upaya
Disetujui 25 Januari 2020 promotif dan preventif guna meningkatkan pola hidup sehat di masyarakat. GERMAS
Diterbitkan 27 Mei 2020 didukung oleh kebijakan Presiden dalam peraturan Instruksi Presiden RI Nomor 1
Tahun 2017. Harapan dengan adanya GERMAS adalah untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan yang disebabkan karena perilaku masyarakat yang tidak
Kata Kunci: sehat. Tujuan: Untuk menganalisis implementasi kebijakan Gerakan Masyarakat
GERMAS Hidup Sehat (GERMAS) di Kota Semarang. Metode: Penelitian kualitatif dengan
Hidup Sehat pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Informan
Implementasi Kebijakan berjumlah 17 orang (8 informan utama, 9 informan triangulasi) yang ditentukan
dengan teknik purposive sampling. Hasil: Analisis implementasi kebijakan GERMAS
Instruksi Presiden
menggunakan variabel sumber daya, komunikasi, struktur birokrasi, disposisi dan
lingkungan belum berjalan dengan optimal. Hambatan dan masalah masih ada dalam
e-ISSN: mengimplementasikan kebijakan GERMAS ini. Kesimpulan: Implementasi
2613-9219 kebijakan GERMAS sudah terlaksana dan masih berjalan sampai sekarang, akan
tetapi masih diperlukan dukungan dari seluruh aspek lintas sektoral dan masyarakat.
Akreditasi Nasional:
Sinta 4

Abstract
Keywords: Background: The Healthy Living Movement (GERMAS) is a promotive and
GERMAS preventive effort to improve a healthy lifestyle in society. GERMAS is supported by
Healthy Living the President's policy in the Presidential Instruction regulation No. 1 of 2017. Their
Policy Implementation expectation with GERMAS is to reduce mortality and morbidity caused by unhealthy
Presidential Instruction behavior. Objective: To analyze the implementation of the Healthy Living
Movement (GERMAS) policy in Semarang. Method: Qualitative research by
✉ collecting data through interviews, observations and document reviews. There are 17
Coresponding author:
informants (8 main informants, 9 triangulation informants) determined by purposive
dianisti1506@gmail.com sampling technique. Results: Analysis of GERMAS policy implementation using
resources, communication, bureaucratic structure, disposition and environmental
variables has not run optimally. Constraints and problems still exist in implementing
this GERMAS policy. Conclusion: The implementation of the GERMAS policy has
been carried out and is still ongoing, but support from all cross-sector and community
aspects is still needed.

© 2020 Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang


Pendahuluan burden dalam sektor kesehatan. Tiga masalah kesehatan ini
Dewasa ini, Indonesia tengah menghadapi triple yakni penyakit menular yang jumlah kasus masih tinggi,

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 1
penyakit tidak menular yang semakin meningkat kemauan dan kemampuan untuk berperilaku sehat.
prevalensinya, serta penyakit yang dulunya sudah Dalam mempercepat dan menyinergikan upaya
teratasi muncul kembali. Pergeseran pola penyakit promotif dan preventif hidup sehat, ditetapkanlah
(transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir ini Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang
disebabkan karena perubahan gaya hidup (lifestyle) di Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
masyarakat. Triple burden ini akan menjadi salah satu Kebijakan dari Presiden tersebut
ancaman bagi bangsa karena menyebabkan menginstruksikan kepada seluruh Kementerian,
produktivitas masyarakat menjadi terganggu oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian, BPJS
penyakit tidak menular (PTM) dan gaya hidup tidak Kesehatan, serta Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
sehat. menetapkan kebijakan dan menggerakkan sesuai tugas,
Berdasarkan hasil Riskesdas dari tahun 2007, fungsi dan wewenang masing-masing. Sesuai amanat
2013 dan 2018 menunjukkan bahwa prevalensi PTM dari Inpres tersebut, kemudian oleh Gubernur Jawa
terus meningkat. Jenis PTM yang mengalami Tengah ditindaklanjuti dengan menetapkan Peraturan
peningkatan prevalensi antara lain kanker, stroke, Gubernur Nomor 35 Tahun 2017 tentang GERMAS.
penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
[1]. Peningkatan jumlah kasus PTM juga terjadi di menemukan bahwa di Kota Semarang belum ada
Kota Semarang. Data Profil Kesehatan Kota Semarang, peraturan daerah atau peraturan walikota mengenai
dari tahun 2014 sampai 2018 jenis penyakit hipertensi, GERMAS. Meskipun demikian, pemerintah kota lewat
stroke, asma dan diabetes jumlah kasusnya mengalami Sekretaris Daerah telah menerbitkan surat edaran yang
peningkatan [2]. Meningkatnya PTM dipengaruhi oleh ditujukan kepada seluruh instansi organisasi perangkat
pola hidup yang tidak sehat. Faktor risiko yang daerah (OPD) di Kota Semarang untuk mengambil
mempengaruhi PTM yakni merokok dengan prevalensi peran dalam implementasi kebijakan GERMAS.
nasional 24,3%, konsumsi minuman beralkohol dengan Suatu kebijakan yang sudah ditetapkan harus
prevalensi 3,3%, aktivitas fisik kurang dengan proporsi diimplementasikan supaya mempunyai dampak atau
33,5%, serta konsumsi sayur dan buah kurang dengan tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan adalah
proporsi 95,5% [1]. pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor,
PTM akan berdampak terhadap peningkatan organisasi, prosedur, dan teknik bekerja secara bersama
beban biaya kesehatan yang ditanggung baik oleh menjalankan suatu kebijakan dalam upaya meraih
negara maupun individu. Potensi kerugian negara tujuan kebijakan atau program [6]. Keberhasilan
akibat PTM pada periode 2012-2030 diprediksi sebuah implementasi kebijakan ditentukan oleh 20%
mencapai US$ 4,47 triliun dalam publikasi World rencana, 60% implementasi dan 20% sisanya
Economic Forum 2015 [3]. Di era JKN, beban bagaimana kita mengendalikan implementasi tersebut.
pemerintah untuk membiayai PTM setiap tahun Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bertambah mencapai 16,9 triliun rupiah [4]. Selain bagaimana implementasi kebijakan Gerakan
berdampak terhadap beban pembiayaan, PTM dapat Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kota
menurunkan produktivitas yang selanjutnya akan Semarang ini berjalan,
berpengaruh terhadap pembangunan sosial dan
ekonomi.
UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 158-161 Metode
menyebutkan upaya pencegahan, pengendalian dan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
penanganan PTM dilakukan oleh pemerintah, yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Lokasi
pemerintah daerah dan masyarakat [5]. Upaya-upaya penelitian ini di Badan Perencanaan dan Pembangunan
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan promotif, Daerah (BAPEDDA), Dinas Kesehatan dan Dinas
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya Pendidikan Kota Semarang. Metode pengumpulan data
promotif dan preventif dalam pencegahan PTM yaitu dilakukan dengan cara wawancara mendalam,
dengan GERMAS. GERMAS atau Gerakan observasi dan telaah dokumen. Teknik analisis data
Masyarakat Hidup Sehat merupakan sebuah gerakan menggunakan content analysis (analisis isi) meliputi
yang sistematis dan terencana yang dilakukan oleh pengumpulan data, analisis data, reduksi data,
seluruh komponen bangsa secara bersama-sama dengan verifikasi data, kemudian penarikan kesimpulan.
penuh kesadaran, Pemilihan informan sejumlah 17 orang
menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri
dari infoman utama dan informan triangulasi. Informan
utama berjumlah 8 orang yang terdiri dari Kasubag dan
staf Perencanaan Sosial, Kabid Kesehatan Masyarakat, Sekretaris Dinas dan Kabid Pembinaan SMP. Sedangkan
Kasie Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, informan triangulasi berjumlah 9 orang yang terdiri dari
Kasie dan staf Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi, Kepala Puskesmas, Kasie Kesejahteraan Sosial di Kecamatan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 2
dan Kelurahan, Kepala Sekolah dan Kader Kesehatan. Sarana prasarana atau fasilitas juga tidak kalah
penting dalam mendukung proses implementasi
Hasil kebijakan. Fasilitas yang disediakan Pemerintah Kota
Fenomena yang diteliti dalam penelitian ini Semarang dalam mendukung GERMAS sudah
adalah Sumber Daya, Komunikasi, Struktur Birokrasi, memadai. Menurut hasil wawancara dengan informan
Disposisi, dan Lingkungan. menyatakan bahwa:

Sumber Daya “...fasilitas sudah memadai. Ada stadium


Sumberdaya dalam implementasi kebijakan olahraga, taman terbuka hijau, revitalisasi
GERMAS meliputi sumber daya manusia, sumber daya trotoar, kegiatan car free day setiap hari Minggu,
anggaran dan sarana prasarana. SDM harus memiliki pembangunan fasilitas olahraga di setiap
jumlah yang cukup dan memiliki kemampuan yang kecamatan...” (IU-bagian Perencanaan Sosial
kompeten untuk menjalankan implementasi sesuai BAPPEDA)
tugas-tugasnya. Hasil wawancara informan
menyatakan bahwa: Komunikasi
Komunikasi dalam implementasi kebijakan
“...SDM yang terlibat dalam GERMAS sudah GERMAS meliputi transmisi, kejelasan dan
lebih dari cukup, karena semuanya ikut berperan konsistensi. Transmisi merupakan proses penyampaian
dan saling bersinergi....” (IU-Seksi Kesling dan informasi kebijakan baik kepada pelaksana maupun
Promkes Dinas Kesehatan) kelompok sasaran. Hasil wawancara dengan informan
menyatakan bahwa:
Selain SDM yang mencukupi, ketersediaan
anggaran juga mempengaruhi proses implementasi “...GERMAS mulai dikenalkan di Kota Semarang
karena diperlukan untuk pembiayaan operasional. mulai tahun 2017, kemudian GERMAS
Anggaran implementasi GERMAS berasal dari dana disampaikan melalui pertemuan atau kegiatan
pemerintah baik pusat maupun daerah. Hasil seperti posyandu, posbindu, FKK dan lainnya...”
wawancara dengan beberapa informan menyatakan (IU-bagian Perencanaan Sosial BAPPEDA)
bahwa:
“...promosi penyampaian GERMAS
“...sumber anggaran berasal dari APBD dan menggunakan media leaflet, poster, baliho, film,
DAK, serta dana FKK di setiap kelurahan...” kemudian media sosial serta radio dan televisi
(IU- bagian Perencanaan Sosial BAPPEDA) lokal...” (IU-seksi Kesling dan Promkes Dinas
Kesehatan)
“...sumber anggaran dari APBN, APBD, BOK,
serta ada juga yang berasal dari CSR dan Dana Transmisi yang telah dilakukan belum
Dewan...” (IU-bidang Kesehatan Masyarakat sepenuhnya menyeluruh. Hasil wawancara menyatakan
Dinas Kesehatan) bahwa:

“...untuk di Puskesmas sumber anggaran dari “...belum pernah mendapatkan poster atau leaflet
BLUD, JKN, BOK dan APBD...” (IT-Kepala dan sosialisasi khusus tentang GERMAS...” (IT-
Puskesmas) Kepala Sekolah)

“...untuk kegiatan di sekolah, sumber anggaran “...DKK secara khusus belum pernah sosialisasi
dari BOS...” (IU-Dinas Pendidikan) GERMAS ke SMP, tetapi puskesmas-puskesmas
sudah melakukan kunjungan...” (IU-staf PMG
Dinas Kesehatan)

“...masih ada yang belum mengetahui GERMAS


padahal kader sudah menyampaikan...” (IT-
Kader Kesehatan)
Proses transmisi dalam komunikasi sosialisasi GERMAS sesuai dengan isi dan tujuan yang
mempengaruhi kejelasan implementasi. Hasil ada...” (IT-Kepala Puskesmas)
wawancara dengan informan menyebutkan bahwa:
“...sosialisasi dari DKK dan Puskesmas sudah jelas,
“...DKK dan Puskesmas sudah memberikan karena saat menyampaikan mudah dipahami dan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 3
diterima, serta ada wujud peraganya..” (IT- Struktur birokrasi berkaitan juga tentang
Kader Kesehatan) pembagian tugas dan penyebaran tanggung jawab atau
disebut dengan fragmentasi. Hasil wawancara dengan
“...kejelasan informasi yang didapatkan secara informan sebagai berikut:
informal melalui surat kabar dan media sosial,
untuk detail kejelasan tentang isi kebijakan belum “...pembagian tugas sudah ada dalam SK
pernah membaca...” (IU-Dinas Pendidikan) Walikota tentang pembentukan forum komunikasi
GERMAS...” (IU-staf PMG Dinas Kesehatan)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
terkait penyampaian informasi yang konsisten atau “...pelaksanaan GERMAS dikoordinasi oleh
tidak berubah-ubah dinyatakan sebagai berikut: Dinas Kesehatan...” (IU-bagian Perencanaan
Sosial BAPPEDA)
“...penyampaian GERMAS sudah konsisten
dilakukan, dalam artian GERMAS Disposisi
disosialisasikan dan diintegrasikan kedalam Disposisi dalam implementasi kebijakan
program/kegiatan yang sudah ada GERMAS terkait dengan sikap dan komitmen
sebelumnya...” (IU-seksi PMG Dinas Kesehatan) pelaksana. Hasil wawancara terhadap informan
menyebutkan bahwa:
“...GERMAS sudah disosialisasikan sesuai
dengan indikator-indikator yang sudah “...akan terus mendukung dan terlibat apapun
ditetapkan...” (IT-Kepala Puskesmas) kegiatannya...” (IU-bagian Perencanaan Sosial
BAPPEDA)
Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi dalam implementasi “...saat awal peluncuran GERMAS, ada
kebijakan GERMAS meliputi Standard Operating penandatanganan komitmen dari seluruh lintas
Procedure (SOP) dan pembagian tugas (fragmentasi). sektor bersama Walikota...” (IT-Kepala
SOP merupakan salah satu faktor penting paling Puskesmas)
mendasar dalam suatu kebijakan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan terkait SOP sebagai “...komitmen sebagai pelaksana akan terus
berikut: mewujudkan GERMAS dengan mengajak seluruh
OPD, masyarakat serta perguruan tinggi untuk
“…SOP khusus GERMAS sejauh ini baru ada bekerjasama...” (IU-seksi PMG Dinas
surat edaran dari Sekretaris Daerah yang Kesehatan)
ditujukan kepada OPD. Kalau untuk peraturan
khusus seperti peraturan daerah (Perda) dan Sikap dan komitmen pelaksana yang positif
rencana aksi daerah (RAD) belum ada, sedang diperkuat dengan dukungan dari pimpinan daerah
dalam proses kajian Anggota Dewan…” (IU- yakni Walikota, pernyataan informan sebagai berikut:
bagian Perencanaan Sosial BAPPEDA)
“...dukungan Walikota sangat luar biasa,
“...acuan SOP yang digunakan DKK dalam komitmen terhadap masalah kesehatan dan
GERMAS yaitu Instruksi Presiden dan Peraturan masyarakat sangat baik. Tanpa adanya dukungan
Gubernur, serta surat edaran dari Sekretaris dari Walikota, program-program ini tidak dapat
Daerah...” (IU-seksi PMG Dinas Kesehatan) berjalan...” (IU-seksi Kesling dan Promkes Dinas
Kesehatan).

Hasil wawancara dengan kader kesehatan


ditemukan adanya hambatan sikap dan komitmen
dalam proses implementasi kebijakan GERMAS,
pernyataan sebagai berikut:
“...pernah merasa dipersulit saat memberikan
informasi oleh beberapa oknum perangkat
daerah di lingkungan sini. Saya tidak berani
menyampaikan secara langsung kepada mereka,
karena saya tidak punya jabatan apa-apa dan ada informasi dari Puskesmas, saya langsung
takutnya nanti tidak dihargai. Makanya kalau menyampaikan ke warga...” (IT-Kader Kesehatan)
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 4
pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia
Lingkungan pendidikan, swasta dan dunia usaha, organisasi
Lingkungan dalam implementasi kebijakan kemasyarakatan, individu, keluarga dan masyarakat
GERMAS meliputi kondisi sosial ekonomi dan [7]. Menambahkan dari Instruksi Presiden, GERMAS
teknologi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang diinstruksikan kepada seluruh Kementerian, Lembaga
mempengaruhi implementasi berdasarkan hasil Pemerintah Non Kementerian, BPJS Kesehatan dan
wawancara yaitu: seluruh Gubernur beserta Bupati/Walikota [8].
Sehingga secara kuantitas dan kualitas, SDM yang
“...kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat terlibat dalam implementasi kebijakan GERMAS sudah
berpengaruh, karena itu merupakan perilaku. tercukupi dan memadai.
Umumnya masyarakat dengan sosial ekonomi SDM yang sudah memadai harus didukung
kurang, kesadaran tentang hidup sehat dan dengan sumber anggaran yang tercukupi juga. Alokasi
bersih juga masih kurang...” (IU-bidang anggaran kesehatan di Kota Semarang sudah sesuai
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan) dengan peraturan perundang-undangan yaitu 10% dari
APBD di luar gaji [5]. Data Profil Kesehatan Kota
“...masyarakat dengan sosial ekonomi kurang, Semarang tahun 2018 menyebutkan jumlah alokasi
kemampuan untuk membeli sayuran dan buah- anggaran kesehatan sebesar Rp 334.047.627.000,00
buahan juga kurang. Terutama buah-buahan [2]. Alokasi anggaran kegiatan
yang cenderung harganya mahal, masyarakat GERMAS diintegrasikan dalam kegiatan
lebih memilih untuk membeli beras atau bahan promosi kesehatan dan pemberdayaan
pokok lainnya...” (IU-seksi PMG Dinas masyarakat. Menambahkan hasil wawancara
Kesehatan) dari informan Kasie Kesling dan Promkes serta
Kepala Puskesmas yang menjelaskan bahwa anggaran
Kondisi teknologi di masyarakat juga dapat untuk GERMAS belum ada pengalokasian secara
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan khusus, dikarenakan indikator-indikator dari
GERMAS. Berdasarkan hasil wawancara dengan GERMAS itu sendiri sudah ada di kegiatan/program
informan menyebutkan bahwa: sebelumnya. Menurut penelitan dari Paramita dkk,
menyebutkan bahwa standar minimal anggaran untuk
“...perkembangan teknologi memberikan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
pengaruh terhadap proses penyampaian masyarakat belum diatur secara jelas dalam peraturan
informasi yang cepat dan mudah...” (IU-bagian [9]. Selain itu ada keterbatasan anggaran dalam
Perencanaan Sosial BAPPEDA) pengadaan media promosi kesehatan. Hal ini sesuai
dengan penelitan dari Paramita dkk yang menjelaskan
“...perkembangan teknologi yang semakin maju bahwa rata-rata persentase anggaran kegiatan promosi
memberikan kemudahan terhadap proses promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat kurang dari
Kesehatan, seperti penggunaan media sosial...” 10% dengan jumlah kegiatan yang cenderung
(IU-seksi Kesling dan Promkes Dinas Kesehatan) meningkat [9].
Sarana prasarana dalam implementasi kebijakan
Pembahasan GERMAS juga diperlukan. Sarana prasarana
digunakan dalam mendukung kegiatan operasional.
Sumber Daya Hasil wawancara dengan informan menyebutkan
Sumberdaya dalam implementasi kebijakan bahwa sarana prasarana yang digunakan untuk
GERMAS meliputi sumber daya manusia, sumber daya menunjang implementasi kebijakan GERMAS sudah
anggaran dan sarana prasarana. Hasil wawancara memadai. Sarana prasarana yang dimaksud seperti
dengan informan menyebutkan bahwa sumber daya ketersediaan sarana olahraga, penataan ruang terbuka
manusia (SDM) yang terlibat dalam implementasi hijau, penataan trotoar, penyediaan taman toga oleh
kebijakan GERMAS adalah seluruh komponen masyarakat, hingga sarana pelayanan kesehatan.
pemerintah dan masyarakat. Menurut Buku Pedoman
GERMAS disebutkan bahwa pelaku GERMAS Komunikasi
meliputi Komunikasi dalam implementasi kebijakan
GERMAS meliputi transmisi, kejelasan dan
konsistensi. Transmisi merupakan proses penyampaian
informasi kebijakan baik kepada pelaksana maupun
kelompok
sasaran. Hasil wawancara dengan informan menyebutkan proses penyampaian informasi GERMAS di
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 5
Kota Semarang dilakukan secara berjenjang yang informasi akan menyebabkan terjadinya kekaburan
diawali dari pencanangan oleh Walikota, kemudian dalam implementasi kebijakan, sehingga akan muncul
disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi terjadinya interpretasi yang salah yang diterima oleh
GERMAS dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan bersama pelaksana dan kelompok sasaran. Padahal apabila
puskesmas kemudian disampaikan ke 16 kecamatan informasi kebijakan GERMAS disampaikan dengan
dan jelas akan berdampak pada pemahaman dan persepsi
177 kelurahan. Sosialisasi GERMAS ke masyarakat dari masyarakat. Sembiring dalam penelitiannya
melibatkan kader kesehatan. menyebutkan bahwa masyarakat memahami bahwa
Sosialisasi GERMAS dilakukan dengan kegiatan GERMAS memberikan manfaat yang baik
menggunakan media-media seperti media cetak [10].
(leaflet, poster, stiker, baliho, brosur dan lainnya), Aspek konsistensi dalam komunikasi berkaitan
media elektronik (radio dan televisi), serta media sosial dengan penyampaian isi dan tujuan kebijakan yang
(Twitter, Instagram, Facebook, Youtube dan tidak berubah-ubah. Berdasarkan hasil wawancara
Whatsapp). Selain lewat media-media tersebut, yang peneliti lakukan, bahwa Dinas Kesehatan,
sosialisasi GERMAS diberikan lewat pertemuan/rapat, Puskesmas beserta kader kesehatan sudah memberikan
kegiatan posyandu, kegiatan posbindu serta kegiatan sosialisasi terkait GERMAS sesuai dengan indikator-
penyuluhan kesehatan lainnya. Penyampaian informasi indikatornya. Selain itu, penyampaian GERMAS
yang sudah dilakukan tersebut belum diterima secara diberikan dengan mengintegrasikan kedalam
menyeluruh, hal ini dikarenakan masih ada sekolah program/kegiatan yang sudah ada sebelumnya. Hal ini
yang belum pernah mendapatkan sosialisasi dari Dinas dikarenakan pada setiap indikator-indikator GERMAS
Kesehatan. Menurut kader kesehatan menyatakan sudah mempunyai program/kegiatan tersendiri,
bahwa masih ada masyarakat yang belum memahami sedangkan sosialisasi GERMAS secara khusus hanya
tentang GERMAS. Proses penyampaian informasi di dilaksanakan pada saat tertentu dan jadwal dari setiap
dalam dan antar organisasi merupakan proses yang puskesmas untuk menyelenggarakannya berbeda-beda.
kompleks dan sulit, hal ini disebabkan karena
penyampaian informasi tersebut melewati hierarki Struktur Birokrasi
birokrasi yang dapat mempengaruhi efektivitas Struktur birokrasi dalam implementasi
komunikasi, kemudian pada akhirnya akan kebijakan GERMAS meliputi Standard Operating
menimbulkan persepsi yang berbeda- beda dan Procedure (SOP) dan pembagian tugas (fragmentasi).
terkadang pelaksana akan mencoba menduga- duga Hasil wawancara dengan informan menyebutkan
makna dari informasi tersebut [6]. bahwa belum mengetahui adanya SOP tentang
Proses transmisi dalam komunikasi GERMAS di Kota Semarang. SOP yang dimaksud
mempengaruhi kejelasan implementasi kebijakan. adalah berupa peraturan daerah dan rencana aksi
Kejelasan komunikasi dapat dinilai bagaimana para daerah (RAD). Peraturan yang sudah dijadikan
pelaksana dan kelompok sasaran mengetahui maksud, pedoman SOP dalam implementasi GERMAS yang
isi dan tujuan dari kebijakan itu sendiri. Hasil dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan BAPPEDA
wawancara yang sudah dilakukan, penyampaian adalah Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 dan
informasi GERMAS yang dilakukan oleh Dinas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 35 Tahun
Kesehatan dan Puskesmas sudah dilaksanakan dengan 2017. Selanjutnya, ada tindaklanjut dari Sekretaris
jelas sesuai dengan tujuan dan indikator dari Daerah dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor
GERMAS. Kejelasan informasi tersebut sudah 440/6192 tanggal 7 November 2018 yang ditujukan
dirasakan oleh kader kesehatan. Menurut kader kepada organisasi perangkat daerah (OPD) untuk
kesehatan, penyampaian GERMAS yang dilakukan berperan aktif dalam GERMAS.
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dilakukan berulang- Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
ulang. menyebutkan bahwa belum ada peraturan daerah dan
Ketidakjelasan informasi dari GERMAS masih RAD tentang GERMAS di Kota Semarang. Menurut
dirasakan. Ketidakjelasan informasi dirasakan oleh Jumadi, peraturan daerah dianggap perlu bukan hanya
informan dari Dinas Pendidikan. Menurut informan, sekedar peraturan pelaksanaan dari perundang-
informasi seputar GERMAS hanya didapatkan secara undangan yang lebih tinggi, tetapi bisa menjadi wadah
informal yaitu lewat media cetak/sosial, serta hanya aspirasi masyarakat, serta mampu menyerap dan
sekedar mendapatkan instruksi berupa surat edaran dan menampung kondisi khusus suatu daerah [11].
belum pernah secara khusus ikut terlibat dalam Sedangkan, RAD dianggap perlu sebagai salah satu
sosialisasi implementasi GERMAS. Ketidakjelasan
landasan SOP karena RAD dapat digunakan sebagai GERMAS, serta sebagai panduan dalam monitoring evaluasi
panduan bagi setiap OPD untuk menyusun kegiatan pelaksanaan kegiatan GERMAS.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 6
SOP memberikan pengaruh terhadap Kampanye GERMAS pertama kali dicanangkan
implementasi kebijakan. SOP digunakan dalam langsung oleh Walikota. Walikota juga berperan aktif
mengharmonisasikan tindakan-tindakan bagi para dalam setiap kegiatan-kegiatan terkait GERMAS.
pelaksana kebijakan di suatu tatanan organisasi yang Komitmen pemimpin sangat dibutuhkan dalam
kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat mencapai implementasi kebijakan yang tepat. Menurut
menyebabkan fleksibilitas dan kesamaan penerapan John Kotter dalam Parra berpendapat bahwa seorang
peraturan. SOP yang bersifat fleksibel lebih dapat pemimpin harus menentukan arah dan komunikasi
menyesuaikan tanggung jawab dibandingkan dengan yang efektif kepada semua bagian yang terlibat dalam
SOP yang bersifat kaku. [6] proses implementasi kebijakan, serta seorang
Fragmentasi berkaitan dengan penyebaran pemimpin harus menjadi motivator apabila proses
tanggung jawab dan pembagian tugas kepada implementasi kebijakan mengalami kesulitan [13].
pelaksana kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara Disposisi dalam implementasi ini bukanlah
dengan informan menyebutkan bahwa implementasi tanpa hambatan. Hambatan justru muncul pada jajaran
GERMAS di koordinasi oleh Dinas Kesehatan Kota perangkat daerah. Berdasarkan informasi dari kader
Semarang, sedangkan untuk pembagian tugas dalam kesehatan, menceritakan bahwa masih ada oknum
GERMAS sudah diatur dalam Surat Keputusan perangkat daerah yang belum menunjukkan sikap dan
Walikota Nomor 440/310 Tahun 2018 tentang komitmen yang positif dalam mendukung kegiatan-
Pembentukan Forum Komunikasi GERMAS. kegiatan terkait GERMAS. Implementasi kebijakan
Pelaksanaan SK Walikota tersebut belum berjalan akan berjalan efektif apabila didukung oleh sikap dan
dengan optimal karena ada OPD yang belum komitmen pelaksana yang baik, dalam hal ini berupa
mengetahui tentang peraturan tersebut. Pembagian dukungan untuk melaksanakan. Namun, apabila sikap
tugas kepada organisasi atau badan pelaksana dan komitmen pelaksana berbeda dari yang diharapkan
kebijakan memerlukan koordinasi. Menurut Winarno, para pemangku kebijakan, maka implementasi
semakin besar koordinasi yang diperlukan maka kebijakan akan menjadi sulit. Tahir menambahkan
semakin kemungkinan keberhasilan kebijakan semakin bahwa implementasi kebijakan yang sudah didukung
kecil [6]. Hal ini sesuai dengan penelitian Diastuti yang oleh sumber daya yang baik tetapi tidak didukung oleh
menyatakan bahwa pembagian tugas dan koordinasi sikap dan komitmen pelaksana, maka kebijakan
antar pelaksana yang tumpah tindih akan menyebabkan tersebut tidak akan berjalan dengan optimal [14].
proses implementasi menjadi kurang efektif [12].
Lingkungan
Disposisi Lingkungan merupakan variabel eksternal yang
Disposisi dalam implementasi kebijakan mempengaruhi implementasi kebijakan. Lingkungan
GERMAS meliputi sikap dan komitmen pelaksana. dalam implementasi kebijakan GERMAS meliputi
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, kondisi sosial ekonomi, dan teknologi masyarakat.
menyatakan akan mendukung dan melaksanakan Sebagian besar informan sependapat bahwa sosial
kegiatan-kegiatan GERMAS, kemudian terkait ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap
dukungan terhadap GERMAS ada penandatangan implementasi kebijakan, terutama dalam hal perilaku.
komitmen bersama antar OPD dan lintas sektor saat Meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan
awal kampanye GERMAS di Kota Semarang bersama masyarakat untuk berperilaku hidup sehat merupakan
Walikota. Para informan sebagai pelaksana kebijakan tujuan dari GERMAS. Penelitian dari Yuliandari dan
berkomitmen akan terus menyampaikan kepada Herya yang menyebutkan bahwa keluarga/masyarakat
masyarakat tentang GERMAS. dengan sosial ekonomi rendah memiliki peluang untuk
Sikap dan komitmen pelaksana yang baik juga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat lima kali lebih
perlu didukung oleh komitmen dari pemimpin. besar dibandingkan keluarga/masyarakat dengan sosial
Komitmen pemimpin dalam hal ini adalah komitmen ekonomi tinggi [15]. Kecenderungan perilaku tidak
Walikota. Informan dalam penelitian ini sependapat sehat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah
bahwa dukungan dan komitmen dari Walikota seperti merokok, konsumsi alkohol dan pola makan
Semarang terutama di sektor kesehatan sangat baik. tidak sehat [16].
Beberapa informan juga menyebutkan bahwa
masyarakat dengan sosial ekonomi rendah akan merasa
kesulitan dalam memenuhi pola makan sehat seperti
konsumsi sayur dan buah. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari United Kingdom (UK) yang sehat, dimana makanan yang kurang bergizi dan tinggi kalori
menyebutkan bahwa status sosial ekonomi umumnya lebih murah dibandingkan makanan dengan
mempengaruhi pembelian dan konsumsi diet tidak kandungan gizi lebih baik, sehingga konsumsi buah dan sayur
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 7
menjadi kurang [17]. bagi para pelaksana dan kelompok sasaran dalam
Selain kondisi sosial ekonomi masyarakat yang implementasi kebijakan GERMAS di Kota Semarang.
masih menjadi kendala, kondisi teknologi di
masyarakat juga dapat mempengaruhi implementasi
Daftar Pustaka
kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara, kondisi
[1] Badan Penelitian dan Pengembangan
teknologi yang berkembang pesat memberikan efek Kesehatan, “Hasil Utama Riskesdas 2018,”
yang positif terhadap proses implementasi kebijakan Jakarta, 2018. doi: 1 Desember 2013.
GERMAS, terutama berkaitan dengan media promosi [2] Dinas Kesehatan Kota Semarang, Profil
dan komunikasi. Kebutuhan masyarakat mendapatkan Kesehatan Kota Semarang 2018. Semarang,
informasi yang cepat, tepat, akurat dan terkini semakin 2019.
meningkat. Hal inilah yang menjadikan media internet [3] Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5
Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Nasional
sebagai sarana komunikasi dan media promosi.
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
Berdasarkan survei dari APJII, pengguna internet di Tahun 2015-2019. Indonesia, 2017.
Indonesia mencapai 171,17 juta jiwa atau 64,8% dari [4] Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
total populasi penduduk Indonesia [18]. Penggunaan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat
internet melalui media sosial berpotensi besar dalam Tahun 2015-2019. Jakarta, Indonesia:
pengembangan promosi kesehatan dan intervensi Kementerian Kesehatan RI, 2018.
kesehatan lainnya, serta lebih mudah menjangkau [5] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan. Indonesia,
kelompok sasaran [19]. Media sosial dinilai sangat
2009.
efektif sebagai media difusi informasi yang dapat [6] B. Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses
melampaui kendala geografis maupun administratif dan Studi Kasus, Edisi dan. Yogyakarta: Media
wilayah [20]. Pressindo, 2014.
[7] Kementerian Kesehatan RI, Buku Panduan
Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
Kesimpulan Jakarta, 2017.
Implementasi kebijakan GERMAS di Kota [8] Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2017
Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Semarang sudah berjalan dan masih berproses, tetapi
Indonesia, 2017.
belum optimal. Hambatan-hambatan dalam [9] A. Paramita, L. Kristiana, and A. Y. Kristanto,
implementasi kebijakan GERMAS seperti alokasi “Health Cost Analysis of Health Promotion and
anggaran khusus kegiatan GERMAS belum ditetapkan, Community Empowerment in Primary Health
peraturan daerah dan rencana aksi daerah tentang Care (Puskesmas) in the Context of the Healthy
GERMAS belum diterbitkan, koordinasi antar OPD Community Movement,” Bull. Heal. Syst. Res.,
dalam melaksanakan GERMAS belum berjalan dengan vol. 21, no. 3, pp. 163–171, 2018.
[10] N. B. Sembiring, J. J. Senduk, and H.
optimal, penyampaian informasi GERMAS yang Mulyono, “Peranan Komunikasi Kesehatan di
belum menyeluruh menyebabkan adanya Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang (Studi
ketidakjelasan informasi kebijakan yang diterima oleh Tentang Sosialisasi Germas oleh Dinas
pelaksana dan kelompok sasaran, serta persepsi dan Kesehatan Manado),” J. Acta Diurna, vol. 8,
perilaku masyarakat dalam mengimplementasikan no. 1, 2019.
GERMAS masih kurang. [11] Jumadi, “Kedudukan Dan Fungsi Peraturan
Daerah (PERDA) Kabupaten/Kota Sebagai
Keterlibatan seluruh komponen pemerintah dan
Instrumen Otonomi Daerah Dalam Sistem
masyarakat perlu ditingkatkan supaya harapan dari Perundang-Undangan di Indonesia,” J. Huk.
kebijakan GERMAS dapat terwujud. Ketersediaan Unsulbar, vol. 1, no. 1, pp. 27–40, 2018.
sarana prasarana yang sudah disediakan oleh [12] E. N. Diastuti, “Efektivitas Pelaksanaan
pemerintah, diharapkan dapat dimanfaatkan dan dijaga Koordinasi dan Pembagian Tugas dalam Proses
dengan baik oleh masyarakat. Dukungan dan peran Implementasi Kebijakan Penertiban Pengemis
aktif dari Walikota yang positif, dapat dijadikan di Kota Pontianak,” PublikA, vol. 3, no. 1,
2014.
motivasi
[13] A. Parra, “The Influence of Leadership on
Policy Implementation: A Comparative
Analysis Between Pakistan and South Korea,”
Leiden University, 2015.
[14] A. Tahir, “Sikap Aparatur Pemerintah
Terhadap Implementasi Kebijakan
Transparansi di Kota Gorontalo,” J. Pus. Kaji.
Pembang. Provinsi Gorontalo,
2012, doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 8
[15] D. W. Yuliandari and N. Herya, “Pengaruh [18] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Pengetahuan Dan Sosial Ekonomi Keluarga Indonesia, “Laporan Survei Penetrasi & Profil
Terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih Perilaku Pengguna Internet Indonesia,” Jakarta,
Dan Sehat (Phbs) Tatanan Rumah Tangga Di 2018.
Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri,” J. [19] E. Leonita and N. Jalinus, “Peran Media Sosial
Wiyata, vol. 3, no. 1, pp. 17–22, 2016. Dalam Upaya Promosi Kesehatan: Tinjauan
[16] S. Stringhini et al., “Association of Literatur,” J. Inov. Vokasional dan Teknol.,
socioeconomic position with health behaviors vol. 18, no. 2, pp. 25–34, 2018, doi:
and mortality,” JAMA - J. Am. Med. Assoc., 10.24036/invotek.v18i2.261.
vol. 303, no. 12, pp. 1159–1166, 2010, doi: [20] A. D. Laksono and R. D. Wulandari, “Analisis
10.1001/jama.2010.297. Potensi Penyebaran Informasi Kesehatan
[17] R. Pechey and P. Monsivais, “Socioeconomic Melalui Jejaring Sosial (Studi Kasus Pada
inequalities in the healthiness of food choices: Forum Jejaring Peduli AIDS),” Bul. Penelit.
Exploring the contributions of food Sist. Kesehat., vol. 14, no. 4, pp. 358–365,
expenditures,” Prev. Med. (Baltim)., vol. 88, 2011.
pp. 203–209, 2016, doi:
10.1016/j.ypmed.2016.04.012.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 10-18, 2020 | 9

Anda mungkin juga menyukai