Oleh
Rima Dewi Asmarini, S.Kep
NIM !"#!!$
!"#!!$
A. CIDE
CIDERA
RA OT
OTA
AK RIN
RINGA
GAN
N
. De/inisi
Trauma atatu cidera kepala dapat dikenal juga sebagai cidera otak adalah
gangguan fungs normal otak karea trauma baik trauma tumpul ataupun
trauma tajam (Batticaca, 2008). edera kepala adalah cedera !ang dapat
mengakibatkan kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan pen!ebab peningkatan tekanan intra
kranial (T"#). ($melt%er & Bare, 2002).
idera otak ringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kehilangan
fung
fungsi
si neur
neurol
olog
ogis
is seme
sement
ntara
ara dan
dan tanp
tanpaa adan
adan!a
!a keru
kerusak
sakan
an struk
struktu
tur
r
(Batticaca, 2008).
". K+as
+asi/i0
i/i0a
asi
'eimer
'eimer (dalam Barbara ()),
()), mengklasifi
mengklasifikasikan
kasikan cidera kepala
kepala akut
sebagai berikut*
a) #eadaan
#eadaan kulit
kulit kepala dan
dan tulang
tulang tengkorak*
tengkorak*
) Traum
raumaa kep
kepal
alaa tert
tertut
utup
up
#ead
#eadaa
aan
n trum
trumaa kepa
kepala
la tert
tertut
utup
up dapa
dapatt meng
mengak
akib
ibat
atka
kan
n kond
kondis
isii
komo
komosio
sio,, kont
kontus
usio
io,, epid
epidur
uraa hema
hemato
toma
ma,, subd
subdur
ural
al hema
hemato
toma
ma,,
intrakranial hematoma.
2) Traum
raumaa kep
kepal
alaa ter
terbu
buka
ka
#erusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk dalam
jaringan otak dna melukai atau merobek dura mater dan
men!ebabkan airan $erebro $pinal ($$) merembes, serta terjadi
kerusakan s!araf otak dan jaringan otak.
b) Trauma pada jaringan otak*
otak*
) #onkusio
#onkusio (ditandai
(ditandai dengan
dengan adan!
adan!aa kehilanga
kehilangan
n kesadara
kesadaran
n sementa
sementara
ra
tanpa adan!a kerusakan jaringan otak, dan terjadi edema serebral).
2) #ontusio (ditandai leh adan!a perlukaan pada permukaan jaringan
otak !ang men!ebabkan perdarahan pada area !ang terluka,
perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi
!ang terkena (coup) atau pada sisi !ang berla+anan (contra coup)
) -aserasi (ditandai oleh adan!a perdarahan ke ruang sub arakhnoid,
ruang epidural atau sub dural).
2) 4asar tengkorak
• 4engan atau tanpa kebocoran 5$
• $ubdural
• "ntraserebral
2) 4ifusa
• #omosio ringan
• #omosio klasik
*. Pa12/isi2+23i
;ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap !aitu
cedera primer dan cedera sekunder. edera primer merupakan cedera pada
kepala sebagai akibat langsung dari trauma, dapat disebabkan benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi/
deselarasi gerakan kepala (ennarelli, <). 4alam mekanisme cedera
kepala dapat terjadi peristi+a coup dan contrecoup. edera primer !ang
diakibatkan oleh adan!a benturan pada tulang tengkorak dan daerah
sekitarn!a disebut lesi coup. ;ada daerah !ang berla+anan dengan tempat
benturan akan terjadi lesi !ang disebut contrecoup (;erdosi, 200=).
:kselarasi/deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara
mendadak dan kasar saat terjadi trauma. ;erbedaan densitas antara tulang
tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid) men!ebabkan
tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialn!a. Bergerakn!a
isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam
tengkorak pada tempat !ang berla+anan dari benturan (contrecoup)
(>icke!, 200).
edera sekunder merupakan cedera !ang terjadi akibat berbagai proses
patologis !ang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer,
berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia,
peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimia+i.
6. K2mp+i0asi
#omplikasi !ang muncul dari #' !aitu dapat men!ebabkan kemunduran
pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intrakranial, edema
serebral progressif dan herniasi otak. 7dema serebral adalah pen!ebab
paling umum dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien !ang
mendapat cedera kepala.
#omplikasi lain !aitu defisit neurologi dan psikologi (tidak dapat
mencium bau/bauan, abnormalitas gerakan mata, afasia, defek memori dan
epilepsi) (Brunner & $uddarth, 2002).
7. Pena1a+a0sanaan
;enatalaksanaan cedera kepala sesuai dengan tingkat keparahann!a,
berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Tidak semua pasien
cedera kepala perlu di ra+at inap di rumah sakit. "ndikasi ra+at antara
lain*
a) :mnesia posttraumatika jelas (lebih dari jam)
b) 'i+a!at kehilangan kesadaran (lebih dari menit)
c) ;enurunan tingkat kesadaran
d) 5!eri kepala sedang hingga berat
e) "ntoksikasi alkohol atau obat
f) raktura tengkorak
g) #ebocoran $$, otorrhea atau rhinorrhea
h) edera pen!erta !ang jelas
i) Tidak pun!a orang serumah !ang dapat dipertanggungja+abkan
j) CT scan abnormal
;rinsip penanganan a+al pada pasien cedera kepala meliputi sur3ei primer
dan sur3ei sekunder. 4alam penatalaksanaan sur3ei primer hal/hal !ang
diprioritaskan antara lain air+a!, breathing, circulation, disabilit!, dan
eAposure, !ang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. ;ada penderita
cedera kepala khususn!a dengan cedera kepala berat sur3ei primer
sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah
homeostasis otak.
"ndikasi untuk tindakan operatif pada kasus cedera kepala ditentukan oleh
kondisi klinis pasien, temuan neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi.
$ecara umum digunakan panduan sebagai berikut *
a) 3olume masa hematom mencapai lebih dari 0 ml di daerah
supratentorial atau lebih dari 20 cc di daerah infratentorial
b) kondisi pasien !ang semula sadar semakin memburuk secara klinis,
serta gejala dan tanda fokal neurologis semakin berat
c) terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah !ang semakin hebat
d) pendorongan garis tengah sampai lebih dari mm
e) terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 2 mm>g.
f) terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang T scan
g) terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
h) terjadi kompresi C obliterasi sisterna basalis
#ontusio ringan atau sedang biasan!a diterapi dengan obser3asi dan tirah
baring. ungkin diperlukan ligasi pembuluh darah !ang pecah dan
e3akuasi hematoma searah bedah.
8. Pemeri0saan 4ia3n2s1i0
;emeriksaan diagnostik tengkorak dengan sinar D dapat mengidentifikasi
lokasi fraktur atau hematoma. T $can atau '" dapat dengan cermat
menentukan letak dan luas cedera. (7li%abeth, ?. 200).
;emeriksaan radiologis !ang paling sering dan mudah dilakukan adalah
rontgen kepala !ang dilakukan dalam dua posisi, !aitu anteroposterior dan
lateral. "dealn!a penderita cedera kepala diperiksa dengan T $can,
terutama bila dijumpai adan!a kehilangan kesadaran !ang cukup
bermakna, amnesia, atau sakit kepala hebat. "ndikasi pemeriksaan T $can
pada kasus cedera kepala adalah *
a) bila secara klinis (penilaian $) didapatkan klasifikasi cedera kepala
sedang dan berat.
b) cedera kepala ringan !ang disertai fraktur tengkorak
c) adan!a kecurigaan dan tanda terjadin!a fraktur basis kranii
d) adan!a defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan
kesadaran
e) sakit kepala !ang hebat
f) adan!a tanda/tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi
jaringan otak
g) kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.
ambar . Glasgow Coma Scale
. CEPALGIA
. De/inisi
hefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. $akit kepala pada ken!ataann!a adalah gejala bukan pen!akit
dan dapat menunjukkan pen!akit organik ( neurologi atau pen!akit lain),
respon stress, 3asodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & $uddart). 5!eri
#epala (>eadacheCcephalgia) rasa n!eri atau rasa tidak mengenakkan pada
seluruh daerah kepala dengan batas ba+ah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala (daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) ($jahrir,
2008).
hepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
pada manusia. $akit kepala pada ken!ataann!a adalah gejala bukan
pen!akit dan dapat menunjukkan pen!akit organik (neurologi atau
pen!akit lain), respon stress, 3asodilatasi (migren), tegangan otot rangka
(sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut. #arena n!eri kepala
sering men!ertai pada pen!akit/pen!akit lainn!a, terkadang pasien
mengobati sendiri n!eri kepalan!a, padahal ban!ak n!eri kepala !ang
disebabkan karena pen!akit serius seperti infeksi dan tumor intracranial,
meningitis, infeksi akut, cedera kepala, hipoksia serebral, atau pen!akit
kronis dan akut pada mata, hidung, dan tenggorokan. 5!eri kepala terjadi
ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudian dipro!eksikan ke
permukaan dan dirasakan di daerah distribusi s!araf !ang bersangkutan.
:rea/area tersebut diantaran!a kulit kepala, periosteum, s!araf kranial 6,
"D, D, daerah meningen(Tar+ono, 200=)
". K+asi/i0asi
Berdasarkan klassifikasi "nternasional 5!eri #epala dari Internasional
Headache Society (">$), dibagi menadi*
a) 5!eri kepala primer*
) Migraine
2) Tension-type headache
) Cluster headache and other trigeminal autonomic ce phalalgias
) Other primary headaches
b) 5!eri kepala sekunder*
) 5!eri kepala !ang disebabkan trauma kepala atau leher
2) Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder
) Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
) Headache attributed to a substance or its withdrawal
) Headache attributed to infection
<) Headache attributed to disorder of homeoeostasis
=) Headache or facial pain attributed to disorder of cranium nec!
eyes ears nose sinuses teethmouth or other facial or cranial
structures"
8) Headache attributed to psychiatric disorder
) Cranial #euralgias and facial pains
0) Cranial neuralgias and central causes of facial pain
) Other headache cranial neuralgia central or primary facial pain"
#. E1i2+23i
a) igren
aktor/faktor pencetus !ang dapat men!ebabkan timbuln!a migren*
) ;erubahan hormone. 7strogen dan progesterone merupakan
hormone utama !ang berkaitan dengan serangan migren, baik pada
saat maupun di luar periode menstruasi. ;enurunan konsentrasi
estrogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi
merupakan saat terjadin!a serangan migren. 5!eri kepala migrain
dipicu oleh turunn!a kadar =/b estradiol plasma saat akan haid.
$erangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar
estrogen !ang relatif tinggi dan konstan, sebalikn!a minngu
pertama post partum, 0E pasien mengalami serangan !ang hebat,
karena turunn!a kadar estradiol. ;emakaian pil kontrasepsi juga
meningkatkan serangan migrain.
2) akanan. akanan !ang sering men!ebabkan n!eri kepala pada
beberapa orang antara lain* makanan !ang bersifat 3asodilator
(histamin, contoh* anggur merah, natrium nitrat), 3asokonstriktor
(tiramin, contoh* keju1 feniletilamin, contoh* coklat1 kafein), dan
%at tambahan pada makanan (natrium nitrit, monosodiaum
glutamatC$, dan aspartam).
) $tres
) 'angsangan sensorik. $inar !ang terang dan sinar !ang
men!ilaukan. Bau men!engat, termasuk bau !ang tidak
men!enangkan seperti tinner dan asap rokok.
) aktor fisik. #egiatan fisi !ang berlebihan termasuk akti3itas
seksual. ;erubahan pola tidur, termasuk terlalu ban!ak tidur atau
terlalu sedikit tidur, dan gangguan saat tidur. ;erubahan
lingkungan. $eperti* cuaca, musim, tingkat dataran tinggi, tekanan
barometer, atau %ona +aktu.
<) :lkohol.
=) erokok.
6. Pemeri0saan pen9n5an3
T $can, menjadi mudah dijangkau sebagai cara !ang mudah dan aman
untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat. '" $can,
dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis
dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk
membuat ba!angan struktur tubuh.
;ungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk
pemeriksaan. >al ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan
tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan !ang
mendadak akibat pengambilan $.
7. Pena1a+a0sanaan
a) igren, penatalaksanaann!a terdiri dari 2 macam, !aitu*
) ;engobatan akutCsegera (abortif). ?enis obat !ang dipakai adalah*
• :spirin dan 5$:"4 dosis tinggi (00 mg) untuk serangan ringan
serta sedang.
• #ombinasi analgesik dan antiemetik, contoh* aspirin dengan
metoklopramid atau parasetamol dengan domperidon untuk
serangan ringan sampai sedang.
• :nalgesik !ang mengandung opiat, contoh* almotriptan,
eletriptan, fro3atriptan, naratriptan, sumatriptan, ri%atriptan,
%olmitriptan !ang terdapat dalam bentuk sediaan oral, semprotan
hidung, subkutan, dan rektal supositoria. $ediaan oral sesuai
untuk intensitas n!eri kepala ringan sampai sedang untuk menjaga
absorbsin!a. Obat ini harus diberikan dengan dosis optimal dan
sebaikn!a diulang setiap 2 jam (untuk naratriptan setiap jam),
sampai n!eri kepala hilang sepenuhn!a atau telah mecapai dosis
maksimal. olongan triptan sebaikn!a tidak digunakan dalam 2
jam setelaj pemakaina triptan jenis lain.
• 4ihidroergotamin (4>7) untuk semua jenis serangan.
Cidera kepala
Perdarahan
hematoma
Peningkatan seksresi
%uplai &' menurun
asam lambung Kontraksi otot leher da
kepala
Konstriksi pada
muntah pembuluh dash dasar
Ketidakefektifan
perfusi jaringan*
Kehilangan cairan
Pusing
secara masi"
+erniasi ulkus
esensefalon