ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NN. A DENGAN DIAGNOSIS MEDIS CLOSE FRAKTUR
PATOLOGIS HUMERUS DEKSTRA EC. EWING SARCOMA +
PARAPLEGI UMN TYPE FRENKLE A EC. MBD SPINE + ULKUS
DECUBITUS GRADE IV
DI RUANG BEDAH GLADIOL RS DR SOETOMO
KELOMPOK 9
A2017
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NN. A DENGAN DIAGNOSIS MEDIS CLOSE FRAKTUR
PATOLOGIS HUMERUS DEKSTRA EC. EWING SARCOMA +
PARAPLEGI UMN TYPE FRENKLE A EC. MBD SPINE + ULKUS
DECUBITUS GRADE IV
DI RUANG BEDAH GLADIOL RS DR SOETOMO
KELOMPOK 9
Fiadela Natalia, S.Kep. 132113143013
Cicilia Wahyu Indah Sari, S.Kep. 132113143031
Achmad Yuskir Rizal Rosuli, S.Kep. 132113143046
Wiwik Uswatun Hasanah, S.Kep. 132113143049
Adinda Reza Wibawati, S.Kep. 132113143061
Annisa Alivia Nabila, S.Kep. 132113143062
Anie Desiana, S.Kep. 132113143078
Irawati Dewi, S.Kep. 132113143081
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan Pada Nn. A dengan Diagnosa Medis Close Fraktur Patologis
Humerus Dekstra ec. Ewing Sarcoma + Paraplegi UMN type frenkle A ec. MBD
Spine + Ulkus Decubitus Grade IV.
November 2021
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis paraplegia karena ewing
sarkoma di ruang Bedah Gladiol RSUD Dr. Soetomo
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Definisi Paraplegia
2. Menjelaskan Etiologi Paraplegia
3. Menjelaskan Klasifikasi Paraplegia
4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Paraplegia
5. Menjelaskan Patofisiologi Paraplegia
6. Menjabarkan WOC Paraplegia
7. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Paraplegia
8. Menjelaskan Penatalaksanaan Paraplegia
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Umum Paraplegia
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosis medis paraplegia karena ewing sarkoma sehingga menunjang
pembelajaran praktik lapangan keperawatan stase keperawatan medikal bedah pada
program profesi ners.
1.3.2 Bagi Akademis
Menambah pengetahuan khususnya dalam mengenai asuhan keperawatan
medikal bedah pada kasus praplegia karena ewing sarkoma di RSUD Dr. Soetomo
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Ewing sarkoma biasanya tergantung dari lokasi tumor,
adanya metastasis, tingkat derajat beratnya penyakit serta usia dan kondisi
kesehatan umum pasien. Alternatif terapi yang biasanya dilakukan berupa
kombinasi kemoterapi, kemoterapi yang dilanjutkan dengan pembedahan
(neoadjuvant kemoterapi), serta kombinasi radioterapi dan kemoterapi. Tata
laksana sarkoma Ewing memerlukan kemoterapi sistemik digabungkan dengan
pembedahan atau radioterapi atau keduanya untuk kontrol lokal tumor. Dengan
penggunaan regimen terapi multimodal termasuk kombinasi kemoterapi,
pembedahan, dan radioterapi, angka kesembuhan 50% atau lebih dapat dicapai.4
Secara umum pasien mendapatkan kemoterapi sebelum tindakan untuk kontrol
lokal.
Pada pasien yang menjalani pembedahan, margin bedah dan respon
histologik perlu dipertimbangkan dalam tata laksana pasca bedah. Kemoterapi
merupakan pilihan pertama dalam penanganan Ewing sarkoma. Pemberian
kemoterapi biasanya dilakukan setiap interval 3 minggu menggunakan kombinasi
obat kemoterapi yang ada Jenis obat kemoterapi yang dapat diberikan antara lain:
Cyclophosphamide.
2.7 DEFINISI PARAPLEGIA
Paraplegia adalah kondisi di mana bagian bawah tubuh (ekstermitas bawah)
mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada
medulla spinalis.
2.8 ETIOLOGI PARAPLEGIA
Penyebab paraparese menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut:
1. Faktor trauma tulang belakang, paling banyak terjadi karena jatuh dari
ketinggian.
2. Faktor infeksi myelin
3. Tumor atau neoplasma pada medulla spinalis
4. Abses tuberculosa
5. Spina bifida thoracoumbal
6. Proses degenerasi medulla spinalis
Paraplegia dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang menderita paraplegia, yaitu:
1. Melakukan olahraga atau pekerjaan yang berisiko mengalami cedera saraf
tulang belakang, seperti rugby atau menyelam
2. Memiliki riwayat penyakit saraf keturunan dalam keluarga, seperti
hereditary spastic paraplegia
3. Memiliki riwayat penyakit kanker yang dapat menekan sumsum tulang
belakang
4. Berusia 60 tahun ke atas
5. Memiliki gangguan tulang atau sendi
2.9 KLASIFIKASI PARAPLEGIA & FRANKEL
1. Paraparese spastik: terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor
neuron (UMN) sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau
hipertonus.
2. Paraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor
neuron (LMN) sehingga menyebabkan penurunan tonus otot atau
hypotonus.
B1 B2 B3
Jika tumor tulang bermetastasis Proses hematopitik terganggu Massa rumor abnormal
ke tulang disekitar paru / ke paru menekan saraf disekitarnya
Hipermetabolik B6
MK : gg citra tubuh D.0083
Merangsang hipotalamus :
gg HDR situasional D.0087 mempengaruhi termostat
Sel normal akan memecah Destruksi tulang
hipotalamus
protein dan cadangan
nutrisi
Spasme otot dan kekakuan
tulang serta kerapuhan Hipertermi D.0130
Penurunan berat badan pada tulang
terputusnya lintasan
somatosensory dan lintas
autonomy neurovegetatif
asendens dan desendens MK : Difisit perawatan
diri (D.0109)