DisusunOleh:
Anggun Cahayani 21300011
Dwi Aprianti 21300025
Evirillia 21300040
Meda Krisna Yurdila 21300064
Metha Indah Sari 21300044
Nova Anggaraini 21300005
Pamela Kusuma Dewi 21300019
Sri Wahyuni 21300083
Supriyanto 21300068
Wenny Widya Saputri 21300016
Pembimbing Klinik :
Ns. Lestari, S.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.D DENGAN ABSES HEPAR DI RUANG AKASIA RSUD
DEPATI HAMZAH TAHUN 2021”. Penyusunan makalah ini adalah untuk
dilakukan nya seminar kasus profesi Ners di RSUD Depati Hamzah Pangkal
Pinang. Penyusunan makala ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan
dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Akademik
dan Preseptor Klinik di RSUD DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari kalau
makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup.............................................................................................................4
D. Metode Penelitian.........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
A. Definisi.........................................................................................................................5
B. Anatomi dan Fisiologi Hati..........................................................................................5
C. Etiologi.........................................................................................................................8
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................................9
E. Patofisiologi.................................................................................................................9
F. Pathway......................................................................................................................11
G. Pemeriksan Penunjang...............................................................................................11
H. Penatalaksanaan.........................................................................................................12
I. Komplikasi.................................................................................................................12
J. Diagnosa Keperawatan Prioritas.................................................................................13
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................24
BAB IV..................................................................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................................................44
A. Kesimpulan................................................................................................................44
B. Saran..........................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................45
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amebiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh protozoa pada saluran
cerna yaitu Entamoeba hystolitica. Penyakit ini menempati urutan ketiga
sebagai penyebab kematian akibatn infeksi parasit setelah malaria dan
schistosomiasis. Amebiasis merupakan masalah kesehatan global, terutama
dinegara berkembang dan negara tropis, dengan sanitasi yang buruk dan ssio-
ekonomi yang rendah. Diperkirakan sekitar 10% penduduk dunia terinfeksi
oleh parasit ini. Infeksi parasit ini bervariasi mulai dari yang paling ringan
yaitu kolonisasi asimptomatik pada usus besar sampai invasif pada saluran
intestinal dan penyakit ekstraintestinal, khususnya abses hati (Novia &
Cahyadi, 2018)
Abses hati merupakan bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan cedera
pembulu darah atau sistem ductus biliaris. Abses hati yang paling banya
ditemukan yaitu piogenik, kemudian amoebic ataupun campuran infeksi dari
keduanya ( Italiya, et al., 2015)
Di negara-negara yang sedang berkembang abses hati amebik didapatkan
secara endemic dan jauh lebih sering dibandingkan dengan abses hati
piogenik. Abses hati piogenik ini tersebar diseluruh dunia, daan terbanyak di
daerah tropis dengan kondisi higrene/sanitasi yang kurang. Secara
epidemiologi didapatkan 8-15 per 100.000 kasus abses hati piogenik yang
memerlukan perawatan di Rumah Sakit, dan dari beberapa kepustakaan Barat,
didapatkan prevelensi antopsi bervariasi antara 0,29-1,47%. Sedangkan
prevelensi di rumah sakit antara 0,008-0,16% abses hati sering terjadi pada
pria dibandingkan perempuan dengan rentang usia sekitar 40 tahun (Novia &
Cahyadi, 2018).
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi abses hepar sangat
diperlukan kerjasama tim kesehatan penanggulangan abses hepar dengan
terjadinya dalam pemenuhan diri, memeriksa kesehatan secara teratur,
4
menjaga kebersihan lingkungan, menghindari minuman beralkohol,
mengawasi pemberian obat atau terapi yang membantu pemulihan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan
pada Tn. D dengan Abses Hepar di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah
Pangkalpinang.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Dasar Abses Hepar
b. Mampu Mengkaji Klien Tn.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit
Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
c. Mampu Memutuskan Diagnosa Keperawatan Yang Tepat Dari
Masalah Yang Timbul Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di
Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
d. Mampu Membuat Rencana Tindakan Selama Memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit
Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
e. Mampu Mengimplementasikan Rencana Tindakan Keperawatan Pada
Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit Umum Depati
Hamzah Pangkalpinang
f. Mampu Melakukan Evaluasi Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar
Di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
Tn,.D dengan Abses Hepar dari tanggal 12 November 2021 – 14 November
2021 di Ruang Akasia Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
D. Metode Penelitian
5
Pada asuhan keperawatan ini yang dilakukan kelompok adalah dengan
menggunakan atau mengumpulkan semua data yang diperoleh dari rekam
medis, perawat yang membantu klien, wawancara klien secara langsung
dan melakukan pemeriksaan fisik, dan pengamatan langsung dari kelompok
serta dengan data penunjang yang didapatkan oleh kelompok itu sendiri.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTKA
A. Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi
denganpembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasidari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan
abses hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstra
intestinal yang sering dijumpai didaerah tropik/ subtropik,termasuk indonesia.
Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial
liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess
(Anggunweb, 2010).
7
2) Lobus dekstra, disebelah kana dari bidang median
8
menuju kurvatura minor gaster dan beranastomosis dengan arteri gastrika
sinistra. Kemudian arteri hepatica propia, bercabang menjadi A. Hepatica
desktra bercabang masuk kandung empedu arteri sistika dan A. Hepatica
sinistra masuk kedalam hati.Aliran pembuluh balik hepar dikumpulkan
dalam vena hepatica yang keluar dari permukaan belakang disebelah
kranal hepar bermuara ke vena kava inferior.
1) Duktus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada porta
hepatis, bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Panjangnya kira-
kira 4 cm, berjalan turun pada tepi omentum minus. Tapi kanannya bersatu
dengan duktus koleduktus.
2. Fisiologi Hati
a) Metabolisme karbohidrat
9
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari
hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b) Metabolisme lemak
c) Metabolisme protein
d) Lain- lain
10
Gambar 1. Anatomi Hati
C. Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses
hati pyogenik.
11
mengandung protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang
mampu mengakibat kan destruksi jaringan
12
itu, bisa didapatkan asites, ikterus, serta tanda-tanda hipertensi portal.
(Sudoyo, 2006).
E. Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar
c) Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon imun
cell-mediated yang disebab kanenzim atau toksin parasit, juga dapat karena
penyakit tuberculosis, malnutrisi dan keganasan.
13
b. Abses Hati Piagenik
Abses Hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
F. Pathway
Gambar 2. Skema Patofisiologis. Sumber : (Rapika,2016)
14
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi
dengan pergeseran kekiri, anemia.Peningkatan laju endap darah, peningkatan
alkalin fosfatase.Peningkatan enzim transminase dan serum bilirubin.
Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin memanjang
menunjukkanb bah terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. Tes
serologi digunakan untuk menyingkirkan diagnosis differensial.Kultur darah
yang memperlihatkan bacterial penyebab menjadi standar emas untuk
menegakkan diagnosis secara mikrobiologik ( Rapika,2016)
Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto
thoraks dan foto polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi
pleural, atelektasis basiler, empiema atau abses paru. Pada foto thoraks PA,
sudut kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut kardiofrenikus anterior
tertutup. Dibawah diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level.
Abses lobus kiri akan mendesak kurvatura minor. Secara angiografik, abses
merupakan daerah avaskular.Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu abdominal
dan biopsy hati, kesemuanya saling menunjang sehingga memiliki nilai
diagnostic semakin tinggi.Abdominal CT-Scan memiliki sensitivitas 95-
100%dan dapat mendeteksi luasnya lesi hingga kurang dari 1 cm. ultrasound
abdomen memiliki sensitivitas 80-90%.ultrasound- guided aspirate for culture
and special stains, dengan kultur hasil aspirasi terpimpin dengan ultrasound
didapatkan positif 90% kasus, sedangkan gallium dan technectium
radionuclide scanning memiliki sensitivitas 50- 90%.(Rapika,2016).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan AHP secara konvensional adalah dengan drainase
terbuka secara operasi dan antibiotic spectrum luas oleh karena bakteri
penyebababses terdapat didalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan
antibiotic tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini adalah
denganmenggunakan drainase perkutaneus abses intra abdominal dengan
tutunan abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa
terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra abdominal, infeksi ataupun
15
terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase, kadang-kadang
pada AHP multiple diperlukan reaksi hati.
Penatalaksaan dengan menggunakan antibiotika, padaterapi awal
digunakan penisilin. Selanjutnya, dikombinasikan antara
ampisilin,aminoglikosida atau sefalosporin generasi lll dan klindamisin atan
metrodinazol. Jika dalam waktu 48-72 jam, belum ada perbaikan klinis dan
laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibotika yang
sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati. Pengobatan secara
parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama
10-14 hari, dan kemudiandilanjutkan kembali hingga 6 miggu kemudian
(Setiadi dkk,2014).
I. Komplikasi
Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat,
seperti septikaemia/bakterimia dengan mortalitas 85% ruptur Abses hati
disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan
pleuropulmonal, gagal hati, perdarahan dalam ronga abses, hemobilia,
empiema, fistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau
retroperitoneum. Sesudah mendapatkan terapi, sering terjadi diatesis
hemoragik, infeksi luka, abses rekuren, perdarahan sekunder dan terjadi
rekurensi atau reaktivasi abses (Setiadi dkk, 2014).
16
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
17
Bersikap protektif (mis waspada, Monitor efek samping penggunaan analgetic
posisi menghindari nyeri) Terapetik :
Gelisah Berikan tehnik non farmakologis untuk
Frekuensi nadi meningkat mengurangi rasa nyeri
Sulit tidur Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Minor ( Subjektif) : - Fasilitasi istirahat dan tidur
Minor ( Objektif) : Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Tekanan darah meningkat pemilihan strategi meredakan nyeri
Pola napas berubah Edukasi :
Nafsu makan berubah Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
Proses berpikir terganggu Jelaskan strategi meredakan nyeri
Menarik diri Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Berfokus pada diri sediri Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
Diaphoresis Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
Intoleransi aktifitas ( D. 0056) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Mobilisasi ( I.05173)
18
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Toleransi Observasi :
Ketidakseimbangan antara suplai Aktifitas ( L.05047) meningkat, dengan Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
dan kebutuhan oksigen kriteria hasil : Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Tirah baring Frekuensi nadi meningkat Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Kelemahan Keluhan Lelah menurun sebelum memulai mobilisasi
Imobilitas Dispnea saat aktivitas menurun Terapetik :
Gaya hidup monoton Dispnea setelah aktifitas menurun Fasilitasi aktifitas mobilisasai dengan alat bantu
(mis. Pagar tempat tidur)
Dibuktikan dengan : Fasilitasi melakukan pergerakan , jika perlu
Mayor ( subjektif ) : Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Mengeluh Lelah meningkatkan pergerakan
Mayor ( Objektif ) : Edukasi :
frekuensi jantung meningkat > Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
20% dari kondisi istirahat Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Minor ( Subjektif) : Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dispnea saat/setelah aktifitas dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas
19
merasa lemah
Minor ( Objektif ) :
Tekanan darah berubah > 20%
dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat / setelah aktifitas
Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
Sianosis
Defisit Pengetahuan tentang penyakit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Kesehatan ( I. 12383)
( D. 0111) Selama 2x24 jam maka Tingkat Observasi :
Berhubungan dengan : Pengetahuan ( L.12111) membaik dengan Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Keterbatasan kognitif kriteria hasil : informasi
Gangguan fungsi kognitif Perilaku sesuai anjuran meningkat Identifikasi factor-faktor yang dapat
Kekeliruan mengikuti anjuran Perilaku sesuai dengan meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
Kurang terpapar informasi pengetahuan meningkat hidup bersih sehat
20
Kurang mampu mengingat dihadapi menurun Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
Ketidaktahuan menemukan Persepsi yang keliru terhadap Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
sumber informasi masalah menurun kesepakatan
Ditandai dengan : Berikan kesempatan untuk bertanya
Mayor ( Subjektif) : Edukasi :
Menanyakan masalah yang Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
dihadapi Kesehatan
Mayor ( Objektif) : Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
Menunjukan prilaku tidak sesuai Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
anjuran meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah
Minor ( Subjektif) : -
Minor ( Objektif) :
Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
Menunjukkan perilaku berlebihan
(mis.apatis,
bermusuhan,agitasi,histeria)
21
Gangguan Pola Tidur ( D.0055) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Tidur ( I.09265) :
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Pola Tidur Observasi :
Hambatan lingkungan ( L.05045) membaik, dengan kriteria Identifikasi pola aktifitas tidur
Kurang kontrol tidur hasil : Identifikasi factor penggangu tidur
Kurang privasi Keluhan sulit tidur menurun ( fisik/psikologis)
Restrain fisik Keluhan sering terjaga menurun Identifikasi makanan/minuman yang mengganggu
Ketiadaan teman tidur Keluhan tidak puas tidur menurun tidur
Tidak familiar dengan peralatan Keluhan pola tidur berubah Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
22
Minor ( Subjektif ) : Edukasi :
Mengeluh kemampuan Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
beraktifitas menurun Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Minor ( Objektif) : - Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
Ajarkan faktor2 yang berkontribusi terhadap
ganggguan pola tidur
Ajarkan relaksasi otot autogenic /
nonfarmakologis lainnya
Kolaborasi :
Kolaborasi dalam pemberian terapi, jika perlu
23
makanan Frekuensi makan membaik Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Ketidakmampuan mencerna Nafsu makan membaik Identifikasi makanan yang disukai
makanan Porsi makanan yang dihabiskan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Ketidakmampuan mengabsorbsi meningkat Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
nutrient Verbal keinginan untuk Monitor asupan makanan
Peningkatan kebutuhan meningkatkan nutrisi meningkat Monitor BB
metabolisme Perasaan cepat kenyang menurun Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Factor ekonomi (mis.finansial Nyeri abdomen menurun Terapetik :
tidak mencukupi Bising usus membaik Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Factor psikologis (mis.stres,
Fasilitasi menentukan pedoman diet
keengganan untuk makan
Sajikan makanan tinggi serat untuk mencegah
Ditandai dengan :
konstipasi
Mayor ( Subjektif ) : -
Sajikan makanan secara menarik dari suhu yang
Mayor ( Objektif ) :
sesuai
BB menurun minimal 10%
Berikan makanan TKTP
dibawah rentang ideal
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Minor ( Subjektif) :
Hentikan pemberian makan melalui selang NGT
Cepat kenyang setelah makan
jika asupan oral dapat ditoleransi
Kram/nyeri abdomen
24
Nafsu makan menurun Edukasi :
Minor ( Objektif ) : Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Bising usus hiperaktif Ajarkan diet yang di programkan
Otot pengunyah lemah Kolaborasi :
Otot menelan lemah Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Membrane mukosa pucat Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Sariawan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Alasan utama datang ke RS : Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan atas
kemudian di bawa ke IGD RSUD Depati Hamzah oleh
anak klien
Riwayat penyakit saat ini :
P : Klien mengatakan nyeri perut di bagian kanan atas sekitar 1 minggu
kemudian dibawa ke IGD RSUD Depati Hamzah
Q : Klien mengeluh nyeri diperut rasanya seperti di tusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan atas
S : Klien mengatakan skala nyeri 6
T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul setiap 30 menit sekali.
Keluhan utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal
12 November 2021 klien mengatakan nyeri
perut
26
sebelah kanan, dirumah klien mengatakan
sulit
untuk tidur dikarenakan rasa tidak nyaman
dibagian
perut, nafsu makan menurun,makan hanya
habis ¼
porsi. Aktifitas dibantu Sebagian oleh istri
dan anak
klien.
Riwayat kesehatan lalu : Klien memiliki Riwayat Diabetes Militus sejak
20 tahun yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada
Riwayat pengobatan dan alergi : klien rutin melakukan pengobatan DM dan
tidak ada alergi obat
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit/Nyeri : klien mengatakan nyeri perut kanan dengan skala
nyeri 6
Status gizi : BB 40kg TB : 150 IMT : 40/2,25= 17,7 ( BB kurang )
Sikap : gelisah
Personal hygiene : tubuh klien tampak bersih,rambut berwarna hitam
dengan sedikit uban
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
2. Data sistemik
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran : Pendengaran kiri dan kanan normal
Penglihatan : mata kiri dan kanan klien normal
Pengecap : pengecap dan penghidu klien normal
Peraba : indra peraba klien normal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Sistem Penglihatan
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan dibagian mata kiri dan
kanan
27
Lapang dada : lapang pandang klien normal
Kesimetrisan mata : mata kanan dan kiri klien simetris
Alis : pertumbuhan rambut lebat
Konjungtiva : palpebra mata berwarna merah muda dan
mengkilat, Benjolan folikel
Kelopak mata : tidak ada lesi, tidak ada kemerahan, tidak
pembengkakan
Kornea : normal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Kualitas : normal
Batuk : tidak ada batuk, suara nafas : normal
Bunyi nafas : vesikuler
Sumbatan jalan nafas : tidak ada sumbatan nafas
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 131/97 mmHg
Denyut nadi : 93 x/menit
Irama : teratur
Bunyi jantung : normal
Kekuatan : kuat
Akral : hangat
Edema : tidak ada ditubuh klien
pengisian kapiler : CRT >3detik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
28
Ekstremitas kiri Atas : 4 EKA
EKiB
Ekstremitas kiri Bawah : 4 4 4
f. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan : nafsu makan klien menurun, makan habis ¼
porsi
Diit : makanan lunak
Mulut dan tenggorokan : tidak terdapat sariawan dan mukosa bibir
kering
Kemampuan menelan : normal
Perut : tidak terdapat kemerahan, ada pembengkakan
dan teraba keras
Colon dan Rectum : BAB sedikit
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
g. Sistem Muskoloskeletal
Rentang gerak : Rentang gerak klien
terbatas
Keseimbangan dan cara jalan : tidak tegap
Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari : dibantu sebagian
Genggaman tangan : sama kuat
Otak kaku : sama kuat
Akral : hangat
Fraktur : tidak ada
Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas
h. Sistem Integument
Warna kulit : normal
Turgor : baik
Luka : tidak ada
Memar : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
i. Sistem Reproduksi
Testis : tidak ada
Prostat : tidak ada
Skrotum : tidak ada
29
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
j. Sistem Perkemihan
Urine : 24 jam 1000 cc
Warna : kuning jernih
BAK : 1000 cc
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Data Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 14 November 2021
Hasil : Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Lekosit 11,1 5,0-10,0
Eritrosit 3,74 4,7-6,1
Hemoglobin 9,5 13,0-17,0
Hematokrit 28 40-46
MCV 76 80-100
MCH 25 27-31
PDW 8,3 9,0-13,0
PCT 0,28
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 76 50-70
Limfosit 17 20-40
Rasio N/L 4,47 < 3,13
30
pemeriksaan color doppler tidak memberikan vaskularisasi di dalamnya. Tidak
tampak koleksi cairan di sekitarnya.
Kandung empedu :
Ukuran membesar, dinding normal, tampak sludge.
Duktus biliaris intra/ekstrahepatal: tidak melebar, tidak tampak bayangan
hiperekhoik dengan acoustic shadow.
Spleen :
Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen, tidak tampak
nodul/massa. Vena lienalis tidak melebar.
Pankreas :
Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim homogen, tidak tampak
massa/kalsifikasi. Duktus pankreatikus tidak melebar.
Ginjal kanan-kiri :
Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal, intensitas gema normal.
Batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal. Tidak tampak
bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow. Sistem pelvokalises tidak
melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Vesica urinaria :
Dinding tidak menebal, tampak catheter.
Prostat :
Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen.
Scan abdomen kanan dan kiri :
Tampak dilatasi usus disertai penebalan dinding di abdomen kanan dan kiri.
Kesan :
- Menyokong abses hepar berukuran kurang lebih 9,59 x 7,87 cm di hepar
lobus kanan.
- Hydrops kandung empedu disertai sludge.
31
- Observasi ileus obstruktif.
- USG spleen, pankreas, ginjal kanan/kiri, vesica urinaria, dan prostat saat ini
tak tampak kelainan.
4. Terapi obat
32
V parasit alergi terhadap
nitroimidazole
Omeprazole/IV antibiotik 3x500 obat untuk mengatasi reaksi alergi terhadap
gr gangguan lambung obat
33
Klien jarang mengikuti kegiatan dilingkungan rumahnya dan aktifitas klien sehari-
hari adalah berkebun.
BUDAYA
Tidak ada budaya atau kepercayaan yang bertentangan dengan Kesehatan, apabila
sakit klien berobat ke puskesmas / RS.
SPRITUAL
Klien Sebelum sakit melaksanakan shalat 5 waktu, tetapi selama klien dirawat klien
tidak melakukan shalat 5 waktu karena nyeri yang di derita.
ANALISA DATA
No Data Senjang Masalah Keperawatan Paraf
.
1. Ds : Nyeri akut
- klien mengatakan
nyeri perut bagian
atas kanan sekitar
1 minggu
- klien mengatakan
sakit yang
dirasakan seperti
di tusuk-tusuk
- sakit nya hilang
timbul
Do :
- Skala nyeri : 6
- klien tampak
gelisah
- klien tampak
menahan nyeri
TD :131/97 mmHg
RR : 20x/menit
N : 98x/menit
Spo2 :94
T : 36,00°C
34
2. DS : Intoleransi aktifitas
klien mengatakan aktifitas
terbatas
DO :
- klien tampak
lemah
- aktifitas klien
tampak dibantu
oleh istri dan
anaknya
- KU lemah
- TD : 131/97
mmHg
RR : 20x/menit
N : 98x/menit
Spo2 :94
T : 36,00°C
3. DS : Defisit Nutrisi
Klien mengatakan tidak
nafsu makan
DO :
- Klien makan habis
¼ porsi
- IMT = 17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak
MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktifitas
3. Defisit Nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik ( Abses)
2. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas
35
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik ( Abses)
2. Intorelansi aktivitas b.d imobilitas
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
NURSING PLANNING
Tanggal : 12 November 2021
No. SDKI Jam SLKI SIKI Paraf
1. Nyeri akut b.d 09.00 Setelah dilakukan Manajemen
agen cidera fisik tindakan Nyeri :
(abses) d.d keperawatan
merintih nyeri dan 3x24 jam 1.kaji skala
gelisah diharapkan nyeri
Tingkat nyeri 2.kaji lokasi
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : 3.ajarkan
1. keluhan nyeri teknik
menurun relaksasi
2.klien dapat napas dalam
mengenali 4.kolaborasi
penyebab nyeri dengan dokter
3.klien dapat dalam
melakukan tehnik pemberian
relaksasi napas analgetik
dalam secara
mandiri
36
tenaga dalam
pemberian
analgetik
37
melakukan terapi analgetik
relaksasi napas
dalam secara
mandiri
38
39
Tanggal : 14 November 2021
40
3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Setelah dilakukan Manajemen
Ketidakmampuan intervensi Nutrisi :
mengabsorbsi keperawatan 1.Identifikasi
nutrient d.d nafsu selama 3x24 jam status Nutrisi
makan berkurang maka Status 2. Monitor
Nutrisi BB
membaik,dengan 3. Kolaborasi
kriteria hasil : dalam
1. Nafsu pemberian
makan suplemen
membaik makanan, jika
2. Porsi perlu
makan
meningkat
IMPLEMENTASI
Tanggal : 12 November 2021
No. Diagnosa Jam implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 09.00 Manajemen Nyeri S:
cidera fisik (abses) : Klien
d.d merintih nyeri 1.mengkaji skala mengatakan
dan gelisah nyeri masih nyeri dan
2.mengkaji lokasi merasa seperti di
nyeri tusuk-tusuk
3.mengajarkan O:
teknik relaksasi -Skala nyeri : 6
nafas dalam - tampak masih
4.berkolaborasi menahan nyeri
dengan dokter -TD :131/97
dalam pemberian mmHg
analgetik - RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-Spo2 :94
41
-T : 36,00°C
A: Nyeri Akut
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Manajemen
Nyeri
A: Intoleransi
Aktifitas belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi
42
3. Defisit Nutrisi b.d Manajemen
Ketidakmampuan Nutrisi : S:
mengabsorbsi 1.Identifikasi status Klien
nutrient d.d nafsu Nutrisi mengatakan
makan berkurang 2. Monitor BB tidak nafsu
3. Kolaborasi dalam makan
pemberian
suplemen makanan, O:
jika perlu - Klien
makan habis ¼
porsi
- IMT =
17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak
A : Defisit
Nutrisi belum
teratasi
P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi
IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 November 2021
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
. keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 09.00 Manajemen Nyeri : S:
cidera fisik (abses) 1.mengkaji skala Klien
d.d merintih nyeri nyeri mengatakan
dan gelisah 2.mengkaji lokasi masih nyeri tapi
nyeri sudah tidak
43
3.mengajarkan seperti di tusuk-
teknik relaksasi tusuk
nafas dalam O:
4.berkolaborasi - Skala nyeri : 4
dengan dokter dalam - tampak masih
pemberian analgetik menahan nyeri
-TD :131/97
mmHg
- RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-Spo2 :94
-T : 36,00°C
A: Nyeri Akut
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Manajemen
Nyeri
44
- Aktifitas
Sebagian
dibantu oleh istri
A: Intoleransi
Aktifitas belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi
A : Defisit
Nutrisi belum
teratasi
P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi
45
IMPLEMENTASI
Tanggal : 14 November 2021
No. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 07.30 Manajemen Nyeri S:
cidera fisik (abses) : Klien mengatakan
d.d merintih nyeri 1.mengkaji skala nyeri berkurang
dan gelisah nyeri O:
2.mengkaji lokasi - Skala nyeri : 2
nyeri - tidak tampak
3.mengajarkan menahan nyeri
teknik relaksasi -TD :131/97
nafas dalam mmHg
4.berkolaborasi - RR : 20x/menit
dengan dokter -N : 98x/menit
dalam pemberian -Spo2 :94
analgetik -T : 36,00°C
A: Nyeri Akut
teratasi
P : Pertahankan
intervensi
Manajemen Nyeri
46
- Skala nyeri : 2
- TD : 131/97
mmHg
- RR : 20x/menit
-N : 98x/menit
-SPO2 :94
-T : 36,00°C
- tampak Aktifitas
turun dari tempat
tidur secara
mandiri
A: Intoleransi
Aktifitas teratasi
P : Pertahankan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi
A : Defisit Nutrisi
belum teratasi
P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan yang dilakukan oleh
kelompok tentang asuhan keperawatan pada Tn. D dengan Abses Hepar yang
dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 12 November sampai dengan 14
November 2021 di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
ditemukan masalah keperwatan yaitu Nyeri akut b.d agen cidera fisik (abses) d.d
merintih nyeri dan gelisah dan Intoleransi aktifitas b.d imobilitas d.d bantuan saat
beraktifitas. Masalah keperawatan yang ditemukan dirumuskan oleh kelompok
menjadi diagnose keperawatan
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
Makalah ini dapat memberikan masukan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa Abses Hepar
2. Bagi Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk memperbanyak sumber-
sumber perpustakaan dengan diagnosa medis Abses Hepar
3. Bagi Mahasiswa/Mahasiswi
Untuk menambah wawasan, ilmu dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Abses Hepar
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes marilyn e, et all (2010). Nursing care planning, ed. 8. Jakarta: EGC
Aru W. Sudoyo, B. S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam (2 ed., Vol III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Guyton. 2012. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi. Jakarta:
Buku Kedokteran.
Prince & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi:
6. Jakarta: EGC
50