Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN. D DENGAN ABSES HEPAR


DI RUANG AKASIA NOVEMBER 2021 DI RSUD DEPATI HAMZAH
PANGKALPINANG TAHUN 2021

DisusunOleh:
Anggun Cahayani 21300011
Dwi Aprianti 21300025
Evirillia 21300040
Meda Krisna Yurdila 21300064
Metha Indah Sari 21300044
Nova Anggaraini 21300005
Pamela Kusuma Dewi 21300019
Sri Wahyuni 21300083
Supriyanto 21300068
Wenny Widya Saputri 21300016

Pembimbing Klinik :
Ns. Lestari, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2021-2022

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.D DENGAN ABSES HEPAR DI RUANG AKASIA RSUD
DEPATI HAMZAH TAHUN 2021”. Penyusunan makalah ini adalah untuk
dilakukan nya seminar kasus profesi Ners di RSUD Depati Hamzah Pangkal
Pinang. Penyusunan makala ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan
dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Akademik
dan Preseptor Klinik di RSUD DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari kalau
makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

Pangkalpinang, November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup.............................................................................................................4
D. Metode Penelitian.........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
A. Definisi.........................................................................................................................5
B. Anatomi dan Fisiologi Hati..........................................................................................5
C. Etiologi.........................................................................................................................8
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................................9
E. Patofisiologi.................................................................................................................9
F. Pathway......................................................................................................................11
G. Pemeriksan Penunjang...............................................................................................11
H. Penatalaksanaan.........................................................................................................12
I. Komplikasi.................................................................................................................12
J. Diagnosa Keperawatan Prioritas.................................................................................13
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................24
BAB IV..................................................................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................................................44
A. Kesimpulan................................................................................................................44
B. Saran..........................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................45

BAB 1

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amebiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh protozoa pada saluran
cerna yaitu Entamoeba hystolitica. Penyakit ini menempati urutan ketiga
sebagai penyebab kematian akibatn infeksi parasit setelah malaria dan
schistosomiasis. Amebiasis merupakan masalah kesehatan global, terutama
dinegara berkembang dan negara tropis, dengan sanitasi yang buruk dan ssio-
ekonomi yang rendah. Diperkirakan sekitar 10% penduduk dunia terinfeksi
oleh parasit ini. Infeksi parasit ini bervariasi mulai dari yang paling ringan
yaitu kolonisasi asimptomatik pada usus besar sampai invasif pada saluran
intestinal dan penyakit ekstraintestinal, khususnya abses hati (Novia &
Cahyadi, 2018)
Abses hati merupakan bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan cedera
pembulu darah atau sistem ductus biliaris. Abses hati yang paling banya
ditemukan yaitu piogenik, kemudian amoebic ataupun campuran infeksi dari
keduanya ( Italiya, et al., 2015)
Di negara-negara yang sedang berkembang abses hati amebik didapatkan
secara endemic dan jauh lebih sering dibandingkan dengan abses hati
piogenik. Abses hati piogenik ini tersebar diseluruh dunia, daan terbanyak di
daerah tropis dengan kondisi higrene/sanitasi yang kurang. Secara
epidemiologi didapatkan 8-15 per 100.000 kasus abses hati piogenik yang
memerlukan perawatan di Rumah Sakit, dan dari beberapa kepustakaan Barat,
didapatkan prevelensi antopsi bervariasi antara 0,29-1,47%. Sedangkan
prevelensi di rumah sakit antara 0,008-0,16% abses hati sering terjadi pada
pria dibandingkan perempuan dengan rentang usia sekitar 40 tahun (Novia &
Cahyadi, 2018).
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi abses hepar sangat
diperlukan kerjasama tim kesehatan penanggulangan abses hepar dengan
terjadinya dalam pemenuhan diri, memeriksa kesehatan secara teratur,

4
menjaga kebersihan lingkungan, menghindari minuman beralkohol,
mengawasi pemberian obat atau terapi yang membantu pemulihan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan
pada Tn. D dengan Abses Hepar di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah
Pangkalpinang.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Dasar Abses Hepar
b. Mampu Mengkaji Klien Tn.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit
Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
c. Mampu Memutuskan Diagnosa Keperawatan Yang Tepat Dari
Masalah Yang Timbul Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di
Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
d. Mampu Membuat Rencana Tindakan Selama Memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit
Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
e. Mampu Mengimplementasikan Rencana Tindakan Keperawatan Pada
Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar Di Rumah Sakit Umum Depati
Hamzah Pangkalpinang
f. Mampu Melakukan Evaluasi Pada Klien Tn,.D Dengan Abses Hepar
Di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
Tn,.D dengan Abses Hepar dari tanggal 12 November 2021 – 14 November
2021 di Ruang Akasia Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang

D. Metode Penelitian

5
Pada asuhan keperawatan ini yang dilakukan kelompok adalah dengan
menggunakan atau mengumpulkan semua data yang diperoleh dari rekam
medis, perawat yang membantu klien, wawancara klien secara langsung
dan melakukan pemeriksaan fisik, dan pengamatan langsung dari kelompok
serta dengan data penunjang yang didapatkan oleh kelompok itu sendiri.

BAB II

6
TINJAUAN PUSTKA
A. Definisi

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi
denganpembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasidari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan
abses hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstra
intestinal yang sering dijumpai didaerah tropik/ subtropik,termasuk indonesia.
Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial
liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess
(Anggunweb, 2010).

B. Anatomi dan Fisiologi Hati


1. Anatomi Hati
Hati Adalah Kelenjar terbesar dalam tubuh berat rata-rata sekitar 1.500
gr. 2% berat badan orang dewasa normal.Hati merupakan norgan lunak yang
lentur dan tercetak oleh struktur sekitar. Hati memiliki permukaan superior
yang cembung dan terletak dibawah kubah merupakan atab dari ginjal,
lambung, pancreas dan usus. Hati memiliki dua lobus yaitu kiri dan kanan.
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut lobulus, yang
merupakan unit mikroskopi dan fungsional organ.Hati manusia memiliki
maksimal 100.000 lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang disebut sebagai sinusoid
a. Sinusoid
Sinusoid dibatasi oleh sel fagostik dan sel kupffer, sel kupffer fungsinya
adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah (Price, 2006).

Hati dibagi Empat lobus:

1) Lobus sinistra, terletak sebelah kiri dari bidang median.

7
2) Lobus dekstra, disebelah kana dari bidang median

3) Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor

4) Lobus kuadratus, dibelakang berbatas dengan pers pilorika, ventrikula,


dan duodenum superior.

b. Permukaan hati dibedakan atas:

1) Fascies superior. Permukaan yang menghadap keatas dan kedepan


berbentuk cembung terletak dibawah diafragma.
2) Fascies interior. Permukaan yang menghadap kebawah dan ke
belakang, permukaannya tidak rata dan memperlihatkan lekukan (fisura
transversus).
3) Fascies posterior. Permukaan bagian belakang terlihat beberapa alur
berbentuk garis melintang yang disebut dengan porta hepatik.
4) Fascies inferior lobus sinistra hepatis. Berhubungan dengan esofagus
dekat lobus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster,
membentuk impression yang sesuai dengan kurvatura mayor terletak
didepan omentum.
5) Fascies inferior lobus dekstra: berbatas dengan ginjal dan glandula
suprarenalis kanan atas, fleksura koli dekstra kanan bawah.
6) Fascies superior. Bagian anterior (bagian depan) diliputi oleh
peritoneum berbatas dengan diafragma dan diliputi oleh peritonium,
bagian medial terbatas dengan dinding dengan perut.
7) Fascies posterior (bagian Belakang) tidak ditutupi peritonium,
berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekuk sebelah kanan
kava inferior diatas infresio renalis disebut infresio suprarenalis.
c. Pembuluh darah dan persayarafan

Pembuluh darah hati berasal dari arteri seliaka kanan membentuk


lipatan peritoneum didepan vena porta, bercabang menjadi arteri hepatica
propia, berjalan kedalam ligamentum hepatoduodenal bersama dengan
vena portae dan duktus kholedukus, bercabang menjadi arteri gastrika

8
menuju kurvatura minor gaster dan beranastomosis dengan arteri gastrika
sinistra. Kemudian arteri hepatica propia, bercabang menjadi A. Hepatica
desktra bercabang masuk kandung empedu arteri sistika dan A. Hepatica
sinistra masuk kedalam hati.Aliran pembuluh balik hepar dikumpulkan
dalam vena hepatica yang keluar dari permukaan belakang disebelah
kranal hepar bermuara ke vena kava inferior.

Persyarafan hati berasal dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis


yang melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang
banyak, berjalan langsung ke hati

d. Saluran hati meliputi:

1) Duktus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada porta
hepatis, bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Panjangnya kira-
kira 4 cm, berjalan turun pada tepi omentum minus. Tapi kanannya bersatu
dengan duktus koleduktus.

2) Duktus koleduktus. Panjangnya sekitar 8 cm. bagian pertama berjalan


dari tepi kanan omentum minus, didepan tepi kanan vena portae sebelah
kiki kanan arteri hepatika. Bagian kedua berjalan kebelakang bagian
pertama duodenum, sebelah kanan A. gastroduodenalis. Bagian ketiga
terletak dalam alur permukaan posterior kaput pankreas. Di sini duktus
koleduktus bersatu dengan duktus pankreatikus mayor, bermuara pada
ampula kecil dinding duodenum melalui suatu papilla kecil yang disebut
papila vateri.

2. Fisiologi Hati

Menurut Guyton &Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a) Metabolisme karbohidrat

Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen


dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,

9
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari
hasil perantara metabolisme karbohidrat.

b) Metabolisme lemak

Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:


mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.

c) Metabolisme protein

Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,


pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.

d) Lain- lain

Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan


vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat- zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah
banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat- obatan, hormon
dan zat lain.

10
Gambar 1. Anatomi Hati

C. Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses
hati pyogenik.

a. Abses Hati Amoeba


Didapat kan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasit
non pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya enteremoeba histolytica yang
dapat mnyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu yang terinfeksi
enteremoeba histolytica yang member gejala invasif, sehingga diduga ada dua
jenis E.histolytica yaitu starin patogen dan non pathogen. Bervariasinya
virulensi strain ini berbeda berbeda berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hepar (Sudoyo, 2006).
Histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetative
atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup diluar tubuh
manusia.Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana
kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam.
Tropozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit,

11
mengandung protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang
mampu mengakibat kan destruksi jaringan

b. Abses Hati piagenik

Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan penyabab


terbanyak adalah E.Coli selain itu, penyebab nya juga adalah streptococcus
faecalis, proteus vulgaris, dan salmonella typhi.Dapat pula bakteri anaerob
seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus
anaerob.Untuk penepatannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan
swab secara anaerob maupun aerob (Sudoyo, 2006).

D. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses hati amebik
dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri
spontan perut kanan atas yang ditandai dengan jalan membungkuk kedepan
dengan kedua tangan diletakkan diatasnya. Demam atau panas tinggi
merupakan keluhan paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen. Dan disertai dengan keadaan syok.Setelah pemakaian
antibiotic yang adekuat, gejala manifestasi klinis AHP adalah malaise,
demam yang tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang
menghebat dengan adanya pergerakan.
Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma maka akan
terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri bahu sebelah kanan, batuk
ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah,
berkurannya napsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional,
kelemahan badan, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur dan buang
air kecil berwarna gelap.(Sudoyo, 2006).
Pemeriksaan fisis yang didapatkan febris yang summer-sumer hingga
demam panas tinggi, pada palpasi terdapat hepatomegali serta perkusi
terdapat nyeri tekan hepar yang diperberat dengan adanyapergerakan
abdomen, splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik. Selain

12
itu, bisa didapatkan asites, ikterus, serta tanda-tanda hipertensi portal.
(Sudoyo, 2006).

E. Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar

Amebiasis Hati penyebab utamanya adalah entamoeba


hystolitica.Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E.Hystolitica
yang member gejala amebiasis invasive, sehingga ada dugaan ada dua
jenis E.hystolitica yaitu strain pathogen dan non pathogen. Bervariasinya
virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan
kemampuan nya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi amebiasis hati
belum dapat diketahui secara pasti. Ada beberapa mekanisme yang telah
dikemukakan antara lain; faktor virulensi yang menghasilakan toksin,
ketidakseimbangan nutrisi, factor resistensi parasit, imunodepresi pejamu,
berubah-ubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-
Mediated (Setiadi dkk,2014)).

Mekanisme terjadinya amebiasis hati:

a) Penempelan E.Hystolitica pada mucus usus

b) Pengerusakan sawar intestinal.

c) Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon imun
cell-mediated yang disebab kanenzim atau toksin parasit, juga dapat karena
penyakit tuberculosis, malnutrisi dan keganasan.

Penyebaran ameba kehati.penyebaran ameba dari usus kehati sebagian


besar melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang
disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa .lesi membesar, bersatu
dengan granuloma diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekroti ini
dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan fibrosa.

13
b. Abses Hati Piagenik

Abses Hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:

1) Vena porta yaitu terifeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan


pielflebitis porta atau emboli septic

2) Saluran empedu merupakan sumber infeksi tersering. Kolangitis septic


dapat menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu,
kanker, striktura saluran empedu ataupun anomaly saluran empedu
kongenital.

3) Infeksi langsung seperti luka penetrasi. Fokus septik berdekatan seperti


abses perinefrik, kecelakaan lalu lintas.

4) Septisemia atau bakterimia akibat infeksi ditempat lain.

5) Kriptogenik tanpa factor predisposisi yang jelas, terutama pada

6) Organ lanjut usia. (Setiadi,2014)

F. Pathway
Gambar 2. Skema Patofisiologis. Sumber : (Rapika,2016)

14
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi
dengan pergeseran kekiri, anemia.Peningkatan laju endap darah, peningkatan
alkalin fosfatase.Peningkatan enzim transminase dan serum bilirubin.
Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin memanjang
menunjukkanb bah terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. Tes
serologi digunakan untuk menyingkirkan diagnosis differensial.Kultur darah
yang memperlihatkan bacterial penyebab menjadi standar emas untuk
menegakkan diagnosis secara mikrobiologik ( Rapika,2016)
Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto
thoraks dan foto polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi
pleural, atelektasis basiler, empiema atau abses paru. Pada foto thoraks PA,
sudut kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut kardiofrenikus anterior
tertutup. Dibawah diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level.
Abses lobus kiri akan mendesak kurvatura minor. Secara angiografik, abses
merupakan daerah avaskular.Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu abdominal
dan biopsy hati, kesemuanya saling menunjang sehingga memiliki nilai
diagnostic semakin tinggi.Abdominal CT-Scan memiliki sensitivitas 95-
100%dan dapat mendeteksi luasnya lesi hingga kurang dari 1 cm. ultrasound
abdomen memiliki sensitivitas 80-90%.ultrasound- guided aspirate for culture
and special stains, dengan kultur hasil aspirasi terpimpin dengan ultrasound
didapatkan positif 90% kasus, sedangkan gallium dan technectium
radionuclide scanning memiliki sensitivitas 50- 90%.(Rapika,2016).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan AHP secara konvensional adalah dengan drainase
terbuka secara operasi dan antibiotic spectrum luas oleh karena bakteri
penyebababses terdapat didalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan
antibiotic tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini adalah
denganmenggunakan drainase perkutaneus abses intra abdominal dengan
tutunan abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa
terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra abdominal, infeksi ataupun

15
terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase, kadang-kadang
pada AHP multiple diperlukan reaksi hati.
Penatalaksaan dengan menggunakan antibiotika, padaterapi awal
digunakan penisilin. Selanjutnya, dikombinasikan antara
ampisilin,aminoglikosida atau sefalosporin generasi lll dan klindamisin atan
metrodinazol. Jika dalam waktu 48-72 jam, belum ada perbaikan klinis dan
laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibotika yang
sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati. Pengobatan secara
parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama
10-14 hari, dan kemudiandilanjutkan kembali hingga 6 miggu kemudian
(Setiadi dkk,2014).
I. Komplikasi
Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat,
seperti septikaemia/bakterimia dengan mortalitas 85% ruptur Abses hati
disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan
pleuropulmonal, gagal hati, perdarahan dalam ronga abses, hemobilia,
empiema, fistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau
retroperitoneum. Sesudah mendapatkan terapi, sering terjadi diatesis
hemoragik, infeksi luka, abses rekuren, perdarahan sekunder dan terjadi
rekurensi atau reaktivasi abses (Setiadi dkk, 2014).

J. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Nyeri Akut
2. Intoleransi Aktifitas
3. Defisit Pengetahuan
4. Gangguan pola tidur
5. Defisit Nutrisi

16
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri ( I. 08238)
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Tingkat Nyeri Observasi :
 Agen pencedera fisiologis (mis. ( L.08066) menurun dengan kriteria hasil :  Identifikasi
Inflamasi, iskemia, neoplasma)  Kemampuan menuntaskan aktivitas lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
 Agen pencedera kimiawi meningkat sitas nyeri
(mis.terbakar,bahan kimia iritan)  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Agen pencedera fisik  Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
(mis.abses,amputasi,terbakar,terpotong,  Sikap protektif menurun  Identifikasi factor yang memperberat dan
mengangkat berat,prosedur  Gelisah menurun memperingan nyeri
operasi,traum, Latihan fisik berlebihan)  Kesulitan tidur menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
 Frekuensi nadi membaik nyeri
Dibuktikan dengan :  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Mayor ( Subjektif) : nyeri
 Mengeluh nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Mayor ( Objektif) :  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
 Tampak meringis sudah diberikan

17
 Bersikap protektif (mis waspada,  Monitor efek samping penggunaan analgetic
posisi menghindari nyeri) Terapetik :
 Gelisah  Berikan tehnik non farmakologis untuk
 Frekuensi nadi meningkat mengurangi rasa nyeri
 Sulit tidur  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Minor ( Subjektif) : -  Fasilitasi istirahat dan tidur
Minor ( Objektif) :  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
 Tekanan darah meningkat pemilihan strategi meredakan nyeri
 Pola napas berubah Edukasi :
 Nafsu makan berubah  Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
 Proses berpikir terganggu  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Menarik diri  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Berfokus pada diri sediri  Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
 Diaphoresis  Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

Intoleransi aktifitas ( D. 0056) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Mobilisasi ( I.05173)

18
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Toleransi Observasi :
 Ketidakseimbangan antara suplai Aktifitas ( L.05047) meningkat, dengan  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
dan kebutuhan oksigen kriteria hasil :  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Tirah baring  Frekuensi nadi meningkat  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
 Kelemahan  Keluhan Lelah menurun sebelum memulai mobilisasi
 Imobilitas  Dispnea saat aktivitas menurun Terapetik :
 Gaya hidup monoton  Dispnea setelah aktifitas menurun  Fasilitasi aktifitas mobilisasai dengan alat bantu
(mis. Pagar tempat tidur)
Dibuktikan dengan :  Fasilitasi melakukan pergerakan , jika perlu
Mayor ( subjektif ) :  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
 Mengeluh Lelah meningkatkan pergerakan
Mayor ( Objektif ) : Edukasi :
 frekuensi jantung meningkat >  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
20% dari kondisi istirahat  Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Minor ( Subjektif) :  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
 dispnea saat/setelah aktifitas dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
 merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas

19
 merasa lemah
Minor ( Objektif ) :
 Tekanan darah berubah > 20%
dari kondisi istirahat
 Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat / setelah aktifitas
 Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
 Sianosis

Defisit Pengetahuan tentang penyakit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Kesehatan ( I. 12383)
( D. 0111) Selama 2x24 jam maka Tingkat Observasi :
Berhubungan dengan : Pengetahuan ( L.12111) membaik dengan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
 Keterbatasan kognitif kriteria hasil : informasi
 Gangguan fungsi kognitif  Perilaku sesuai anjuran meningkat  Identifikasi factor-faktor yang dapat
 Kekeliruan mengikuti anjuran  Perilaku sesuai dengan meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
 Kurang terpapar informasi pengetahuan meningkat hidup bersih sehat

 Kurang minat dalam belajar  Pertanyaan tentang masalah yang Terapetik :

20
 Kurang mampu mengingat dihadapi menurun  Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
 Ketidaktahuan menemukan  Persepsi yang keliru terhadap  Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
sumber informasi masalah menurun kesepakatan
Ditandai dengan :  Berikan kesempatan untuk bertanya
Mayor ( Subjektif) : Edukasi :
 Menanyakan masalah yang  Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
dihadapi Kesehatan
Mayor ( Objektif) :  Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
 Menunjukan prilaku tidak sesuai  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
anjuran meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah
Minor ( Subjektif) : -
Minor ( Objektif) :
 Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
 Menunjukkan perilaku berlebihan
(mis.apatis,
bermusuhan,agitasi,histeria)

21
Gangguan Pola Tidur ( D.0055) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Tidur ( I.09265) :
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Pola Tidur Observasi :
 Hambatan lingkungan ( L.05045) membaik, dengan kriteria  Identifikasi pola aktifitas tidur
 Kurang kontrol tidur hasil :  Identifikasi factor penggangu tidur
 Kurang privasi  Keluhan sulit tidur menurun ( fisik/psikologis)
 Restrain fisik  Keluhan sering terjaga menurun  Identifikasi makanan/minuman yang mengganggu
 Ketiadaan teman tidur  Keluhan tidak puas tidur menurun tidur

 Tidak familiar dengan peralatan  Keluhan pola tidur berubah  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

tidur  Keluhan istirahat tidak cukup Terapetik :


Ditandai dengan : menurun  Modifikasi lingkungan
Mayor ( Subjektif) :  Batasi waktu tidur siang
 Mengeluh sulit tidur  Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
 Mengeluh sering terjaga  Tetapkan jadwal tidur rutin
 Mengeluh tidak puas tidur  Lakukan prosedur untuk meningkatkan
 Mengeluh pola tidur berubah kenyamanan
 Mengeluh istirahat tidak cukup  Sesuaikan jadwal pemberian obat atau Tindakan
Mayor ( Objektif) : - untuk menunjang siklus tidur terjaga

22
Minor ( Subjektif ) : Edukasi :
 Mengeluh kemampuan  Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
beraktifitas menurun  Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Minor ( Objektif) : -  Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor2 yang berkontribusi terhadap
ganggguan pola tidur
 Ajarkan relaksasi otot autogenic /
nonfarmakologis lainnya
Kolaborasi :
 Kolaborasi dalam pemberian terapi, jika perlu

Defisit Nutrisi ( D.0019) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi :


Berhubungan dengan : selama 3x24 jam maka Status Nutrisi Observasi :
 Ketidakmampuan menelan ( L.03030) membaik, dengan KH :  Identifikasi status nutrisi

23
makanan  Frekuensi makan membaik  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Ketidakmampuan mencerna  Nafsu makan membaik  Identifikasi makanan yang disukai
makanan  Porsi makanan yang dihabiskan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Ketidakmampuan mengabsorbsi meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
nutrient  Verbal keinginan untuk  Monitor asupan makanan
 Peningkatan kebutuhan meningkatkan nutrisi meningkat  Monitor BB
metabolisme  Perasaan cepat kenyang menurun  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Factor ekonomi (mis.finansial  Nyeri abdomen menurun Terapetik :
tidak mencukupi  Bising usus membaik  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Factor psikologis (mis.stres,
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
keengganan untuk makan
 Sajikan makanan tinggi serat untuk mencegah
Ditandai dengan :
konstipasi
Mayor ( Subjektif ) : -
 Sajikan makanan secara menarik dari suhu yang
Mayor ( Objektif ) :
sesuai
 BB menurun minimal 10%
 Berikan makanan TKTP
dibawah rentang ideal
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
Minor ( Subjektif) :
 Hentikan pemberian makan melalui selang NGT
 Cepat kenyang setelah makan
jika asupan oral dapat ditoleransi
 Kram/nyeri abdomen

24
 Nafsu makan menurun Edukasi :
Minor ( Objektif ) :  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Bising usus hiperaktif  Ajarkan diet yang di programkan
 Otot pengunyah lemah Kolaborasi :
 Otot menelan lemah  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Membrane mukosa pucat  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
 Sariawan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,

 Serum albumin turun jika perlu

 Rambut rontok berlebihan


 Diare

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. D DENGAN DIAGNOSA ABSES HEPAR


Tanggal a) Masuk : 10 November 2021 b) Pengkajian:12 November 2021
IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Tn. D Nama : Tn. A
Umur : 52 tahun Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Alamat : Ketapang Alamat : Ketapang
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Dx Medis : Abses Hepar

PENGKAJIAN
Alasan utama datang ke RS : Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan atas
kemudian di bawa ke IGD RSUD Depati Hamzah oleh
anak klien
Riwayat penyakit saat ini :
P : Klien mengatakan nyeri perut di bagian kanan atas sekitar 1 minggu
kemudian dibawa ke IGD RSUD Depati Hamzah
Q : Klien mengeluh nyeri diperut rasanya seperti di tusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan atas
S : Klien mengatakan skala nyeri 6
T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul setiap 30 menit sekali.
Keluhan utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal
12 November 2021 klien mengatakan nyeri
perut

26
sebelah kanan, dirumah klien mengatakan
sulit
untuk tidur dikarenakan rasa tidak nyaman
dibagian
perut, nafsu makan menurun,makan hanya
habis ¼
porsi. Aktifitas dibantu Sebagian oleh istri
dan anak
klien.
Riwayat kesehatan lalu : Klien memiliki Riwayat Diabetes Militus sejak
20 tahun yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada
Riwayat pengobatan dan alergi : klien rutin melakukan pengobatan DM dan
tidak ada alergi obat

PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit/Nyeri : klien mengatakan nyeri perut kanan dengan skala
nyeri 6
Status gizi : BB 40kg TB : 150 IMT : 40/2,25= 17,7 ( BB kurang )
Sikap : gelisah
Personal hygiene : tubuh klien tampak bersih,rambut berwarna hitam
dengan sedikit uban
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

2. Data sistemik
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran : Pendengaran kiri dan kanan normal
Penglihatan : mata kiri dan kanan klien normal
Pengecap : pengecap dan penghidu klien normal
Peraba : indra peraba klien normal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Sistem Penglihatan
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan dibagian mata kiri dan
kanan

27
Lapang dada : lapang pandang klien normal
Kesimetrisan mata : mata kanan dan kiri klien simetris
Alis : pertumbuhan rambut lebat
Konjungtiva : palpebra mata berwarna merah muda dan
mengkilat, Benjolan folikel
Kelopak mata : tidak ada lesi, tidak ada kemerahan, tidak
pembengkakan
Kornea : normal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Kualitas : normal
Batuk : tidak ada batuk, suara nafas : normal
Bunyi nafas : vesikuler
Sumbatan jalan nafas : tidak ada sumbatan nafas
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 131/97 mmHg
Denyut nadi : 93 x/menit
Irama : teratur
Bunyi jantung : normal
Kekuatan : kuat
Akral : hangat
Edema : tidak ada ditubuh klien
pengisian kapiler : CRT >3detik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Sistem Saraf Pusat


Kesadaran : Composmentis, dengan GCS :15
E : 4, V:5, E: 6
Bicara : klien berbicara dengan spontan dan jelas dalam
pelafalan
Status motorik : status motoric klien normal
Kekuatan Otot: EKA
EKiA
Ekstremitas kanan Atas : 4 4 4
Ekstremitas kanan Bawah : 4

28
Ekstremitas kiri Atas : 4 EKA
EKiB
Ekstremitas kiri Bawah : 4 4 4

Gaya berjalan dan keseimbangan : klien berjalan sedikit membungkuk


Rangsangan Meningeal : rangsangan baik tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

f. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan : nafsu makan klien menurun, makan habis ¼
porsi
Diit : makanan lunak
Mulut dan tenggorokan : tidak terdapat sariawan dan mukosa bibir
kering
Kemampuan menelan : normal
Perut : tidak terdapat kemerahan, ada pembengkakan
dan teraba keras
Colon dan Rectum : BAB sedikit
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi

g. Sistem Muskoloskeletal
Rentang gerak : Rentang gerak klien
terbatas
Keseimbangan dan cara jalan : tidak tegap
Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari : dibantu sebagian
Genggaman tangan : sama kuat
Otak kaku : sama kuat
Akral : hangat
Fraktur : tidak ada
Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas

h. Sistem Integument
Warna kulit : normal
Turgor : baik
Luka : tidak ada
Memar : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

i. Sistem Reproduksi
Testis : tidak ada
Prostat : tidak ada
Skrotum : tidak ada

29
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

j. Sistem Perkemihan
Urine : 24 jam 1000 cc
Warna : kuning jernih
BAK : 1000 cc
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Data Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 14 November 2021
Hasil : Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Lekosit 11,1 5,0-10,0
Eritrosit 3,74 4,7-6,1
Hemoglobin 9,5 13,0-17,0
Hematokrit 28 40-46
MCV 76 80-100
MCH 25 27-31
PDW 8,3 9,0-13,0
PCT 0,28
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 76 50-70
Limfosit 17 20-40
Rasio N/L 4,47 < 3,13

Tanggal pemeriksaan : 12 November 2021


Hasil : USG Abdomen
Hasil :
Hepar :
Ukuran membesar, sudut tajam, permukaan tidak rata, tekstur parenkim
inhomogen,. Tidak tampak bayangan hipoechoik batas tegasinterval echo (+)
berukuran kurang lebih 9,59 x 7,87 ccm di hepar lobus kanan. Pada

30
pemeriksaan color doppler tidak memberikan vaskularisasi di dalamnya. Tidak
tampak koleksi cairan di sekitarnya.
Kandung empedu :
Ukuran membesar, dinding normal, tampak sludge.
Duktus biliaris intra/ekstrahepatal: tidak melebar, tidak tampak bayangan
hiperekhoik dengan acoustic shadow.
Spleen :
Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen, tidak tampak
nodul/massa. Vena lienalis tidak melebar.
Pankreas :
Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim homogen, tidak tampak
massa/kalsifikasi. Duktus pankreatikus tidak melebar.
Ginjal kanan-kiri :
Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal, intensitas gema normal.
Batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal. Tidak tampak
bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow. Sistem pelvokalises tidak
melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Vesica urinaria :
Dinding tidak menebal, tampak catheter.
Prostat :
Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen.
Scan abdomen kanan dan kiri :
Tampak dilatasi usus disertai penebalan dinding di abdomen kanan dan kiri.

Kesan :
- Menyokong abses hepar berukuran kurang lebih 9,59 x 7,87 cm di hepar
lobus kanan.
- Hydrops kandung empedu disertai sludge.

31
- Observasi ileus obstruktif.
- USG spleen, pankreas, ginjal kanan/kiri, vesica urinaria, dan prostat saat ini
tak tampak kelainan.

4. Terapi obat

Obat/tindakan golongan dosis indikasi kontraindikasi


RL/infus Kristaloid 20 tts pengganti cairan Pasien yang mengalami
ekstrasel yang hilang pembengkakan pada
atau mengatasi anggota tubuh akibat
dehidrasi. Mengatasi adanya penumpukan
kekurangan garam. cairan dalam jaringan
Mengatasi (edema)
ketidakseimbangan
antara asam dan basa.
Ranitidin/IV Histamin 2x1 Tukak lambung dan Riwayat porfiria akut
H2- tukak duodenum dan hipersensitivitas
receptor refluks esofagitis,
antagonist dispepsia episodik
kronis, tukak akibat
AINS, tukak
duodenum karena H.
Pylori, sindrom
zollinger-ellison,
kondisi lain dimana
pengurangan asam
lambung akan
bermanfaat.
Ketorolac/IV antiinflam 3x1 meredakan nyeri dan Luka pada dinding
asi peradangan lambung (tukak
nonsteroid lambung) Perdarahan di
saluran cerna, seperti
lambung atau
perdarahan usus

Cefriaxone/IV sefalospori 2x1 gr mengatasi infeksi Riwayat


n bakteri gram iwayat hipersensitivitas
maupun gram positif

Metronidazole/I antibiotik 1x40 gr infeksi bakteri dan Alergi, atau riwayat

32
V parasit alergi terhadap
nitroimidazole
Omeprazole/IV antibiotik 3x500 obat untuk mengatasi reaksi alergi terhadap
gr gangguan lambung obat

Bicnat Elektrolit 3x500 Mengatasi asidosis Riwayat


pengubah mg metabolic,urine yang hipersensitif,alkalosis
PH Urine terlalu asam dan asam metabolic,asidodisis
dan lambung berlebih hiperkarbia,hipernatrem
antasida ia,hipokalsemia,edema
paru berat,nyeri
abdomen yang belum
tahu penyebabnya

Paracetamol Obat 3x500 Meredakan demam Riwayat hipersensitif


bebas mg dan nyeri dan hepar derajat berat

Candesartan Penghamb 1x8mg Pengobatan pada Pasien dengan


at reseptor pasien dengan gagal gangguan hati yang
angiostens jantung dan gangguan berat atau ketoasidosis,
in fungsi sistolik wanita hamil dan
ventrikel kiri menyusui

Resfar Flos Antidotum 1x1 Menangani pasien Pasien yang memiliki


dan obat yang mengalami alergi terhadap
detoksifik keracunan kandungan yang ada di
asi paracetamol dalam resfar

PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPRITUAL


PSIKOLOGIS
Klien menjawab pertanyaan dengan jelas, klien memberi informasi terkait
informasinya dengan jelas,dan mudah dipahami oleh orang lain. Klien pasrah dengan
penyakit yang di deritanya, dan mencoba tetap semangat. Rencana klien setelah
masalahnya teratasi yaitu klien bisa beraktifitas seperti biasa yaitu berkebun.
Pengetahuan klien tentang masalah yang ada yaitu klien cukup memahami masalah
yang dialami.
SOSIAL

33
Klien jarang mengikuti kegiatan dilingkungan rumahnya dan aktifitas klien sehari-
hari adalah berkebun.

BUDAYA
Tidak ada budaya atau kepercayaan yang bertentangan dengan Kesehatan, apabila
sakit klien berobat ke puskesmas / RS.
SPRITUAL
Klien Sebelum sakit melaksanakan shalat 5 waktu, tetapi selama klien dirawat klien
tidak melakukan shalat 5 waktu karena nyeri yang di derita.

ANALISA DATA
No Data Senjang Masalah Keperawatan Paraf
.
1. Ds : Nyeri akut
- klien mengatakan
nyeri perut bagian
atas kanan sekitar
1 minggu
- klien mengatakan
sakit yang
dirasakan seperti
di tusuk-tusuk
- sakit nya hilang
timbul
Do :
- Skala nyeri : 6
- klien tampak
gelisah
- klien tampak
menahan nyeri
TD :131/97 mmHg
RR : 20x/menit
N : 98x/menit
Spo2 :94
T : 36,00°C

34
2. DS : Intoleransi aktifitas
klien mengatakan aktifitas
terbatas

DO :
- klien tampak
lemah
- aktifitas klien
tampak dibantu
oleh istri dan
anaknya
- KU lemah
- TD : 131/97
mmHg
RR : 20x/menit
N : 98x/menit
Spo2 :94
T : 36,00°C

3. DS : Defisit Nutrisi
Klien mengatakan tidak
nafsu makan

DO :
- Klien makan habis
¼ porsi
- IMT = 17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak

MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktifitas
3. Defisit Nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik ( Abses)
2. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas

35
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik ( Abses)
2. Intorelansi aktivitas b.d imobilitas
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
NURSING PLANNING
Tanggal : 12 November 2021
No. SDKI Jam SLKI SIKI Paraf
1. Nyeri akut b.d 09.00 Setelah dilakukan Manajemen
agen cidera fisik tindakan Nyeri :
(abses) d.d keperawatan
merintih nyeri dan 3x24 jam 1.kaji skala
gelisah diharapkan nyeri
Tingkat nyeri 2.kaji lokasi
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : 3.ajarkan
1. keluhan nyeri teknik
menurun relaksasi
2.klien dapat napas dalam
mengenali 4.kolaborasi
penyebab nyeri dengan dokter
3.klien dapat dalam
melakukan tehnik pemberian
relaksasi napas analgetik
dalam secara
mandiri

2. Intoleransi 11.00 Setelah dilakukan Dukungan


aktifitas b.d tindakan 3x24 Mobilisasi :
imobilitas d.d jam diharapkan
bantuan saat Toleransi 1.kaji ttv
beraktifitas Aktifitas 2.ajarkan
meningkat latihan
dengan kriteria aktivitas fisik
hasil : 3.Melibatkan
1.mampu keluarga
melakukan dalam
aktifitas rutin meningkatkan
secara mandiri pergerakan
2.kepulihan 4.kolaborasi
energi atau dengan dokter

36
tenaga dalam
pemberian
analgetik

3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Setelah dilakukan Manajemen


Ketidakmampuan intervensi Nutrisi :
mengabsorbsi keperawatan
nutrient d.d nafsu selama 3x24 jam 1.Identifikasi
makan berkurang maka Status status Nutrisi
Nutrisi 2. Monitor BB
membaik,dengan 3. Kolaborasi
kriteria hasil : dalam
1. Nafsu pemberian
makan suplemen
membaik makanan, jika
2. Porsi perlu
makan
meningkat

Tanggal : 13 November 2021

No SDKI Jam SLKI SIKI Paraf


.
1. Nyeri akut b.d 09.00 Setelah dilakukan Manajemen
agen cidera fisik tindakan Nyeri :
(abses) d.d keperawatan 1.kaji skala
merintih nyeri dan 3x24 jam nyeri
gelisah diharapkan 2.kaji lokasi
Tingkat nyeri nyeri
berkurang dengan 3.ajarkan
kriteria hasil : teknik
1.keluhan nyeri relaksasi
menurun napas dalam
2.klien dapat 4.kolaborasi
mengenali dengan dokter
penyebab nyeri dalam
3.klien dapat pemberian

37
melakukan terapi analgetik
relaksasi napas
dalam secara
mandiri

2. Intoleransi 10.00 Setelah dilakukan Dukungan


aktifitas b.d tindakan 3x24 Mobilisasi :
imobilitas d.d jam diharapkan
bantuan saat Toleransi 1.kaji ttv
beraktifitas Aktifitas 2.ajarkan
meningkat latihan
dengan kriteria aktivitas fisik
hasil : 3.Melibatkan
1.mampu keluarga
melakukan dalam
aktifitas rutin menigkatkan
secara mandiri pergerakan
2.kepulihan 4.kolaborasi
energi atau tenaga dengan dokter
dalam
pemberian
analgetik

3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Setelah dilakukan Manajemen


Ketidakmampuan intervensi Nutrisi :
mengabsorbsi keperawatan 1.Identifikasi
nutrient d.d nafsu selama 3x24 jam status Nutrisi
makan berkurang maka Status 2. Monitor
Nutrisi BB
membaik,dengan 3. Kolaborasi
kriteria hasil : dalam
1. Nafsu pemberian
makan suplemen
membaik makanan, jika
2. Porsi perlu
makan
meningkat

38
39
Tanggal : 14 November 2021

No SDKI Jam SLKI SIKI Paraf


.
1. Nyeri akut b.d 09.00 Setelah dilakukan Manajemen
agen cidera fisik tindakan Nyeri :
(abses) d.d keperawatan 1.kaji skala
merintih nyeri dan 3x24 jam nyeri
gelisah diharapkan 2.kaji lokasi
Tingkat nyeri nyeri
berkurang dengan 3.ajarkan
kriteria hasil : teknik
1.keluhan nyeri relaksasi
menurun napas dalam
2.klien dapat 4.kolaborasi
mengenali dengan dokter
penyebab nyeri dalam
3.klien dapat pemberian
melakukan terapi analgetik
relaksasi napas
dalam secara
mandiri

2. Intoleransi 10.00 Setelah dilakukan Dukungan


aktifitas b.d tindakan 3x24 Mobilisasi :
imobilitas d.d jam diharapkan
bantuan saat Toleransi 1.kaji ttv
beraktifitas Aktifitas 2.ajarkan
meningkat latihan
dengan kriteria aktivitas fisik
hasil : 3.Melibatkan
1.mampu keluarga
melakukan dalam
aktifitas rutin menigkatkan
secara mandiri pergerakan
2.kepulihan 4.kolaborasi
energi atau tenaga dengan dokter
dalam
pemberian
analgetik

40
3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Setelah dilakukan Manajemen
Ketidakmampuan intervensi Nutrisi :
mengabsorbsi keperawatan 1.Identifikasi
nutrient d.d nafsu selama 3x24 jam status Nutrisi
makan berkurang maka Status 2. Monitor
Nutrisi BB
membaik,dengan 3. Kolaborasi
kriteria hasil : dalam
1. Nafsu pemberian
makan suplemen
membaik makanan, jika
2. Porsi perlu
makan
meningkat

IMPLEMENTASI
Tanggal : 12 November 2021
No. Diagnosa Jam implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 09.00 Manajemen Nyeri S:
cidera fisik (abses) : Klien
d.d merintih nyeri 1.mengkaji skala mengatakan
dan gelisah nyeri masih nyeri dan
2.mengkaji lokasi merasa seperti di
nyeri tusuk-tusuk
3.mengajarkan O:
teknik relaksasi -Skala nyeri : 6
nafas dalam - tampak masih
4.berkolaborasi menahan nyeri
dengan dokter -TD :131/97
dalam pemberian mmHg
analgetik - RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-Spo2 :94

41
-T : 36,00°C

A: Nyeri Akut
belum teratasi

P : Lanjutkan
intervensi
Manajemen
Nyeri

2. Intoleransi aktifitas 11.00 Dukungan S : Klien


b.d imobilitas d.d Mobilisasi : mengatakan
bantuan saat 1.mengkaji ttv aktifitas fisik
beraktifitas 2.mengajarkan masih harus
latihan aktivitas dibantu istri atau
fisik anak
3.mengidentifikasi
kemampuan klien O:
dalam mobilisasi - Skala nyeri : 6
secara mandiri - TD : 131/97
mmHg
- RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-SPO2 :94
-T : 36,00°C
- Aktifitas
Sebagian
dibantu oleh
istri

A: Intoleransi
Aktifitas belum
teratasi

P : Lanjutkan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi

42
3. Defisit Nutrisi b.d Manajemen
Ketidakmampuan Nutrisi : S:
mengabsorbsi 1.Identifikasi status Klien
nutrient d.d nafsu Nutrisi mengatakan
makan berkurang 2. Monitor BB tidak nafsu
3. Kolaborasi dalam makan
pemberian
suplemen makanan, O:
jika perlu - Klien
makan habis ¼
porsi
- IMT =
17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak

A : Defisit
Nutrisi belum
teratasi

P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi

IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 November 2021
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
. keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 09.00 Manajemen Nyeri : S:
cidera fisik (abses) 1.mengkaji skala Klien
d.d merintih nyeri nyeri mengatakan
dan gelisah 2.mengkaji lokasi masih nyeri tapi
nyeri sudah tidak

43
3.mengajarkan seperti di tusuk-
teknik relaksasi tusuk
nafas dalam O:
4.berkolaborasi - Skala nyeri : 4
dengan dokter dalam - tampak masih
pemberian analgetik menahan nyeri
-TD :131/97
mmHg
- RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-Spo2 :94
-T : 36,00°C

A: Nyeri Akut
belum teratasi

P : Lanjutkan
intervensi
Manajemen
Nyeri

2. Intoleransi aktifitas 11.00 Dukungan S : Klien


b.d imobilitas d.d Mobilisasi : mengatakan
bantuan saat 1.mengkaji ttv aktifitas fisik
beraktifitas 2.mengajarkan ringan mulai
latihan aktivitas fisik bisa tetapi
3.mengidentifikasi dengan
kemampuan klien pengawasan
dalam mobilisasi
secara mandiri O:
- Skala nyeri : 4
- TD : 131/97
mmHg
- RR :
20x/menit
-N : 98x/menit
-SPO2 :94
-T : 36,00°C

44
- Aktifitas
Sebagian
dibantu oleh istri

A: Intoleransi
Aktifitas belum
teratasi

P : Lanjutkan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi

3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Manajemen Nutrisi S:


Ketidakmampuan : Klien
mengabsorbsi 1.Identifikasi status mengatakan
nutrient d.d nafsu Nutrisi tidak nafsu
makerkurang 2. Monitor BB makan
3. Kolaborasi dalam
pemberian suplemen O:
makanan, jika perlu - Klien
makan habis ¼
porsi
- IMT =
17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak

A : Defisit
Nutrisi belum
teratasi

P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi

45
IMPLEMENTASI
Tanggal : 14 November 2021
No. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen 07.30 Manajemen Nyeri S:
cidera fisik (abses) : Klien mengatakan
d.d merintih nyeri 1.mengkaji skala nyeri berkurang
dan gelisah nyeri O:
2.mengkaji lokasi - Skala nyeri : 2
nyeri - tidak tampak
3.mengajarkan menahan nyeri
teknik relaksasi -TD :131/97
nafas dalam mmHg
4.berkolaborasi - RR : 20x/menit
dengan dokter -N : 98x/menit
dalam pemberian -Spo2 :94
analgetik -T : 36,00°C

A: Nyeri Akut
teratasi

P : Pertahankan
intervensi
Manajemen Nyeri

2. Intoleransi aktifitas 08.30 Dukungan S : Klien


b.d imobilitas d.d Mobilisasi : mengatakan
bantuan saat 1.mengkaji ttv aktifitas fisik
beraktifitas 2.memantau latihan sudah bisa secara
aktivitas fisik mandiri seperti
3.mengidentifikasi turun dari tempat
kemampuan klien tidur sendiri
dalam mobilisasi
secara mandiri O:

46
- Skala nyeri : 2
- TD : 131/97
mmHg
- RR : 20x/menit
-N : 98x/menit
-SPO2 :94
-T : 36,00°C
- tampak Aktifitas
turun dari tempat
tidur secara
mandiri

A: Intoleransi
Aktifitas teratasi

P : Pertahankan
intervensi
Dukungan
Mobilisasi

3. Defisit Nutrisi b.d 11.45 Manajemen S:


Ketidakmampuan Nutrisi : Klien mengatakan
mengabsorbsi 1.Identifikasi status sudah mulai mau
nutrient d.d nafsu Nutrisi makan
makerkurang 2. Monitor BB
3. Kolaborasi dalam O:
pemberian - Klien
suplemen makanan, makan habis
jika perlu ½ porsi
- IMT =
17,7 ( BB
Rendah)
- Diit Lunak

A : Defisit Nutrisi
belum teratasi

P : Lanjutkan
Manajemen
Nutrisi

47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan yang dilakukan oleh
kelompok tentang asuhan keperawatan pada Tn. D dengan Abses Hepar yang
dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 12 November sampai dengan 14
November 2021 di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
ditemukan masalah keperwatan yaitu Nyeri akut b.d agen cidera fisik (abses) d.d
merintih nyeri dan gelisah dan Intoleransi aktifitas b.d imobilitas d.d bantuan saat
beraktifitas. Masalah keperawatan yang ditemukan dirumuskan oleh kelompok
menjadi diagnose keperawatan

Adapun perencanaan yang diberikan pada klien Tn. D dengan Abses


Hepar tidak seluruhnya sama dengan perencanaan yang ada menurut teori, karena
kelompok membuat perencanaan yang hanya disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan dari klien itu sendiri. Diagnosa keperawatan tersebut oleh kelompok
dilakukan implementasi keperawatan selama 3 hari

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang
Makalah ini dapat memberikan masukan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa Abses Hepar
2. Bagi Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk memperbanyak sumber-
sumber perpustakaan dengan diagnosa medis Abses Hepar
3. Bagi Mahasiswa/Mahasiswi
Untuk menambah wawasan, ilmu dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Abses Hepar

48
49
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes marilyn e, et all (2010). Nursing care planning, ed. 8. Jakarta: EGC
Aru W. Sudoyo, B. S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam (2 ed., Vol III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Guyton. 2012. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi. Jakarta:
Buku Kedokteran.
Prince & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi:
6. Jakarta: EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosa keperawatan Indonesia.


PPNI. (2018). Setandar Intervensi keperawatan Indonesia.
PPNI. (2019). Setandar Luaran Keperawatan Indonesia.

50

Anda mungkin juga menyukai