Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


CITRA TUBUH

DOSEN: Yunita Amalia, S.Kep. Ns.,M.Tr.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 2


ROMI WAHYUDI
MUKARROMAH
NOVI MURAHMAWATI
ROQIB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB

SAMPANG PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
komplementer.
Perkenankanlah kami menyampaikan terima atas tugas yang diberikan
sehingga menambah wawasan kami,demikian pula kepada teman-teman yang
turut memberi sumbang saran dalam penyelesaian makalah sebagaimana yang
kami sajikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami yang memohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
KONSEP GANGGUAN CITRA TUBUH..............................................................3
2.1 Definisi Citra Tubuh......................................................................................3
2.2 Perkembangan Model Citra Tubuh...........................................................5
2.3 Komponen Citra Tubuh..............................................................................6
2.4 Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Perkembangan Kepribadian.............7
2.5 Etiologi..........................................................................................................8
2.6 Gangguan Citra Tubuh.............................................................................10
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh.................................12
2.8 Negatif  Dan Positif Citra Tubuh.............................................................13
2.8 Manifestasi Klinis Citra Tubuh................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI..............................14
( CITRA TUBUH )................................................................................................14
3.1 Pengkajian..................................................................................................14
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................14
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................14
3.4 Evaluasi.......................................................................................................17
BAB IV..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
4.1 Kesimpulan.................................................................................................19
4.2 Saran...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan
salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa
membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini
tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat 'isi' ataupun hal-hal lain di
luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang cenderung
melihat penampilan fisik ataupun tampilan luar saja.
Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat
orang yang memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang
yang 'dekil', kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang
penting dan merupakan hal yang paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang
langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot,
tinggi besar, 'keras' bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika
dibandingkan dengan tubuh yang 'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh
gemuk yang buruk, 'malas' dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin
memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang, yang menandakan
kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya diri dan
menarik.
Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk
menarik perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku
hewan yang dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa binatang
jantan maupun betina mengalami perubahan fisiologis yang terjadi tanpa
disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama lain. Perilaku
yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan
tidak bisa dijelaskan, perilaku-perilaku ini kemungkinan besar merupakan
bawaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep tentang citra tubuh?
2. Jelaskan asuhan keperawatan tentang konsep diri yaitu citra tubuh?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang konsep citra
tubuh.
2. Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan
keperawatan tentang citra tubuh

2
BAB II
KONSEP GANGGUAN CITRA TUBUH
2.1 Definisi Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran, fantasi, dan pemaknaan
individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang dimiliki yang merupakan
bagian dari komponen gambaran diri dan dasar representasi diri (Cash dan
Pruzinsky, 1990).
Schilder mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh
individu yang terbentuk dalaam pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran
tubuh individu menurut individu itu sendiri (Glesson & Frith, 2006).
Citra tubuh adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita.
Gambaran mental ini meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual
(ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan
komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana
perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku) (Rudd dan Lennon, 2000).
Citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap
tubuhnya (Grogan, 1999).
Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental
seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang
mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira
penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan
rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual,
namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan
orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta

3
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo,
2004).
Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi
tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap
diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,
terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan
pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara
dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut
mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,
baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain,
citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak
yang ditujukan terhadap dirinya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
merupakan gabungan dari gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran, perasaan,
pemaknaan, dan persepsi serta ealuasi seseorang mengenai tubuhnya yang
meliputi bentuk, ukuran, berat, karakteristik, dan performansi tubuh. Individu
dapat memiliki penilaian positif maupun negatif terhadap citra tubuh diri.
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek
psikologis individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon
orang lain  terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu
terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh
akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan
meningkatkan harga diri.

4
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya
dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin,
2008).
2.2 Perkembangan Model Citra Tubuh
Pemikiran bahwa tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak
dipengaruhi oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika
mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan.
Individu mendapat pesan bahwa dengan melakukan diet dan olahraga yang
cukup, segala sesuatu bisa diatasi. Perempuan terkhususnya mendapat pesan
bahwa dengan tubuh yang sempurna, pekerjaan dan kehidupan pribadinya
akan sukses (Barnard, 1992).
Standard kecantikan tubuh terus menerus berubah. Setiap zaman
memiliki model citra tubuh tersendiri. Seiring dengan berubahnya gambaran
tentang kecantikan, tubuh wanita juga diharapkan berubah sesuai dengan
gambaran tubuh yang ideal pada zaman tersebut. Cohen (2001) memberikan
gambaran tentang perubahan model citra tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi dan politik di Amerika, yaitu;
1. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar,
kuat, dan sangat subur.
2. Pada abad ke-19, tubuh ideal wanita, yaitu tubuh yang lemah, lesu, dan
pucat.
3. Pada abad ke-20, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa
kali yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta
sangat kurus dengan payudara yang besar.
4. Pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang
kurus, seperti seorang model, Tubuh yang kurus menjadi standard
ideal Tidak jarang wanita melakukan sedot lemak untuk membuat
bagian pinggul dan bokong terlihat lebih kurus.
Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard
ideal tubuh yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi
para wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal

5
yang ditunjukkan oleh media di Indonesia saaat ini, yaitu tubuh yang
langsing dan berkulit putih bersih.
2.3 Komponen Citra Tubuh
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra
tubuh. Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima
komponen citra tubuh, yaitu :
1. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian
individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah
menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.
2. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu
terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
3. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu
kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti
wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki),
tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
4. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu
kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat
badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan.
5. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu
persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari
kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan.
Berdasarkan pendapat Cash yang dikemukakan di atas mengenai
komponen citra tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa komponen citra tubuh
meliputi evaluasi dan orientasi individu terhadap penampilan tubuh, kepuasan
pada bagian tubuh tertentu, serta persepsi dan penilaian terhadap berat badan.

6
2.4 Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Perkembangan Kepribadian
Citra tubuh, yaitu perasaan individu yang bersifat subjektif terhadap
tubuh diteorikan sebagai komponen utama kepribadian (Freud dalam Rierdan
& Koff, 1997). Citra tubuh dianggap sebagai dasar dari perkembangan
kepribadian. Hal ini menyebabkan variasi dalam citra tubuh dihubungkan
dengan perbedaan individu dalam hal kepribadian dan pengalaman hidup.
Peto (dalam Rierdan & Koff, 1997), sebagai contoh, mengemukakan
teori bahwa perbedaan citra tubuh dihubungkan dengan perbedaan tingkat
harga diri dan tingkat depresi individu. Individu yang memiliki citra tubuh
positif cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi serta kecenderungan
depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang memiliki citra
tubuh negatif.
Sejalan dengan itu, Keliat (1992) menyatakan bahwa citra tubuh
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang
realistis terhadap diri serta kemampuan menerima keadaan tubuh akan
membuat individu terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri
individu. Pernyataan ini dikuatkan dengan penelitian oleh Casper & Offer
(1990) bahwa pada wanita, keinginan untuk mengubah tubuh dan penampilan
diasosiasikan dengan menurunnya tingkat harga diri. Hal ini bisa mendorong
munculnya gangguan makan.
Dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa berkembang menjadi
patologis, seperti anorexia atau bulimia (Casper & Offer, 1990). Persepsi
negatif terhadap tubuh membuat wanita tidak bisa menghargai diri mereka
sendiri. Wanita yang fokus hanya fokus pada tubuhnya tidak akan mampu
menggunakan energinya untuk aspek lain dalam hidupnya. Usaha yang terus
menerus untuk mencapai tubuh yang ideal bisa menimbulkan obsesi terhadap
makanan. Selain itu, timbul masalah psikologis lainnya, seperti mudah marah,
merasa gagal dan inferior, masalah ingatan, kecemasan, dan gangguan
penyesuaian (Barnard, 1992).

7
Berscheid (Papalia & Olds, 2004) menyatakan bahwa wanita yang
memiliki persepsi positif terhadap citra tubuh lebih mampu menghargai
dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang degan
kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Dacey dan Kenny (1994)
mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap citra tubuh akan
menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan
membangun hubungan yang positif dengan remaja lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
individu memiliki pengaruh terhadap kepribadian. Individu yang memiliki
citra tubuh positif cenderung memiliki kepribadian sehat yang diasosiasikan
dengan peningkatan kualitas hidup, seperti peningkatan harga diri,
kepercayaan diri, dan kesehatan mental. Sebaliknya, individu yange memiliki
citra tubuh negatif cenderung mengembangkan kepribadianya yang tidak
sehat, seperti penurunan harga diri, kemampuan interpersonal yang buruk,
bahkan dalam banyak kasus berkembang menjadi patologis, seperti anorexia
dan bulimia.
2.5 Etiologi
Kondisi  Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik
yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh :
1. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. Pembedahan kardiovaskuler
e. Pembedahan leher radikal
b. Laringektomi
2. Amputasi pembedahan atau traumatik
a. Luka bakar
b. Trauma wajah

8
3. Gangguan makan
a. Anoreksia nervosa
b. Bulimia
4. Obesitas
5. Gangguan muskuluskeletal
a. Atritis
6. Gangguan integumen
a. Psoriasis
b. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
7. Lesi otak
a. Cerebrovaskular accident
b. Demensia
c. Penyakit parkinson
8. Gangguan afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
9. Gangguan endokrin
a. Akromegali
b. Sindroma chusing
10. Penyalahgunaan bahan kimia
11. Prosedur diagnostik
12. Kehilangan atau pengurangan fungsi
a. Impotensi
b. Pergerakan/kendali
c. Sensori/persepsi
d. Memori
13. Terapi modalitas
a. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi,
dialisis).
b. Kemoterapi

9
14. Nyeri
15. Perubahan psikososial atau kehilangan
a. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
b. Dukungan orang terdekat
c. Perceraian
d. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
e. Translokasi/relokasi
16. Respon masyarakat terhadap penuaan   (agetasim)
a. Umpan balik interpersonal negatif
b. Penekanan pada produktivitas
17. Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)
2.6 Gangguan Citra Tubuh
Citra tubuh membangun sebuah kompleks yang didefenisikan oleh
kita “persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh” yang
tertanam dan dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya
menyediakan rasa diri, citra tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita
berpikir, bertindak dan berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba
perubahan dalam satu penampilan fisik sebagai hasil dari pekerjaan yang
berhubungan dengan amputasi dapat hadir signifikan dan kompleks
sebagai  tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran
diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah
perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran
negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas,
mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan
menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat
mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi
sosial (Wald & Alvaro, 2004).

10
Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi
atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah
secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma
atau penyakit. Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan
ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga
menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti
penurunan pola makan atau usaha bunuh diri (Kozier, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat
dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk
mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan
bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian
yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota
penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan
dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa
shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau
penerimaan).
2. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan
dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri.
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak
berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa
kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku
kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber
daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.

11
2. Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau
dengan keras menolak bantuan.
Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan
komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai
pendukung bagi yang lain.
2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan
sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa
(menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu,
sikap dan nilai kultural dan sosial jugamempengaruhi citra tubuh. Pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting
pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya,
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa
aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses
tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal
seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih
besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter
& Perry, 2005).

12
2.8 Negatif  Dan Positif Citra Tubuh
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah
mengenai bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh
individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik
dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan
pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir
akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya
(Dewi, 2009).
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar
tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan
individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil
dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu
merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak
membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.
Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi,
2009).
2.8 Manifestasi Klinis Citra Tubuh
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI
( CITRA TUBUH )
3.1 Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain.
Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera
tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu
mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh
secara efektif (Keliat, 1998).
3.2 Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa
potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual. Beberapa diagnosa gangguan citra
tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek
pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul
diantaranya:
1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi social : menarik diri
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh
adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta
pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan
citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang
dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung
lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri
(Keliat, 1998).

14
Diagnosa : gangguan citra tubuh
 SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan
saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra
tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Gunakan protese, wig,Gunakan protese, wig,kosmetik atau yg
lainnya sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap.
10. Susun jadual kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan
sosial.keluarga dan sosial.

15
12. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran pentingbaginya.
13. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

 SP keluarga
Tujuan umum :
Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tujuan khusus :
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra
tubuhmasalah gangguan citra tubu.
5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu
mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
pasien dan memberikan pujian atas keberhasilan nya .keberhasilan
nya.
 Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk  memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.Memberikan pujian
atas keberhasilan pasien.

16
3.4 Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien
dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan
sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara
berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh,
memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat,
memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan
perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan
rekonstruksi (Keliat, 1998). Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh
melalui proses seperti berikut:
1. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan
stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah
ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan
mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi
untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari
dari kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka pasien
menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan
dalam perawatannya.
3. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar
akan kenyataan maka respon kehilangan/berduka muncul.

17
Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan
citra tubuh yang baru.
4. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai
beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan
perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera
mungkin dilatih (Keliat, 1998).

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan
tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain,
citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak
yang ditujukan terhadap dirinya.
4.2 Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya,
sehingga jika ada  ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat
individu merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil
untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan
pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan
terhadap citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter%20II.pdf
Susilawati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Stuart, Gail W. 2002. Buku Saku Keperawatn Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W dan Sandra J. Sundeen. 2002. Buku Saku Keperawatan
Jiwa Edis . Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai