Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat.
Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem
kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta
tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan
pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif
segenap anggota masyarakat (Suryandari, 2008).

Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia


yang harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu memberikan
perlakuan yang sama kepada warganya dalam pelayanan kesehatan maupun
pelayanan publik lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan status
ekonomi rendah (Susanto dan Mubasysyir, 2006). Peningkatan pelayanan
kesehatan diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan masyarakat lebih
tinggi sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara
ekonomi maupun sosial sehingga tercipta masyarakat sehat secara
keseluruhan.
Pembangunan sosial ekonomi harus sejalan, karena dengan adanya
peningkatan kesehatan masyarakat saja tanpa adanya upaya memerangi
kemiskinan akan memperlambat penurunan angka kematian di masa
mendatang yang memang sangat erat hubungannya dengan bidang kesehatan

1
tersebut. Aspek ekonomi seperti pendapatan merupakan syarat utama untuk
dapat menikmati fasilitas kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain,
tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai, dan mutu
makanan yang di konsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan
terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang
berkaitan (Rahmi, 2008).
Keadaan faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia, seperti pendidikan, pekerjaan dan tingkat
pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga (Yulia, 2009). Tingkat
pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat.
Pendidikan masyarakat yang rendah membuat mereka sulit diberi tahu
mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan sanitasi lingkungan perumahan
dalam mencegah terjangkitnya penyakit menular. Dengan sulitnya mereka
menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya
pencegahan penyakit menular (BPS, 2011). Jenjang pendidikan yang banyak
ditamatkan di kecamatan ini adalah pendidikan Sekolah Dasar/ sederajat
berjumlah 3.784 orang, dan Sekolah Menengah Pertama 1.245 orang.
Hal ini dapat dikatakan rendahnya tingkat pendidikan di kecamatan
tersebut, kemungkinan masyarakat banyak bekerja pada sektor informal,
sehingga pendapatan yang diperoleh rendah, dan dalam melengkapi
kebutuhan akan makanan lebih sehat yang dikonsumsi sehari-hari sangat
jarang. Kebutuhan anggota keluarga akan makanan berbeda-beda tergantung
dari struktur umur. Menurut Akmal (2001), distribusi kebutuhan pangan
dalam keluarga tidak merata, artinya setiap anggota keluarga tersebut
mendapat jumlah makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya,
menurut umur dan keadaan fisiknya. Zat gizi yang diperlukan oleh anak-anak
dan anggota keluarga yang masih muda pada umumnya lebih tinggi dari
kebutuhan orang dewasa, tetapi kalau dinyatakan dalam kuantum absolut,
anak-anak tentu membutuhkan kuantum makanan yang lebih kecil
dibandingkan dengan kuantum makanan yang diperlukan oleh orang dewasa
(BPS, 2011).

2
Keadaan lingkungan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian,
karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan
hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model
penyakit (Taringan, 2004). Lingkungan yang bersih akan terbebas dari
serangan penyakit, sehingga bagi lingkungan yang bersih tersebut akan
terhindar dari penyakit, dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
menggunakan pelayanan kesehatan.
Pekerjaan seseorang juga merupakan suatu determinan risiko dan
determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta
merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja
(Widyastuti dalam Wulandari, 2009). Mereka yang bekerja pada sektor
formal akan memperoleh pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan mereka yang bekerja disektor informal. Besarnya pendapatan yang
diterima akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang, karena mereka dapat
membeli makanan yang lebih sehat sehingga kesehatan mereka dapat
terbebas dari penyakit.

B. Tujuan
a. Mengetahui Definisi ekonomi kesehatan
b. Mengetahui Teori ekonomi dan kesehatan.
c. Mengetahui hubungan ekonomi dengan kesehatan
d. Mengetahui evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan.

C. Manfaat
a. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis
b. Sebagai bahan pengetahuan bagi para pembaca
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ekonomi Kesehatan

3
1. Definisi Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam
terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian
juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan, tempat tidur kesehatan
meningkat. Karena itu sumber daya kesehatan harus digunakan dengan
efisien dan berkeadilan (equitable).(Murti,2011)
Ekonomi juga dipelajari pada berabgai tingkatan. Kita dapat
mempelajari kepututsan rumah tangga dan perusahaan, atau kita dapat
mempelajari interaksi rumah tangga dan perusahaan pada pasar barang
dan jasa tertentu. Kita juga dapat mempelajari operasi perekonomian
sebagai suatu keseluruhan, yang hanyalah merupakan jumlah dari
segala kegiatan para pembuatan kepututsan ini pada semua pasar yang
ada. (N.G. Mankiw,2006)
Menurut Lubis (2009) secara garis besar teori ekonomi dapat dibagi
atas dua yaitu:
a. Micro Economics
Merupakan sesuatu yang spesifik dan merupakan sesuatu yang
didefinisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis
bagian-bagian yang kecil dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal
yang dianalisis adalah bagian dan sistem ekonomi seperti: Perilaku
konsumen, Supply, Demand, Elastisitas Supply dan Demand, pasar
dan sebagainya.
b. Macro Economics
Merupakan sesuatu yang bersifat Agregat dan merupakan analisis
atas seluruh kegiatan perekonomian. Analisis bersifat global dan
tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh
unit-unit kecil dalam perekonomian. Menganalisis kajian sektor-
sektor kesehatan dan hubunganya dengan pembangunan ekonomi.
Yang termasuk didalamnya antara lain: Fiskal dan moneter
terhadap pembiayaan kesehatan, Kebijakan kesehatan dan lain-lain.
2. Ilmu Ekonomi

4
Ilmu Ekonomi menurut Samuelson (1995) adalah ilmu mengenai
pilihan yang mempelajari bagaimana orang memilih sumber daya
produksi yang langka/terbatas, untuk memperoduksi berbagai komoditi
dan mendistribusikannya keanggota masyarakat untuk
dikomsumsi.Ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai bagaimana
individu atau masyarakat, dengan atau tanpa uang menggunakan
sumberdayayang terbatas dengan berbagai pilihan penggunaannya,
untuk keperluan konsumsi saat ini atau dimasa mendatang. Ilmu ini
mengkaji semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber
daya yang ada.
Definisi ini tidak terbatas hanya pada kegiatan yang berkaitan dengan
manusia saja, akan tetapi dapat diterapkan pada semua kegiatan yang
menghadapi keterbatasan atau kelangkaan sumber daya sehingga
pilihan harus ditentukan. Oleh karena itu sering dijelaskan bahwa
ekonomi adalah suatu ilmu mengenai keterbatasan atau kelangkaan
sumber daya dan penentuan pilihannya. Batasan tersebut terlihat pada
analisis untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber
daya dan pilihannya. Bidang dari ilmu ekonomi ini disebut
dengan Positive economics.
Positive Economics vs Normative Economics
Positive economics merupakan bidang yang berkaitan dengan “Apa
yang terjadi”, atau “apa yang telah terjadi”, dan “Apa yang akan
terjadi”. Positive Ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat
deskriptif, mempelajari tentang bagaimana komoditas diproduksi,
didisitribusi, dikonsumsi dalam keterbatasan sumber daya.Disamping
itu ada lagi yang disebut dengan Normative Economics, yaitu bidang
ilmu ekonomi yang lebih banyak membicarakan tentang “apa yang
seharusnya terjadi”, bukan apa yang terjadi. Normative
economics selalu berkaitan dengan norma-norma atau standar yang
harus diterapkan, biasanya ketidaksesuaian mengenai hal-hal normatif
akan sulit diatasi dengan mempergunakan observasi empiris.

5
Normatif ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat perspektif,
mempelajari bagaimana menentukan yang seharusnya. Misalnya hal
mengenai adanya pasar bebas bagi jasa pelayanan kesehatan
merupakan hal yang berkaitan dengan Normative economics, bila
berhubungan dengan nilai kebebasan konsumen untuk
memilih. Sedangkan Positive economics bila berkaitan dengan
bagaimana perilaku pasar bebas dan bagaimana praktek sehari-hari.
Walaupun Positive Economics tidak menentukan bagaimana
seharusnya sesuatu dilaksanakan, akan tetapi bidang ini tetap penting
bagi pembuatan kebijaksanaan. Misalnya sebagai pedoman dalam
memperkirakan akibat dari berbagai tujuan dan kebijaksanaan yang
telah dipilih.
Menurut UU kesehatan tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor
kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut:
a. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan
b. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan
c. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan
kesehatan
d. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
e. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan
pada individu dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)
Ilmu ekonomi kesehatan merupakan ilmu-ilmu sosial yang berarti
tidak bebas nilai, dan merupakan salah satu cabang dari ilmu
ekonomi seperti halnya cabang lainnya seperti ilmu ekonomi
lingkungan, welfares economics dan sebagainya.

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan status
kesehatan akan terlihat pada gambar di bawah ini:

3. Ekonomi Kesehatan
Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor
kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut :
a. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehtan.
b. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan.
c. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan
kesehatan.
d. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
e. Dampak upaya pencegahan , pengobatan dan pemulihan kesehatan
pada individu dan masyarakat.
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu
merupakan aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum
ekonomi kesehatan akan berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada 4
bidang yang tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu :
a. Peraturan (regulation)
b. Perencanaan (planning)
c. Pemeliharaan kesehatan ( the health maintenance ) atau organisasi
d. Analisis Cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer
(dalam hal ini pasien / pengguna pelayanan kesehtan) provider ( yang
merupkan profesional investor, yang terdiri dari publik maupun
private), pemerintah ( government).
Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan
pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
terutama yang menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas.

7
Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang kesehtan, maka
kegiatan yang akan di laksanakan harus memenuhi kriteria efisiensi
atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective. Ada kalanya
menerapkan ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient,
sedangkan pada kesehatan adalah interest-individu.
PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah
penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor kesehatan, ketikan
sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang
tersedia (khususnya dana) semakin hari semakin jauh dari mencukupi.
Keterbatasan tersebut mendorong masuknya disiplin ilmu kesehatan
dalam perencanaan, managemen dan evaluasi sektoe kesehatan.
Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya
mendefinsikan ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari
suplai dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak
sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja
definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari
dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena
terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan
mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi
mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh:
a. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang
tersebut karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup,
memperoleh penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan
yang lebih baik memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang
lebih produktif.
b. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan
ancaman bagi orang lain.
c.Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang
lain. Misalnya, AIDS

8
d. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit
akan menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan
perumahan yang buruk bagi keluarga
e.Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga
yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan
dari pekerjaan
f. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan
produktivitas
Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat
bagi individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan
yang lebih baik. Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan
produktivitas, meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara (Murti,2011).
4. Hubungan ekonomi dengan kesehatan
Terdapat kaitan yang sangat siginifikan dan tidak dapat dipisahkan
antara ekonomi dan kesehatan. Bidang ekonomi akan mendukung
keberhasilan kesehatan, dalam hal ini menyediakan sarana dan
prasarana yang mutlak dibutuhkan bagi kemajuan bidang kesehatan.
Apabila pendapatan baik negara maupun keluarga meningkat karena
keberhasilan pembangunan bidang ekonomi maka akan dapat
menyediakan dana yang cukup untuk membangun fasilitas kesehatan
serta meningkatkan kemampuan membeli pelayanan kesehatan.
Sebaliknya, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan akan
mendukung keberhasilan ekonomi karena adanya kenaikan
produktivitas penduduk. Seperti diketahui, keberhasilan bidang
kesehatan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas penduduk itu sendiri.
a. Taraf ekonomi tinggi, penyakit tidak menular
Sebaliknya, penyakit tidak menular terdapat banyak pada
masyarakat dengan status ekonomi sosial tinggi, sehingga berstatus
gizi tinggi, keadaan kesehatan lingkungan baik, penyakit menular

9
rendah, angka kematian bayi rendah, usia harapan hidup
tinggi,sehingga penyakit usia lanjut yang tidak menular menjadi
tetap tinggi, demikianlah siklus penyakit tidak menular menjadi
lengkap.
Melihat bahwa penyakit selalu didapat pada berbagai taraf
perkembangan ekonomi masyarakat, yakni dari yang masih sedang
berkembang sampai yang telah maju, timbul pertanyaan, apakah
ada manfaat dari suatu perkembangan ekonomi dilihat dari segi
kesehatan? Penyakit tampaknya selalu ada, hanya polanya yang
berbeda. Dengan kata lain, dapat pula dipertanyakan apakah ada
manfaat pemberantasan penyakit menular, apabila nantinya hanya
akan diganti saja oleh yang tidak menular.
Untuk dapat memahami keuntungan yang diperolah dari segala
usaha masyarakat yang ingin maju, perlu dikembalikan
persoalannya pada populasi masyarakat yang diserang penyakit
tersebut. Pada penyakit menular, anak-anaklah yang diserang,
sedangkan pada penyakit tidak menular, kebanyakan adalah orang
yang sudah tua. Dengan demikian dapat difahami, behwa
menurunkan kematian diantara anak-anak merupakan suatu
keuntungan, karena anak itu merupakan investasi masyarakat yang
tentunya diharapkan dapat hidup sampai dewasa dan dapat
mengembalikan investasi yang ditaruh padanya, atau bahkan dapat
memberi keuntungan pada masyarakatnya.
Bagi negara yang telah maju, dimana masyarakatnya dapat hidup
lebih lama, maka tentunya pengembalian investasi dapat
terlaksana. Selain itu, kesehatan merupakan pra-syarat utama bagi
meningkatkan produktifitas masyarakat. Bahwa pada akhirnya
populasi yang tua ini menderita penyakit yang bersifat tidak
menular, tampaknya wajar saja. Namun hal ini masih pula dapat
dipertanyakan, apakah perubahan pada perilaku (lingkungan sosial)
dapat mencegah terjadinya ataupun mengurangi insidensinya.

10
Sebagai contoh, menghentikan merokok dapat mengurangi
insidensinya carcinoma paru-paru di antara populasi tua; olah raga
dapat memelihara kebugaran jasmani manula.

b. Taraf ekonomi rendah, penyakit menular

Pola penyakit di Indonesia ini setara dengan negara-negara lain


yang berpenghasilan kurang lebih sama. Hal ini tampak jelas
apabila ditelaah keadaan penyakit di berbagai negara; ternyata
bahwa, negara tergolong ‘miskin’ banyak menderita penyakit
menular, sedangkan negara yang tergolong ‘kaya’, banyak
menderita penyakit tidak menular. Keadaan seperti ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Negara / masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi rendah,


keadaan gizinya rendah, pengetahuan tentang kesehatannyapun
rendah, sehingga keadaan kesehatan lingkungannya buruk dan
status kesehatannya buruk. Didalam masyarakat sedemikian akan
mudah terjadi penularan penyakit, terutama anak-anak yang
merupakan golongan yang peka terhadap penyakit menular.
Sebagai akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia
harapan hidup pendek. Keadaan ini juga mendukung tingginya
angka kelahiran, sehingga terdapat populasi yang muda; jadi
tergolong populasi dengan resiko tinggi terhadap penyakit menular,
sehingga penyakit menular terus-menerus terdapat, dengan
demikian siklus penyakit menular menjadi lengkap.

11
5. Evaluasi Ekonomi dalam Kerentanan Peran Ekonomi Terhadap
Pelayanan Kesehatan
Lubis (2009) menyebutkan bahwa teknik evaluasi ekonomi mampu
menyediakan berbagai cara untuk menanggulangi masalah dengan
menggunakan berbagai pertimbangan pilihan masyarakat. Evaluasi
ekonomi mempunyai peranan penting dalam menanggulangi berbagai
masalah manajemen, penekanannya terletak pada penentuan
bagaimana penyediaan pelayanan kesehatan yang terbaik, bukan
penentuan prioritas dalam investasi. Masalah teknis yang selalu terjadi
dalam evaluasi ekonomi adalah kurangnya informasi dan satuan dari
dampak pelayanan kesehatan. Masalah lain yang timbul adalah adanya
perbedaan pendapat mengenai teknik yang digunakan dan perbedaan
tentang strategi Primary Health Care (PHC).
Secara selektif, PHC dianggap pelayanan yang paling efektif dari segi
biaya dengan menggunakan teknik CBA.
Dalam mengatasi kerentanan peran ekonomi terhadap masalah
kesehatan . adapun Langkah – langkah yang harus dilalui dalam
mengatasi kerentanan ekonomi dalam pelayanan kesehatan adalah :
a. Identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga
tidak menimbulkan kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan
kesehatan masyarakat dan konsekuensinya.
b. Perhitungan biaya dan konsekuensi tersebut. Hal ini berkaitan
dengan dampak terhadap status kesehatan dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Pendekatan yang biasa dipakai adalah
penggunaan indikator kesehatan secara umum, yaitu tahun
penyesuaian hidup berkualitas (quality adjusted life years) dan hari
kehilangan hidup dalam keadaan sehat ( healthy days of life lost)
dan pemilihan unit of effect yang sesuai dengan luaran antara;
c. Penilaian dan pengukuran biaya tersebut serta konsekuensinya
dengan konsep opportunity cost dan teknik shadow pricing.

12
d. Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda,
misalnya program pencegahan yang memiliki dampak yang lama,
hasilnya tidak dapat dilihat langsung seperti program pengobatan
penyakit. Untuk itu dilakukan metode discounting dengan asumsi
bahwa orang lebih menyukai manfaat yang cepat diperoleh dari
pada yang lama.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
berdasarkan langkah tersebut adalah:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia untuk diteliti
b. Adanya suatu pilihan yang jelas dalam penggunaan sumber daya
yang akan dievaluasi;
c. Penggunaan teknologi yang cukup dikenal sebagai dasar dalam
menentukan pilihan
d. Tersedianya waktu yang cukup untuk penelitian dan
e. Mengambil keputusan diharapkan dapat menerima hasil penelitian
dan tidak berubah – ubah fikiran.
6. Tipe Keluarga yang mempengaruhi peran ekonomi keluarga
Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap :
a. Keluarga Pra-sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan
dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah
satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :
1) Melaksanakan ibadah

13
2) Makan 2x sehari atau lebih
3) Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan
4) Lantai rumah bukan dari tanah
5) Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur ingin ber-KB
dibawa ke sarana kesehatan)
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :
1) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I ( lihat diatas)
2) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
3) Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x
dalam seminggu
4) Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir
5) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang
6) Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir
7) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai
penghasilan tetap
8) Bisa baca tulis latin bagi setiap anggota keluarga yg berumur
10 – 60 tahun
9) Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah
10) Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini
memakai kontrasepsi
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan

14
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang
maksimal kepada masyarakat secara teratur dalam bentuk material
dan keuangan, juga berperan serta aktif menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan dan lain-lain.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:
1) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II (lihat diatas)
2) Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah
pengetahuan agama
3) Keluarga mempunyai tabungan
4) Makan bersama paling kurang sekali sehari
5) Ikut serta dalam kegiatan masyarappggota keluarga mampu
menggunakan sarana transportasi
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik
yang bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun
pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang
nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:
1) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III (lihat diatas)
2) Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat
3) Aktif sebagai pengurus yayasan/panti
Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan
Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan
Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera I (KS I).
Indikator Keluarga Miskin ;
1) Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih
2) Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling
kurang 1x dalam seminggu

15
3) Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4) Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali
5) Luas lantai tiap penghuni rumah kurang dari 8 M2 perorang
6) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas tidak mempunyai
penghasilan tetap
7) Anak usia sekolah (7-15 tahun) tidak bersekolah
8) Lantai rumah dari tanah
9) Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur ingin ber-KB tidak bisa
dibawa ke sarana kesehatan)

B. Makna Peran Ekonomi terhadap Keluarga Berencana Meningkatkan


Kesejahteraan Ekonomi Keluarga

2. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan


jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Sulistyawati, 2013).

3. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil


sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan
yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak

16
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto,
2002).

4. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) g. Penyelenggaraan


pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

5. Makna Peran Ekonomi Terhadap Keluarga Berencana Dalam


Meningkatkan kesejahteraan Ekonomi Keluarga

Keluarga berencana secara luas diakui sebagai salah satu intervensi


kesehatan yang paling efektif biaya. Dasawarsa penelitian telah
menunjukkan bahwa investasi sederhana dalam keluarga berencana dapat
menyelamatkan jiwa dan secara dramatis meningkatkan kesehatan ibu dan
anak. Ada dorongan yang tumbuh dalam komunitas pembangunan untuk
memprioritaskan ulang keluarga berencana karena peran lintas sektoral
yang dimainkannya dalam mencapai tujuan pembangunan yang lebih luas,
termasuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) dan pengurangan
kemiskinan. Meskipun tampaknya intuitif yang membantu perempuan
menghindari yang tidak diinginkan. kehamilan akan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi mereka, data untuk menilai hubungan ini cukup
terbatas. Hasil penelitian dari Bangladesh menunjukkan bahwa, selain

17
berkontribusi pada kesehatan yang lebih baik, keluarga berencana
merupakan komponen penting dari pembangunan berkelanjutan dan
pengentasan kemiskinan.

Penelitian terbaru pada program Keluarga Berencana Terpadu dan


Kesehatan Anak Ibu (FPMCH) di Matlab, Bangladesh, menunjukkan
bahwa keluarga di masyarakat di mana program tersebut dilaksanakan
menjadi lebih sehat dan lebih kaya dari waktu ke waktu daripada keluarga
yang tinggal di komunitas serupa tetapi hanya menerima Departemen
Layanan kesehatan. Keluarga yang menerima layanan FPMCH melalui
program mengalami manfaat kesehatan selain pendapatan yang lebih
besar, akumulasi kekayaan yang lebih besar, dan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi.

Pendidikan membantu mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan


literasi dan mempersiapkan siswa untuk pekerjaan dengan gaji yang lebih
baik. Pendidikan bukan bagian dari program FPMCH, tetapi pendapatan
keluarga yang lebih besar di daerah program mungkin telah membantu
keluarga-keluarga ini mendapatkan lebih banyak manfaat dari kesempatan
pendidikan. Meskipun manfaat pendidikan agak bervariasi untuk anak
laki-laki dan perempuan, menurut umur dan apakah ibu seorang gadis
telah bersekolah, anak-anak di daerah program umumnya lebih mungkin
untuk terdaftar di sekolah dan telah mencapai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi daripada di kelompok pembanding.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
lmu ekonomi berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama yang
menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan
diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, maka kegiatan
yang akan dilaksanakan harus memenuhi kriteria efisiensi, atau apakah
kegiatan tersebut bersifat Cost Efective.

Ekonomi positif mempelajari berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas


ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk menyatakan
bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan
ekonomi negatif mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi, dengan mencoba

19
memberikan penilaian baik atau buruk berdasarkan pertimbangan subjektif.
Ruang lingkup ekonomi makro di bidang kesehatan yaitu menelaah sektor
ekonomi secara makro/menyeluruh (global) serta hubungannya secara timbal
balik dengan sektor lain, menganalisa pengaruh kebijakan dan implementasi
pembangunan sektor lain terhadap kesehatan. Dan ruang lingkup ekonomi
mikro di bidang kesehatan yaitu menelaah aspek produksi (supply) dan aspek
konsumsi (demand) pelayanan kesehatan.
Ciri-ciri sector kesehatan yaitu kejadian penyakit tidak terduga, consumer
ignorance, sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak, eksternalitas, padat
karya, mix output, upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi, restriksi
berkompetisi

B. Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bureau, 2010. Family Planning Improves the Economic Well-Being of Families


and Communities. Bangladesh

Gribble, 2009. Family Planning and Economic Well-Being. Policy Brief

20
Sayanda, 2013. Keluarga Berencana. Jakarta

Soerjono Soekanto. Sosiologi Keluarga tentang Ikhawal Keluarga, Remaja dan


Anak. PT.Rineka Cipta , Jakarta 2004.

Tjiptoherijanto, Prijono (2008), Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

William J. Goode, Sosiologi Keluarga..Jakarta Bina Aksara. 1983.

21

Anda mungkin juga menyukai