Secara universal disabilitas masih menjadi masalah yang besar bagi semua negara
terutama untuk negara berkembang termasuk Indonesia sehingga berdampak terhadap
pemerintah daerah Kota Malang, yang dimana pemerintah daerah harus bisa menghadapi
permasalahan perlindungan untuk para penyandang disabilitas karena para penyandang
disabilitas masih minim memiliki tempat yang layak bagi meraka.
Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas berujung pada penempatan yang tidak
adil bagi penyandang disabilitas yang dimana para penyandang disabilitas terkucilkan dari
beberapa aspek baik dari pergaulan sampai pekerjaan. Dengan dikucilkannya penyandang
disabilitas sebenarnya hak-hak mereka telah hilang yang harusnya mereka dapatkan. Apabila
masalah ini tidak segera ditangani oleh pemerintah daerah maka hal ini dapat menimbulkan
masalah sosial yang menjadi beban tersendiri bagi pemerintah daerah dalam jangka Panjang.
Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang memiliki beragam
gangguan seperti gangguan tehadap mental bahkan juga tedapat juga yang memiliki
gangguan fisik. Istilah penyandang disabilitas pun sangat beragam Kementerian Sosial
menyebut penyandang disabilitas sebagai penyandang cacat, kementerian pendidikan
nasional menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan
menyebut dengan istilah penderita cacat.1
Adapun beberapa istilah yang dikenal secara umum yang menjelaskan tentang mereka
yang memiliki keadaan caca tantara lain :2
a. Orang dengan disabilitas merupakandalam konvensi orang dengan disabilitas adalah
termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental intelektual, atau sensorik
dalam jangka waktu lama
b. Tuna daksa
Tuna daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro muskular dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, polio dan lumpuh.
c. Tuna netra
Tuna netra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan titik tunanetra
dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu buta total dan low Vision.
d. Tunawicara
1
Ana Laela Fatikhatul Choiriyah, Ken Ismi Rozana dan M. Khoirul Hadi al-Asy ari, menggagas Kota ramah Kaum
Difabel (Studi Analisis Perda Difabel Dikota Jember), Jember: FH UNIKAMA, 2017
2
Nur kholis Raefani, panduan anak berkelebihan khusus, ( Yogyakarta : Imperium, 2013), h. 17-19
Tunawicara merupakan keadaan dimana ia mengalami kesulitan dalam menggunakan
pikiran melalui bahasa verbal sehingga sulit dimengerti oleh orang lain. kelainan
bicara seperti ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu gangguan fungsi motorik
pada salah satu organ wajah yaitu bibir, atau karena disebabkan oleh ketidak
sempurnaan organ bicara.
Dari permasalahan diatas para penyandang disabilitas benar-benar perlu adanya alat
bantu yang membantu akesesibilitas bagi mereka yang membutuhkan kebutuhan alat bantu
seperti kursi roda di fasilitas publik untuk penyandang disabilitas daksa kaki dan lain
sebagainya. Tidak hanya membutuhkan kursi roda bagi penyandang disabilitas daksa kaki,
tetapi dari sektor trotoar yang dimana fungsi trotoar adalah untuk pejalan kaki baik itu
mereka yang normal maupun mereka yang diasbilitas bahkan untuk Pendidikan harus lebih
ditunjang lebih untuk para penyandang disabiltas.
Dari sekian banyaknya kebutuhan yang dibutuhkan oleh para penyandang disabilitas
harus ada faktor pendukung lainya yaitu pemberian rehabilitas social.
Rehabilitas social terdiri dari :
1. Motivasi
3
Thohari, Slamet. (2014). Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi Penyandang Disabilitas
di Kota Malang. Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
Dari segala permasalahan di Kota Malang terhadap para penyandang disabilitas,
mereka perlu sebuah motivasi yang belum diimplementasikan secara maksimal karena
tidak semua penyandang disabilitas di Kota Malang mendapatkan fasilitas rehabilitasi
sosial khususnya motivasi yang dikarenakan keterbatas anggaran.
2. Bimbingan mental
Di Kota Malang ini untuk melakukan bimbingan mental terhapap mereka yang
membutuhkan masih minim dilakukan atau diberikan oleh dinas social yang
dikarenakan anggaran dan waktu, yang dimana untuk memberikan bimbingan mental
ini harus dilakukan setiap hari.
3. Bimbingan keterampilan
Bimbingan keterampilan ini sangat berguna bagi mereka penyandang disabilitas
karena dengan keterampilan, mereka masih bisa menggunakan keterampilan yang
mereka punya selayaknya mereka yang non-disabilitas. Bimbingan disabilitas ini
dapat diimplementasikan melalui Lembaga disabilitas.4
4
Suyeno, Slamet Muchsin, Iik Sakinah. (2020). Implementasi Peraturan Daerah Tentang Perlindungan Dan
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas (Studi Pada Rehabilitas Sosial Disabilitas Kota Malang) Vol. 14, No. 3
5
MIftahul Umam Muhammad, Ridwan Arifin. (2019). Aksesibilitas kaum Difavel Dalam perlindungan
Hukumnya Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Vol. 18, No. 1