Anda di halaman 1dari 60

PANDUAN PENGAWASAN

TIM PENULIS JPPR

2014

i|Halaman
Diterbitkan oleh:
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)
Jl.Manggarai Utara 1, Rt.007 RW.001, No.H4, Manggarai, Tebet,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12850
Website: + www.jppr.or.id + www.pantaupemilu.org
Mail: seknas@jppr.or.id

Cetakan Pertama, 2014

Tim Penulis JPPR

Design Cover/Layout: SimpulMedia.Com

Jakarta: JPPR
vi +53 halaman, 14 x 21 cm

ii | H a l a m a n
PENGANTAR

Pemilihan Umum merupakan sarana untuk


merepresentasikan suara rakyat. Hak untuk dapat
berpartisipasi baik memilih maupun dipilih dalam proses
demokrasi yang ideal adalah hak dasar yang mencakup
semua aspirasi masyarakat pemilih, termasuk bagi pemilih
penyandang disabilitas.
Akan tetapi, setelah melalui beberapa pelaksanaan
Pemilu, perhatian dan pelayanan terhadap pemilih
penyandang disabilitas masih belum menjadi bagian
integral dari proses penyelenggaraan Pemilu. Antara
permasalahan aksesibilitas khususnya pada saat hari
pemungutan suara adalah penempatan lokasi TPS di lokasi
yang menyulitkan bagi pemilih tuna daksa, tidak tersedianya
alat bantu (template braille) bagi pemilih tuna netra dan
kurangnya bantuan dan layanan dari petugas TPS bagi
pemilih tuna grahita dan pemilih tuna rungu. Selain itu,
secara umum belum tersedia informasi mengenai Pemilu
dalam bentuk yang bisa diakses oleh pemilih penyandang
disabilitas antara lain dalam bentuk sosialisasi dengan
bahasa isyarat dan cetakan dengan huruf braille.
Persoalan lain adalah berkaitan dengan
penerjemahan peraturan kePemiluan terhadap pelayanan

iii | H a l a m a n
bagi pemilih penyandang disabilitas. Peraturan kePemiluan
yang tidak mengatur secara rinci tentang hak politik
penyandang disabilitas seringkali menjadikan
penyelenggara Pemilu (KPU, KPUD, PPK, PPS dan KPPS)
gagap dalam menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat memudahkan pemilih penyandang disabilitas dalam
menggunakan hak pilihnya.
Sebagai lembaga yang memegang peranan penting
dalam memperbaiki penyelenggaraan Pemilu yang akses,
KPU beserta jajarannya memegang peranan penting dalam
menyediakan fasilitas Pemilu yang akses sehingga pemilih
penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dalam Pemilu
tanpa hambatan. Prinsip Pemilu akses adalah pelaksanaan
Pemilu yang dilakukan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, dan aksesibel. Ketersediaan fasilitas Pemilu yang
akses secara umum, dan bukan sebuah pengecualian atau
pengkhususan di tempat tertentu saja.
Belajar dari pengalaman beberapa penyelenggaraan
Pemilu, KPU memang telah berusaha untuk mewujudkan
Pemilu yang aksesibel bagi semua. Untuk memastikan
peraturan tentang aksesibilitas dalam Pemilu tersebut
memang benar-benar terlaksana dalam Pemilu, diperlukan
upaya pengawalan dan pengawasan. Upaya pengawasan
Pemilu yang dapat memastikan pelaksanaan Pemilu

iv | H a l a m a n
berlangsung akses bagi pemilih penyandang disabilitas
mutlak diperlukan. Bawaslu beserta jajarannya hingga
Panitia Pengawas Lapangan (PPL) sebagai lembaga
pengawas resmi dalam struktur penyelenggara Pemilu
mempunyai peranan penting dalam mengawasi setiap
pelaksanaan tahapan Pemilu yang aksesibel, ramah dan
tanpa hambatan bagi pemilih penyandang disabilitas.
Keberadaan pengawas Pemilu menjadi potensi besar untuk
memastikan aspek aksesibilitas dalam Pemilu terpenuhi
secara menyeluruh.
Buku kecil ini bisa dijadikan sebagai suplemen untuk
mengantarkan kita lebih mengenal lebih dekat siapa
sesugguhnya penyandang disabilitas, bagaimana cara
berinteraksi dengan penyandang disabilitas, apa itu Pemilu
akses, dan bagaimana caranya memberikan pelayanan
kepada pemilih penyandang disabilitas untuk dapat
menggunakan hak-haknya dalam Pemilu.

Jakarta, 20 Mei 2014

Tim Penyusun

v|H alaman
Daftar Isi
Pengantar .................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................... vi

Bab I – Siapa Penyandang Disabilitas?............................. 1

Bab II – Bagaimana Memahami Hak Penyandang


Disabilitas Dalam Pemilu? ..................................................... 6

Bab III – Apa Dasar Hukum Pemilu Akses Bagi


Penyandang Disabilitas? ........................................................ 10

Bab IV – Apa Itu Pengawasan Pemilu Akses .................. 24

Lampiran I ................................................................................... 43

Lampiran II ................................................................................... 49

vi | H a l a m a n
BAB I
SIAPA PENYANDANG DISABILITAS?

Bagi sebagian orang, istilah disabilitas mungkin


masih baru. Istilah ini sering disandingkan dengan difabel
dan cacat. Dalam pengertian yang lebih sederhana,
disabilitas adalah setiap orang yang mengalami kelainan
fisik dan atau mental yang dapat menganggu atau
menghambat baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya (UU No. 04 tahun 1997).
Dalam berhubungan dengan pihak lain dan sikap
terhadap masyarakat, penyandang disabilitas kadangkala
menemui hambatan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak. Setiap jenis disabilitas memiliki
ciri dan hambatan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis
disabilitasnya masing-masing.
Halaman | 1
Jenis-jenis Disabilitas secara umum dikategorikan
sebagai berikut:
1) Disabilitas fisik dan gerak atau Daksa
Kategori ini adalah disabilitas tubuh bagian
atas, bagian bawah, kesulitan menggerakan tangan,
gangguan koordinasi, termasuk keretakan. Alat bantu
yang digunakan untuk membantu gerak mereka
beragam dari kruk, tongkat, hingga kursi roda.
Beberapa orang yang memiliki kelainan fisik tidak
membutuhkan alat bantu apapun untuk melakukan
kegiatan sehari-hari, contohnya orang yang
tangannya diamputasi.

2) Disabilitas Penglihatan atau Netra


Disabilitas penglihatan adalah segala bentuk
kehilangan penglihatan yang tidak bisa dibantu
dengan kecamata atau lensa kontak. Orang-orang
yang mengalami sejenis kehilangan penglihatan dan
dalam beberapa kasus membutuhkan pendidikan
khusus.

3) Disabilitas Rungu Wicara


Orang yang mengalami disabilitas
pendengaran adalah meraka yang mengalami
ketulian total atau sebagian. Ketulian bisa terjadi saat

Halaman | 2
kelahiran atau selama masa remaja karena beberapa
penyebab biologis, seperti meningitis yang bisa
merusak saraf auditori.

4) Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual ditandai dengan fungsi
intelektual di bawah rat-rata dan keterbatasan dalam
berkomunikasi, menjaga diri, tinggal di rumah,
kemampuan sosial-interpersonal, mempergunakan
sumber daya didalam masyarakat, mengatur diri,
kemampuan akademis, bekerja, rekreasi diwaktu
senggang, kesehatan dan keamanan.
No Jenis - Jenis Keterangan
Disabilitas
1. Daksa/Fisik Disabilitas tubuh bagian
atas, bagian bawah,
kesulitan menggerakkan
tangan, gangguan
koordinasi termasuk
keretakan.
2. Netra/Penglihatan Disabilitas penglihatan
adalah segala bentuk
kehilangan penglihatan
yang tidak bisa dibantu
dengan kacamata atau
Halaman | 3
lensa kontak.
3. Rungu/Pendengaran Disabilitas pendengaran
adalah orang yang
mengalami ketulian total
atau sebagian.
4. Grahita/Intelektual Disabilitas intelektual
ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah rata-
rata dan keterbatasan
dalam komunikasi, menjaga
diri, kemampuan sosial-
interpersonal dan
mempergunakan
sumberdaya di masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, penyandang disabilitas
seringkali mendapatkan pandangan yang miring dan negatif
atas keberadaan dan kemampuannya. Penyandang
disabilitas masih dianggap pihak yang harus dikasihani
karena tidak cukup mempunyai kemandirian dan hanya
merepotkan orang sekitar. Disabilitas masih dianggap
sebagai penyakit yang dapat ditularkan ke orang lain.
Akibat dari stigma diatas, maka muncullah
pemberlakuan yang tidak memihak kepada penyandang
disabilitas, misalnya sekolah-sekolah yang menolak anak
didik yang mempunyai disabilitas, perusahaan yang tidak
Halaman | 4
mempekerjakan tenaga kerja penyandang disabilitas,
sejumlah perusahaan swasta dan pemerintah yang tidak
memperbolehkan pelamar dari penyandang disabilitas
dalam penerimaan pegawai baru serta berbagai fasilitas dan
layanan publik yang tidak didesain ramah bagi penyandang
disabilitas.

Halaman | 5
BAB II
BAGAIMANA MEMAHAMI HAK PENYANDANG
DISABILITAS DALAM PEMILU?

Salah satu hak yang melekat dalam diri setiap orang


adalah hak untuk berpartisipasi dalam proses Pemilu. Setiap
orang yang memenuhi syarat memiliki hak untuk memilih,
dipilih, dan diangkat sebagai penyelenggara Pemilu. Agar
penyandang disabilitas dapat menyalurkan aspirasi
politiknya secara mandiri, penyelenggara Pemilu harus
menyediakan fasilitas kepemiluan yang bisa diakses oleh
mereka sehingga mereka bisa berpartisipasi dalam Pemilu

Halaman | 6
tanpa hambatan. Penerapan prinsip pemilihan secara
langsung, jaminan atas kerahasiaan pilihan, perlakuan yang
adil dan non-diskriminatif, pendirian TPS yang inklusif, dan
kebebasan bagi penyandang disabilitas untuk memilih
pendamping saat melakukan pemungutan suara juga harus
terjamin.
Tidak hanya hak untuk memilih (to vote), penyandang
disabilitas juga memiliki hak untuk dipilih (to be elected),
bersaing dalam Pemilu dengan kandidat lain yang tidak
memiliki disabilitas dan juga dipilih/diangkat sebagai
penyelenggara Pemilu. Pentingnya mengangkat
penyandang disabilitas sebagai penyelenggara Pemilu
adalah karena mereka mengerti kebutuhan komunitas
disabilitas dan bisa menyampaikannya dalam proses
pembuatan kebijakan.

“Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai


martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal
dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan” (Pasal 1, Deklarasi Hak Asasi Manusia)

Dalam peningkatan pemenuhan dan perlindungan


hak-hak penyandang disabilitas, Pemerintah Indonesia
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
mensahkan UU No.19 Tahun 2011, tentang pengesahan

Halaman | 7
konvensi perlindungan hak penyandang disabilitas. Dengan
menyetujui konvensi ini, pemerintah wajib memajukan,
melindungi, dan menjamin pemenuhan semua hak asasi
manusia dan kebebasan fundamental bagi semua
penyandang disabilitas sebagai bagian utama dari
pemenuhan martabat kemanusiaan secara menyeluruh.

Keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik yang


dimiliki oleh penyandang disabilitas, tidak dapat dijadikan
alasan untuk memberikan perlakuan diskriminatif kepada
mereka, karena pada dasarnya semua manusia diciptakan
memiliki martabat dan hak yang sama.

Pemenuhan kebutuhan Pemilu akses merupakan hal


yang penting karena hal itu bisa membantu dan
memfasilitasi penyandang disabilitas bisa berpartisipasi
dalam proses Pemilu secara bebas, langsung, dan tanpa
hambatan apapun. Penyediaan fasilitas untuk mendukung
Pemilu akses merupakan konsekuensi dari pemenuhan hak
politik penyandang disabilitas.
Kebutuhan Pemilu akses harus diperhitungkan dalam
setiap tahapan Pemilu, yaitu dalam periode pra-Pemilu,
periode pelaksanaan Pemilu, dan periode pasca Pemilu.
Fasilitasi Pemilu akses ini bisa berupa fisik atau non-fisik.
Akses fisik meliputi lokasi TPS yang mudah dijangkau

Halaman | 8
pengguna kursi roda, tinggi meja suara dan meja untuk
kotak suara yang bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda,
serta alat-alat bantu pilih untuk tuna netra (braille template).
Akses non fisik meliputi penyediaan informasi Pemilu yang
bisa diakses oleh penyandang disabilitas, program sosialisasi
bagi penyandang disabilitas dan layanan juru bahasa isyarat
untuk tuna rungu dalam program-program sosialisasi dan
pendidikan pemilih.

Halaman | 9
BAB III
APA DASAR HUKUM PEMILU AKSES BAGI
PENYANDANG DISABILITAS?

Penyandang disabilitas dalam Pemilu memiliki hak


politik yang sama dengan warga negara yang lain. Hak dasar
tersebut dimiliki oleh setiap orang semenjak lahir sebagai
anugerah Tuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Sejumlah
payung hukum dan kesepakatan, baik pada level
internasional maupun nasional telah menetapkan sejumlah
dasar hukum yang melindungi penyandang disabilitas
sebagai kelompok manusia yang sama dengan yang lain
tanpa ada perbedaan perlakuan.

Halaman | 10
A. Payung Hukum Internasional.
DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK AZASI MANUSIA (1948)
Pasal 21
1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan
negaranya, secara langsung atau melalui wakil-wakil
yang dipilih dengan bebas.
2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama
untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan
negaranya.
3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan
pemerintah; kehendak ini harus dinyatakan dalam
pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala
dan murni, dengan hak pilih yang bersifat umum dan
sederajat, pemungutan suara secara rahasia ataupun
dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan
memberikan suara.

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL


DAN POLITIK (ICCPR)
Pasal 25
Setiap warga negara harus mempunyai hak dan
kesempatan, tanpa pembedaan apapun sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak
layak, untuk:

Halaman | 11
a. Ikut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintahan,
baik secara langsung ataupun melalui wakil-wakil
yang dipilih secara bebas;
b. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala
yang murni, dan dengan hak pilih yang universal dan
sama, serta dilakukan melalui pemungutan suara
secara rahasia untuk menjamin kebebasan
menyatakan keinginan dari para pemilih;
c. Memperoleh akses pada pelayanan umum di
negaranya atas dasar persamaan dalam arti umum.

KONVENSI PBB TENTANG HAK-HAK PENYANDANG


DISABILITAS
Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas atau
(Convention on the Rights of Persons with Disabilities –
CRPD-) mengkodifikasikan undang-undang internasional
yang ada tentang hak-hak untuk berpartisipasi dalam politik
dan kehidupan bermasyarakat serta penerapan hak-hak
tersebut untuk partisipasi politik masyarakat penyandang
disabilitas. Konvensi ini memberikan pedoman spesifik bagi
negara anggotanya untuk memenuhi kewajiban mereka
dalam memperkenalkan langkah-langkah positif untuk
memastikan agar penyandang disabilitas benar-benar
memiliki akses yang efektif dan tidak mempunyai halangan
dalam mengikuti proses-proses politik.

Halaman | 12
Pasal 29: Partisipasi dalam Politik dan Kehidupan
Bermasyarakat.
Negara-negara anggota menjamin hak-hak politik
penyandang disabilitas dan memberikan kesempatan bagi
mereka untuk menggunakan hak tersebut setara dengan
anggota masyarakat lainnya, dan melaksanakan hal-hal
berikut:
1) Memastikan bahwa penyandang disabilitas dapat
berpartisipasi secara efektif dan sepenuhnya dalam
politik dan kehidupan bermasyarakat setara dengan
warga negara lain, secara langsung melalui
perwakilan-perwakilan yang dipilih dengan bebas,
termasuk hak dan kesempatan bagi penyandang
disabilitas untuk memilih dan dipilih, antara lain,
dengan cara:
i. Memastikan bahwa prosedur, fasilitas dan
materi pemilihan sudah tepat, dapat diakses
dan mudah dimengerti serta digunakan;
ii. Melindungi hak penyandang disabilitas dalam
memberikan suara melalui kertas suara yang
terjaga kerahasiaannya baik dalam Pemilu
maupun referendum publik, tanpa adanya
intimidasi, dan hak untuk ikut serta dalam
Pemilu serta duduk di kursi pemerintahan

Halaman | 13
dan melaksanakan fungsi-fungsi publik
secara efektif di seluruh tingkat
pemerintahan, memfasilitasi penggunaan
teknologi baru yang dapat membantu
bilamana diperlukan;
iii. Menjamin kebebasan untuk menyatakan
kehendak sebagai pemilih dan oleh karena
itu, jika perlu, berdasarkan permintaan
mereka, diberi izin untuk dibantu dalam
memilih oleh orang yang mereka tunjuk;
a) Secara aktif mengembangkan
lingkungan dimana penyandang
disabilitas secara efektif dapat
berpartisipasi penuh dalam kehidupan
bermasyarakat, tanpa adanya
diskriminasi dan berdasarkan atas azas
kesetaraan dengan warga negara lain,
serta mendorong partisipasi mereka
dalam kehidupan bermasyarakat,
termasuk diantaranya:
i. Partisipasi dalam kegiatan
organisasi-organisasi dan
asosiasi-asosiasi non
pemerintah yang bergerak di
bidang kehidupan

Halaman | 14
bermasyarakat dan berpolitik
negara serta dalam berbagai
kegiatan dan administrasi
partai-partai politik;
ii. Membentuk dan bergabung
dengan organisasi-organisasi
penyandang disabilitas untuk
mewakili penyandang
disabilitas di tingkat
internasional, nasional, regional
dan daerah.
Demikian pula, negara juga berkewajiban untuk
memastikan bahwa hak untuk berpartisipasi dalam proses-
proses politik, termasuk memilih dalam Pemilu, dan
memberikan, melalui aksi positif negara, bahwa setiap warga
negara penyandang disabilitas sebenarnya memiliki
kesempatan untuk menggunakan hak-hak politik mereka.
Indonesia menandatangani CRPD pada tahun 2007 dan
pada saat ini sedang mengupayakan ratifikasi CRPD dalam
waktu dekat. Sangat penting bagi aktifis dan pemangku
kepentingan kunci yang menangani isu penyandang
disabilitas untuk melaksanakan advokasi untuk
menggabungkan kewajiban-kewajiban yang tercantum
dalam CRPD untuk menjamin akses penuh hak

Halaman | 15
menggunakan partisipasi politik oleh penyandang
disabilitas.

Selain Pasal 29, Pasal 9 CRPD juga merupakan pasal


yang sangat penting untuk memajukan akses Pemilu bagi
masyarakat penyandang disabilitas. Pasal 9 memberikan
pedoman konkrit untuk memastikan akses terutama
perlunya pelatihan tentang isu-isu berkenaan dengan
penyandang disabilitas bagi para pemangku kepentingan
kunci. Selanjutnya, Pasal 9 mendorong penggunaan
teknologi yang dapat membantu meningkatkan akses dan
memberikan alat penting untuk memajukan penggunaan
teknologi yang dapat membantu masyarakat penyandang
disabilitas dalam Pemilu-Pemilu di Indonesia.

Pasal 9-Aksesibilitas
1. Untuk memungkinkan masyarakat penyandang
disabilitas dapat hidup secara independen dan
berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan,
Negara-negara anggota mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk memastikan agar masyarakat
penyandang disabilitas memiliki akses yang setara
dengan masyarakat lain untuk memperoleh ke
lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi,
termasuk teknologi dan sistem informasi dan

Halaman | 16
komunikasi, serta ke fasilitas-fasilitas dan layanan yang
terbuka atau tersedia bagi masyarakat, baik di wilayah
perkotaan maupun pedesaan. Langkah-langkah ini, yang
termasuk diantaranya identifikasi dan eliminasi berbagai
rintangan dan halangan yang ada dalam hal aksesibilitas,
akan diterapkan antara lain ke:
a. Sarana bangunan, jalan, transportasi serta berbagai
fasilitas dalam dan luar ruangan, termasuk sekolah,
rumah, fasilitas medis dan tempat kerja;
b. Informasi, komunikasi dan layanan lainnya, termasuk
layanan elektronik serta layanan darurat.

B. Payung Hukum Nasional dan Peraturan

LANDASAN/PERATUR
No. ISI
AN
“Setiap orang yang
termasuk kelompok
masyarakat yang rentan
UU Nomor 39 tahun berhak memperoleh
1 1999. Pasal 5 ayat 3 perlakuan dan perlindungan
lebih berkenaan dengan
kekhususannya.”

Halaman | 17
”Setiap penyandang cacat,
orang yang berusia lanjut,
UU Nomor 39 tahun
2 wanita hamil, dan anak-anak,
1999. Pasal 41 ayat 2
berhak memperoleh
kemudahan dan perlakuan”
Setiap penyandang cacat
memiliki hak dan
UU No. 4 Thn 1997.
3 kesempatan yang sama
Pasal 5
dalam segala aspek
kehidupan
Setiap penyandang cacat
mempunyai kesamaan
UU No. 4 Thn 1997.
4 kesempatan dalam segala
Pasal 9
aspek kehidupan dan
penghidupan
1) Untuk pelaksanaan
pemungutan suara
dibuat tempat
PKPU 16/2013
pemungutan suara
Paragraf 7: Tempat
sebagaimana dimaksud
5 Pemungutan Suara
dalam Pasal 4 huruf g.
Pasal 22, Ayat:
2) TPS dan TPSLN
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus
memberikan
Halaman | 18
kemudahan akses bagi
penyandang disabilitas.

2) Daftar Pemilih
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling
kurang memuat nomor
kartu keluarga/nomor
induk
PKPU 10/2013. Pasal 9, kependudukan/paspor,
6 Ayat: nama, tanggal lahir, jenis
kelamin, status kawin,
alamat, dan jenis
disabilitas Warga
Negara Indonesia yang
mempunyai hak
memilih.

Bagian Kedua : Pengumuman


Daftar Pemilih Tetap
Pasal 29, Ayat:
PKPU 9/2013
7 2) PPS mengumumkan DPT
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan
cara menempel salinan
Halaman | 19
DPT di papan
pengumuman yang
mudah terjangkau
masyarakat dan Pemilih
penyandang disabilitas.

4) Persyaratan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf h
tidak dimaksudkan
PKPU 8/2013. Pasal 13, untuk membatasi hak
8 Ayat: warganegara
penyandang cacat yang
memiliki kemampuan
untuk melaksanakan
tugasnya sebagai
anggota DPD.
Pasal-pasal yang berkaitan dengan aksesibilitas
dalam Pemilu, UU Pilpres no 42 tahun 2008:

No Pasal Bunyi
Pasal 37, ayat 2 Dalam rangka pendidikan politik,
KPU wajib memfasilitasi
penyebarluasan materi kampanye
yang meliputi visi, misi, dan
Halaman | 20
program Pasangan Calon melalui
website KPU.
Pasal 113, ayat 2 TPS ditentukan lokasinya di
tempat yang mudah dijangkau,
termasuk oleh penyandang
disabilitas, tidak menggabungkan
desa, dan memperhatikan aspek
geografis serta menjamin setiap
pemilih dapat memberikan
suaranya secara langsung, bebas
dan rahasia.

Pasal 115, ayat 2 Dalam rangka pelaksanaan


point d dan e. pemungutan suara, KPPS
melakukan kegiatan yang meliputi:
d. penjelasan kepada Pemilih
tentang tata cara pemungutan
suara; dan
e. pelaksanaan pemberian suara.
Pasal 119, ayat 1 1. Pada saat memberikan
dan 2 suaranya di TPS, pemilih tuna
netra, tuna daksa dan/atau
yang memiliki halangan fisik
lain dapat dibantu oleh orang
lain atas permintaan pemilih.
Halaman | 21
2. Orang lain yang membantu
Pemilih dalam memberikan
suara wajib merahasiakan
pilihan Pemilih.

Agar penyandang disabilitas dapat memahami


proses Pemilu sepenuhnya, petugas TPS dan pengawas
Pemilu perlu dibekali dengan pengetahuan mewujudkan
pelaksanaan Pemilu yang akses.

Masalah- Penjelasan
Masalah
Pemilu Akses
Partisipasi Pasal yang memastikan hak penyandang
penyandang disabilitas yang memperhatikan apakah
disabilitas persyaratan yang membuat penyandang
dalam Pemilu disabilitas bisa berpartisipasi dalam Pemilu
tanpa hambatan.
Hak untuk Pasal yang menjamin hak pilih setiap warga,
memilih termasuk penyandang disabilitas
Persyaratan Pasal yang memastikan hak penyandang
Pencalonan disabilitas untuk mencalonkan diri dalam
Pemilu. Perhatikan apakah persyaratan yang
ada membuat penyandang disabilitas bisa
mencalonkan diri tanpa hambatan
Halaman | 22
Peralatan Pasal yang mengatur peralatan yang
pemungutan dipergunakan dalam Pemilu. Apakah
suara pengadaan alat bantu pilih untuk
membantu penyandang disabilitas
memungut suara disebut dalam undang-
undang.
Hari Pasal yang mengatur proses pemungutan
pemungutan suara dalam hari pelaksanaan Pemilu.
suara Memperhatikan apakah terdapat peraturan
yang rinci tentang bagaimana pemungutan
suara akses bagi penyandang disabilitas
misalnya penyediaan sarana dan prasarana
yang akses, alat bantu pilih dan pelayanan
yang ramah bagi pemilih penyandang
disabilitas.
Sanksi Pasal yang mengatur sanksi bagi
pelanggaran atas peraturan. Apakah
terdapat ketentuan yang mengatur tentang
kasus pelanggaran hak penyandang
disabilitas.

Halaman | 23
BAB IV
APA ITU PENGAWASAN PEMILU AKSES?

Pelaksanaan Pemilihan Umum yang langsung, umum,


bebas, rahasia, jujur dan adil serta akses bagi penyandang
disabilitas. Setiap penyandang disabilitas serta merta dapat
ikut serta dalam pelaksanaan Pemilu, baik secara langsung
ataupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas, dapat
memilih dan dipilih dengan tanpa hambatan dan dijamin
undang-undang.
Pengawasan Pemilu akses adalah kegiatan
pengawasan atas penyelenggaraan Pemilu berkaitan
dengan prosedur, perlakuan, ketersediaan sarana, dan
fasilitas Pemilu akses bagi penyandang disabilitas.
Pengawasan Pemilu akses bertujuan untuk memastikan

Halaman | 24
apakah setiap proses penyelenggaraan Pemilu telah
menjamin hak dan kebebasan penyandang disabilitas agar
dapat berpartisipasi dalam Pemilu secara setara dengan
warga non disabilitas lainnya. Pengawasan Pemilu akses
merupakan bagian dari pengawasan Pemilu secara
menyeluruh yang ingin melihat apakah proses Pemilu
diselenggarakan dengan mengikuti prinsp-prinsip Pemilu
akses atau tidak.
Pengawasan Pemilu akses meliputi setiap proses
penyelenggaraan Pemilu dimulai dari tahap persiapan
Pemilu, tahap penyelenggaraan Pemilu dan tahap pasca
pelaksanaan Pemilu. Sedangkan yang menjadi objek
pengawasan Pemilu adalah setiap tahapan Pemilu yang
dinilai penting karena jika terjadi pelanggaran Pemilu pada
tahapan itu maka akan sangat mempengaruhi partisipasi
hak politik penyandang disabilitas dan mencederai proses
Pemilu itu sendiri.
Pengawasan Pemilu akses bisa dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, temuan, dan informasi baik teknis
maupun pelayanan mengenai pelaksanaan Pemilu yang
dilakukan oleh organisasi pengawas Pemilu. Jika usaha
memastikan penyelenggaran Pemilu tersebut dilakukan oleh
individu atau organisasi independen diluar pengawas Pemilu
disebut dengan pemantauan Pemilu akses.

Halaman | 25
Penyelenggaraan Pemilu selain sebagai wahana
pergantian pemimpin dan wakil rakyat merupakan saluran
aspirasi masyarakat untuk menghimpun partisipasi
masyarakat yang luas. Oleh karena itu, Pemilu menjadi
sarana bagi seluruh rakyat, termasuk bagi penyandang
disabilitas, untuk menguji kebenaran klaim dan janji politik
melalui pemilihan yang jujur, adil, demokratis dan aksesibel.
Dengan demikian keberadaan pengawas dan
pemantau untuk mewujudkan pemilihan umum yang
berkualitas menjadi sangat penting. Kelompok inilah yang
selalu memberikan rekomendasi dan advokasi untuk
menjamin pemilih penyandang disabilitas dapat dengan
mudah menggunakan hak politiknya dalam Pemilu.

Tujuan pengawasan Pemilu akses :


a. Menjamin Partisipasi Politik Masyarakat
Penyandang Disabilitas dalam Mewujudukan
Pemilu yang Luber, Jurdil dan Akses. Usaha untuk
meningkatkan rasa hormat dan kepercayaan
terhadap hak-hak asasi manusia khususnya hak-hak
sipil dan politik dari warganegara, misalnya
penghormatan terhadap hak untuk menyatakan
kebebasan dalam pendapat dan memilih, termasuk
bagi penyandang disabilitas. Penghormatan terhadap
hak-hak pemilih juga akan ditingkatkan melalui

Halaman | 26
kegiatan pemantauan yaitu hak untuk terdaftar
sebagai pemilih, hak untuk menentukan pilihan
secara mandiri, hak atas kerahasiaan pilihan, hak
untuk bebas dari intimidasi, hak untuk memperoleh
informasi mengenai Pemilu, hak untuk memantau
dan hak untuk melaporkan adanya pelanggaran
Pemilu.

b. Memastikan Terpenuhinya Sarana dan Prasarana


bagi Penyandang Disabilitas untuk Menyalurkan
Aspirasi Politik dalam Pemilu. Memastikan bahwa
prosedur, fasilitas, dan materi pemilihan sudah tepat,
dapat diakses dan mudah dimengerti serta
digunakan. Melindungi hak penyandang disabilitas
dalam memberikan suara melalui kertas suara yang
terjaga kerahasiaannya dalam Pemilu tanpa adanya
intimidasi. Pelayanan ini juga termasuk menjamin
kebebasan untuk menyatakan kehendak sebagai
pemilih dengan menyediakan petugas pendamping
yang dapat dipercaya oleh pemilih dan berdasarkan
permintaan para penyandang disabilitas.

c. Mengetahui Pelanggaran Akses Pemilu. Usaha


untuk mewujudkan Pemilu yang akses, berawal dari
pentingnya mengetahui tentang pelanggaran-

Halaman | 27
pelanggaran Pemilu sehingga jaminan bagi
penyandang disabilitas untuk menyalurkan
aspirasinya terpenuhi. Pengetahuan ini bertujuan
meminimalisir pelanggaran yang pada akhirnya
memberikan landasan keabsahan (legitimasi) yang
kuat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
Pemilu. Penilaian tentang jalannya Pemilu dan
kepercayaan organisasi pemantauan yang dilaporkan
ke publik dapat meningkatkan kebsahan, legitimasi
dan kepercayaan masyarakat terhadap proses
maupun hasil Pemilu.

d. Mengantisipasi Kendala-Kendala Akses dan


Pelanggaran dalam Pengawasan Pemilu.
Pengawasan Pemilu sebagai usaha untuk
menghindari terjadinya proses Pemilu dari
kecurangan, manipulasi, permainan, maupun
rekayasa yang dapat menguntungkan pihak-pihak
tertentu. Pengawasan Pemilu merupakan alat penting
untuk menyelesaikan konflik secara damai di antara
kelompok. Jika terjadi perselisihan selama pemilihan
maka pemantau sebagai pihak ketiga dapat
membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang dapat
diterima bersama. Membangun kepercayaan

Halaman | 28
terhadap hasil Pemilu pada akhirnya membangun
sistem berdemokrasi secara luas. Dengan melakukan
pemantauan terhadap proses pemilihan, kepercayaan
terhadap Pemilu akan meningkat. Peningkatan
kepercayaan terhadap proses dan hasil Pemilu juga
otomatis akan meningkatkan kepercayaan terhadap
sistem demokrasi.

Apa saja yang harus diawasi dalam pengawasan Pemilu


akses?

Pra Pemilu
No Periode Pemilu Program/ Kepastian Aksesibilitas
Kegiatan dalam Pemilu
1. Perencanaan Penganggar 1. Adanya anggaran yang
an dialokasikan untuk
pengadaan alat bantu
pilih (braille template)
bagi penyandang
disabilitas.
2. Adanya anggaran
untuk sosialisasi dan
pendidikan pemilih
bagi pemilih
penyandang disabilitas.

Halaman | 29
Rekruitmen 1. Proses rekrutmen
Petugas petugas Pemilu yang
Pemilu memahami Pemilu
akses bagi penyandang
disabilitas.
Logistik 1. Logistik Pemilu
dirancang agar bisa
diakses bagi semua
pemilih, termasuk
pemilih penyandang
disabilitas.
2. Penyandang disabilitas
dilibatkan dalam setiap
proses perancangan
dan pencetakan surat
suara dan alat bantu
pilih, sehingga alat
tersebut dapat
berfungsi sebagaimaan
mestinya.
3. Alat bantu pilih
didistribusikan secara
merata ke semua TPS,
sehingga banyak
pemilih kehilangan

Halaman | 30
kesempatan untuk
memilih secara
mandiri.
2. Pelatihan Pelatihan 1. Materi dalam modul
dan pelatihan dan panduan
panduan teknis bagi petugas
teknis bagi TPS tidak membahas
petugas TPS isu aksesibilitas dalam
Pemilu bagi
penyandang disabilitas.
2. Penyandang disabilitas
terlibat dalam tukar
pikiran dan gagasan
dalam pelatihan bagi
penyelenggara Pemilu.
3. Informasi Media 1. Website KPU/KPU
Pemilu Informasi Provinsi/KPU
Kabupaten/Kota dapat
diakses oleh pemilih
penyandang disabilitas.
2. Tuna rungu dapat
memahami informasi
yang ditayangkan di
televise karena ada
running text maupun
Halaman | 31
bahasa isyarat.
3.
4. Pendidikan 1. Adanya materi
Pemilih pendidikan pemilih
yang dicetak dalam
bentuk huruf braille,
rekaman audio, atau
format lain yang bisa
diakses oleh
penyandang disabilitas
sensori.

2. Adanya materi
kampanye dari peserta
Pemilu yang dapat
diakses oleh pemilih
penyandang disabilitas.

Periode Pemilu
No Periode Program/Kegiatan Potensi Masalah
Pemilu
1. Pendaftaran Pendaftaran 1. Kepastian
Pemilih penyandang
disabilitas
terdaftar dalam
Halaman | 32
data pemilih.
2. Terdapat
keterangan/jenis
disabilitas pemilih
yang disandang
dalam daftar
pemilih.
2. Pencalonan Kandidat dalam Penyandang
Pemilu disabilitas tidak
mengalamai
kesulitan dan dapat
memenuhi
persyaratan sebagai
kandidat dan
bersaing dalam
Pemilu.
3. Kampanye Akses terhadap Ada juru bahasa
Media isyarat bagi tuna
rungu atau running
text dalam
penyampaian visi
dan misi kandidat ke
masyarakat umum.
4. Pemungutan Tempat 1. TPS didirikan di
Suara pemungutan suara tempat yang bisa
Halaman | 33
diakses oleh
pemilih
penyandang
disabilitas.
2. Tersedia alat
bantu pilih untuk
tuna netra.
3. Tersedia fasilitas
yang akses di
TPS.

Alat Bantu Pilih 1. Petugas TPS


mengumumkan
akan adanya alat
bantu pilih.
2. Petugas TPS
menjelaskan tata
cara penggunaan
alat bantu pilih

Pasca Pemilu
No Periode Program/Kegiatan Potensi Masalah
Pemilu
1. Peninjauan Evaluasi Mengambil
Halaman | 34
pelajaran dan
evaluasi terhadap
pelaksanaan Pemilu
akses.
2. Reformasi Revisi Undang- Memperbaiki dan
Hukum Undang menyempurnakan
ketentuan
perundang-
undangan tentang
aksesibilitas dalam
Pemilu.

3. Pengarsipan Dokumentasi Melakukan


dokumentasi
terhadap
pelaksanaan Pemilu
akses.

Apa saja yang perlu diawasi dalam pengawasan akses


Pemilu dalam tahapan pemungutan dan penghitungan
suara?
Puncak dari jaminan akses dalam Pemilu untuk
pemilih penyandang disabilitas adalah pada saat menjelang
dan hari pemungutan dan penghitungan suara. Aspek

Halaman | 35
aksesibilitas yang diperhatikan oleh pengawasa ataupun
pemantau Pemilu adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan alat bantu bagi tuna netra;
2. Formulir pendampingan;
3. Surat pemberitahuan untuk
memilih bagi penyandang
disabilitas;
4. Penentuan lokasi TPS;
5. Penyediaan alat dan sarana
pemungutan suara di TPS;
6. Pelayanan Petugas TPS;
7. Penegakan hukum.

Masing-masing komponen diatas mempunyai


pengguna, target penggunaan dan keperluan yang
berbeda-beda, yaitu:
Komponen Target Keuntungan
No Aksesibilitas Pengguna
1. Ketersediaan alat Pemilih tuna Alat ini
bantu pilih (braille netra memungkinkan
template) saat pemilih tuna
pemungutan netra memahami
suara bagi pemilih informasi yang
tuna netra. Alat tertulis di kertas
tersebut dicetak surat suara,

Halaman | 36
dalam bentuk melakukan
braille atau huruf pemungutan
timbul. secara mandiri
dan
memperkecil
kemungkinan
kasus manipulasi
suara
2. Formulir Orang yang Digunakan
Pendampingan mendampingi sebagai
pemilih pernyataan
penyandang tertulis bahwa
disabilitas pendamping
akan
merahasiakan
pilihan pemilih
dan memahami
bahwa mereka
akan dikenakan
sanksi jika
mereka
membocorkan
rahasia
3. Informasi tentang Semua pemilih Informasi ini
pendamping mengaskan
Halaman | 37
untuk bahwa
penyandang penyandang
disabilitas dihari disabilitas
pemungutan berhak untuk
suara (Surat memilih
Undangan pendamping
Memilih) untuk
melakukan
pemungutan
suara
4. Tinggi meja untuk Pengguna Membantu
kotak suara tidak kursi roda pengguna kursi
boleh lebih dari roda
35 cm memasukkan
surat suara ke
kotak suara
5. Bilik suara harus Pengguna Membantu
cukup luas dan kursi roda pengguna kursi
harus ada ruang roda menandai
dibawah meja surat suara
6. Lebar pintu Pengguna Memungkinkan
masuk dan keluar kursi roda orang yang
harus berukuran mempunyai
90 cm soliditas bisa
leluasa bergerak
Halaman | 38
7. Petugas TPS Penyandang Mempermudah
dapat disabilitas penyandang
mempersilahkan disabilitas
penyandang
disabilitas,
perempuan hamil,
dan orang tua
untuk memilih
terlebih dahulu
8. Kebebasan untuk Penyandang Pemilih dengan
memilih disabilitas disabilitas bisa
pendamping memilih
pendamping
yang dipercaya
sehingga pilihan
mereka jatuh ke
orang yang
tepat
9. Sanksi kriminal Jaminan Menjamin
dan denda bagi kerahasiaan perlindungan
pendamping yang pilihan dan penegakan
membocorkan penyandang hak-hak
pilihan disabilitas disabilitas.

Halaman | 39
BAB V
BAGAIMANA MEWUJUDKAN
PENGAWASAN PEMILU AKSES?

Tujuan utama pembentukan lembaga pengawas


Pemilu adalah untuk mendorong kualitas Pemilu di
Indonesia terselenggara dengan baik berdasarkan prinsip-
prinsip penyelenggaraan Pemilu yang demokratis. Setara
dengan KPU yang merencanakan dan melaksanakan seluruh
tahapan penyelenggaraan Pemilu, maka Bawaslu bertugas
untuk mengawasi agar seluruh proses penyelenggaran
Pemilu tersebut berlangsung demokratis, berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dam adil sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Terjadinya pelanggaran Pemilu akan dapat
mengurangi kualitas Pemilu itu sendiri, bahkan pelanggaran
Pemilu pada tahapan tertentu dapat berakibat hilangnya
kesempatan seseorang untuk mengimplementasikan hak
politiknya. Misalnya, penempatan lokasi TPS yang sulit
dijangkau pengguna kursi roda, mengakibatkan pemilih

Halaman | 40
tidak dapat memilih secara langsung dan bebas.
Pelanggaran lainnya bisa berbentuk syarat-syarat untuk
menjadi calon/kandidat dimana penyelenggara Pemilu atau
partai politik mewajibkan setiap calon tidak boleh memiliki
disabilitas.
Pengawas Pemilu diharapkan akan memasukkan
sejumlah isu-isu penting berkaitan Pemilu akses sebagai
bagian yang akan menjadi pelanggaran Pemilu secara
umum. Diharapkan dari sejumlah temuan pelanggaran
Pemilu yang berkaitan dengan Pemilu akses akan dapat
dilihat pada seberapa jauh partisipasi penyandang
disabilitas itu telah terpenuhi dan terlindungi, dan seberapa
jauh penyelenggara dan peserta Pemilu telah memahami
dan mengimplementasikan hak politik penyandang
disabilitas.
Peranan penting lembaga pengawas Pemilu adalah
kemampuan melakukan koreksi dengan menyampaikan
saran perbaikan secara langsung dalam hal ditemukan
adanya kesalahan, kelalaian dalam proses pelaksanaan
Pemilu. Peranan aktif tersebut harus dilakukan oleh
pengawas Pemilu baik atas suatu perbuatan yang dilihat
secara langsung maupun berdasarkan dari masukan
masyarakat. Proses perbaikan ketika ditemukan kekeliruan
baik akibat kesalahan atas dasar sengaja atau tidak sengaja
dilakukan melalui saran perbaikan yang disampaikan oleh

Halaman | 41
pengawas Pemilu. Oleh karena itu, secara tekhnis, pengawas
Pemilu selalu hadir di daerah pengawasannya untuk ikut
terlibat langsung proses pelaksanaan Pemilu. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa dengan tidak maksimalnya
pelaksanaan pengawasan tahapan Pemilu maka dapat
menyebabkan keraguan semua pihak terhadap integritas
proses dan hasil Pemilu.

Fungsi utama pengawasan Pemilu Akses :


1. Memberikan upaya perlindungan terhadap hak
konstitusional seluruh warga negara dalam
menggunakan hak pilihnya.
2. Berupaya melakukan pencegahan terhadap potensi
pelanggaran dalam penyelenggaraan Pemilu.
3. Melakukan perbaikan atau saran perbaikan ketika
ditemukan penyimpangan dan kesalahan dalam
pelaksanaan Pemilu.
4. Melakukan penindakan terhadap dugaan
pelanggaran sesuai peraturan yang berlaku.

Halaman | 42
LAMPIRAN 1

Cara berinteraksi dan memberikan bantuan kepada


penyandang disabilitas dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Tuna Netra
1. Sentuh pundak atau tangan pada saat berbicara
pada tuna netra. Bila anda sudah mengetahui
namanya, sebutkan namanya sebelum berbicara.
2. Tawarkan bantuan pada mereka pada saat mereka
bergerak/berjalan.
3. Pada saat berjalan dengan tuna netra, biarkan
mereka berpegangan pada anda. Secara otomatis
mereka akan memegang lengan anda. Tawarkan
posisi yang nyaman untuk mereka. (disebelah kiri
atau kanan anda)
4. Bila hendak berjalan melewati pintu yang
tertutup, pastikan ia berada di sisi engsel pintu.
Buka pintu tersebut dan biarkan ia menutupnya
sambil anda tetap berjalan perlahan.
5. Bila melewati bidang yang sempit, lipat tangan
anda kebelakang punggung anda. Secara
otomatis ia akan memegang pergelangan tangan
anda dan berjalan sejajar di belakang anda.
6. Gunakan arah jarum jam untuk memberitahukan
posisi benda dengan acuan jam 12 tepat
Halaman | 43
didepannya. Tips ini juga berlaku pada saat
menyediakan makanan untuk tuna netra.
7. Untuk mendeskripsikan gambar atau letak,
gunakan tangannya untuk menunjuk/
menggambarkan posisi benda. Bisa juga dengan
menggunakan teknik menulis di punggung.
8. Bila melewati Tangga, berhentilah sejenak pada
saat anda tiba di awal tangga. Katakan kepadanya
arah tangga (naik atau turun). Anda harus selalu
berada satu anak tangga di depan. Berhenti
sejenak lagi pada saat anda sudah tiba di akhir
tangga untuk mengkomunikasikan kepadanya
bahwa dia akan melewati anak tangga terakhir.
9. Bila melangkahi Lubang, Anda harus selalu
mengatakan kepadanya bila akan melangkahi
lubang. Berhenti sejenak sebelum melangkah, dan
anda harus melangkah lebih dulu agar dia dapat
memperkirakan seberapa jauh dia harus
melangkah.
10. Untuk mempersilakannya duduk, rabakanlah
tangannya ke sandaran atau tangan kursi, maka
selanjutnya dia dapat mencari sendiri tempat
duduknya. Jangan berusaha memposisikan tuna
netra langsung duduk.

Halaman | 44
11. Untuk naik Ke Dalam Mobil, bila pintu mobil
tertutup, rabakanlah tangannya ke handel pintu.
Bila pintu mobil sudah terbuka, rabakanlah
tangannya ke tepi atap mobil itu atau ke tepi
dindingnya bila mobil itu terlalu tinggi.
Selanjutnya percayakanlah kepadanya untuk
mendapatkan tempat duduknya sendiri.
12. Gunakan bahasa verbal secara konkret, Hindari
kata ‘ini’, ‘itu’, disana, disini, dsb
13. Bila membantu tunanetra menyeberang jalan,
posisikan mereka pada arah berlawanan dari arah
datangnya kendaraan.
b. TUNA RUNGU
1. Berbicaralah berhadapan dengan dia dengan
gerak mulut yang jelas dan pelan sehingga ia bisa
membaca gerak bibir anda. Tidak perlu berteriak
dalam berbicara.
2. Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah untuk
membantu komunikasi.
3. Bila ia tidak berhadapan dengan anda, sentuhlah
dia agar dia tahu bahwa anda sedang
mengajaknya berbicara.
4. gunakan lambaian tangan untuk mengembalikan
perhatian mereka kepada anda, atau gunakan

Halaman | 45
cahaya bila dalam suatu pertemuan dengan
banyak orang.
5. Gunakan perbendaharaan kata baku dan
sederhana. Jelaskan arti dari istilah asing yang
anda gunakan secara tertulis.
6. Untuk lelaki, cukurlah kumis anda bila terlalu lebat
agar bentuk gerak bibir anda terlihat jelas.
Menggunakan lipstik yang merah menyala juga
dapat membantu dia membaca gerak bibir dari
kejauhan.
7. Jika komunikasi tubuh terhambat gunakan tulisan
atau gambar.
8. Dalam pertemuan, jika tidak menyediakan
penerjemah bahasa isyarat, gunakan layar lebar
untuk mengetik semua informasi yang
disampaikan.
c. TUNA DAKSA
1. Tawarkan sebelum memberi bantuan kepada
mereka.
2. Biarkanlah mereka berpengangan pada anda (jika
mengalami gangguan gerak dikaki)
3. Bila ia terjatuh dan berusaha berdiri, ulurkan
tangan anda sebagai pegangan, minta instruksi
dari yang bersangkutan dalam mambantu.

Halaman | 46
4. Bagi pengguna kursi roda tawarkan posisi duduk
di pinggir atau dekat pintu agar mereka bisa
bergerak dengan leluasa.
5. bila menuruni bidang miring, pastikan kursi roda
dalam posisi mundur. Bila ia melakukannya
sendiri, jaga posisi di ujung bawah bidang miring.
6. Untuk melewati tanggul, injak bagian belakang
kursi roda atau menekan pegangan kursi agar
bagian roda depan sedikit terangkat. Bila ia
melakukan sendiri, jaga di posisi belakang.
7. Jika Pengguna kursi roda ingin berpindah tempat
duduk dan melakukannya sendiri, pastikan kursi
yang akan ia duduki berada di dekatnya. Jaga
posisi di belakang kursi yang dituju.
8. Dalam membantu kursiroda menaiki dan
menuruni tangga, usahakan pengguna pada
posisi aman dan terlindungi oleh yang membantu
atau tanyakan cara penanganannya kepada
pengguna.
9. Bila membantu melipat kursi roda, tanyakan dulu
kepada pengguna bagaimana caranya
10. Jika sedang membantu mendorong kursi roda
perhatikan rintangan-rintangan yang ada
didepan, usahakan menghindari jalanan yang
berlubang atau yang berbatu-batu.

Halaman | 47
d. Tuna Grahita
1. Berbicaralah berhadapan dengan dia dengan
pelan dan jelas sehingga ia bisa dapat memahami
dengan mudah dan tidak perlu berteriak dalam
berbicara.
2. Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah untuk
membantu komunikasi dengan baik.
3. Bila ia tidak berhadapan dengan anda, sentuhlah
dia agar dia tahu bahwa anda sedang
mengajaknya berbicara.
4. Gunakan pembendaharaan kata baku dan
sederhana, jelaskan arti dari istilah asing yang
anda gunakan secara tertulis.
5. Bila ada pendampingnya, pembicaraan dapat juga
dibantu oleh pendampingnya.

Halaman | 48
LAMPIRAN II
A. Persiapan Pemungutan Suara Untuk Pemilu Akses.

1. Pemilihan Lokasi TPS

Persyaratan TPS di tempat/lapangan terbuka


Pembuatan TPS harus memberikan
kemudahan bagi pemilih penyandang cacat
pengguna kursi roda dan lanjut usia, sebaiknya di
tempat yang rata tidak berbatu–batu, tidak berbukit–
bukit, tidak berumput tebal, tidak melompati
parit/got dan tidak bertangga–tangga

Persyaratan TPS di tempat tertutup


Apabila lokasi TPS dalam bangunan Gedung,
pilihlah bangunan dengan jalan pintu masuk- keluar
yang tidak bertangga- tangga agar tidak menyulitkan
pemilih penyandang cacat pengguna kursi roda

2. Lebar Pintu TPS


Pintu masuk dan
keluar TPS sebaiknya
lebarnya tidak kurang
dari 90 cm agar dapat

Halaman | 49
menjamin akses gerak bagi Pemilih penyandang
cacat yang menggunakan kursi roda.

3. Selasar (Ramp) pada TPS dalam bangunan


bertangga
Apabila TPS di tempatkan di gedung
bertangga-tangga perlu di buatkan bidang miring
(ramp) untuk memudahkan para pengguna kursi roda
dan lansia. Selasar sebaiknya dibuat kemiringan
dengan 1:10 (tinggi 1 m dengan panjang 10 m).
Selasar dibuat landai dan tidak licin.

4. Jalan menuju lokasi TPS.


Terkadang, lokasi TPS telah ditempatkan di
tempat yang akses bagi penyandang Disabilitas
namun jalan menuju lokasi TPS tidak aksesibel.
Sebaiknya jalan menuju lokasi TPS di tempat yang
rata tidak berbatu– batu, tidak berbukit–bukit, tidak
berumput tebal, tidak melompati parit/got dan tidak
bertangga–tangga.

5. Meja Bilik Suara


Meja bilik suara, dibuat dengan ukuran tinggi
meja bilik pencoblosan sekitar 90 cm s/d 1 meter dari
permukaan lantai/tanah, dengan bagian bawah meja

Halaman | 50
berongga (ruang kosong dibawahnya) untuk
memudahkan pemilih penyandang disabilita
pengguna kursi roda.

6. Meja Kotak Suara


Meja dengan ukuran
tinggi sekitar 35 cm dari
permukaan lantai/tanah
untuk meletakkan kotak
suara, sehingga bagian
atas kotak suara dapat
diraih oleh semua
pemilih termasuk pemilih penyandang cacat
pengguna kursi roda.
B. Pemungutan Suara.
(Selengkapnya Baca pada Bagian Petunjuk Teknis/
Panduan Pemungutan Suara)
1. Pelayanan Ketua/Anggota KPPS
o Dalam Rapat KPPS Ketua KPPS harus juga
menjelaskan kepada anggota KPPS tentang:
perlunya memberikan bantuan bagi pemilih
penyandang cacat (disabilitas), tata cara
penggunaan alat bantu coblos tunanetra,
kebebasan si pemilih untuk memilih
pendamping menuju bilik suara dan tentang

Halaman | 51
kewajiban mengisi formulir C3 bagi setiap
orang yang mendampingi penyandang cacat
menuju bilik suara
o Membantu memasukkan surat suara DPD ke
dalam alat bantu coblos tunanetra, selanjutnya
diserahkan kepada pemilih tunanetra untuk
menuju bilik suara, tujuannya untuk
menghindari kesalahan dalam memasukkan
posisi surat suara kedalam alat.

2. Alat Bantu Coblos Tunanetra (Template Braille)


Tuna Netra
Bagi pemilih tuna netra tersedia alat bantu
coblos untuk surat suara DPD Pemilu 2014 untuk
memudahkan melaksanakan hak pilihnya saat
melakukan pemungutan suara di bilik suara. Alat
bantu ini bertujuan manjamin agar pemilih dapat
memilih secara langsung dan mandiri.

3. Pendampingan
Bagi pemilih yang membutuhkan bantuan
atau pendamping dapat membawa pendamping
sendiri atau meminta bantuan kepada petugas KPPS.
Pendamping diwajibkan mengisi Model C3 (formulir
pendampingan)

Halaman | 52
4. Antrian Memilih di TPS.
Petugas KPPS selain menulis nomor urut
kedatangan pada Model C6, sebaiknya juga
memberikan penandaan atau informasi tambahan
pada formulir Model C6, tentang jenis kecacatan
pemilih apabila pemilih penyandang cacat, untuk
memudahkan petugas saat memanggil si pemilih
dalam antrian

Halaman | 53

Anda mungkin juga menyukai