KELAS 03
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Plasentasi Pada Hewan Ternak
Kambing”.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas-tugas mata kuliah “Ilmu Kebidanan dan
Kemajiran Veteriner”. Terimakasih penulis ucapakan kepada dosen pengampu mata kuliah
Dr. drh. Juli Melia, M. Si. yang telah mengajari dan membimbing penulis dalam matakuliah
ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk orangtua yang senantiasa mendukung
dalam segala hal. Serta kepada teman-teman yang telah membantu menjelaskan tentang tugas
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis terkhusus dan bagi
pembaca pada umumnya, aamiin Ya Rabbal’alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang………………………………………………1
1.2. Rumusan masalah………………………………………… 2
1.3. Tujuan……………………………………………………… 2
BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………….3-11
BAB III : PENUTUP…………………………………………………........
A. KESIMPULAN…………………………………………………12-13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Matakuliah kebidanan merupakan salah satu matakuliah wajib yang harus diambil dan
diselsaikan oleh mahsiswa kedokteran hewan guna untuk membekali mahasiswa dalam hal
kesehatan hewan terkhusus dalam bidang reproduksi. Dalam mata kuliah kebidanan ini
mahasiswa diharuskan dapat mengetahui dan menguasai dalam mendiagnosa kebuntingan
dan mengatasi permasalahan yang terkait dengan kelahiran atau partus. Untuk menunjang hal
tersebut maka dibuatlah makalah ini dengan judul Plasentasi pada hewan ternak, selain untuk
memenuhi tugas matakuliah dari dosen pengampu Dr. drh. Juli Melia, tetapi dapat menjadi
salah satu bacaan yang dapat menambah wawasan pembaca.
Kebuntingan berarti suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi),
terentang dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Pada kambing betina
yang bunting menunjukkan beberapa tanda, seperti tidak terlihatnya tanda-tanda estrus pada
siklus estrus berikutnya, membesarnya perut sebelah kanan, ambing menurun, badan sering
digesekkan ke dinding kandang dan kambing tampak lebih tenang (Kusumawati dan Nugroho
K., 2014).
1
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Implantasi atau nidasi adalah menempelnya atau tertanamnya ovum yang sudah
dibuahi pada dinding endometrium induk. Implantasi memerlukan penetrasi melalui epitel
uterus disertai sedikit tanda nekrosis. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas,
yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini
banyak mengandung sel-sel desidua.
Implantasi adalah tahap yang sangat awal kehamilan selama embrio melekat pada
dinding rahim. Pada tahap perkembangan prenatal, embrio blastokista ini adalah dengan
adhesi ini bahwa janin menerima oksigen dan nutrisi dari ibu untuk dapat tumbuh. Pada
manusia, implantasi dari ovum dibuahi terjadi antara 6 sampai 12 hari setelah ovulasi.
Dalam persiapan untuk implantasi, blastosis gudang lapisan luarnya, zona pelusida,
yang mengikat sperma selama pembuahan, zona pelusida berdegenerasi dan terurai, dan
digantikan oleh lapisan sel yang mendasari disebut trofoblas. Trofoblas akan menimbulkan
plasenta setelah implantasi. Selama implantasi, trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan
yang berbeda: sitotrofoblas batin, dan sinsitiotrofoblas luar. Sinsitiotrofoblas kemudian
implan blastokista ke dalam endometrium rahim dengan membentuk jari-seperti proyeksi ke
dinding rahim disebut chorionic villi. Vili korionik tumbuh keluar sampai mereka datang ke
dalam kontak dengan pasokan darah ibu. Para chorionic villi akan menjadi perbatasan antara
darah ibu dan janin selama kehamilan, dan lokasi gas dan nutrisi pertukaran antara janin dan
ibu. Penciptaan villi chorionic dibantu oleh enzim hidrolitik yang mengikis epitelium.
( Balinsky,1981).
3
A. Macam – Macam Implantasi
Berdasarkan proses perlekatan antara trophoblast dan sel epitel endometrium induk,
tipe-tipe nidasi/implantasi adalah sebagai berikut :
1. Implantasi Invasif
Pada hewan dengan implantasi invasive, dinding rahim di daerah tempat terjadinya
implantasi akan mengalami peningkatan vaskularisasi dan perubahan komposisi matriks
interseluler, perubahan morfologi sel-sel stromanya serta peningkatan pertumbuhan kapiler-
kapiler pembuluh darah. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi desidualisasi primer.Dalam 2-3
hari proses desidualisasi semakin meluas (reaksi desidualisasi sekunder) untuk
mempersiapkan endometrium sebagai bagian dari plasenta. Beberapa jam setelah terjadi
periekatan, permukaan epitel endometrium pada daerah periekatan mengalami erosi.
Penjuluran trofoblas menyelinap diantara sel-sel epitel dan kemudian mencernanya. Beberapa
scl-sel trofoblas menyatu membentuk hubungan (syncytiotrophoblast), sedangkan yang lain
tetap mempertahankan keutuhan selnya (sytotrophoblast). Sel-sel sitotrofoblas bertindak
sebagai sebagai sumber proliferasi sel-sel trofoblas, sebaliknya sel-sel sinsisiotrofoblas tidak
dapat berproliferasi telapi ia hanya dihasilkan dari sel-sel sitotrofoblas yang menyatu.
Jaringan kelenjar uterus dan jaringan desidua disekitar trofoblas embrio yang sedang implan
mengalami kerusakan. Kerusakan ini menyebabkan dikeluarkannya bahan-bahan metabolit
(Iemak, karbohidrat, asam nukleat dan protein) yang bertindak sebagai sumber nutrisi bagi
embrio yang sedang implan tersebut.
2. Implantasi Non-Invasif
Pada hewan dengan implantasi non invasive, nutrisi selama proses implantasi disediakan
oleh sekresi kelenjar uterus (susu uterus). Dengan perlekatan yang terjadi lebih lambat dan
pertambahan ukuran blastosis (dalam hal ini trofoblasnya) yang relatif besar memungkinkan
peningkatan luas permukaan untuk pertukaran metabolit dengan susu uterus terjadi. Luasnya
4
permukaan trofoblas ini juga memungkinkan perlekatan yang lebih ekstensif dengan
permukaan uterus selama proses implantasi.
5
Gambar: Implantasi Eksentrik
3) Implantasi superfisialisentral
Implantasi superfisial terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi
secara non invasive. Pada implantasi superfisial seperti pada kuda, babi,sapi,
domba dan kambing, perlekatan hanya terjadi pada permukaan uterus dan relatif
tidak terjadi.
6
Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan stuktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio
ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia, plasentasi berlangsung sampai 12-
18 minggu setelah fertilisasi.
Pada dasarnya, plasenta berasal dari sel trofoblas yang mulai terbentuk pada stadium morula
dan akhirnya berdifferensiasi sehingga membentuk satu lapisan sel trofoblas yang
mengelilingi blastosis. Sehingga kehamilan menjadi matang, trofoblas memainkan peranan
penting dalam hubungan antara feto-
maternal. Trofoblas memamerkan pelbagai
struktur, fungsi, dan bentuk pertumbuhan
pada semua komponen plasenta.
Pada hari ke-8 setelah fertilisasi,
setelah aposisi, sel trofoblas berdiferensiasi
menghasilkan dua lapis trofoblas. Lapisan
dalam disebut sitotrofoblas, merupakan sel
mononuklear dengan batas sel yang tegas,
disebut juga dengan sel Langhan. Lapisan
luar disebut sinsitiotrofoblas, berupa sel
multinuklear dengan batas sel yang tidak
GAMBAR 1: Trofoblas yang berdiferensiasi menjadi
tegas, berasal dari lapisan sitotrofoblas. sinsiotrofoblas dan sito trofoblas.
Dikutip dari kepustakaan 2
Setelah implantasi selesai, trofoblas
akan berdiferensiasi mengikuti dua jalur
utama, yang membentuk vili dan ekstravili. Trofoblas vili akan menjadi vili korion dimana
berfungsi untuk membawa oksigen dan nutrisi diantara fetus dan ibu. Manakala trofoblas
ektravili akan bermigrasi ke dalamdesidua dan miometrium dan juga berfungsi untuk
menginvasi pembuluh darah ibu. Oleh itu, trofoblas ekstravili dapat diklasifikasikan lagi
sebagai trofoblas interstisial dan trofoblas endovaskular. Trofoblas interstisial akan
menginvasi desidua dan akhirnya tembus ke miometrium untuk membentuk sel giant pada
placental bed. Selain itu, trofoblas ini juga akan bertanggungjawab untuk menginvasi arteri
spiralis.
7
GAMBAR 2: Ekstravili ditemukan di luar vili dan dapat di
bedakan lagi kepada tipe endovaskular dan interstisial.
Dikutip dari kepustakaan 2
8
Setelah aposisi, sel trofoblas akan menginvasi epitel endometrium lebih dalam,
sehingga sekitar hari ke-10, blastosis akan tertanam di dalam endometrium seluruhnya. Pada
hari ke-9 perkembangan, bagian blastosis yang tertempel pada dinding endometrium terdiri
daripada satu lapis sel yang telah gepeng sedangkan pada arah yang bertentangan, ketebalan
dinding terdiri daripada dua zona- trofoblas dan inner
cell mass atau diskus embrio yang akan berdiferensiasi
menjadi plat ektoderm primitif dan lapisan bawahnya
sebagai lapisan endoderm.2
Korion adalah lapisan membran yang terdiri
daripada sel trofoblas dan mesenkim yang melapisi
rongga kavitas pada blastosis. Sel mesenkim di dalam
kavitas sangat banyak dan akan menjadi semakin
mampat sehingga membentuk body stalk.2
Implantasi dan plasentasi terjadi antara hari 15 dan 60 kehamilan pada betina ketika
rahim tumbuh dan remodel untuk mengakomodasi perkembangan dan pertumbuhan
conceptus pada trimester terakhir kehamilan. Selain itu, caruncle dan kotiledon berkembang
dan berinterdigitasi untuk membentuk plasentom yang meningkatkan vaskularisasi dan
kelenjar endometrium intercaruncular tumbuh secara substansial selama kehamilan
(Bazer,2016).
9
Pada kambing, mulai pertengahan masa kebuntingan plasenta telah mulai berfungsi
menghasilkan laktogen plasenta yang bersifat luteotropik dan mampu merangsang corpus
luteum menjadi aktif kembali untuk mengasilkan progesteron untuk menjaga dan memelihara
kebuntingan (Buttle, 1978; Hyden et al.,1980).
10
3. Plasenta zonaria: villi menyerupai sabuk, mengelilingi bagian tengah embrio.
Misalnya: pada kucing dan karnivora lainnya.
4. Plasenta diskoidal: sebaran villi terbatas pada suatu daerah korion tertentu;
berbentuk seperti cakram (diskus).
Misalnya: pada manusia, rodentia.
Plasenta pada babi adalah plasenta diffusa karena sebagian besar permukaan
chorionnya bervili dan bertautan dengan endometrium. Pada biri-biri dan sapi, daerah
pertautan lebih terbatas serta tersebar ke dalam kelompok-kelompok kecil sehingga
plasentanya dikenal sebagai plasenta kotiledonaria. Bila pada daerah plasenta, vilinya
tersusun menyerupai sabuk, maka plasentanya disebut plasenta zonari misalnya pada
karnivora. Bila berkelompok pada suatu daerah terbatas dan berbentuk cakram maka
plasentanya disebut plasenta diskoidal seperti yang dijumpai pada rodentia dan manusia
11
Gambar 19. Tipe-tipe plasenta (A) Babi, diffuse, (B) Raccoon, zonari tidak
sempurna, (C) Beruang, sub tipe zonari, (D) Anjing dan
kucing, zonari atau annulus, (E) Kera, bidiskoidal, (F) Rusa
meksiko, kotiledonaria, (G) sapi , kotiledonaria (Carlson,
1988)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta adalah suatu struktur yang dibentuk melalui pertautan antara selaput-selaput
ekstra embrio dengan endometrium untuk keperluan pertukaran fisiologis. Secara structural
plasenta terdiri atas dua bagian, yaitu plasenta fetal dan plasenta maternal.
1. Semua kapiler baik kapiler embrio maupun kapiler induk memiliki lapisan dinding
yang terbentuk oleh satu lapisan yang disebut endothelium.
2. Pada bagian luar endothelium terdapat jaringan penghubung
3. Vilichorionik memiliki lapisan sinsitiotrofoblas pada bagian luar dan sitotrofoblas
pada bgaian dalam
4. Uterus induk memiliki lapisan epitel atau tidak.
Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup
embrio. Beberapa fungsi plasenta adalah:
13
2. Nutrisi, yaitu pengambilan air, garam- garam mineral, karbohidrat,
protein dan vitamin dari induk ke fetus
3. Sebagai proteksi terhadap virus dan bakteri
4. Sebagai kelenjar endokrin, plasenta menghasilkan hormon-hormon
yang berperan penting dalam memelihara kelangsungan hidup embrio
14
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B.I. 1981. An Introduction to Embryology. Ed. 5. New Delhi: Tata McGraw -Hill
Bazer, F.W. 2016. Reprodictive physiology of sheep (Ovis aries) and goats (Capra aegagrus
hircus). Animal algiculture (capter 11), 2(2):199-209. (terakreditasi scopus)
Bazer, F.W., Spencer, T.E., and Thatcher, W.W. 2012. Growth and development of the ovine
conceptus. J Anim Sci, 2(90):159-170. (terakreditasi scopus)
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi dasar. Erlangga,Jakarta
Hashem, N.M., dan Sallam, S.M. 2019. Reproductive performance of goats treated with free
gonadorelin or nanoconjugated gonadorelin at estrus. Journal Domestic Animal
Endocrinology, 5(6): 0739-7240 (terakreditasi scopus)
Mozez. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI Press, Jakarta.
Renegar, R.H., Bazer, F.W., and Roberts, R.M. 1982. Placental transport and distribution of
uteroferrin in the fetal pig. Biol Reprod, 2(27):1247-1260. (terakreditasi scopus)
Sadler, T. W., 1988. Masa Janin (Bulan Ketiga Hingga Lahir). Dalam: Susanto, I., alih
bahasa, Embriologi Kedokteran. edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Sutama, I.K., I.G.M. Budiarsana, Supriyati, dan Hastono. 2012. Perlakuan progesteron
eksogenus selama bunting untuk meningkatkan produksi susu dan pertumbuhan anak
pada kambing peranakan etawah. JITV 17(2): 83-91.
Hyden, T.J., C.R. Thomas, V.S. Smith and A.I. Forsyth. 1980. Placenta lactogen in goat in
relation to stage of gestation, number of foetuses, metabolites, progesterone and time
of day. J. Endocr. Vet. 86: 279-290. (terakreditasi scopus)
15
16