Anda di halaman 1dari 25

1

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I unit VII


dengan judul “ Perkembangan Embrio Ayam “ yang disusun oleh :

Nama : Indah adelia


NIM : H0322321
Kelas : Pendidikan Biologi B
Kelompok : IV (Empat)

Telah diterima dan dikoreksi oleh Asisten/ Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Majene, November 2023

Koordinator Asisten Asisten

Ice wiryazah Nurul Adilla Safitri


NIM.H0320303 NIM.H0321511

Mengetahui
Dosen Pengampuh Mata Kuliah

Pengampuh I Pengampuh II

Gaby Maulida Nurdin.S.Si.,M.Si Muh.Rizal Trias J.P.N.S.Pd.,M.Si


NIP: 199109262019032022 NIP: 199009212022031009

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik. Layaknya seperti bayi dalam kandungan, embrio ayam juga
mengalami perkembangan yang signifikan dari hari ke hari. Embrio ayam
di dalam telur mengalami perkembangan yang merupakan awal
kehidupan dari ayam. Sebagai peternakan breeding farm tentunya harus
mengetahui fase-fase perkembangan embrio telur ayam agar dapat
menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan embrio
tersebut bukan menghambat (Ganong, 2013).
Ayam hewan vertebrata yang tergolong kedalam bangsa aves. Salah
satu ciri bangsa aves adalah memiliki bulu dan berkembang biak dengan
bertelur. Telur dihasilkan oleh ayam betina didalam ovarium. Folikel
akan berkembang bergiliran menjadi sebuah telur yang sebelum keluar
disaluran oviduct dibungkus terlebih dahulu zat kapur. Perkembangan
embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning
telur, albumen, dan kerabung telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu
relative besar (Suryani, 2012).
Selama berkembang, embrio ayam memperoleh makanan dan
perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang
telur. Itulah sebabnyatelur unggas selalu relatif besar. Perkembangannya,
embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung
kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini
mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion
berfungsi sebagai bantal, alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen
embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa
pencernaan dalam ginjal dan menyimpannya dalam
3
alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencema albumen.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya (Ningtyas, 2013).
B. Tujuan Praktikum
1. Mengenal struktur embrio ayam selama embriogenesis
2. Melakukan pembedahan untuk mengetahui jenis, bentuk dan
susunan/posisiorang satu terhadap lainnya
3. Mengetahui pengelompokkan organ-organ dalam suatu
kerjasamafungsional yang disebut sistem organ
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat mengenak struktur embrio ayam selama embriogenesis
2. Dapat melekukan pembedahan pada ayam untuk mengetahui jenis,
bentuk,dan posisi/susunan organ
3. Dapat mengetahui pengelompokkan organ-organ embrio ayam

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian embriogenesis
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan
(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam
hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai
embrio dengan penekanan kepada pola-pola perkembangan embrio
(Adnan, 2018).
Embriologenesis adalah proses pembentukkan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaruh ditingkat sel. Reproduksi sel atau
perkembangbiakan adalah proses dimana suatu organisme menghasilkan
individu dari spesies yang sama. Perkembangan dari organisme itu
bertujuan agar organisme yang bersangkutan dapat mempertahankan
jenisnya. Sehingga bagi organisme. dengan bereproduksi maka hal
tersebut merupakan cara agar keturunannya tidak mengalami kepunahan
(Ningtyas, 2013).
B. Perkembangan Embriogenesis
Perkembangan embrio ayam dimulai dari fertilisasi, blastulasi,
gastrulasi, neurolasi dan organogenesis. Fertilisasi merupakan
penggabungan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina membentuk
zigot. Tahap selanjutnya adalah pembelahan secara mitosis pada zigot.
Blastula merupakan lanjutan dari stadium pembelahan berupa massa
blastomer membentuk dasar calon tubuh ayam, pada tahap ini terbentuk
blastoselom. Gastrula adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap
akhir proses gastrulasi ditandai dengan terbentuknya gastroselum dan
sumbu embrio sehingga embrio mulai tumbuh memanjang tubulasi
merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula. Embrio pada stadium
ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yaitu
5
pembentukan bumbung neural. Organogensis merupakan tahap
selanjutnya yaitu dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif
yang memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies
(Kusumawati, 2016).

Perkembangan Embriogenesis Embriogeni mengacu pada


perkembangan embrio di dalam benih. Urutan pembelahan zigot (produk
pembuahan sel telur dan sperma) dapat menentukan berbagai jenis
embriogeni, yang dinamai menurut kelompok taksonomi utama tempat
mereka 5 terjadi.Biasanya, pembelahan pertama zigot adalah melintang
(tegak lurus sumbu panjang gametofit betina dan nucellus), memulai
pembentukan embrio yang sangat muda, disebut proembrio. Pembelahan
melintang ini membatasi dua sel, sel basal di ujung chalazal dan sel
apikal (terminal) di ujung mikropil. Sel terminal akan membelah secara
subur, umumnya membentuk semua atau sebagian besar embrio, akhirnya
akan tumbuh menjadi sporofit baru (Maskuri, 2013).
C. Proses Embriogenesis
Menurut Juanda, (2013) Ada beberapa proses
embriogenesis yaitu:
1. Fase Morulasi
Hasil pembuahan antara sel sperma dan sel telur menghasilkan
zigotyang terus membelah membentuk banyak sel (sampai 32). Tahap
morula ialahtahap 32 sel-sel zigot yang tersusun padat. Kemudian
setiap sel akan terus melakukan pembelahan dalam rangka
pertumbuhan dan perkembanganhingga mencapai angka 64-100 sel.
Pembelahan hanya membagi-bagi sitoplasma zigot yang besar
menjadi banyak sel yang berukuran lebih kecildan masing-masing
berinti yang disebut blastomer (ukuran bolanya sama). Blastomer-
blasomer hasil pembelahan selanjutnya membentuk bola sel
padatyang disebut morula, proses terbentuknya morula disebut
morulasi
2. Fase Blastulasi

6
Setelah 4 sampai 5 hari zigot berubah menjadi bola padat yang
diikuti dengan migrasi sel-sel blastomer menuju vegetal pore,
sehingga terbentuk rongga di bagian animal pore yang disebut
blastocoel. Tahapan menghasilkan blastosit. Pada hari ke 6 atau 7
setelah fertilisasi, blastocyt siap berimplantasi di dalam dinding rahim
(uterus). Implantasi blastosit ke dinding endometriummemerlukan
waktu yang sangat singkat hingga lapisan zona pelusida melebur.
Blastosit mengeluarkan enzim yang berpenetrasi ke dalam
dindingendometrium, untuk memudahkannya

menempel di dinding tersebut Sel blastosit mendapatkan makanan


dari pembuluh darah pada dinding endometrium, yang terjadi pada
hari ke 7 setelah implantasi. Sel-sel trophoblast pada tepi zigot
berinvaginasi ke dinding basal uterus untuk memperkokoh kedudukan
zigot di dinding uterus.
3. Fase Gastrulasi
Pada tingkat gastrula ini akan terjadi proses dinamisasi daerah-
daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan
sesuai bentuk dan susunan tubuh spesies yang bersangkutan.
Melewati masa gastrulasi, perkembangan embrio menuju ke arah
organogenesis. Setelah blastosit berimplantasi, sel-sel trophoblast dari
blastosit berinvaginasi ke dindingendometrium. Blastosit berkembang
membentuk lapisan dari dalam ke luar yaitu; hipoblast, epiblast dan
trophoblast. Selanjutnya zigot memasuki fasegastrula dengan
terbentuknya rongga gastrocoel akibat involusi (pelekukan) bibir
dorsal blastopor ke bagian dalam rongga blastocoel. Involusi tersebut
mengakibatkan terbentuknya rongga gastrocoel atau arkenteron.
Rongga arkenteron kelak akan menjadi saluran pencernaan. Bibir
dorsal tempat involusi tersebut membentuk blatoporus, yang kelak
akan menjadi anus. Involusi sel-sel bibir dorsal ini akan terus
mendesak rongga blastocoel menjadi lebih sempit dan terbentuklah 3
lapisan embrional yaitu ektoderm, mesoderm dan entoderm.

7
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Hari/ Tanggal : Sabtu/ 06 November
2023Waktu : 07.30-09.30 WITA
Tempat : Lababoratorium Biologi Dasar Laboratorium
TerpaduUniversitas Sulawesi Barat
B. Alat dan bahan
1. Alat
a. Dessecting set ( seperangkat alat bedah)
b. Sabun
c. Lap tangan
d. Tissue
e. Sarung tangan plastik( glaver)
f. Buku tulis
g. Penggaris
h. Kain hitam
i. Senter
2. Bahan
a. Telur ayam baru
b. Nettar buffer formalin 5%
c. 0,5 neutral red
d. Hematoxylin Eosin (HE)
e. Kapas

9
C.Prosedur Kerja
3. Diskripsikan selengkap mungkin dimulai dari bentuk secara umun
termasuk warna, keadaan permukaan tubuh dan lain-lain, kemudian
dilanjutkan kemasing-masing bagian tubuhnya
4. Diamati morfologi embrio ayam secara lengkap

5. Dilakukan pembedahan organ untuk mengamati struktur anatominya

6. Dibandingkan pemisahan bagian-bagian organ pada embrio ayam

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Telur ayam umur 12 jam
Gambar tertutup Gambar terbuka Keterangan

1. Kuning telur
2. Putih telur
3. Tercipta pembuluh

Gambar pembanding

2. Telur ayam umur 3 hari


Gambar tertutup Gambar terbuka Keterangan
1. Putih telur
2. Kuning telur
3. Belum tercipta
embrio

Gambar pembanding

11
3. Telur ayam umur 5 hari
Gambar tertutup Gambar terbuka Keterangan

1. Ada pembuluh
darah
2. Baru membentuk
embrio

Gambar pembanding

4. Telur ayam umur 8 hari


Gambar tertutup Gambar terbuka Keterangan

1. Kaki
2. Ekor
3. Sayap ada kecil
4. Paru
5. Mata
6. Leher
Gambar pembanding 7. Hati
8. Jantung

12
5. Telur ayam umur 10 hari
Gambar tertutup Gambar terbuka Keterangan

1. Kaki

2. Ekor

3. Sayap ada kecil

4. Paru

5. Mata
Gambar pembanding 6. Leher

7. Hati

8. Jantung

B. Pembahasan
1. Telur ayam umur 12 jam
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada telur
ayam umur 12 jam terdapat bayangan, kuning telur, putih telur dan
tercipta pembuluh. Kuning telur sudah ada dalam telur sejak awal. Ini
adalah sumber nutrisi yang kaya untuk embrio. Putih telur juga hadir
dalam telur sejak awal. Ini memberikan protein dan air yang
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan embrio
dan pembuluh darah ini penting untuk menyediakan nutrisi dan
oksigen ke embrio saat perkembangannya berlanjut.
Menurut Iskandaria et al (2023), Awal perkembangan embrio
ayam, splanchnopleura dan somatopleura muncul dari badan embrio
(extra embrio) menuju kuning telur (yolk). Awalnya, tubuh embrio
tidak memiliki batas dan memungkinkan lapisan ekstraembrionik dan
intra-embrionik bertemu. Selama pembentukan tubuh embrio, lipatan
tubuh terbentuk, sehingga tubuh embrio hampir terpisah dari kuning
telur. Lipatan ini adalah batas yang terlihat jelas antara bagian dalam
13
(intra) dan bagian tambahan (ekstra). Selain badan embrio, terdapat
lipatan-lipatan di daerah kepala dan daerah lateral embrio, dimana
lipatan-lipatan ini memisahkan bagian dalam dan pelengkap embrio.
Telur ayam yang berumur 12 jam sampai dengan hari ke-2 diketahui
terlihat stria primitif yang mulai memanjang dari bagian posterior dan
mulai terbentuk cekungan primitif.
2. Telur ayam umur 3 hari
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada telur
ayam umur 3 hari terdapat tidak ada bayanga, Putih telur, Kuning
telur, sudah dierami, Belum tercipta embrio. Perkembangan embrio
pada hari ke-3 masih pada tahap awal, dan banyak organ dan struktur
belum sepenuhnya terbentuk. Proses perkembangan embrio ini akan
terus berlanjut.
Menurut Iskandaria et al (2023), pada penganmatan telur ayam
Tidak hanya itu, hari ke-2 sudah mulai muncul dan terlihat pembuluh
darah pada tubuh embrio. Hari 3 hari Kepala dan hati mulai terbentuk
meskipun masih terlihat seperti titik yang bedar. Pembuluh darah
sudah mulai jelas terlihat, serta area vaskulosa sudah mulai terlihat.
Pada umur inkubasi ke-3 dan ke- 4 juga ditemukan perkembangan
organ lainnya.
3. Telur ayam umur 5 hari
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada telur
ayam umur 5 hari ditemukan yaitu adanya kuning telur, putih telur,
dan pembuluh darah. Pada titik ini, embrio telah mengalami
diferensiasi sel yang signifikan, dan berbagai lapisan dan struktur
telah terbentuk. Proses perkembangan embrio akan terus berlanjut
menuju tahap selanjutnya.
Menurut Iskandaria et al (2023), pada pengamata telur5 hari
Embrio dapat dilihat dengan jelas. Kuncup-kuncup anggota tubuh
mulai terbentuk, termasuk diantaranya kepala. Pembuluh darah juga
semakin banyak dari hari sebelumnya, bakal lutut dan kaki sudah
mulai terlihat jelas

14
4. Telur ayam umur 8 hari
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada telur
ayam umur 8 hari ditemukan yaitu adanya kuning telur, putih telur,
pembuluh darah, neural tup, mata, kaki sudah ada, paruh kecil dan
jantung. Adapun perkembangan embrio masih berlanjut, dan
beberapa organ mungkin belum sepenuhnya matang pada tahap ini.
Proses perkembangan selanjutnya akan membawa embrio menuju
tahap penetasan.
Menurut Kusumawati (2016), Pada hari ke tujuh terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat, digiti sudah mulai tampak pada sayap
dan kaki, serta jantung sudah sempurna pada rongga toraks. Pada
perkembangan embrio ayam umur 8 hari mulai terlihat membran
niktitan dan pada perkembangan embrio ayam umur 9 hari terlihat
paruh akan mulai mengeras. Hal tersebut berbeda dengan hasil
penelitian Ayam Jawa Super umur 8 hari dan 9 hari, dimana pada
umur 8 hari belum terlihat adanya pertumbuhan dari membran niktitan
tetapi membran niktitan baru muncul pada umur 9 hari.
5. Telur ayam umur 10 hari
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada telur
ayam umur 10 hari ditemukan yaitu adanya leher, kepala, mata, paruh,
sayap, organ tubuh, bulu, ekor, jantung, hati, kaki dan neural tup.
Pada titik ini, embrio telah mencapai tahap perkembangan yang
signifikan, dan beberapa ciri khas ayam yang matang sudah mulai
terbentuk. Proses perkembangan selanjutnya akan membawa embrio
ke tahap penetasan sebagai anak ayam yang baru lahir.
Menurut Kusumawati (2016), Hasil penelitian perkembangan
embrio Paruh embrio Aayam Jawa super umur 10 hari mulai
mengeras tetapi belum bisa dilakukan pengukuran panjang paruh.
Pengukuran panjang paruh dan panjang jari ketiga baru bisa dilakukan
pada umur 11 hari. Panjang paruh yang terukur adalah 3 mm dan
panjang jari ketiga adalah 7 mm, serta terlihatmembran niktitan mulai
menutupi mata. Hal tersebut berbeda dengan umur 10 hari panjang

15
paruh dan panjang jari ketiga mulai bisa diukur. Ukuran panjang
paruh umur 10 hari adalah 2,5 mm dan panjang jari ketiga 5,4 ± 0,3
mm. Pada umur 11 hari membran niktitan mulai menutupi mata,
panjang paruh 3 mm dan panjang jari ketiga 7,4 ± 0,3 mm, namun
membran niktitan mulai menutupi mata pada umur 11 hari sudah
sesuai.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan emberiogenesis pada telur ayam
diketahui telur ayam umur 12 jam masih memiliki kuning telur, putih
telur, dan sudah tercipta pembuluh. Sedangkan teluar ayam umur 3 hari
masih memiiki putih telur, kuning telur, dan belum tercipta embrio. Pada
telur ayam umur 5 hari telah tebentuk pembuluh darah dan embrio. Dan
pada telur ayam umur 8 hari telah tercipta kaki, ekor, sayap kecil, paru,
mata, leher, hati, dan jantung.
B. Saran
1. Saran untuk Asisten

Diharapkan mempertahankan untuk tetap mengawasi dan


mengajarkan praktikannya untuk mengamati perkembangan embrio
ayam tersebut.
2. Saran untuk praktikan

Diharapkan agar memperhatikan dan memahami prosedur


praktikumserta mendengarkan saran dari asisten praktikum
3. Saran untuk Laboratorium

Diharapkan agar lebih memperlengkap alat yang akan


digunakan olehPraktikan, agar tidak menghambat jalannya praktikum.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2018. Perkembangan Hewan Makassar. Biologi FMIPA


UNM . diakses pada tanggal 9 november 2023 pukul 22:00
WITA.
Ganong. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
diakses pada tanggal 9 november 2023 pukul 22:00 WITA.
Iskandaria et al .(2023). Development of Free-Range Chicken (Gallus
domesticus) Egg Embryos With Brood Incubation and Incubation.
Jurnal Biologi Tropis, 23 (1): 255–259. Diakses pada tanggal 9
november 2023 pukul 22.00 WITA

Juanda. 2013. Embriologi Perbandingan. C.V. Armico. Bandung


Kusumawati, A. (2016). Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis
Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain
Veteriner, 34 (1):29-41. Diakses pada tanggal 10 november 2023 pukul
01.00 WITA
Maskuri. 2013. Zoology Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya
Ningtyas. (2013). Pengaruh Suhu Terhadap Daya Tetas dan Hasil Penetasan
Telur Itik. Jurnal Ilmiah Petenrakan, 2 (1): 347-352. Diakses pada
tanggal 9
november 2023 pukul 20.00 WITA
Suryani. (2012). Fertilitas Telur Dan Mortalitas Embrio Ayam Kedu Pebibit
Yang Diberi Ransum Dengan Peningkatan Nutrien Dan Tambahan
Sacharomyces Cerevisiae. Jurnal Animal Agricultural 3 (1):389-404.
Diakses pada tanggal 7 november 2023 pukul 20.00 WITA

18
19
20
DOKUMENTASI

21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai