Anda di halaman 1dari 3

Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II

ACARA 2
POLIPLOIDI PADA PTERIDOOPHYTA

A. TUJUAN
Untuk mengetahui tipe ploidi pada pteridophyta i dan faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi tipe ploidi tersebut

B. PENDAHULUAN
Individu poliploidi adalah suatu individu yang memiliki lebih dari dua perangkat
kromosom dalam sel tubuhnya. Individu-individu dalam satu genus sering mempunyai jumlah
kromosom yang berbeda, demikian juga individu dalam satu spesies. Adanya perbedaan
jumlah kromosom dalam satu spesies ini menyediakan sumber tambahan keanekaragaman
genetis.
Menurut Gardner (1991), poliploidi secara alami dapat terjadi karena beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi poliploidi antara lain:
1. Penggandaan somatik, sel somatik mengalami penggandaan secara tidak beraturan.
Pada saat pembelahan mitosis dihasilkan sel-sel meristematik yang mengganda tanpa
pembelahan yang menyebabkan kelipatan jumlah kromosom pada generasi berikutnya.
2. Sel reproduksi mengalami reduksi secara tidak beraturan yaitu perangkat kromosom
gagal berpisah menuju kutub-kutub equator pada saat anafase sehingga perangkat
kromosom tidak memisah dan tetap berada pada equator inti. Hal ini menyebabkan sel
mempunyai jumlah kromosom ganda (dua kali jumlah kromosom normal).
Poliploidi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi pada tumbuhan, khususnya
pada tumbuhan tingkat tinggi, salah satunya tumbuhan paku. Poliploidi pada tumbuhan paku
dapat disebabkan oleh berbagai proses baik somatik atau meiotik. faktor lingkungan seperti
ketinggian tempat dan suhu yang rendah dapat mempengaruhi jumlah kromosom pada
tumbuhan paku. Daerah dataran tinggi dengan suhu yang cenderung rendah tumbuhan paku
cenderung memiliki ploidi yang besar. Setyowati (2001) menyatakan bahwa di dataran tinggi
tipe sitologi tumbuhan paku yang ditemukan cenderung bersifat tetraploid, sedangkan di
dataran rendah tipe ploidi tumbuhan paku yang ditemukan cenderung bersifat diploid.
Salah satu jenis paku yang memungkinkan untuk dikaji sebaran ploidinya adalah
Pteris, karena memiliki persebaran yang luas (dapat dijumpai di dataran rendah, sedang dan
tinggi), disamping itu genus Pteris merupakan salah satu genus paku yang sering mengalami

Halaman | 9
Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II

poliploidi. Penentuan sitologi Pteris dilakukan dengan menghitung jumlah kromosom somatik
pada ujung akar yang sedang mengalami pembelahan tahap metafase.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Botol vial Pipet tetes
Kaca benda Mikroskop dengan perbesaran 100 x 10
Kaca penutup Hand counter
Saringan Polybag altimeter
Pinset, silet Stereofoam.
Water bath

Bahan
Larutan FAA : untuk mempertahankan kondisi sel sehingga sel tidak melakukan
fase pembelahan selanjutnya.
HCl 1N : untuk melisiskan dinding sel tudung akar.
Acetocarmin : untuk memberikan pewarnaan sehingga kromosom dapat diamati.
Kertas hisap : untuk menghisap larutan HCl dari preparat sebelum ditetesi
Acetocarmin.
Balsem kanada : untuk mengawetkan preparat.
Tudung akar : P. vittata, P. biaurita, P. ensiformis

D. PROSEDUR KERJA
1. Menentukan 3 lokasi daerah dengan 3 ketinggian yang berbeda.
2. Mencari P. vittata, P. biaurita, P. ensiformis pada 3 daerah dengan 3 ketinggian yang
berbeda
ketinggian 82 m dpl (dataran rendah).
ketinggian 500-600 m dpl (dataran sedang).
ketinggian 900-1000 m dpl (dataran tinggi).
3. Memotong tudung akar dari ketiga jenis tumbuhan paku dari ketinggian yang berbeda
pada saat pembelahan maksimum, sepanjang 1 cm. Selanjutnya memasukkan potongan
tudung akar ke dalam ampul yang sudah diisi larutan FAA untuk menghentikan proses
mitosis yang berlangsung.

Halaman | 10
Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II

4. Mengambil potongan tudung akar dari botol ampul menggunakan pinset lalu mencuci
dengan air kran sampai 8 kali.
5. Setelah dicuci tudung akar dimasukkan ke dalam botol ampul yang telah diisi dengan
HCl 1 N.
6. Memasang botol ampul pada stereofoam yang telah dilubangi terlebih dahulu, kemudian
memasukkan ke dalam waterbat yang telah diisi air secukupnya.
7. Menset waterbat dengan suhu 60º C kemudian menyalakan waterbat dan menunggu
sampai lampu merah yang menyala pada waterbat mati.
8. Setelah lampu merah mati, selanjutnya mendiamkan selama 15 menit. Dan setelah 15
menit botol ampul dikeluarkan dan potongan akar dikeluarkan menggunakan pinset dan
diletakkan pada kaca benda.
9. Memotong tudung akar dengan silet, meneteskan accetokarmin, menutup dengan kaca
penutup lalu menekan kaca penutup dengan ibu jari.
10. Preparat selanjutnya diamati di mikroskop menggunakan perbesaran 1000x.
11. Menghitung jumlah kromosom yang terlihat pada sel yang sedang mengalami metafase
atau anafase dengan menggunakan hand counter.
12. Penghitungan dilakukan dengan mengamati 5 sel untuk tiap preparat dan untuk masing-
masing sel dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
13. Melakukan pengumpulan data dan dilanjutkan dengan melakukan analisis data untuk
mengetahui ploidi pada masing tumbuhan untuk tiap ketinggian dan melakukan analisis
secara statistik untuk mengetahui perbedaannya

Pteris vitata Pteris baurita Pteris ensiformis

Halaman | 11

Anda mungkin juga menyukai