Anda di halaman 1dari 11

PENETAPAN KADAR HCG DENGAN TEKNIK

IMUNOKROMATOGRAFI

Oleh:

Nama : Cris Gaby Sepanya


NIM : B1A019084
Rombongan : IV
Kelompok :2
Asisten : Pratiwi Kusuma

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HCG adalah hormon yang mendukung perkembangan telur dalam ovarium


dan merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi. Hormon HCG
tersusun atas glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblast dan bakal plasenta.
Pembentukan HCG maksimal pada 60-90 hari, kemudian turun ke kadar rendah
yang menetap selama kehamilan. Kadar HCG yang terus menerus rendah
berkaitan dengan gangguan perkembangan plasenta atau kehamilan. Kadar HCG
memiliki struktur yang sangat mirip dengan yang bekerja pada reseptor LH
sehingga usia korpus luteum memanjang. HCG mula-mula di produksi oleh sel
lapisan luar blastokista. Sel ini berdiferensiasi menjadi sel tropoblast,
sinsitiotropoblast yang berkembang dari tropoblast, terus menghasilkan HCG
yang disekresikan dan dapat dideteksi disekresi vagina sebelum inplantasi.
biasanya HCG dapat dideteksi di darah ibu 8-10 minggu (Frandson, 1993).
Hormon glikoprotein human chorionic gonadotropin (HCG) memainkan
peran penting dalam kelangsungan kehamilan. Reseptor HCG ditemukan di sistem
reproduksi, di jaringan ekstra-gonad, sel T, sel B dan makrofag (De et al., 2018).
(HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin.
Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan
epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan
ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG
disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode
immunokromatografi merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi
kehamilan dini (Harti, 2013). Penggunaan strip HCG urine test merupakan suatu
metode immunoassay untuk memastikan secara kualitatif adanya Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) didalam urine sebagai deteksi dini adanya
kehamilan. Human Chorionic Gonadotropin merupakan sebuah hormon
glikopeptida yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan. Adanya HCG dan
peningkatan konsentrasinya secara cepat didalam urin ibu membuatnya sebagai
penanda untuk memastikan kehamilan (Prawirohardjo, 1976). Kenaikan hormon
HCG dihasilkan dari plasenta kehamilan dan juga dipengaruhi oleh hormone
estrogen dan progesterone (Christiani & Andayani, 2019).
Imunokromatografi ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran samping
(lateral flow test) atau dengan singkat disebut uji strip (strip test) tergolong dalam
kelompok imuno ASSAY berlabel sampel seperti imunofluerens (IF) dan imuno
enzim (EIA). Imunokromatografi assay (ICA) merupakan perluasan yang logis
dari teknologi uji aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi yang telah
dikembangkan sejak tahun 1957 singes dan piots untuk penyakit
Arthritisrheumatoid.Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy
test, HPT) yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup
akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urin.
Urin yang digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena
konsentrasi hormon HCG tinggi pada saat itu. Bentuk alat tes kehamilan (test
pack) ada dua macam, yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus
dicelupkan ke urin yang telah ditampung atau disentuhkan pada urin waktu buang
air kecil sedangkan compact sudah ada tempat untuk menampung urin yang akan
diteteskan. Test slide ini sangat tergantung pada kerja sama antibodi dan antigen.
Antibodi ini zat kimia yang dihasilkan oleh limfosit dan struktur lain di dalam
tubuh. Sedangkan antigen, zat asing yang masuk dan merangsang reaksi kimia
tubuh. Jika antigen masuk ke dalam jaringan tubuh, antibodi bereaksi sehingga
antigen tidak berbahaya lagi. Tiap antibodi hanya bereaksi terhadap antigen
tertentu. Antibodi-antibodi itulah yang “ditambatkan” pada media test, yang
mempunyai dua strip (garis) indikator (Pearce, 1997).

B. Tujuan

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui adanya HCG pada urin
wanita hamil dengan menggunakan teknik imunokromatografi.

.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada acara pratikum kali ini adalah sampel urin
wanita hamil dan sampel urin wanita tidak hamil.
Alat yang digunakan pada acara pratikum kali ini adalah botol film dan
test strip Acon

B. Cara Kerja

1. Urin dituang pada botol film.


2. Teststrip dibuka, kemudian dicelupkan ke dalam botol film yang berisi urin
(dalam mencelupkan teststrip, tidak boleh melebihi tanda garis pada teststrip).
3. Hasil dibaca setelah 5 menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Hasil Uji Urin Wanita Hamil Menggunakan Testrip

Gambar 3.2 Hasil Uji Urin Wanita Tidak Hamil Menggunakan Testrip
B.Pembahasan
Metode pemeriksaan kehamilan yang dilakukan saat praktikum adalah
Immunokromatografi, yaitu urin dimasukkan ke dalam botol film dan dibiarkan
berpindah (migrasi) melalui membran hingga mencapai lubang akhir tes kurang
lebih 5 menit. Urin yang mampu menembus melalui membran menunjukkan
bahwa urin membawa anti-alpha HCG antibodi-colloid complex. Urin dan
antibodi-colloid complex pindah melalui daerah tangkapan antibodi anti bHCG
yang berhenti dan kemudian masuk ke bagian akhir dari membran. Terdapat dua
bagian dalam test trip yaitu:
a. Garis melintang adalah anti bHCG-HCG yang direkatkan pada membrane
(nitrocelulosa). Garis melintang akan selalu mengikat konjugat dan membentuk
warna.
b. Garis membujur adalah anti bHCG jika urin mengandung HCG, bagian b
terikat pada garis membujur ini, bagian alfa akan mengikat konjugat dan
membentuk warna.
Berdasarkan hasil pengamatan kadar HCG pada urin wanita hamil dan
wanita tidak hamil, didapatkan bahwa pada urin wanita hamil diperoleh kadar
HCG dalam jumlah tinggi, dimana ditandai dengan muculnya dua garis merah
pada test trip. Sedangkan, pada wanita tidak hamil tidak ditemukan kadar HCG,
ditandai garis merah hanya muncul pada area kontrol. Strip yang berfungsi
sebagai kontrol akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif,
sehingga kontrol menjadi tanda acuan ketepatan hasil tes. Perubahan warna terjadi
akibat adanya antibodi yang telah direaksikan dengan zat-zat tertentu bereaksi
dengan antigen. Sampel kedua yang menunjukkan hasil negatif, maka hanya pada
kontrol saja terjadi perubahan warnanya, karena tidak terjadi reaksi antigen-
antibodi pada sampel urin yang diujikan. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di
strip tersebut menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel
yang ujikan tersebut mengandung HCG dan wanita akan positif hamil.
Sedangkan, apabila hanya kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel
tidak mengandung HCG dan wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan
kedua garis kontrol dan tes sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka
dapat dipastikan bahwa alat tersebut sudah rusak. Begitu pula, jika dibagian tes
hasilnya menunjukkan perubahan warna sedangkan pada kontrol tidak, maka
dapat dinyatakan alat tersebut sudah rusak (Eliss, 2007).
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa pada wanita hamil
didapatkan hasil garis dua merah, sedangkan pada urin wanita tidak hamil hanya
diperoleh garis kontrol. Sesuai dengan pernyataan George (2008) strip HCG urin
adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi dimana menggunakan
antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi adanya HCG didalam urin
dengan derajat sensitivitas yang tinggi. Peningkatan level HCG sebesar 20
mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit. Prinsip dari test ini adalah
penambahan urin ke peralatan test dan membiarkannya berjalan di sepanjang
absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke HCG pada
daerah tes dan menghasilkan pita berwarna merah ketika konsentrasi HCG sama
dengan atau lebih dari 20 mIU/ml. Saat keadaan tidak adanya hormon HCG, maka
tidak akan terbentuk pita di daerah test. Reaksi pencampuran berlanjut di
sepanjang absorban melewati daerah test dan kontrol. Konjugasi yang tidak
berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna merah, yang
menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik.
Adapun mekanisme kerja testrip yang lebih rinci adalah urin yang
diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona
yang terdapat mobile anti HCG1. Anti HCG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona
anti HCG2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin
terdapat molekul HCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan
dengan anti-HCG1 akan berikatan dengan anti-HCG 2 sehingga akan terbentuk
warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak
terdapat molekul HCG, maka anti-HCG 2 tidak akan terikat. Selanjutnya urin
bergerak ke zona anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung
molekul HCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini
dikarenakan anti-anti HCG berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh
urin. Zona ini disebut control (Hanifa, 2005).
Strip HCG urin adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi
dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi
adanya HCG didalam urin dengan derajat sensitivitas yang tinggi. Peningkatan
level HCG sebesar 20 mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit (Cunningham,
2010). Strip HCG urin adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi
dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi
adanya HCG didalam urin dengan derajat sensitivitas  yang tinggi. Peningkatan
level HCG sebesar 20 mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit. Tidak adanya
hormon HCG, maka tidak akan terbentuk pita di daerah tes. Reaksi pencampuran
berlanjut di sepanjang absorban melewati daerah tes dan kontrol. Konjugasi yang
tidak berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna ungu,
yang menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik
(Eliss, 2007). Keuntungan penggunaan teknik imunokromatografi:
1. Mudah dilakukan.
2. Hasil cepat (3-10 menit)
3. Bersifat spesifik
4. Sensitifitas sampai 99,7%
Keuntungan immunoassay cara cepat menggunakan lateks pada lempeng
kaca adalah lebih baik dan cepat, tidak perlu disentifugasi, spesifik kalau
kandungan protein rendah (<50 mg/dl) dan tidak ada obat yang mempengaruhi
ikatan lateks HCG kovalen. Sedangkan, kerugiannya relatif tidak sensitif, angka
kesalahan teknis tinggi (1, 5 – 3,0 %) akibat pencampuran teknik yang tidak tepat
dan hasil positif palsu yang kadang-kadang terjadi disebabkan oleh protein protein
yang jelas. Teknik imunokromatografi ini memiliki keuntungan dan kerugian.
Keuntungan yang diperoleh pada teknik ini yaitu baik dan cepat, sentrifugasi atau
filtrasi tidak diperlukan, Spesifik kalau kandungan protein urin rendah, Tidak ada
obat yang mempengaruhi ikatan lateks. Kerugian teknik ini, yaitu relatif tidak
sensitif dibanding uji kehamilan lainnya, diperlukan kadar HCG minimal 1,5-2,5
IU/ml hingga muncul reaksi positif, sehingga pada kadar yang lebih rendah tidak
akan bereaksi, dan dapat menimbulkan hasil uji yang palsu, angka kesalahan
teknis tinggi (1,5-3,0%).
Penentuan kehamilan secara imunologik dapat dilakukan secara langsung
dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA). Dewasa ini untuk pemeriksaan
kehamilan di laboratorium-laboratorium yang paling banyak digunakan adalah
cara imunologik dengan cara Latex Agglutination Inhibition. Prinsip tes
imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi imunologis kimiawi antara
HCG dalam urin dengan antobodi HCG (anti HCG). Suspensi lateks mengandung
antibody monoclonal anti HCG dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai
anti HCG dan hormon HCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen. Ketika
anti HCG (antibodi) bertemu dengan antigen (hormon HCG) maka terbentuklah
kompleks imun (Cunningham, 2010).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


uji HCG pada wanita hamil ditunjukkan oleh terbentuknya dua garis merah pada
zona kontrol, sedangkan wanita yang tidak hamil ditunjukkan oleh terbentuknya
satu garis merah pada zona kontrol.
DAFTAR REFERENSI

Christiani, N. & Andayani, A., 2019. Perbedaan Kadar Hormon Chorionic


Gonadotrophine Pada Ibu Hamil Trisemester 1 yang Mengalami
Hiperemesis Gravidarum Sebelum dan Setelah Dilakukan Hipnoterapi di
Rumah Sakit Umum Ungaran Kabupaten Semarang. Indonesian Journal
of Midwefery, 2(2), pp.1-5.

Cunningham, G. 2010. Williams Obstetrics, 23ed, Mc-Graw Hill, inc. Health


Profession Division, Toronto, International edition, 117-120.

De , A., Bose, A., Malik, M. & Pal, R., 2018. Human Chorionic Gonadotropin Influences
Systemic Autoimmune Responses. Fronties in Endrocrinology, 9, pp.1-12.

Eliss, 2007, Mekanisme Tes Kehamilan. Gramedia. Jakarta

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

George Adriaans. 2008. Asuhan Antenatal Jaringan Nasional Pelatihan Klinik


Kesehatan Reproduksi. Surabaya : Bina Pustaka.

Hanifa,W dan Saifuddin,A.B. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Harti, Agnes S., Estuningsih, Heni Nurkusumawati. 2013. Pemeriksaan HCG


(Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi. Jurnal KesMaDaSka .

Johnson K. E. 1994. Hormon-Hormon Kehamilan. Jakarta : Binarupa Aksara.

Pearce, E. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Prawirohardjo, S. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Rao, A, Jagannadha  S. G. Kotagi,  and N. R. Moudgal. 1981. Effect Of Human


Chorionic Gonadotropin On Serum Levels Of Progesterone And Estrogens
In The Pregnant Bonnet Monkev (Macaca Radiata), March 1981; Vol. 3:
No: 1, 83-88.

Vitthala, S., Jerome Bouaziz, Amanda Tozer, Ariel Zosmer, And Talha AlShawaf.
2012. Tingkat Fsh Serum Pada Program Meluncur Pada Hari Hcg Dan
Hasil Klinis Mereka Di Ivf Icsi ± Cycles. Jurnal Endokrinologi P. 1-7.

Anda mungkin juga menyukai