Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNO SEROLOGI

“PEMERIKSAAN
HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (HCG) LATEX”

Nama : DEDE SATRIA WIJAYA


NIM : 1911050041
Prodi/kelompok : TLM 3B/ 5

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO

TAHUN 2019/2020
ACARA 1

Pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Latex

Tanggal Praktikum : 10 November 2020

Nama Probandus : Ny. Alin, sampel lab

Usia Probandus : 26 tahun

I. TUJUAN
1) Untuk mengetahui apa itu Human Chorionic Gonadotropin
2) Melakukan deteksi HCG dalam urine dengan metode Latex agglutination
3) Melakukan deteksi ada tidaknya kandungan HCG dalam urine

II. DASAR TEORI


HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormon yang
dihasilkan oleh plasenta pada awal kehamilan, hormon ini akan dikeluarkan
melalui urin dan juga dihasilkan bila terdapat poliferasi yang abnormal pada
jaringan epitel korion seperti molahidatidosa (hamil anggur) atau
choriocarsinoma (Harti, dkk, 2013).

Kadar HCG berubah secara dramatis selama trimester pertama.


Hormon ini mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan
trofoblas (plasenta). kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan
10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 IU/mL), kemudian turun pada
trimester kedua (sekitar 1000 IU/mL), kemudian naik kembali sampai akhir
trimester ketiga (sekitar 10.000 IU/mL). Deteksi HCG pada urin dapat
dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (Triyana, 2013).

Kadar hormon human Chorionic Gonadotropin (HCG), berubah


selama kehamilan trimester pertama. Hormon ini adalah yang pertama kali
dapat dideteksi sekitar 11 hari setelah terjadinya pembuahan, tetapi hanya
melalui test darah. Setelah itu antara hari ke-12 sampai 14, hormon ini dapat

2
dideteksi dengan test urin. Kadar HCG akan berlipat ganda kurang lebih 8
setiap 72 jam, mulai dari minggu pertama sampai ke-12 kehamilan, lalu akan
cenderung menurun setelah itu. Kadar HCG selama kehamilan trimester
pertama biasanya diukur dalam satuan international unit per mili liter, atau
IU/mL. Kisaran kadar hormon ini dapat sangat bervariasi dari satu wanita ke
wanita lain, dari satu kehamilan ke kehamilan lain. Kadar ini akan mencapai
puncaknya antara minggu ke 9-12 kehamilan, sekitar 25.700 sampai 288.000
IU/mL. Dengan berakhirnya kehamilan trimester pertama, pada minggu 13
dan 14, kadar hormon HCG akan menurun, sampai sekitar 13.300- 254.000
IU/mL.

Hormon kehamilan (HCG) hanya ditemukan pada tubuh seorang


wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena
pertumbuhan jaringan plasenta. Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar
hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon ini merupakan
indikator yang dideteksi oleh alat tes kehamilan yang melalui urin, karena
disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan dieksresikan melalui urin.

HCG dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan


peningkatan ekskresinya sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan
diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70
hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir
kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari.

HCG dikeluarkan oleh ginjal ibu dan dapat dideteksi dalam darah dan
urin, pada minggu-minggu awal kehamilan. Keberadaan hormon inilah yang
menjadi dasar tes kehamilan. Jenis-jenis test urin ada yang disebut tes carik
celup (metode imunokromatografi) dan ada yang disebut tes slide (metode
aglutinasi). Peningkatan kadar positif HCG tidak hanya pada kehamilan
namun terdapat pada mola hidatidiformis, korionepielioma, koriokarsioma.
Pengaruh obat seperti Antikonvulsan, hipnotil, penenang (fenotiazin) dan
antiparkinsonisme (Kee, 2013).

3
Jika sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan
sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Pada kehamilan biasanya terjadi
perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-hormon,
estrogen dan progesteron. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan
proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda
dalam metabolisme estrogen. Urin wanita hamil 10 banyak mengandung
estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Plasenta adalah sumber barrier
(penghalang) terhadap bakteri dan virus, akan tetapi tidak efektif dan saat ini
masih diragukan. Disamping itu plasenta juga sebagai tempat pembuatan
hormonhormon, khususnya HCG (Human Chorionic Gonadotropine),
estrogen dan progesteron. Di dalam plasenta hormon tersebut ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi. Bukti bahwa hormon itu dibuat di plasenta
adalah karena jaringan plasenta yang dibiakkan ternyata menghasilkan
hormon tersebut, Kadar progesteron terus dipertahankan selama trimester
awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormone.

Untuk memastikan kehamilan, ada dua jenis tes HCG yang umum
dilakukan, yaitu tes urin dan darah. Kedua jenis tes tersebut bertujuan
mendeteksi keberadaan hormon kehamilan. Sedangkan perbedaan diantara
keduanya adalah jika melakukan 11 tes darah, dalam pengambilan sampel
pasien merasa tersakiti, namun dengan melakukan tes urin tidak menyakiti
pasien tersebut (Triyana, 2013).

a. Tes Urin
Tes urin merupakan jenis tes kehamilan yang paling lazim
digunakan oleh wanita. Urin adalah ultrafiltrasi darah/plasma dalam
kapiler glomerulus berupa air dan kristaloid, selanjutnya didalam tubuli
ginjal disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari
cairan filtrasi untuk dikembalikan kedalam darah, selanjutnya proses
sekresi dikeluarkan melalui urin. Urin yang baik digunakan untuk
pengetesan yaitu urin yang dikeluarkan pertama kali saat bangun tidur atau
biasa disebut urin pagi sebab, pada masa itu, urin mengandung konsentrasi

4
HCG yang lebih tinggi dibandingkan waktu lainnya, hindari minum pada
pagi hari sebelum mengambil urin karena menyebabkan urin menjadi
encer, yang akan membuat HCG sulit untuk dideteksi (Triyana, 2013).
Tes urin dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu tes carik
celup (metode imunokromatografi) dan tes slide (metode aglutinasi).
1) Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan reaksi
antara urin wanita hamil yang mengandung α dan β HCG (monoklonal
HCG lengkap) dengan anti α dan anti β HCG pada tes line (T) dan
kontrol line (C). Apabila stik tes dimasukan dalam urin, maka urin
akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urin yang
mengandung α dan anti β HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C)
akibatnya akan timbul garis warna merah pada tes line (T) dan kontrol
line (C), garis warna merah 12 ini menunjukan hasil yang positif. Dan
apabila garis warna merah tidak tampak pada tes line (T) atau hanya
terdapat pada kontrol line (C) menunjukkan hasil tes yang negatif,
karena tidak terjadi reaksi monoklonal HCG lengkap antar anti α dan
anti β HCG (Harti, 2013).
Interpretasi hasi dalam metode imunokromatofrafi hasil
dinyatakan negatif apabila hanya terdapat satu tanda merah pada
bagian control line (C) dan tidak tampak garis merah pada bagian tes
line (T) (sensitifitas 0 IU/mL), dan apabila terdapat 2 tanda merah, satu
pada bagian tes line (T) dan satu pada bagian control line (C) maka
dinyatakan positif (sensitifitas 25 mIU/mL) (Harti, 2013).
Pada pemeriksaan HCG menggunakan sampel urin karena
pengambilan sampel mudah, praktis, tidak menyakiti pasien dan hanya
memerlukan tempat penampung urin saja. Keuntungan pemeriksaan
HCG secara imunokromatografi yaitu cepat, sehingga waktu yang
dibutuhkan sangat singkat, kemudian mudah didapat karena
diperdagangkan secara komersil. Meskipun banyak keuntungan dari
pemeriksaan metode ini tetapi juga terdapat beberapa kekurangan yaitu

5
tidak diketahui kadar HCG secara pasti, membutuhkan biaya yang
cukup mahal, lalu dari segi sensitifitasnya belum pasti (Harti, 2013).
2) Metode Aglutinasi
Aglutinasi adalah Teknik yang dapat menentukan antigen
atau antibodi secara semikuantitatif, aglutinasi dapat dilihat dengan
mata atau dengan mikroskop. Metode aglutinasi yang sering dipakai
adalah aglutinasi lateks yang menggunakan partikel lateks. Cara
aglutinasi lateks banyak dipakai untuk menetapkan adanya 14
rheumatoid faktor (RF) atau CRP dalam serum dan Human chorionic
gonadotropin (HCG) dalam urin.
Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya
reaksi imunologis kimiawi antara hormon HCG dalam urine dengan
antobodi (anti HCG). Suspensi lateks mengandung antibody
monoclonal anti HCG dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai
anti HCG dan hormon HCG yang terkandung dalam urin sebagai
antigen. Ketika anti HCG (antibodi) bertemu dengan antigen (hormon
HCG) maka terbentuklah kompleks imun (Maryunani, 2010).
b. Tes Darah Untuk
Tes darah sebenarnya memiliki fungsi 15 yang sama dengan tes
urin, tes tersebut biasanya dilakukan di laboratorium. Tingkat akurasinya
mendekati 100%. Pada umumnya, dokter akan menggunakan dua jenis tes
darah untuk memeriksa kehamilan, yaitu kualitatif dan kuantitatif. HCG
dapat dideteksi lebih awal dengan tes darah daripada tes urin. Tes darah
pun bisa mendeteksi kehamilan sekitar 6-8 hari setelah ovulasi
(melepaskan sel telur dari ovarium) (Triyana, 2013).
c. Tes dengan Menggunakan Alat Ultrasonografi (Ultrasound Scans)
Ada sebagian pasangan suami istri ragu dengan hasil tes urin
ataupun tes darah yang telah dilakukan, bagi mereka bisa mencoba tes
dengan menggunakan alat ultrasonografi (USG) yang biasanya terdapat di
rumah sakit, klinik-klinik bersalin, atau tempat praktik dokter.
Ultrasonografi (ultrasound) adalah penggunaan gelombang suara frekuensi

6
tinggi untuk melihat ke dalam rongga perut dan menampilkan citra janin di
layar monitor. Teknologi USG dapat mendeteksi kantong amniotik
(ketuban) pada kehamilan usia 6 minggu dan embrio 7 minggu. Tes
dilakukan untuk menentukan usia, laju pertumbuhan, dan posisi yang tepat
dari janin dan plasenta, mendeteksi ketidaknormalan, serta mengetahui
jumlah bayi yang dikandung. Manfaat lain dari pemeriksaan USG adalah
mendeteksi apakah kehamilan terjadi didalam atau luar kandungan.
Kehamilan yang terjadi di luar kandungan atau disebut juga kehamilan
ektopik merupakan kehamilan tidak normal dan perlu ditangani segera
(Triyana, 2013).

III. METODE
Metode kualitatif dan metode semi kuantitatif.

IV. PRINSIP
HCG yang terdapat dalam urin bereaksi dengan anti HCG yang terikat pada
partikel laateks. Reaksi ini ditunjukkan denan adanya aglutinasi pada partikel
lateks.

V. ALAT dan BAHAN


Alat :
1) Reaction slide
2) Mikropipet
3) Tip 100 µL
4) Urin container
5) Tabung reaksi
6) Rak tabung

Bahan :
1) Strip tes.
2) Urine.
3) Batang pengaduk

7
VI. CARA KERJA
1. Pastikan kaset dan urin berada pada temperature ruang (56-86oF atau 15-
30oC) sebelum pengujian.
2. Keluarkan kaset tes dari pembungkus dan gunakan sesegera mungkin.
3. Tempatkan kaset pada permukaan bersih. Masukkan 3 tetes penuh urin
(setara 100 ul) pada sumuran sampel kaset kemudian atur waktu 12
dengan stopwatch. Usahakan gelembung udara tidak terjebak pada
sumuran.
4. Tunggu hingga garis merah muncul. Hasil akan terlihat setalah 3 menit.

VII. HARGA NORMAL


Nilai normal pada urine 0,3 IU/mL.

VIII. HASIL PEMERIKSAAN


Hasil pemeriksaan menggunakan metode aglutinasi lateks dengan probandus
Ny Alin menunjukan hasil hCG positif pada titer 1: 8 dengan perhitungan 2,4
IU/ml. Sedangkan pada hasil sampel lab menunjukan hasil negative hCG.

IX. PEMBAHASAN
 Perbedaan metode kualitatif dan semi kuantitatif
Pemeriksaan kualitatif yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya hormone hCG di dalam urin dengan menggunakan strip HCG,
sedangkan pemeriksaan semi kuantitatif adalah pemeriksaan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hormone hCG dengan urine bereaksi dengan
anti HCG yang terkait pada partikel latex, reaksi ini ditunjukkan dengan
adanya aglutinasi pada partikel latex.
 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
1) Alat tes kehamilan telah kedaluarsa atau tidak digunakan sesuai
intruksi
2) Tes kehamilan dilakukan terlalu dini sehingga kadar hCG masih
rendah atau belum cukup untuk menunjukan hasil positif
3) Urine telah tercampur dengan cairan lainnya

8
 Kelebihan dan kekurangan metode kualitatif
Kelebihan:
1) Cepat dan praktis
2) Alat dapat mudah didapat
3) Pasien dapat melakukan sendiri tanpa pergi ke RS, puskesmas, atau
pada bidan setempat
4) Hasil pemeriksaan mudah dibaca sehingga tidak perlu diragukan
Kekurangan:
1) Tidak diketahui kadar HCG secara pasti
 Kelebihan dan kekurangan metode semi kuantitatif
Kelebihan:
1) Tes kehamilan semi kuantitatif prosesnya cepat
2) Murah, mudah dikerjakan
3) Dapat ditetapkan berapa kadar hCG nya
Kekurangan:
1) Spesifitas yang agak rendah, sukar untuk interpretasi hasil
2) Memberi hasil yang berbeda-beda tergantung waktu pengambilan
sampel dan kenaikan titer antibody terhadap hormone hCG
3) Belum ada kesepakatan nilai standar aglunitasi

X. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan hCG menggunakan metode aglutinasi
lateks dengan probandus Ny. Alin umur 26 tahun menunjukkan hasil positif
dengan titer 1:8 dan dengan perhitungan 2,4 IU/ml, sedangkan pada
probandus sampel lab menunjukkan hasil negative.

9
Daftar Pustaka

Harti A.S., 2013. Diktat Kuliah Immunologi SerologiII. Surakarta.

Kee JL. 2013. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.


Jakarta: EGC.

Maryunani A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info


Media.

Triyana,YF. Panduan klinis kehamilan dan persalinan. Jogjakarta:


Divapress;2013

Mahasiswa,

DEDE SATRIA WIJAYA


1911050041

10
LAMPIRAN

11
12
13

Anda mungkin juga menyukai