Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HORMON HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPINE)


hCG (human chorionic gonadotropine) merupakan hormon polipeptida yang disintesis
oleh jaringan trofoblas plasenta (syncytiotrophoblast). Hormon ini hanya diproduksi pada
masa kehamilan. hCG berfungsi untuk mencegah perpecahan dari korpus luteum pada
ovarium dan juga mempertahankan produksi progesteron yang penting pada kehamilan pada
manusia, selain itu hCG juga berfungsi untuk memperkirakan toleransi imunitas pada
kehamilan.
hCG memiliki dua bentuk, yaitu alfa hCG yang dibentuk plasenta dengan susunan 92
asam amino dan beta hCG yang dibentuk oleh jaringan janin dan ginjal, beta hCG jumlahnya
145 asam amino. Subunit alfa hCG bersifat tidak spesifik karena dimiliki oleh hormon tropin
lain seperti FSH, LH dan TSH. Sedangkan subunit beta hCG berbeda dan spesifik, dimiliki
oleh hCG dan tidak dimiliki hormon tropin lain. Subunit beta bertanggung jawab terhadap
aktivitas biologisnya. Oleh karena itu, deteksi hormon hCG tidak lagi mengukur kadar hCG
total namun mengukur kadar hCG subunit beta agar hasilnya lebih menggambarkan kadar
hormon hCG yang sebenarnya.

Gambar1. Subunit hCG


Hcg disekresikan sejak hari ke 7-9 setelah ovulasi atau saat terbentuknya blastokis
sehingga dapat mempertahankan korpus luteum sampai plasenta terbentuk. Puncak
disekresikannya hcg tercapai pada 60 hari kehamilan atau minggu ke 10 dan selanjutnya
semakin menurun sampai akhir kehamilan. Konsentrasi hCG dalam darah dan urin maternal
memuncak selama trisemester pertama. Assai darah dan urin memperlihatkan puncak-puncak
yang sejajar sekitar 60 hari setelah terjadi fertilisasi, kemudian kadarnya menurun pada akhir
kehamilan (menjelang persalinan), kadar dalam serum meningkat sampai 50 hingga 100
IU/ml dan kemudian menurun sampai 10 hingga 20 IU/ml pada akhir kehamilan. Kadar hCG
dalam urin juga memuncak sampai 20.000 hingga 100.000 IU/hari dan menurun 4000 sampai
11.000 IU/hari pada akhir kehamilan.

Jumlah kadar hCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung pada usia
kehamilan. Kadar hCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah maupun tidak terlalu tinggi.
Kadar hCG yang normal sesuai usia kandungan adalah sebagai berikut :
Kadar hCG yang terlalu rendah dapat menyebabkan kesalahan perhitungan usia
kandungan, keguguran,dan kehamilan etropik (kehamilan di luar rahim). Sedangkan kadar
hCG yang terlalu tinggi juga dapa menyebabkan kesalahan perhitungan usia kandungan,
kehamilan molar (hamil anggur), dan kanker kariokarsinoma.

METODE TES KEHAMILAN


Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara biologik dan cara imunologik. Percobaan biologik dengan cara yaitu :
1. Reaksi Galli Mainini
Menggunakan kodok jantan buffo vulgaris disuntikan 5 cc air kemih wanita yang
sedang hamil pada bagian bawah kulit perut kodok. Jika hasil dari uji tersebut adalah
positif maka akan di temukan sperma pada air kemih kodok yang telah didiamkan
selama 3 jam. Uji ini digunakan pada zaman dahulu.
2. Reaksi Friedman
Menggunakan kelinci betina yang telah 2 minggu diasingkan dari jantan. Disuntikan 5
cc air kencing wanita yang sedang hamil intravena pada vena telinga kelinci selama 2
hari berturut-turut. Setelah 24 jam lalu dilakukan laparotomi, diambil ovarium,
diperiksa, bila ada korpus rubra dan lutea maka hasil tersebut adalah positif.
3. Reaksi Hogben
Menggunakan kodok xenopus laevis, disuntikan dengan 2 cc urin wanita yang sedang
hamil. Bila reaksi positif maka kodok akan mengadakan ovulasi dengan tanda
mengeluarkan telur dalam waktu 12 24 jam.
4. Reaksi dari Consulof
Menggunakan kodok rana exculenta, sebelum di gunakan kodok ini di ambil kelenjar
hypohysenya lebih dahulu hingga warna kodok menjadi pucat. Kemudian kodok ini
disuntikan dengan 2,5 cc urin wanita yang sedang hamil, bila setelah disuntik warna
kodok tersebut menjai cokelat, maka reaksi kehamilan positif.
5. Reaksi Aschiem Zondek
Menggunakan 5 ekor tikus betina imatur, pada hari kelima diadakan operasi pada
tikus-tikus betina yang telah di suntik itu. Operasi dititik beratkan pada perubahan
ovarium tikus putih, apakah ada korpus rubrum. Jika ada maka hasilnya adalah
positif, yang menandakan adanya prognandiol dalam air kemih menyebabkan adanya
ovulasi pada tikus yang belum dewasa.
Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat dilakukan secara langsung dengan
cara Direct Latex Agglutination (DLA) berdasarkan terjadinya reaksi HCG dalam urine
dengan reaksi antibodi HCG. Dapat pula dilakukan secara tidak langsung dengan cara Latex
Agglutination Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination Inhibition (HAI).
Aglutinasi adalah Teknik yang dapat menentukan antigen atau antibodi secara
semikuantitatif, aglutinasi dapat dilihat dengan mata atau dengan mikroskop. Metode
aglutinasi yang sering dipakai adalah aglutinasi lateks dan hemaglutinasi, yang masing-
masing menggunakan partikel lateks dan sel eritrosit yang dilapisi antibodi atau antigen.
Tergantung apakah yang hendak ditentukan itu antigen atau antibodi.
Cara aglutinasi lateks banyak dipakai untuk menetapkan adanya rheumatoid faktor
(RA) atau CRP dalam serum dan Human chorionic gonadotropin (hCG) dalam urin,
sedangkan cara hemaglutinasi sering dipakai untuk menetapkan HBsAg dan anti--HBsAg,
masing-masing cars reverse passive hemaglu- tination (RPHA) dan passive hemaglutination
(PHA), disamping itu juga untuk menetapkan adanya antibodi terhadap Treponema pallidum.

Direct Monoclonal Latex Pregnancy Test KIT


Uji kehamilan plasmatic direct monoclonal latex KIT dibuat untuk mendeteksi adanya
HCG pada urin wanita hamil secara kualitatif. Human chorionic gonadotrophin (hCG) adalah
sebuah hormone glikoprotein yang dikeluarkan oleh plasenta yang berkembang dalam jangka
waktu relative pendek setelah pembuahan. Di waktu pertama kali hilangnya menstruasi,
konsentasi hCG dalam serum dan urin daru 100 mlU/ml naik kosentrasinya sebanyak dua kali
lipat dalam 1,2-2 hari. Lebih dari 100,000 mlU/ml akan terlihat di trimester awal kehamilan
(1-4 bulan). Dan hCG dalam urin ini bisa dijadikan pilihan untuk menguji kehamilan.
Plasmatec direct pregnancy dijadikan dasar sebagai alat untuk melihat reaksi aglutinasi antara
partikel lateks yang telah mengandung antibodi anti hCG dan hCG dari urin sampel. Hasil
pengecekan ini akan dibandingkan secara visual dengan non-agglutinating kontrol negatif.
Urin yang akan diuji tidak boleh mengandung pengawet dan disimpan di wadah yang kering.
Saat pagi urine mengandung hCG dengan konsentrasi yang tinggi, namun bisa juga diambil
diwaktu yang lainnya.
Cara melakukan test ini adalah dengan meneteskan urin sampel dengan urin kontrol
negatif pada bulatan slide tempat aglutinasi. Campurkan dengan reagen lateks dan amati
aglutinasi yang terjadi dan catat waktunya. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya
aglutinasi dalam dua menit, dan hasil negatif ditunjukkan dengan aglutinasi yang terjadi di
atas dua menit. Keakuratan test ini mencapai 99%. Kekurangan dari test ini adalah
dikhususkan untuk specimen urine saja, dan tidak bisa dilakukan pada serum, urin yang
mengandung lebih dari 200mlU/ml yang dapat menunjukkan hasil yang positif, peningkatan
konsentrasi hCG ini dapat terpengaruhi oleh adanya penyakit pada wanita hamil tersebut
seperti adanya kanker.

Immunokromatografi Menggunakan Strip Uji


Metode imunokromatografi sebagai salah satu test diagnostik untuk mendeteksi hCG
dalam sampel urin secara in vitro, alat yang digunakan adalah strip uji yang dijual secara
bebas. Pada metode ini terjadi reaksi antara urin wanita hamil yang mengandung alfa hCG
dan beta hCG dengan anti alfa hCG dan anti beta hCG pada strip uji. Apabila strip uji
dimasukan kedalam urin, maka akan terjadi reaksi seperti diatas dan menyebabkan timbul
garis berwarna merah pada test line (T) dan control line (C) pada strip uji. Garis warna merah
yang terjadi pada test line (T) dapat terjadi karena pada test line (T) telah disensitisasi antigen
dan konjugat ditambah urin sehingga kromogen berikatan dengan antibodi maka akan
terbentuk reaksi garis warna merah. Konjugat berisi antibodi yang ditempeli enzim jika
kromogen bereaksi dengan enzim (peroksidase), maka warna tereduksi sehingga tidak
terbentuk warna merah tetapi apabila warna teroksidasi akan terbentuk warna merah pada test
line (T).Adanya garis berwarna merah ini merupakan tanda kalau adanya hCG dalam urin
dan menunjukan bahwa positif adanya kehamilan.

Gambar 3. Strip uji immunokromatografi


Keuntungan dari metode ini adalah mudah dan cepat sehingga pasien dapat
melakukannya sendiri, selain itu hasil pembacaannya juga mudah sehingga tidak diragukan
lagi. Tetapi kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat mengetahui kadar hCG secara pasti
Sumber :
Speicher, Carl. E dan Smith, Jack. W. 1994. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif.
Jakarta: buku kedokteran EGC
Manuaba, I. B. G dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: buku kedokteran EGC
Heffner, Linda. J dan Schust, Danny. J. 2005. At a Glance: Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga Medical Series
Harti, Agnes Sri dkk. 2013. Pemeriksaan hCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk
Deteksi Kehamilan Dini secara Immunokromatografi. Surakarta: Prodi S-1 Keperawatan,
STIKes Kusuma Husada Surakarta dan Jurusan Akupuntur, Poltekes Surakarta
https://www.academia.edu/6731379/Apa_sih_hormon_HCG_itu_Terus_Galli_Mainini_Test

Anda mungkin juga menyukai