Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUM ENDOKRIN


PEMERIKSAAN FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Nama : Hans Rico Mahendra


NIM : 2011304041
Instruktur : Rosilia Safitri, S. Tr. Kes

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pemeriksaan Beta-HCG

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar Beta-HCG

C. DASAR TEORI
Pemeriksaan untuk mengonfirmasi kehamilan umumnya didasarkan pada deteksi
beta-hCG, yang dihasilkan oleh embrio. Hormon ini dapat dideteksi melalui urin atau
darah. Pemeriksaan urin tergolong pemeriksaan kualitatif, yakni hanya bisa menyatakan
positif atau negatif untuk beta-hCG. Sedangkan pemeriksaan darah tergolong pemeriksaan
kuantitatif, yakni mampu menyatakan keberadaan hormon dan kadarnya di dalam darah.
Kadar beta-hCG diukur dalam satuan milli-international unit per milliliter (mIU/mL).
Kadar hormon ini terdeteksi di sepanjang masa kehamilan, akan tetapi kadarnya bervariasi
seiring dengan pertumbuhan janin. Pada kehamilan, beta-hCG mulai diproduksi tubuh
setelah implantasi embrio, yang terjadi sekitar 6 hari pasca pembuahan. Sejak itu, kadarnya
akan meningkat dua kali lipat setiap 2-3 hari (48-72 jam).
Di dalam darah, beta-hCG dapat terdeteksi sekitar 11 hari setelah pembuahan.
Sedangkan di dalam urin, dapat terdeteksi sekitar 12-14 hari setelah pembuahan. Oleh
sebab itu, pemeriksaan beta-hCG untuk mengonfirmasi kemungkinan kehamilan sebaiknya
dilakukan ketika haid sudah terlambat atau paling sedikit 15 hari setelah hubungan intim—
di mana terjadi pembuahan. Ini memberikan waktu pada hormon untuk mencapai kadar
yang bisa terdeteksi oleh pemeriksaan.
Sejak mulai meningkat dan di sepanjang trimester pertama kehamilan, kadar beta-
hCG akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya di minggu ke-8 hingga ke-11
kehamilan. Setelah itu, kadarnya akan menurun, dan cenderung konstan mulai minggu ke-
12 hingga ke-14 kehamilan. Kadar beta-hCG bisa bervariasi antar ibu hamil. Ini karena ada
banyak faktor yang memengaruhi kadar hCG total. Di antaranya, kebiasaan merokok,
indeks massa tubuh, ras/etnis, paritas (berapa kali wanita telah melahirkan), dan
hiperemesis gravidarum. Oleh sebab itu, untuk mengonfirmasi suatu kehamilan, yang lebih
dilihat adalah pola peningkatan beta-hCG dan bukan kadar totalnya.
Secara umum, kadar beta-hCG di bawah 5 mIU/mL dianggap tidak hamil dan di
atas 25 mIU/mL adalah positif hamil. Bila kadarnya antara 6-24 mIU/mL, maka perlu
diperiksa ulang. Bila kadarnya meningkat, maka kehamilan dapat dikonfirmasi.
Pemeriksaan ini seringkali perlu dilakukan beberapa kali dengan interval beberapa hari
untuk memberikan interpretasi yang lebih akurat.
Pada kehamilan dengan teknologi reproduksi berbantu, pemeriksaan beta-hCG
biasanya dilakukan 10-15 hari pasca inseminasi buatan atau pasca transfer embrio pada
siklus bayi tabung. Bila hasil beta-hCG di atas 50 mIU/mL, maka dokter akan
menjadwalkan ultrasonografi (USG) transvaginal untuk mengonfirmasi adanya kantung
kehamilan. Sebaliknya, bila hasil beta-hCG di bawah 50 mIU/mL, pemeriksaan perlu
diulang beberapa kali untuk memastikan kehamilan berkembang dengan semestinya.

D. METODE
1. ALAT

Alat yang digunakan pada praktikum pemeriksaan yaitu, spuit 3 cc, vacutainer
warna merah, sentrifuge, cup serum, mikropipet 200 , tip warna kuning, SPR, mini
vidas. Microtube, microplate, mikropipet, tip, ELISA READER, kertas blot/absorbent.

2. BAHAN
Bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan yaitu, serum darah,
reagen kit HCG.
3. CARA KERJA
1. Proses tawing yaitu pengenceran serum yang ada didalam mikrotube yang
sebelumnya disimpan dilemari es.
2. Memasukkan serum tersebut kedalam microplate sebanyak 50 µLsetiap
kelompok 5 lubang microplate.
3. Masukkan 100 µL hCG Kit yaitu anti-hCG (Mab) kesemua microplate, (4) tutupi
4. mikroplate dan inkubasi selama 60 menit dengan temperatur ruangan (18-26o
C),
5. Bersihkan semua serum/cairan dari mikroplate dengan cara dibilas menggunakan
buffer dan letakkan kertas blot/absorbent.
(6) tambahkan 100 µL TMB substrat kesemua mikroplate.
6. Inkubasi selama 10 menit pada temperatur ruangan. Tambahkan 50 µL stop
solution pada semua microplate, aduk hingga mencampur
7. Baca absorbansi pada ELISA reader 450 nm dalam waktu 15 menit setelah stop
solution diberikan

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji kehamilan yang paling sering ditemui adalah dengan pemeriksaan urin. Kadar
minimal beta hCG dalam urin untuk menghasilkan hasil yang positif berkisar antara 20-
100 mlU/mL (meskipun pada test pack mengatakan mempunyai batas minimal 5 mlU/mL).
Padahal, sampai 5 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, kadar beta hCG dalam
urin kadang masih dibawah 20 mlU/mL (meskipun pada beberapa wanita 4 minggu setelah
hari pertama menstruari terakhir sudah lebih dari ratusan mlU/mL).
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh
plasenta dalam kehamilan. Namun selama plasenta belum terbentuk, hormon ini dihasilkan
sel-sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan memasuki 12-13 minggu, hormon HCG
ini dihasilkan oleh plasenta. Di dalam tubuh, hormon ini bersifat mempertahankan korpus
luteum, yakni jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron. Hormon progesteron
ini berfungsi untuk memelihara atau mempertahankan proses kehamilan, sedangkan korpus
luteum ini ditunjang keberadaannya oleh HCG.
Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung pada usia
kehamilan. Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah, maupun tidak terlalu tinggi.
Jumlah hormon HCG tidak ditentukan oleh umur si ibu, jadi yang benar-benar
mempengaruhi jumlah kadar HCG adalah usia kehamilan Hormon ini juga dihasilkan bila
terdapat proliferasi yang abnormaldari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau
suatu chorio carsinoma.Kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam
urin padatrimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresikan oleh sel-sel tropoblas ke dalam
cairan ibu segera setelah setelah nidasi terjadi. HCG yang dihasilkan dapat ditemukan
dalam dalam serum dan urine. Adanya HCG dalam urine dapat digunakan untuk penentuan
kehamilan dengan cara sederhana. Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan
biologik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli
manini; masing-masing cara biologik ini menggunakan binatang uji. Sedangkan
pemeriksaan secara imunologik dapat dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination
(DLA) atau secara tidak langsung dengacara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta
cara Hemaglutination Inhibition (HAI).

F. KESIMPULAN
Test kehamilan mengandung antibodi yang secara khusus bereaksi dengan hormon
ini. Ketika strip test dicelupkan ke dalam spesimen urin, kapiler membawa spesimen untuk
bermigrasi sepanjang membrane. Ketika HCG dalam sample mencapai wilayah uji zona
membran, maka akan terbentuk garis berwarna. Tidak adanya garis berwarna ini
menunjukan hasil negatif. Untuk melayani sebagai kontrol prosedur, garis berwarna akan
muncul di wilayah zona kontrol, jika tes telah dilakukan dengan benar (Monotes HCG).
Terbentuknya garis warna merupakan reaksi antara antibodi HCG dengan antigen HCG
yang sudah dilapisi dengan konjugat koloidal. Konjugat koloidal yang semula tidak
berwarna akan berwarna merah bila terjadi ikatan antara antigen dan antibodi secara
kapilaritas dengan urin yang mengandung HCG sebagai antibodi dan strip test yang sudah
terdapat anti HCG sebagai antigen.
DAFTAR PUSTAKA
Cowie, A.T.I.C.,dkk 1980. Hormon Control of Lactation, Berlin Heidelberg: Germany
Donal, Mc.L.E.1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction, 3th Edition, Lea and
Febriger: Philadelphia
Frandson, R.D.1991. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak, Penerjemah: B. Srigandono dan
K. Praseno,UGM Press: Yogyakarta
Harti, A.S. dkk. 2013. Pemeriksaan Hcg (Human Chorionic Gonadotropin) Untuk Deteksi
Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi. Jurnal kesmadaska. Poltekes
Surakarta
Hafez, E, S.E.2000. Reproduction In Farm Animal. 7th Edition, Lea and Febiger. Philadelphia
Hefta,R.M. Sardina. Amiruddin, T . 2009. Buku Ajar Biologi Reproduksi. Jakarta: EGC.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan , Jakarta : CV. Trans Info Media.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar
KuliahObstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
Monotes HCG (Human Chorionic Gonadotropin) Test Strip (Urin) Notoatmodjo, S. (2010).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam .2008. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pekemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ENDOKRIN
PEMERIKSAAN LH (Luteinising Hormone)

Nama : Hans Rico Mahendra


NIM : 2011304041
Instruktur : Rosilia Safitri, S. Tr. Kes

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
A. JUDUL PRAKTIKUM
Analisa Pemeriksaan LH (Luteinising Hormone)

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar LH (Luteinising Hormone)

C. DASAR TEORI
Hormon adalah suatu substansi yang dihasilkan oleh kelenjar yang
tidaktersalurkan, akan tetapi langsung masuk ke dalam darah menuju alat-alat laindari
bagian tubuh dan berpengaruh di bagian tersebut. Kelenjar penghasilhormon dengan
hormon-hormon di antaranya yaitu kelenjar pituitari atauhipofisis mensekresikan hormon
somatik, hormon myotropik, hormonadrenotropik dan hormon gonadotropik meliputi FSH
(Folikel StimulatingHormon), atau hormon prolaktin yang mengendalikan pertumbuhan
dan perkembangan gonad, yaitu ovarium pada wanita dan testis pada pria(Fran dson,1991).
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yangdisekresikan oleh sel-sel
tropoblas ke dalam cairan ibu segera setelah setelahnidasi terjadi. HCG yang dihasilkan
dapat ditemukan dalam dalam serum danurin. Adanya HCG dalam urin dapat digunakan
untuk penentuan kehamilandengan cara sederhana (Siti, 1984).
Penentuan kehamilan dengan menggunakan urin dapat dilakukan dengandua cara
yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologikdapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, danGalli manini; masing-masing cara
biologik ini menggunakan binatang uji.Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat
dilakukan dengan caraDirect Latex Agglutination (DLA) atau secara tidak langsung
dengan cara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination
Inhibition(HAI) (Siti,1984).
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis,HCG
dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yangdiproduksi oleh
plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin.HCG mempunyai sifat seperti
LH pada wanita dengan produksigonadotropin yang rendah atau non siklis. Hormon ini
juga digunakan padawanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi infertilitas
atauabortus habitualis (Cowie, dkk, 1980).
Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tinggi sehingga sebagiandisekresikan di
dalam urin dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Puncak produksi hormon tersebut
dicapai dalam bulan kedua kehamilan. Jika t elurtelah dibuahi dan tertanam di dalam
endometrium, sel-sel tropoblas dalam plasenta yang sedang berkembang mensekresi
gonadotropin chorion (I mamdan Fahriyan, 1992; Ville, 1984).
Pada hewan betina, FSH dan LH akan mempengaruhi indung telur(ovarium). FSH,
LH, dan estrogen bersama-sama akan terlibat dalam siklusovulasi dan sekaligus
mempersiapkan uterus berkembang pada mamalia.Sedangkan pada jantan, FSH dan LH
akan mempengaruhi testis untuk mulaimemproduksi hormon testosteron dan sperma.
Sekresi FSH diatur juga olehsuatu faktor yang dihasilkan oleh hipotalamus yang disebut
faktor pelepasgonadotropin atau GnRF (Fried, dkk., 2006 ; Sumarmin, 2008).
Hormon LH dapat mendorong pertumbuhan folikel menjadi folikel praovulasi dan
diikuti terjadinya ovulasi. Peningkatan progesteron pada lapisan theka menyebabkan
lapisan granulosa menjadi lebih responsifterhadap LH pada saat folikel mendekati ovulasi.
Folikel ovari dan kadarestrogen di atas ambang akan memberi respon terhadapa
hipotalamus untukmenekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH
untukmenandai proses ovulasi (Donald, dkk, 1980 ; Hapez, 2000).
D. METODE
1. ALAT
Alat yang digunakan untuk praktikum analisa pemeriksaan hormon LH yaitu
mikropipet 200𝜇𝑙, tisu, dan mini vidas.
2. BAHAN
Bahan yang digunakan untuk praktikum analisa pemeriksaan hormone LH
yaitu serum darah dan reagen kit reagen VIDAS (reagen strip, SPR, standar, control
positif dan control negatif)
3. CARA KERJA
Menyiapkan alat dan bahan. Kemudian memipet 200 mikron sampel serum
dan dimasukkan ke dalam strip. Lalu strip dimasukkan ke dalam alat mini vidas
damemberi identitas sampel sesuai dengan section dan nomor rel pada menu
status screen. Hasil ditunggu kurang lebih 40 menit dan dibaca hasilnya.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan
antara ovum dengan sperma dan dilanjutkan dengan fertisilisasi, nidasi dan implantasi.
Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, dan segera memproduksi
hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon
kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar
janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Diagnosaa kehamilan pada
praktikum uji kehamilan didasarkan pada pendeteksian keberadaan hormon HCG (Human
Choironic Gonadotropin) pada urin.
Pada usia kehamilan 3 bulan pertama, plasenta membentuk suatu hormone salah
satunya adalah HCG. HCG tersusun atas glikoprotein diproduksi oleh placenta yang
dihasilkan oleh protoblash dan bakal plasenta. Placenta merupakan akar janin untuk
mengisap nutrisi dari ibu dan alat pembuang sisa metabolisme. HCG merupakan hormone
khas yang ada pada saat hamil, sehingga dapat dijadikan standar pemeriksaan kehamilan
dengan cara mendeteksinya pada urine atau darah. Pada praktikum uji kehamilan,
digunakan 2 jenis uji yakni menggunakan test pack dan menggunakan kodok jantan (Bufo
sp.).
Pada test Galli mainini ini yaitu menguji air seni wanita hamil muda dengan
menyuntikanya pada bagian saccus lymphaticus katak jantan karena akan dilihat pengaruh
hormon HCG dari urine hamil terhadap pelepasan spermatozoa pada katak jantan. Urine
wanita hamil yang disuntikkan mengandung HCG yang merangsang sel – sel interstitial di
testis (sel leydig) untuk menyintesis testosteron. Sekresi testosteron ini menyebabkan katak
jantan melepaskan spermatozoa.
HCG di produksi di Villi plasenta, terdapat dalam urine wanita hamil setelah
terjadinya implantasi. Hormon ini mempunyai peran sama dengan hormon gonadotropin
hipofisis yaitu FSH dan LH. Setelah dilakukan penyuntikan urine wanita hamil pada katak,
kemudian ditunggu sekitar 45 menit sampai satu jam. Reaksi pada katak akan
mengeluarkan urine, setelah urine keluar kemudian diperiksa di bawah mikroskop, apakah
pada urine katak tersebut terdapat spermatozoa ataukah tidak. Apabila terdapat
spermatozoa dalam urin katak, maka uji test pack dinyatakan positif, sedangkan apabila
tidak terdapat spermatozoa dalam urin katak, maka uji test pack negatif. Ada beberapa
kemungkinan penyebab tidak ditemukannya spermatozoa dalam urin katak. Pertama, katak
yang digunakan dalam percobaan mungkin masih terlalu muda. Lalu yang kedua, katak
yang disuntikkan air seni wanita hamil muda membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
dapat mengekskresikan spermatozoanya.

F. KESIMPULAN
Urin wanita hamil mengandung HCG yang merangsang sel-sel interstitial di testis
untuk menyintesis testosteron. Testosteron menyebabkan melepaskan spermatozoa.
Namun, pada hasil pengamatan, tidak dapat dibuktikan adanya kehamilan atau tidak
dengan menggunakan tes Galli Mainini. Hal ini dikarenakan, tidak adanya mikroskop
untuk mengamati ada atau tidaknya spermatozoa.
DAFTAR PUSTAKA

Cowie, A.T.I.C.,dkk. (1980). Hormon Control of Lactation, Berlin Heidelberg:Germany.

Frandson, R.D. (1991). Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak, Penerjemah: B.Srigandono dan K.
Praseno,UGM Press: Yogyakarta.

Muhayat, A. (1998).Pengaruh Hormon Terhadap Fase Kehamilan. SuryaAditama Media: Bandung

Sacher, Ronald A. Richard, A.Mc Pherson. (2004). Tinjauan Klinis HasilPemeriksaan


Laboratorium Edisi 2. Jakarta : EGC.

Siti,B.K. (1984). Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, FKUI:Jakarta.

Ville, C.A., dkk. (1984). Zoologi Umum, Edisi Keempat, Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai