Anda di halaman 1dari 20

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“IMUNOLOGI bab HCG metode latek dan galimainini serta tes WR ” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aprilia
Indra Kartika, S.Pd, M.Biotech selaku Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai HCG metode latek dan galimainini serta tes WR . Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semarang, 10 Desember 2018

Nadea S.
Hari/ tanggal : Kamis, 6 Desember 2018

Judul : HCG latex

Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya Human Chorionik Gonadotropin pada


urin wanita yang diduga hamil

Dasar reaksi : antigen + antibody membentuk aglutinasi

Bahan :

- Urin pagi
- Pereaksi HCG latek
- NaCl fisiologi

Alat :

- Mikropipet 10 µl 25µl 20 µl
- yellow tip
- Tusuk gigi
- Stopwatch
- Slide hitam

Dasar teori :

HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan


3-4 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir & biasanya dokter
menyebutnya HPHT (hari Pertama haid Terakhir) agar jumlah HCG
dapat dideteksi oleh uji kehamilan. ini adalah waktu yang dianjurkan.

Human Chorionic Gonadotropin juga disebut hormon kehamilan adalah


hormon yang dihasilkan selama kehamilan dalam plasenta manusia dan
bertanggung jawab atas pemeliharaan kehamilan. Melewati ginjal ke
dalam aliran darah dan sinyal indung telur dan kelenjar pituitary, bahwa
wanita hamil. Ini adalah ovulasi tidak ada yang lebih banyak untuk
mendapatkan lapisan rahim dan tidak menstruasi terjadi. Semua tes
kehamilan biasanya menunjukkan hormon ini.

Human chorionic gonadotropin berinteraksi dengan reseptor LHCG dan


mempromosikan pemeliharaan korpus luteum selama awal kehamilan,
menyebabkan ia mengeluarkan hormon progesteron. Progesteron
memperkaya rahim dengan lapisan tebal dan pembuluh darah kapiler
sehingga dapat menopang tumbuh janin. Karena biaya yang sangat-
negatif, hCG mungkin mengusir sel-sel kekebalan ibu, melindungi janin
selama trimester pertama. Ini juga telah dihipotesiskan bahwa hCG juga
bisa merupakan link plasenta untuk pengembangan immunotolerance
ibu lokal. Sebagai contoh, sel-sel endometrium hCG-diperlakukan
mendorong peningkatan apoptosis sel T (pembubaran T-sel). Hasil ini
menunjukkan bahwa hCG juga bisa merupakan link dalam
pengembangan toleransi kekebalan peritrophoblastic, dan dapat
memfasilitasi invasi trofoblas, yang dikenal untuk mempercepat
perkembangan janin di endometrium. Hal ini juga telah diusulkan
bahwa tingkat hCG yang terkait dengan keparahan morning sickness
pada wanita hamil.

Cara kerja :

A. Cara kualitatif
1. Dipipet 25µl urine pagi
2. Diteteskan diatas slide hitam
3. Ditamabahkan dengan 25µl dengan reagen HCG latek
4. Dihomogenkan dengan bantuan tusuk gigi
5. Dilihat ada tidaknya aglutinasi dalam waktu <2 menit
6. Bila + aglutinasi dilanjut tes cara kuantitatif

B. Cara kuantitatif
1. Dibuat pengenceran dengan cara, dipipet 10µl sampel urin +
40µl NaCl fisiologis ( harga titer 1/5 )
2. Kemudian dipipet 25µl enceran urine titer 1/5 ditambah dengan
25µl HCG latek.
3. Homogenkan, lihat ada tidaknya aglutinasi
4. Apabila enceran urine titer 1/5 diperoleh hasil + aglutinasi, maka
5. Buatlah enceran urine titer 1/10 dengan cara 25 µl urine titer 1/5
+ 25µl NaCl fisiologis
6. Dipipet 25µl enceran urine titer 1/10 + 25 µl HCG latek
7. Homogenkan, lihat ada tidaknya aglutinasi maksimal 2 menit
8. Apabila enceran urin 1/10 + aglutimasi maka
9. Buatlah enceran urine 1/20 dengan cara 25µl urine titer 1/10 +
25µl NaCl fisiologis
10. Dipipet 25µl enceran urine 1/20 + 25µl HCG latek
11. Homogenkan dan lihat ada tidaknya aglutinasi
12. Jika masih positif/ aglutinasi maka diperoleh titer ≥ 1/20

Hasil :

Keterangan: : aglutinasi

: tidak aglutinasi

Pembahasan :

Produksi hormon hCG akan meningkat hingga hari ke 70 dan akan


menurun selama sisa kehamilan. Hormon ini di ekskresikan melalui urin
juga terdapat dalam serum. Kali ini kta akan mendeteksi hormon
hormon hCG di urin wanita hamil. kadar HCG yang lebih tinggi pada
ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan kasus hamil
anggur/mola, Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga
laki-laki, kadar HCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya tumor
pada alat reproduksi.Tak hanya itu, kadar HCG yang terlalu rendah pada
ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi
di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut aborsi
spontan.

Pada praktikum ini deteksi hormon hCG dilakukan dengan


menggunakan metode aglutinasi lateks. Aglutinasi adalah Teknik yang
dapat menentukan antigen atau antibodi secara semikuantitatif,
aglutinasi dapat dilihat dengan mata atau dengan mikroskop.

Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi


imunologis kimiawi antara hormon hCG dalam urine dengan antobodi
(anti HCG). Suspensi lateks mengandung antibody monoclonal anti hCG
dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai anti hCG dan hormon
hCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen. Ketika anti hCG
(antibodi) bertemu dengan antigen(hormon hCG) maka terbentuklah
kompleks imun.

Semua urin diatas masing – masing ditetesi pada plat kaca dan
ditambahkan suspense lateks selanjutnya diaduk hingga seluruh
lingkaran penuh. Positif hCG ditunjukkan dengan terbentuknya
gumpalan bewarna putih pada urin. Pada hasil pengamatan menunjukkan
bahwa hanya pada urin uji terbentuk gumpalan bewarna putih.
Walaupun tidak terlihat jelas akan tetapi menunjukkan perbedaan warna
dan tekstur dengan urin lainnya.

Kesimpulan :

Jadi hasil menunjukan urine tersebut mengandung HCG dengan titer 1/5
Hari/ tanggal : Kamis, 13 Desember 2018

Judul : HCG metode galli mainini

Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya Human Chorionik Gonadotropin pada


urin wanita yang diduga hamil

Bahan :

- kantak jantan ( Bufo vulgaris ) dewasa


- urin wanita hamil

alat :

- spuit 1ml
- tempat katak
- mikroskop
- kaca objek
- deck glass
- pipet pasteur

dasar teori :

Perubahan-perubahan hormone yang meluas terjadi pada kehamilan


dalam usaha untuk mempertanyakan keadaan metabolisme ibu.
Ovarium,korteks adrenal janin,plasenta,hipofisis anterior,korteks
adrenal ibu dan pancreas terlibat dalam timbulnya perubahan-perubahan
hormone ini,yang mempunyai pengaruh mendalam terhadap
metabolisme kerbohidrat maupun lipid.Terutama yang penting adalah
peningkatan progresif dari sirkulasi estrogen yang pertama kali
dihasilkan oleh ovarium hingga minggu ke sembilan dari kehidupan
intraurin dan setelah itu oleh plasenta. Adrenal janin mangembangkan
dehidroepiandosteron sulfat,steroid precursor untuk estrogen pada akhir
pertengahan kehamilan.Sebagian besar estrogen yang dibentuk oleh
plasenta adalah dalam bentuk estriol bebas yang berkonjugasi dalam
hevar menjadi glukoronida dan sulfat yang bertambah larut, yang
dieksresikan dalam urin. Progestero yang dihasilkan untuk korpus
liteum sepanjang kehamilan khususnya selama 6 minggu pertama
Trofoblas mensintesis progesterone dari koresterol ibu merupakan
penyumbang untama terhadap kadar progesterone plasma yang
meningkat secara menetap selama kehamilan

cara kerja :

ciri-ciri katak jantan antara lain: pada telapak kaki depan terdapat
penebalan berwarna hitam, pada kulit leher bagian ventral terdapat
bercak agak merah kekuning-kuningan, kepala meruncing, warna tubuh
biasanya lebih gelap dari betina dan ukuran tubuh juga lebih kecil dari
betina.

1. Merangsang katak dengan menggunakan pipet pasteur pada bagian


kloakanya kemudian kalau keluar cairan, letakan diatas kaca objek
dan oeriksa dengan mikroskop, jika cairan itu sperma maka diganti
dengan katak baru.
2. Jika yang keluar bukan cairan sperma, kemudian katak disuntik 1 ml
urine sampel dibagian sub-kutan dengan cara mencubit/ menarik
kulit katak. ( biasanya untuk mnyuntik ini dipilih kulut punggung)
3. Menyuntik katak yang lain dengan aguades untuk digunakan sebagai
kontrol
4. Masukan katak yang telah diberikan air sedikit, kemudian inkubasi
kurang lebih 30 menit untuk melihat reaksinya.
5. Setelah itu merangsang bagian kloakanya dengan pipiet posteur
sampai cairain keluar.
6. Kemudian ambil 1 tetes cairan dari kloaka dan tetskan pada kaca
objek dan ditutup deck glass dan lihat dimikroskop, apakah ada
spermatozoa atau tidak.
Hasil : adanya spermatozoa dilihat pada mikroskop

Pembahasan :

Dalam percobaan ini digunakan hewan kodok (Bufo sp.) sebagai media
pembuktian ada atau tidaknya hormon choriogonadotropin dalam urin
wanita hamil. Penggunaan kodok sebagai media, karena pada amfibia
pengaruh hormon ini dapat menyebabkan ovulasi/ spermatogenesis
dalam beberapa jam. Kodok yang digunakan adalah kodok jantan karena
dengan ditambahkan hormon choriogonadotropin lebih dapat
menyebabkan spermatogenesis dengan cepat sehingga dapat dengan
cepat pula diketahui adanya hormon choriogonadotropin dalam urin
wanita hamil. Ini ditandai dengan lebih banyaknya sperma kodok jantan
dan pergerakannya juga lebih aktif.

Kodok akan disuntik dengan urin wanita hamil tanpa pengenceran dan
yang satunya dengan pengenceran. Penyuntikan dilakukan pada bagian
bawah kulit perut kodok. Ini dilakukan karena pada bagian tersebut
cairan urin yang disuntikkan dapat langsung menuju testis kodok
sehingga lebih cepat terjadi spermatogenesis.

dapat diketahui bahwa dengan disuntikannya urin wanita hamil yang


mengandung hormon choriogonadotropin maka kodok jantan lebih
cepat mengalami spermatogenesis, dapat dilihat dari banyaknya jumlah
sperma. Pada kodok yang disuntik dengan urin yang pekat (tanpa
pengenceran), ternyata jumlah spermanya jauh lebih banyak dan
pergerakannya lebih aktif.

Pada metode galli manini ini tidak didapatkan sperma pada katak, hal
ini terjadi dikarenakan :
• Tidak didapatkan urin (katak tidak pipis)

• Katak yang diinjeksikan urin ibu hamil tersebut bukan katak


jantan.

• Kurag tepat dalam menyuntikan jumlah urin, sehingga jumlah


urin yang masuk kurang banyak atu berlebihan, sebaiknya
jumlah urin yang di suntikan pada katak disesuaikan dengan
besarnya kodok. Atau bahkan dikarenakan cara penyuntikan
yang salah.

• Pemilihan urin ibu hamil yang melewati standar (seharusnya urin


ibu hamil kurang dari 3 bulan). Karena hCG akan berkurang
selama meningkatnya usia kehamilan, hingga hCG tidak dapat
merangsang katak.

Kesimpulan :

1. Pada percobaan telah ditemukan hormon choriogonadotropin pada urin


wanita hamil yang dibuktikan dengan adanya spermatozoa pada kodok
jantan (Bufo sp.).

2. Hormon choriogonadotropin dapat menyebabkan spermatogenesis


dengan cepat pada hewan amfibia khususnya kodok (Bufo sp.)
Hari/ tanggal : kamis. 15 November 2018

Judul : Tes Wesserman

Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya antibody terhadap treponema pallidum,


menentukan dosis hemolisin dan komplemen untuk tes WR.

Metode : wesserma

Alat :

- NaCl Fisiologis
- Serum inaktif
- Hemolisin 1/100
- Komplemen 1/20
- DMD 2%

Bahan :

- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Wather bath
- Centrifuge
- Mikropipet
- Tip

Dasar teori : Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Treponema
pallidum yang bersifat kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer
diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian
masuk kedalam periode laten tanpa menifestasi lesi di tubuh diikuti
dengan lesi pada kulit, lesipada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf
pusat dan sistem kardiovaskuler. Infeksi ini dapat ditularkan kepada bayi
saat masih berada dalam kandungan (sifilis kongenital).

Cara kerja :

Antigen
1. Jantung sapi dibersihkan yang keras (otot, urat) serta lemak
2. Dicuci sampai bersih
3. Dipotong kecil-kecil lalu digiling
4. Air daging dibuang
5. Sebanyak 100 gram jantung giling ditambah 500ml alkohol absolute,
dimasukkan dalam botol coklat
6. Botol disimpan pada suhu ruang dengan kasa, kemudian dengan kertas
saring
7. Filtrat bewarna kuning muda disimpan dalam botol coklat sebagai
ekstrak induk
8. Dilakukan titrasi untuk mengetahui dosisnya
- R/ Hemolisin : Glyserin 50% 2 cc
NaCl Fisiologis 98 cc

 Guna NaCl : Sebagai Pengencer


 Pada waktu pengenceran : Ambil dikocok
amboseptornya dengan pipet yang kemudian diisap dan
disemprotkan dengan keras hingga berbusa. Bila tidak
berbusa titer akan rendah atau titer tertiter.
 Komplemen 1/20 (50%)

R/ Serum Marmut : 0,,5 cc


NaCl Fisiologis : 9,5 cc
Buat Hemolisin 1/1000 dari Hemolisin 1/100

 Membuat DMD 100% -> 2% :


 V1 . N1 : V2 . N2
V1 . 100% : 8 . 2%

V1 : 16/100

V1 : 0,16 ml 160 µl

 8000 -160 :7840 µl NaCl Fisiologis


Diambil 160 µl dari DMD 100% ditambah 7840 µl NaCl Fisiologis.

 Membuat Komplemen 1 -> 1/20


 V1 . N1 : V2 . N2
V1 . 1 : 10 . 1/20

V1 : 10/20

V1 : 0,5 ml 500 µl

 10.000 - 500 : 9.500 µl NaCl Fisiologis


Diambil 500 µl dari komplemen 1 ditambah 9.500 µl NaCl Fisiologis.

 Membuat hemolisin 1/2


 V1 . N1 : V2 . N2
V1 . 1 : 2 . 1/2

V1 : 2/2

V1 : 1 ml 1000 µl

 2000 - 1000 : 1000 µl NaCl Fisiologis


Diambil 1000 µl dari hemolisin ½ di tambah 1000 µl NaCl Fisiologis.

 Membuat hemolisin 1/100


 V1 . N1 : V2 . N2
V1 . 1 : 3 . 1/100

V1 : 3/100

V1 : 0,03 ml 30 µl

 3000 - 30 : 2970 µl NaCl Fisiologis


Diambil 30 µl dari hemolisin 1/100 di tambah 2970 µl NaCl Fisiologis.

 Membuat hemolisin 1/1000


 V1 . N1 : V2 . N2
V1 . 1/100 : 4 . 1/1000

V1 : 400/1000

V1 : 0,4 ml 400 µl

 4000 - 400 : 3600 µl NaCl Fisiologis


Diambil 400 µl dari hemolisin 1/1000 di tambah 3600 µl NaCl Fisiologis.

1. Titrasi Hemolisin
Untuk menentukan dosis hemolisin yang tepat untuk reaksi atau tes wasserman.

Nomor Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NaCl Fisiologis - 0,5 1,0 1,5 2,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Hemolisin 1/1000 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 1,0 1,5 0,5 0,5 0,5
Enceran 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Hemolisin
Komplemen 1/20 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
NaCl Fisiologis 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
DMD 2% 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kocok homogen, masukan dalam wather bath 37°C selama 30 m3nit lihat terjadinya
hemolisin. Pengenceran tinggi yang masih menunjukkan hemolisa dengan nyata merupakan
titer hemolisin = 1 unit hemolisin.

Untuk titrasi komplemen dan tes WR digunakan = Hemolisin 2 unit. Dengan cara
sebagai berikut : Misal di ketahui Hemolisin lisi terakhir pada pengenceran 1/10.000

maka 1 unit hemolisin = 1/10.000

hemolisin 2 unit = 2 X 1/10.000 = 1/5000

cara membuat Hemolisin 2 unit :

R/ Hemolisin 1/100 1 cc

NaCl Fisiologis 49 cc

1. Titrasi Hemolisin
Hemolisin 1 unit = 1/2000

Hemolisis 2 unit = 2 x 1/2000 : 1/1000

2. Komplement

No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Komplemen 1/20 0,20 0,25 0,30 0,35 O,40 0,45 0,50 0,55
NaCl fisiologi 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Dikocok dan homogenkan, masukan ke WB pada suhu 37 °C salama 60
Hemolisin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
DMD 2 % 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Dikocok dan homogenkan, masukan ke WB pada suhu 37 °C salama 30 menit, lihat
terjadinya hemolisis.

Exact unit = EU

Jumlah terkecil dari komplement yang menunjukan hemolisin.

Full unit = FU

Untuk tes WR kualitatif dan kuantitatif digunakan 2 FU dengan jumlah 1 ml

Jadi EU = 0,30 ml

FU = 0,35 ml (dari: 0,30 + 0,05)


2FU = 0,7 ml

Lisis berada di nomor 3

3. Tes WR

No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nacl 0,2 0,1 0,1 0,1 0,4 0,1 0,1 0,1 0,1
Fisioloogis
Serum 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
inaktif

Dibuang 0,1 0,4


Antigen 1/ 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
100
Komplemen 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
2 FU
Dikocok homogenkan,dimasukan kedalam waterbath pada suhu 37°C selama
60 meit
Hemolitik 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
sistem
Dikocok homogenkan, dimasukan kedalam waterbath pada suhhu 37°C selma
30 menit
Pengenceran 1/3 1/6 1/1 1/24 1/12 Control Control Control Control
/ titer serum antigen Komplemen Hemoitik
Sistem
Apabila serum pasien positif mengandung antibody terhadap Treponema pallidum

maka tabung nomer 6 terllihat keruh (tidak terjadi hemolisa).

Tes Wasserman dinyatakan positif apabila anatara tabung nomer 1


sampai 5 tidak terjadihemolia (Keruh) dengan titer sesuai nomer tabung
yang bersangkutan.

Lysis → Tes Wasserman Negatif

Keruh → Tes Wasserman Positif


Pembahasan :

1. Hemolisin
Hemolisin adalah lipid dan protein yang menyebabkan lisis sel darah
merah dengan menghancurkan selaput sel, meskipun aktivitas litik
dari beberapa hemolisin yang diturunkan mikroba pada sel darah
merah sangat penting untuk memperoleh nutrisi,banyak hemolisin
yang diproduksi oleh patogen tidak menyebabkan kerusakan
signifikan sel darah merah selama infeksi, namun hemolisin mampu
melisiskan secara invitro, hemolisin berfungsi sebagai antibodi
2. Komplement
Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-antibodi,
komplemen yang ada dalam serum dapat diikat atau dikonsumsi oleh
kompleks antigen-antibodi tersebut, dan bahwa komplemen dapat
diaktivasi oleh kompleks erithrosit-hemolisin, sehingga
mengakibatkan eritrosit tersebut melisis. Kenyataan ini dipakai
untuk menggunakan komplemen sebagai salah satu bahan untuk
penetapan antigen maupun antibodi. Untuk mendapatkan hasil yang
bisa dipercaya, semua reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus
disesuaikan satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titer
yang optimal.
Oleh karena itu sebelum melaksanakan pemeriksaan pada sampel
penderita, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan untuk
menstandarisasi titer hemolisin dan titer komplemen yang
dipakai pada sistem uji ini. Titer hemolisin ditentukan oleh
pengenceran tertinggi hemolisin yang masih dapat melisiskan
eritrosit berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.
Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan sampel
penderita dipakai 2 unit. Oleh karena uji fiksasi komplemen
melibatkan suatu sistem yang terdiri atas berbagai reaktan,
disamping titrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan
harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau faktor yang
meningkatkan aktivasi komplemen.
3. Tes WR
Penyakkit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual
(PMS). Lesi Sifilis biasa terlihat jelas ataupun tidak terlihat jelas,
Penampakan lesi bisa dipastikan hampir selurunya terjadi karena
hubbungan seksual. Penyakit ini
biasanya menular jika seseorang melakukan hubungan
seksualdengan wanita yang berbeda.
Sifilis juga dapat diartikan sebagai penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan dapat
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di
dalam kandungan melalui plasenta,Efek Sifilis pada kehamilan dan
janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut terjadi, Treponema
Pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini
berbentuk spiral.
Perjalanan penyakit ini cenderuung Kronis dan bersifat sistemik.
Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem
kardiovaskuler dan syaraf, dan gejalanya biasanya mulai timbul
dalam waktu 1-13 ninggu setelah infeksi, rata-rata 3-4 minggu.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun.

Kesimpulan :

1. Hemolisin
Jadi titer hemolisin yang digunakan adalah 1/1000
2. Komplement
Serum inaktif + antibody terhadap treponema pallidum dengan titer
1/24
3. Tes WR
Dari hasil praktikum di atas didapatkan hasil tabung ke 4 mengalami
lysis ( keruh) jadi, sampel tersebut mengandung Antigen Treponema
Pallidum dengan titer positif = 1/3.
Daftar pustaka imunologi

http://zieczhuo.blogspot.com/2010/12/uji-kehamilan-direct-latex.html

http://www.academia.edu/11500041/Makalah_HCG

http://epzna.blogspot.com/2011/03/laporan-praktikum-galli-manini.html

http://veronica-nina-miyora-situmorang.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-imunologi-
tes.html

Anda mungkin juga menyukai