Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HCG adalah hormon yang mendukung perkembangan telur dalam ovarium dan
merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi. Hormon HCG tersusun atas
glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblast dan bakal plasenta. Pembentukan HCG
maksimal pada 60-90 hari, kemudian turun ke kadar rendah yang menetap selama
kehamilan. Kadar HCG yang terus menerus rendah berkaitan dengan gangguan
perkembangan plasenta atau kehamilan. Kadar HCG memiliki struktur yang sangat
mirip dengan yang bekerja pada reseptor LH sehingga usia korpus luteum
memanjang. HCG mula-mula di produksi oleh sel lapisan luar blastokista. Sel ini
berdiferensiasi menjadi sel tropoblast, sinsitiotropoblast yang berkembang dari
tropoblast, terus menghasilkan HCG yang disekresikan dan dapat dideteksi disekresi
vagina sebelum inplantasi. biasanya HCG dapat dideteksi di darah ibu 8-10 minggu
(Frandson, 1993).
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin.
Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan
epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan
ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG
disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode
immunokromatograp merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi
kehamilan dini (Harti, 2013).
Penggunaan strip HCG urine test merupakan suatu metode immunoassay
untuk memastikan secara kualitatif adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
didalam urine sebagai deteksi dini adanya kehamilan. Human Chorionic
Gonadotropin merupakan sebuah hormon glikopeptida yang dihasilkan oleh plasenta
selama kehamilan. Adanya HCG dan peningkatan konsentrasinya secara cepat
didalam urin ibu membuatnya sebagai penanda untuk memastikan kehamilan
(Prawirohardjo, 1976).

1
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test , HPT)
yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk
mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urin. Urin yang
digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon
HCG tinggi pada saat itu. Bentuk alat tes kehamilan (test pack) ada dua macam, yaitu
strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus dicelupkan ke urin yang telah
ditampung atau disentuhkan pada urin waktu buang air kecil sedangkan compact
sudah ada tempat untuk menampung urin yang akan diteteskan. Test slide ini sangat
tergantung pada kerja sama antibodi dan antigen. Antibodi ini zat kimia yang
dihasilkan oleh limfosit dan struktur lain di dalam tubuh. Sedangkan antigen, zat
asing yang masuk dan merangsang reaksi kimia tubuh. Jika antigen masuk ke dalam
jaringan tubuh, antibodi bereaksi sehingga antigen tidak berbahaya lagi. Tiap
antibodi hanya bereaksi terhadap antigen tertentu. Antibodi-antibodi itulah yang
“ditambatkan” pada media test, yang mempunyai dua strip (garis) indikator (Pearce,
1997).

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk melihat kerja hormon HCG dan mengetahui jenis-jenis uji kehamilan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hormon adalah suatu substansi yang dihasilkan oleh kelenjar yang tidak ter salurkan,
akan tetapi langsung masuk ke dalam darah menuju alat-alat lain dari bagian tubuh
dan berpengaruh di bagian tersebut. Kelenjar penghasil hormon dengan hormon-
hormon di antaranya yaitu kelenjar pituitari atau hipofisis mensekresikan hormon
somatik, hormon myotropik, hormon adrenotropik dan hormon gonadotropik
meliputi FSH (Folikel Stimulating Hormon), atau hormon prolaktin yang
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gonad, yaitu ovarium pada wanita
dan testis pada pria (Frandson,1991).
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresikan
oleh sel-sel tropoblas ke dalam cairan ibu segera setelah setelah nidasi terjadi. HCG
yang dihasilkan dapat ditemukan dalam dalam serum dan urine. Adanya HCG dalam
urine dapat digunakan untuk penentuan kehamilan dengan cara sederhana (Siti,
1984).
Hormone Gonadotropin Chronik (HCG) merupakan hormon glikorotein yang
unik untuk plasenta yang sedang tumbuh. Sebelum immunoassay tersedia pada
tahun1960-an uji-ujikehamilan menggunakan bioassay yang memerlukan hewan
seperti kelinci, tikus dan katak untuk membuktikan adanya HCG dalam serum atau
urine. Dewasa ini tes tersebut telah digantidengan tes imunologik yang menggunakan
antibody terhadap HCG (sacher, 2004).
Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologik dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli manini;
masing-masing cara biologik ini menggunakan binatang uji. Sedangkan pemeriksaan
secara imunologik dapat dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA)
atau secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta
cara Hemaglutination Inhibition (HAI) (Siti,1984).
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis,
HCG dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yang

3
diproduksi oleh plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin. HCG
mempunyai sifat seperti LH pada wanita dengan produksi gonadotropin yang rendah
atau non siklis. Hormon ini juga digunakan pada wanita dengan ovulasi pada fase
luteal sehingga terjadi infertilitas atau abortus habitualis (Cowie, dkk, 1980).
Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tinggi sehingga sebagian
disekresikan di dalam urine dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Puncak
produksi hormon tersebut dicapai dalam bulan kedua kehamilan. Jika telur telah
dibuahi dan tertanam di dalam endometrium, sel-sel tropoblas dalam plasenta yang
sedang berkembang mensekresi gonadotropin chorion (Imam dan Fahriyan, 1992;
Ville, 1984).
Pada hewan betina, FSH dan LH akan mempengaruhi indung telur (ovarium).
FSH, LH, dan estrogen bersama-sama akan terlibat dalam siklus ovulasi dan
sekaligus mempersiapkan uterus berkembang pada mamalia. Sedangkan pada jantan,
FSH dan LH akan mempengaruhi testis untuk mulai memproduksi hormon
testosteron dan sperma. Sekresi FSH diatur juga oleh suatu faktor yang dihasilkan
oleh hipotalamus yang disebut faktor pelepas gonadotropin atau GnRF (Fried, dkk.,
2006 ; Sumarmin, 2008).
Hormon LH dapat mendorong pertumbuhan folikel menjadi folikel
praovulasi dan diikuti terjadinya ovulasi. Peningkatan progesteron pada lapisan theka
menyebabkan lapisan granulosa menjadi lebih responsif terhadap LH pada saat
folikel mendekati ovulasi. Folikel ovari dan kadar estrogen di atas ambang akan
memberi respon terhadapa hipotalamus untuk menekan pelepasan FSH dan
selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH untuk menandai proses ovulasi (Donald,
dkk, 1980 ; Hapez, 2000).
Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya eksresi bermacam-macam
produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk
mempertahankan homeokinetis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif
kostan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor
yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan
konsentrasi banyak zat di dalam plasma (Fransdson, 1993).
Menurut Frandson (1993) Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah
suatu glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG

4
meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah
dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG merupakan dasar dari banyak test
kehamilan (Murray, 1999).
HCG disentesa pada urine retikulum endoplasma (RE) kasar, dan
glikolisisnya disempurnakan di apparatus golgi. HCG dapat juga digunakan dalam
upaya mensinkronkan ovulasi dan perkawinan. Yang diperlukan agar terjadi sesuatu
konsepsi. Bila terdapat HCG dalam urine, HCG dapat berikatan pada antibody dan
demikian akan mencegah aglutunasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang
diperlihatkan oleh antibody tersebut. Dengan demikian ujian kehamilan negatif jika
terjaddi aglutinasi (Peearce, 1997).
Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari
karena berisi konsentrasi HCG yang paling tinggi sehingga baik untuk pemeriksaan
sampel urin. Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga digunakan. Urin spesimen
dikumpulkan pada gelas atau penampung plastik yang bersih. Jika spesimen tidak
digunakan segera maka harus disimpan pada suhu 2 - 8 C dan letakkan pada suhu
temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini tidak boleh lebih dari 48 jam
(Vitthala, 2012).
Tingkat sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk
menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak HCG berlangsung
sekitar 60 hari setelah periode haid terakhir. Pada minggu kesepuluh kehamilan,
pengeluaran HCG menurun sehingga tingkat sekresinya rendah yang kemudian
dipertahankan selama kehamilan. Turunnya HCG terjadi pada saat korpus luteum
tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid karena plasenta
sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesterone dalam jumlah bermakna.
Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring dengan turunnya sekresi
HCG (Saifuddin, 2002).
Galli mainini merupakan metode penentuan kehamilan secara biologik
dengan memanfaatkan HCG yang terkandung dalam urin wanita hamil. Dalam
konsentrasi tertentu (hamil diatas 6 minggu), suntikan urin pada kodok jantan dapat
memperlihatkan sel sperma. Pada urin ibu hamil trimester I terkandung hCG yang
mempunyai sifat seperti LH. LH dan HCG pada laki-laki memberitahu testis untuk
memproduksi hormon seks laki-laki (testosteron). Hormon choriogonadotropin dapat

5
menyebabkan spermatogenesis dengan cepat pada hewan amfibia khususnya kodok,
dimana semakin tinggi konsentrasi hCG dalam urin, maka semakin banyak
ditemukan sperma kodok (Muhayat, 1998).

6
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Tes Kehamilan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2019 pukul
13.30-16.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk praktikum Tes Kehamilan ini antara lain
mikroskop, object glass, cover glass, jarum suntik, alat tulis, pensil warna dan
kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah urine wanita
hamil < 3 bulan, 2 ekor Fejervarya sp jantan dewasa.

3.3 Cara Kerja

Sebanyak 1 ml urine diinjeksikan ke dalam rongga peritoneal katak, lalu katak


disimpan di tempat atau wadah yang basah selama 2 jam, keberadaan sperma diamati
dibawah mikroskop.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Galli manini merupakan suatu uji kehamilan yang dapat digunakan untuk
mengetahui HCG pada urine wanita hamil. Percobaan ini menggunakan objek yaitu
Fejervarya sp. dan urine wanita hamil usia kurang dari 3 bulan. Penggunaan
Fejervarya sp. jantan karena hewan uji ini mudah didapatkan, mudah dibedakan jenis
kelaminnya, dan sperma katak dapat dipicu pengeluarannya dengan mudah. Urine
wanita hamil yang digunakan yaitu kurang dari 3 bulan karena pada usia hamil ini,
urine wanita tersebut mengandung HCG yang tinggi. Hal ini didasarkan pada teori
Basoeki (1980) dan Theolihere (1979) yang menyatakan bahwa HCG telah beredar
dalam darah 1 minggu setelah fertilisasi dengan konsentrasi 120 IU pada hari ke 62
setelah menstruasi dan menurun dengan cepat pada hari ke 154 mencapai 0 IU. HCG
bisa dijumpai pada urine karena HCG didalam darah tinggi.
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa urine wanita hamil yang digunakan
semuanya mengandung HCG. Hal ini dibuktikan dengan katak yang mengeluarkan
sperma dengan jumlah yang banyak. Urine yang disuntikkan ke dalam jaringan katak
merangsang pengeluaran sperma katak. Hormon tersebut saat disuntikkan pada katak
merangsang sperma katak berkembang sehingga katak tersebut mengalami estrus
(birahi). Hal ini dikarenakan HCG mempunyai sifat seperti LH. Menurut muhayat
(1998), LH dan HCG pada laki-laki memberitahu testis untuk memproduksi hormon
seks laki-laki (testosteron). HCG menyebabkan pelepasan spermatozoa apabila
diberikan kepada vertebrata rendah. Hormon ini disekresikan oleh embrio untuk
memberikan sinyal kehadirannya dan mengontrol sistem reproduksi wanita hamil.

8
Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama
sisa kehamilan.
Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang
berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan
sehat (Ackering, 2000). Jumlah atas banyaknya HCG di dalam urine tergantung pada
faktor fisiologis wanita hamil dan konsentrasi HCG pada darah.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hormon HCG terdapat pada wanita hamil dengan presentase tertinggi pada
kandungan usia sekitar 3 bulan.
2. Kadar HCG tertinggi ditemukan pada urin pagi
3. Hormon HCG dapat merangsang perkembangan dan pelepasan sperma pada
hewan vertebrata rendah, salah satunya katak.

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan prakikan menguasai materi dan teknik yang
digunakan saat praktikum, serta menyediakan bahan yang representatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Basoeki,S.1980. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Nasional: Jakarta
Cowie, A.T.I.C.,dkk 1980. Hormon Control of Lactation. Berlin Heidelberg:
Germany
Donal, Mc.L.E.1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction 3th Edition. Lea
and Febriger: Philadelphia
Frandson, R.D.1991. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak. Penerjemah: B.
Srigandono dan K. Praseno,UGM Press: Yogyakarta
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press.
Fried, H dan George, J.H.2006. Schaums Outlines Biology. Edisi II, Penerjemah:
Damaningtyas. Erlangga: Jakarta
Hafez, E, S.E.2000. Reproduction In Farm Animal 7th Edition. Lea and Febiger.
Philadelphia
Harti, Agnes S., Estuningsih, Heni Nurkusumawati. 2013. Pemeriksaan HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi. Jurnal KesMaDaSka.
Imam dan Fahriyan.1992. In Vitro Fertilisasi Transfer Embrio dan Perkembangan
Embrio. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB: Bogor
Muhayat, Ali.1998. Pengaruh Hormon Terhadap Fase Kehamilan. Bandung :
Surya Aditama Media.
Murray, Robert.K.et.al. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: ECG.
Prawirohardjo, S. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pearce, E. 1997. Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sacher, Ronald A. Richard, A.Mc pherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 2. Jakarta : EGC
Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Siti,B.K.1984. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. FKUI: Jakarta

11
Sumarmin,R,dkk.2008. Perkembangan Folikel dan Viabilitas Oosit Domba Pasca
Transplantasi Ovarium Domba Intra utenin Pada Kelinci Bunting Semu,
Jurnal Veteriner, Vol 9, No.3: 115-121
Thoelihere.1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa: Bandung
Ville, C.A., dkk.1984. Zoologi Umum, Edisi Keempat, Erlangga: Jakarta
Vitthala, S., Jerome Bouaziz, Amanda Tozer, Ariel Zosmer, And Talha AlShawaf.
2012. Tingkat Fsh Serum Pada Program Meluncur Pada Hari Hcg Dan Hasil Klinis
Mereka Di Ivf Icsi ± Cycles. Jurnal Endokrinologi P. 1-7.

12

Anda mungkin juga menyukai