Disusun oleh :
SURABAYA
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Air dianggap tercemar jika beberapa zat atau kondisi hadir sedemikian
rupa bahwa air tidak dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Olaniran (1995)
mendefinisikan air tercemar menjadi keberadaan sejumlah besar bahaya (polutan)
dalam air sehingga tidak lagi cocok untuk minum, mandi, memasak atau
keperluan lainnya. Poencemaran adalah pengenalan kontaminasi ke lingkungan
(Webster.com, 2010). Ini dibuat oleh industri dan pembuang komersial, praktik
pertanian, aktivitas manusia sehari-hari dan terutama, model transportasi. Tiga
2
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari
bahan-bahan pencemar atau polutan. Pencemaran perairan adalah suatu perubahan
fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang
akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan
proses industri. Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik
(rumah tangga) serta sumber non domestik. Sedangkan bentuk pencemar dapat
dibagi menjadi bentuk cair, bentuk padat, bentuk gas dan kebisingan.
(Ainuddin dkk, 2017)
Pencemaran badan sungai telah menjadi masalah besar yang menjadi kritis
ketidakcukupan atau tidak adanya tindakan perlindungan kualitas air permukaan
dan sanitasi. Lagoon, sungai, dan aliran sungai merupakan tempat pembuangan
sampah. Limbah paling sering dibuang ke badan air penerima dengan sedikit atau
tanpa memperhatikan kapasitas asimilatif mereka. Pembuangan limbah mentah,
sampah, serta tumpahan minyak merupakan ancaman terhadap pengenceran
kemampuan laguna dan sungai di kota-kota besar. Pemurnian alami air yang
tercemar itu sendiri tidak terjadi dengan cepat, sementara air yang sangat tercemar
dapat melintas jarak jauh dalam beberapa hari sebelum tingkat pemurnian yang
signifikan tercapai. Selain itu, sungai dan kanal menjadi semakin tercemar dari air
limbah industri yang dibuang oleh pabrik, banyak dari mereka di industri tekstil.
Penyamakan kulit juga merupakan sumber signifikan dari polutan beracun udara
dan air. Pencemaran air mengancam produksi pangan dan menurunnya kesehatan
lingkungan dan manusia. (Halder Joshua et al., 2015)
Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Aguskrisno (2011)
beberapa indikator bahwa air sungai telah tercemar dicirikan dengan beberapa hal
berikut:
1. Perubahan Suhu
2. Perubahan pH
3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa
4. Timbulnya Endapan, Koloidal, dan Bahan Terlarut
5. Adanya Mikroba
6. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan
(Triwiastuti Sri E dkk, 2017)
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 Skema Kerja
Hasil
7
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil Pengamatan
Gambar 3.1.
Botol setelah dipotong
Gambar 3.2.
Menandai volume stiap 100
mL.
Gambar 3.3.
Air dituangkan sebanyak 500
mL kedalam botol .
Gambar 3.4.
Ragi dituangkan ke dalam
botol sampel.
Gambar 3.6.
Reaktor
Gambar 3.7.
Selang dipasang pada tutup
botol sampel dan direkatkan
dengan plastisin
Gambar 3.8.
Volume air pada hari terakhir
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk (Ainuddin dkk, 2017). Menurut
Fakhrudin et al (2008) Pencemaran lingkungan yaitu masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam suatu yang
mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan, sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Pencemaran badan sungai telah menjadi masalah besar
yang menjadi kritis ketidakcukupan atau tidak adanya tindakan perlindungan
kualitas air permukaan dan sanitasi.
Pencemaran air adalah suatu keadaan dimana air tersebut telah mengalami
penyimpangan dari keadaan normalnya (Labbaik dkk, 2018). Aktivitas manusia
menjadi sumber utama oencemara air. Riza F dkk (2015) menyebutkan bahwa
11
salah satu sumber pencemaran yang berasal dari aktivitas penduduk adalah
dihasilkannya limbah organik dan logam berat yang dapat menurunkan kualitas
perairan.
Langkah pertama dalam praktikum kali ini ialah disiapkan 2 botol plastik
ukuran 1,5 L dan satu botol dipotong pada bagian atasnya menggunakan gunting,
bagian yang dipotong adalah bagian lengkungan awal pertama dari tutup botol.
Botol yang dipakai adalah botol bening sehingga dapat dilihat dengan jelas
penurunan muka air setiap harinya. Kemudian diberikan ukuran pada permukaan
botol plastik dengan cara memasukkan setiap 100 mL air ke dalam botol dan
ditandai hingga mencapai 1000 mL digunakan sebagai indikator dari banyaknya
gas yang dihasilkan dari respirasi mikroba. Sifat fisik air ialah bersifat cair, tidak
berwarna, tidak berbau dan bersuhu normal.
Langkah selanjutnya, dibalik botol plastik yang berisi air pada wadah yang
telah diisi air sebagian. Sebelumnya, tutup botol di letakkan dan direkatkan pada
wadah untuk menyangga botol plastik di atasnya. Lalu, selang dimasukkan ke
dalam botol plastik. Harus dipastikan tidak ada gelembung air di dalam selang air,
apabila masih ada air dalam selang, selang ditiup atau disedot sesuai kebutuhan.
Setelah itu, botol plastik direkatkan dengan menggunakan selotip agar tidak
bergerak ke segala arah. Kemudian, selang dipasang pada tutup botol sampel
(reaktor) yang telah dibuat sebelumnya dan di rekatkan menggunakan selotip dan
plastisin. Plastisin bersifat padat, lunak, berbau khas, suhu normal, punya macam
12
varian warna. Dipastikan selotip dan plastisin menutup semua jalan masuk dan
keluarnya udara dari dan ke dalam botol sampel sehingga semua gas hasil
respirasi mikroorganisme di dalam reaktor sepenuhnya mengalir melalui selang
dan mendorong permukaan air di dalam botol plastik untuk turun. Juga tidak akan
ada udara dari luar yang membuat suasana di dalam reaktor menjadi aerobik yang
tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan mikroorganisme dalam ragi.
Karena air tidak mengalami penurunan lagi pada hari Senin, 7 Oktober
2019, pengamatan dihentikan karena menandakan tidak ada aktivitas respirasi
microorganism lagi karena air yang tercemar membuat mikroorganisme tidak
dapat lagi tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dikarenakan banyak faktor
diantaranya yaitu lingkungan yang tidak sesuai, karena tercemar maka
mikroorganisme ragi mati. Selain itu juga karena nutrien mikroorganisme (gula)
tidak tercukupi. Pada akhirnya produksi CO2 akan menurun atau bahkan tidak ada
sama sekali. Dari hasil pengamatan, diperoleh persentase perubahan volume
sebagai berikut.
BAB V
KESIMPULAN
Penurunan tinggi muka air pada hari ketiga dan kelima menandakan bahwa pada
media tersebut terjadi sedikit aktifitas mikroorganisme. Hal ini dikarenakan air
yang sangat tercemar sehingga metabolisme mikroorganisme terhambat. Pada
akhirnya produksi CO2 menurun atau stabil karena nutrien mikroorganisme (gula)
tidak tercukupi. Media dalam percobaan ini dikatakan cukup tercemar karena
produksi CO2 hanya sedikit sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.