PEMULIAAN TANAMAN
“SELEKSI MASSA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman
Disusun oleh :
Anisa Fitriani 4442180050
Dinda Deviyanti 4442180051
Yuni Lestari 4442180054
Najla Kamila A. 4442180057
Anisa Tiara W. 4442180058
Dian Pemata S. 4442180112
Kelas : VB
Kelompok : 1 (Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah memberikan
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Pemuliaan Tanaman yang berjudul “Seleksi Massa”, sehingga dapat selesai tepat
waktu seperti yang telah direncanakan.
Terlepas dari semua itu, mungkin dalam penyusunan laporan ini terdapat
kesalahan yang tidak disadari. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan-laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
selama program pemuliaan atau dipulihkan pada tahap akhir dan program
pemuliaan (Sparrow, 1979)
Seleksi massa dapat dilakukan dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa
pengendalian penyerbukan (Mejaya, et al.,2010). Seleksi massa dengan
pengendalian penyerbukan umumnya memiliki kemajuan seleksi lebih besar
dibandingkan dengan tanpa pengendalian; namun sangat tergantung dari keeratan
hubungan antar sifat yang diseleksi dengan sifat yang diperbaiki (Basuki, 2005).
Untuk melihat efektifitas metode seleksi dengan pengendalian penyerbukan dan
tanpa pengendalian penyerbukan terhadap tanaman jagung, maka dilakukanlah
praktikum ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami konsep dan tujuan dari seleksi massa
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode-metode seleksi massa
3. Agar mahasiswa dapat menguasai cara-cara penentuan tanaman yang akan
diseleksi berdasarkan penampilan fenotip
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
untuk karakter dengan heretabilitas tinggi, tetapi tidak sesuai untuk karakter
dengan heretabilitas rendah (Syukur dkk, 2011).
4
dapat dibuat isolasi waktu untuk menjaga agar terhindar dari terjadinya
persilangan yang tidak diinginkan. Tanaman yang terpilih secara individual
dicampur untuk digunakan sebagai bahan tanam. Pelaksanaan seleksi ini
menggunakan suatu populasi yang ditanam pada suatu areal yang cukup luas
(Suyono, 1995).
5
Tidak ada penyerbukan yang dikendalikan dan diasumsikan bahwa tetua betina
yang diseleksi dikawinkan dengan sampel acak gamet-gamet jantan dalam
seluruh populasi (Nasir, 2001). Seleksi massa telah dilakukan pada tanaman
jagung karena prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan dibandingkan dengan
metode lainnya. Seleksi massa terhadap hasil umumnya mengalami kemajuan
seleksi rendah karena keragaman genetik rendah akibat seleksi terus berlangsung
setiap melakukan penanaman (Sudika et al ., 2011)
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan yang digunakan dalam Pemuliaan
Tanaman Metode Seleksi Massa dengan Pengendalian Penyerbukan
Metode Kelebihan Kekurangan
Seleksi Massa Kemajuan genetik yang Kemajuan seleksi atas
dengan Pengendalian diperoleh lebih besar dan dasar tinggi tanaman dan
Penyerbukan lebih cepat. jumlah daun belum
menunjukkan perubahan
yang nyata dengan
populasi awal setelah
lima siklus pada jagung
lokal Kebo.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai seleksi massa. Seleksi massa
merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman yang dimana pada metode
ini dilakukan pemilihan dan penanaman kembali tidak memperhatikan asal-
usulnya (tidak dipisah). Menurut Allard (1960) menyatakan bahwa seleksi
massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling sederhana.
Dalam seleksi massa pemulia dapat memperbaiki suatu sifat dari populasi
yang diseleksi dengan tetap mempertahankan ciri populasi tersebut. Tujuan
8
dari seleksi massa adalah mengurangi keragaman genetik dari suatu populasi
dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.
Tanaman yang dibahas berdasarkan jurnal yang kami dapat yaitu
tanaman jagung. Menurut Indriani dan Mejaya (2012), penanaman jagung di
Indonesia berada di lahan kering sekitar 60 persen, sehingga diperlukan
varietas yang cocok untuk lahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut,
untuk pembentukan varietas yang cocok dilahan kering tersebut dapat
dilakukan dengan seleksi massa. Seleksi massa sudah banyak dilakukan pada
tanaman jagung. Menurut Hallauer dan Miranda (1991) menyatakan bahwa
efektivitas seleksi massa sangat dipengaruhi oleh sifat tanaman yang
diseleksi, isolasi yang memadai dan presisi teknik percobaan untuk
mengurangi pengaruh lingkungan. Ditambahkan oleh pernyataan Chaudry
(1984), keberhasilan seleksi massa tergantung dari heritabilitas dan
variabilitas suatu sifat, ukuran populasi dan intesitas seleksi.
Metode seleksi yang digunakan yaitu menggunakan seleksi massa
dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa pengendalian penyerbukan.
Seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan itu dilakukan pada tanaman
sebelum berbunga, sedangkan seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan
itu dilakukan pada tanaman sesudah berbunga. Menurut Nasrullah dan
Soemartono (1988) menyatakan bahwa seleksi massa pada tanaman sebelum
berbunga, penyerbukan terjadi diantara tanaman terpilih sehingga seleksinya
disebut seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan. Seleksi massa yang
dilakukan setelah tanaman berbunga, penyerbukan melibatkan baik tanaman
terpilih maupun yang tidak terpilih, sehingga disebut seleksi massa tanpa
pengendalian penyerbukan.
Seleksi massa tersebut dilakukan selama 7 siklus dilahan kering. Untuk
mengurangi pengaruh lingkungan pada petak seleksi tiap siklus yaitu
digunakan metode Subdevided block. Penggunaan metode tersebut dilakukan
dengan membagi petak seleksi menjadi 100 plot, lalu masing-masing plot
berisi 40 tanaman untuk setiap cara seleksi massa, kemudian seleksi
dilakukan dalam setiap plot dengan persentase tanaman terpilih sebanyak 5%.
9
Kelebihan metode seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan (TPP),
yaitu memiliki daya hasil yang lebih besar dibandingkan dengan metode
seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan (DPP). Hal ini terbukti pada
respon seleksi massa secara tidak langsung terhadap daya hasil tanaman
jagung selama tujuh siklus di lahan kering menunjukkan terjadi peningkatan
daya hasil sebesar 43.46% siklus seleksi massa dengan pengendalian
penyerbukan dan 79.21% tanpa pengendalian penyerbukan dibanding
populasi awal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudika, et al. (2018) yang
menyatakan bahwa respon seleksi untuk seleksi massa secara tidak langsung
dengan pengendalian penyerbukan, nilainya lebih kecil dibanding seleksi
secara tidak langsung tanpa pengendalian penyerbukan untuk daya hasil. Hal
ini dapat terjadi karena bobot tongkol kering panen memiliki hubungan yang
lebih erat dengan daya hasil dibanding tinggi tanaman dan jumlah daun yang
digunakan sebagai kriteria seleksi dengan pengendalian penyerbukan.
Kekurangan seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan (TPP), yaitu
kemajuan seleksinya lebih kecil dibandingkan dengan pengendalian
penyerbukan (DPP). Hal ini terbukti pada respon seleksi massa secara tidak
langsung terhadap daya hasil tanaman jagung selama tujuh siklus di lahan
kering menunjukkan rata-rata kemajuan seleksi dengan pengendalian adalah
14.04% dan untuk seleksi tanpa pengendalian 11.33% per siklus. Pernyataan
tersebut juga sesuai dengan pernyataan Basuki (2005) yang menyatakan
bahwa seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan umumnya memiliki
kemajuan seleksi lebih besar dibandingkan dengan tanpa pengendalian;
namun sangat tergantung dari keeratan hubungan antar sifat yang diseleksi
dengan sifat yang diperbaiki.
Untuk peningkatan kemurnian benih metode seleksi massa tanpa
pengendalian penyerbukan lebih kecil dibandingkan dengan pengendalian
penyerbukan. Hal ini sesuai pernyataan Runtuwutu, et. al (2016) yang
menyatakan bahwa untuk peningkatan kemurnian benih, tongkol yang
dipanen diseleksi berdasarkan tipe dan warna biji. Tongkol yang dipanen
sebanyak 120 tongkol dan setelah diseleksi diperoleh sebanyak 93 tongkol
tipe flint kuning (sesuai ciri jagung Manado Kuning) pada populasi dasar
10
dengan pengendalian, sedangkan pada populasi dasar tanpa pengendalian
penyerbukan diperoleh sebanyak 73 tongkol. Sisanya tipe biji dent, semi flint
dan semi dent, dan biji berwarna orange.
Cara pengaplikasian seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan ini
dilakukan setelah tanaman berbunga dengan menyertakan tanaman terpilih
maupun tidak saat penyerbukannya. Hal ini sesuai pernyataan Nasrullah dan
Soemartono (1988) yang menyatakan bahwa seleksi massa yang dilakukan
setelah tanaman berbunga, penyerbukan melibatkan baik tanaman terpilih
maupun yang tidak terpilih.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa seleksi massa
merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling sederhana. Tujuan
dari seleksi massa adalah mengurangi keragaman genetik dari suatu populasi
dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan. Seleksi massa sudah
banyak dilakukan pada tanaman jagung. Metode seleksi yang digunakan yaitu
menggunakan seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa
pengendalian penyerbukan. Kelebihan dari seleksi massa dengan
pengendalian penyerbukan yaitu kemajuan genetik yang diperoleh lebih besar
dan lebih cepat, sedangkan kekurangannya yaitu kemajuan seleksi atas dasar
tinggi tanaman dan jumlah daun belum menunjukkan perubahan yang nyata
dengan populasi awal setelah lima siklus pada jagung lokal Kebo. Kelebihan
dari seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan yaitu peningkatan daya
hasil yang lebih besar, sedangkan kekurangannya yaitu kemajuan seleksi
yang diperoleh lebih kecil dan peningkatan kemurnian benihnya lebih kecil.
5.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu sebaiknya asisten laboratorium
menjelaskan melalui virtual meeting agar praktikan lebih memahami
mengenai hal yang akan dipraktikkan yaitu tentang seleksi massa, sehingga
praktikum dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang baik
sesuai dengan tujuan praktikum.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Sparrow, D. H. B. 1979. Special Techniques in Plant Breeding. New York :
Brookhaven Symposia.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung. Marros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Sudika, Arya Parwata dan Soemeinaboedhy. 2018. Respon Seleksi Massa Secara
Tidak Langsung terhadap Daya Hasil Tanaman Jagung Selama Tujuh Siklus
di Lahan Kering. Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan. Vol. 4(2): 144-
152.
Sudika., Idris., Listiana, E. 2011. Kajian Kemajuan Seleksi Massa secara
Independent Culling Level Hingga Siklus Kedua pada Tanaman Jagung.
Crop Agro. Vol 4(2): 13-20.
Suyono, 1995. Pemuliaan Berlanjut. Jakarta: Surya Kencana.
Syukur, S.S, R. Yunianti, dan D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan Ragam Genetik
dan Heretabilitas Karakter Komponen Hasil Beberapa Genotipik Cabai.
Jurnal Agrivigor. Vol. 10 (2) : 148-156.
Welsh, J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta :
Erlangga.
14