Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN
“SELEKSI MASSA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman

Disusun oleh :
Anisa Fitriani 4442180050
Dinda Deviyanti 4442180051
Yuni Lestari 4442180054
Najla Kamila A. 4442180057
Anisa Tiara W. 4442180058
Dian Pemata S. 4442180112
Kelas : VB
Kelompok : 1 (Satu)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah memberikan
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Pemuliaan Tanaman yang berjudul “Seleksi Massa”, sehingga dapat selesai tepat
waktu seperti yang telah direncanakan.
Terlepas dari semua itu, mungkin dalam penyusunan laporan ini terdapat
kesalahan yang tidak disadari. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan-laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Jakarta, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Seleksi Massa............................................................................................3
2.2 Macam-Macam Seleksi Massa .................................................................4
2.2.1 Seleksi Massa Positif .......................................................................4
2.2.2 Seleksi Massa Negatif......................................................................4
2.3 Metode Seleksi Massa ..............................................................................5
2.4 Tanaman Jagung .......................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................7
3.3 Cara Kerja .................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................8
4.1 Hasil ..........................................................................................................8
4.2 Pembahasan ..............................................................................................8
BAB V PENUTUP ................................................................................................12
5.1 Kesimpulan .............................................................................................12
5.2 Saran .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan yang digunakan dalam Pemuliaan Tanaman


Metode Seleksi Massa dengan Pengendalian Penyerbukan. ......................8

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan yang digunakan dalam Pemuliaan Tanaman


Metode Seleksi Massa Tanpa Pengendalian Penyerbukan .......................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode eksploitasi potensi genetik
tanaman untuk mendapatkan kultivar atau varietas unggul baru yang berdaya hasil
dan berkualitas tinggi pada kondisi lingkungan tertentu (Guzhov 1989). Sejak
diterapkannya revolusi hijau, pemulia tanaman semakin gencar menciptakan
keragaman genetik. Hingga saat ini, pemulia telah berhasil memperbaiki tanaman
baik dari sifat kualitatif yang mempengaruhi tampilan serta daya tahannya
maupun dari sifat kuantitatif yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Persilangan merupakan upaya meningkatkan keragaman genetik tanaman.
Secara genetik, persilangan akan menaikkan persentase heterosigositas dan
variansi genetik. Tujuan lain persilangan adalah pembentukan bangsa baru,
grading up, dan pemanfaatan heterosis. Selain itu hal penting dalam melakukan
persilangan yaitu menjaga kelestarian plasma nutfah (Matondang dan Rusdiana,
2013).
Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam
pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih
bahan tanam yang lebih baik pada generasi berikut. Dalam program pemuliaan,
seleksi ini juga merupakan yang paling sederhana dan banyak pemulia hanya
mengandalkan nalurinya dalam menjalankan metode ini, meskipun dasar ilmiah
untuk pelaksanaannya sudah tersedia.
Jagung termasuk kedalam tanaman dengan penyerbukan silang. Penyerbukan
silang pada tanaman menyerbuk sendiri terjadi di alam secara spontan.
Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan
binatang lainnya. Persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan
diharapkan dengan dilakukan penyerbukan silang buatan (Welsh, 1991).
Tanaman tipe menyerbuk silang disusun oleh individu-individu yang
heterozigositasnya tinggi dan apabila dipaksa untuk melakukan inbreeding maka
akan terjadi penurunan vigor dan kerugian lainnya. Heterosigositas merupakan
ciri utama dari tanaman ini, sehingga keadaan ini harus tetap dipertahankan

1
selama program pemuliaan atau dipulihkan pada tahap akhir dan program
pemuliaan (Sparrow, 1979)
Seleksi massa dapat dilakukan dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa
pengendalian penyerbukan (Mejaya, et al.,2010). Seleksi massa dengan
pengendalian penyerbukan umumnya memiliki kemajuan seleksi lebih besar
dibandingkan dengan tanpa pengendalian; namun sangat tergantung dari keeratan
hubungan antar sifat yang diseleksi dengan sifat yang diperbaiki (Basuki, 2005).
Untuk melihat efektifitas metode seleksi dengan pengendalian penyerbukan dan
tanpa pengendalian penyerbukan terhadap tanaman jagung, maka dilakukanlah
praktikum ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami konsep dan tujuan dari seleksi massa
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode-metode seleksi massa
3. Agar mahasiswa dapat menguasai cara-cara penentuan tanaman yang akan
diseleksi berdasarkan penampilan fenotip

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seleksi Massa


Seleksi massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling
sederhana. Dalam seleksi massa, pemulia dapat memperbaiki suatu sifat dari
populasi yang diseleksi dengan tetap mempertahankan ciri populasi tersebut.
Seleksi massa dilakukan pada populasi homozigot heterogen, biasanya berupa
varietas yang tercampur. Seleksi massa bertujuan mengurangi keragaman genetik
dari suatu populasi dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan. Kegunaan
seleksi massa dapat memperbaiki populasi landrace, memurnikan varietas galur
murni untuk mempertahankan identitas varietas, dan mendapatkan varietas yang
memiliki horizontal serta mempunyai adaptasi luas pada lingkungan baru (Allard,
1960).
Tujuan utama dari seleksi massa adalah untuk meningkatkan frekuensi
genotipe unggul dari populasi genetis yang berubah-ubah dengan perbedaan
karakter yang jelas. Seleksi massa, pemilihan tetap berdasarkan pada individu
tanaman dan penilaian fenotipe. Sebagai bahan seleksi adalah populasi kawin acak
yang tidak memperhatikan asal gamet jantan (Poespodarsono, 1988).
Kelebihan seleksi ini yaitu mudah dilaksanakan, murah, dapat dilakukan
pada populasi besar dan dapat menekan terjadinya tangkar dalam. Kelemahannya
adalah memerlukan tempat penanaman yang terpisah dari populasi lain dan
kemajuan seleksi tergolong rendah (Suyono, 1995).
Diharapkan dengan seleksi massa diperoleh populasi keturunan dengan
frekuensi gen yang dikehendaki lebih besar. Oleh karena itu, efisiensi seleksi
tergantung dari kecermatan menilai fenotipe agar juga mencerminkan nilai
genotipe. Penilaian akan lebih mudah dilakukan apabila ditinjau dari karakter
kualitatif karena penampakan fenotipe juga merupakan nilai genotipe. Dengan
demikian, seleksi massa efektif untuk tujuan peningkatan karakter kualitatif
seperti warna biji, tinggi tanaman, ukuran tongkol, letak tongkol, kemasakan dan
kandungan minyak, serta protein. Sebaliknya akan menjadi kurang efektif untuk
karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Seleksi massa sesuai

3
untuk karakter dengan heretabilitas tinggi, tetapi tidak sesuai untuk karakter
dengan heretabilitas rendah (Syukur dkk, 2011).

2.2 Macam-macam Seleksi Massa


2.2.1 Seleksi Massa Positif
Seleksi Massa Positif adalah pemulia mengamati penampilan fenotipe
setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan
dipelihara keturunannya kelak. Seleksi massa positif dalam kegiatannya
menggunakan populasi tanaman yang hanya dipilih dari individu-individu
tanaman yang sesuai dengan yang dikehendaki. Pada waktu panen dilakukan
pemilihan lagi, kemudian yang terpilih dicampur untuk digunakan sebagai
bahan tanam musim berikutnya. Sedangkan tanaman yang tidak terpilih dapat
dipanen untuk konsumsi. Proses pemilihan tanaman seperti di atas diulang
kembali pada beberapa generasi penanaman sampai tujuan yang diinginkan
tercapai. Pada umumnya seleksi massa positif memerlukan perlakuan lebih
berat dibandingkan dengan seleksi negatif. Hal ini disebabkan seleksi massa
positip memilih individu tanaman yang menonjol sehingga jumlah tanaman
yang terpilih lebih sedikit serta populasi yang dihasilkan dapat berbeda dengan
populasi awal (Makmur, 2000).
2.2.2 Seleksi Massa Negatif
Pada kegiatan seleksi massa negatif menggunakan populasi tanaman
yang hanya dipilih individu-individu tanaman yang sesuai dengan yang
dikehendaki dan menyingkirkan tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat
yang dikehendaki. Sedang tanaman yang tersisa dipanen bersama dan
dicampur untuk digunakan sebagai bahan tanaman musim berikutnya. Proses
pemilihan ini diulang-ulang kembali pada beberapa generasi penanaman
sampai tujuan yang diinginkan tercapai sama seperti seleksi massa positif.
Seleksi massa negatif banyak dilakukan untuk memurnikan varietas unggul
yang telah beredar di masyarakat atau dalam rangka memproduksi benih untuk
menjamin kemurnian genetiknya (Suyono, 1995).
Populasi yang akan diperbaiki ditanam pada areal yang terpisah dengan
tanaman sejenis lainnya (diadakan isolasi tempat). Bila hal ini sulit dilakukan

4
dapat dibuat isolasi waktu untuk menjaga agar terhindar dari terjadinya
persilangan yang tidak diinginkan. Tanaman yang terpilih secara individual
dicampur untuk digunakan sebagai bahan tanam. Pelaksanaan seleksi ini
menggunakan suatu populasi yang ditanam pada suatu areal yang cukup luas
(Suyono, 1995).

2.3 Metode Seleksi Massa


Dalam program pemuliaan, seleksi ini juga merupakan yang paling sederhana
dan banyak pemulia hanya mengandalkan nalurinya dalam menjalankan metode
ini, meskipun dasar ilmiah untuk pelaksanaannya sudah tersedia. Dalam praktik
sehari-hari, pemulia mengamati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu
populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak. Praktek
yang demikian juga disebut seleksi massa positif. Seleksi massa negatif (disebut
juga roguing) juga dapat dilakukan, terutama untuk memelihara kemurnian sifat
suatu populasi: individu-individu yang menyimpang dari penampilan normal
dibuang. Kalangan pemuliaan tanaman menamakan seleksi massa karena biasanya
cara seleksi ini dilakukan terhadap ukuran populasi yang besar dalam pertanaman
di ladang. Pemuliaan hewan mengistilahkan sebagai seleksi individu karena
seleksi didasarkan atas dasar penampilan individu, bukan kerabat dari individu
tersebut (Allard, 1960).
Kemajuan seleksi dalam seleksi massa adalah yang terbesar dari semua
metode seleksi yang ada, namun harus memperhatikan beberapa hal. Latar
belakang lingkungan harus dipertimbangkan dalam melakukan seleksi massa
karena seleksi didasarkan dengan fenotipe. Masalah lainnya adalah apabila suatu
sifat tidak dapat diamati langsung pada suatu individu, seperti produksi susu per
hari dari sapi pejantan. Untuk mengatasinya, metode seleksi berbasis kerabat perlu
dilakukan. Penggunaan seleksi dengan penanda (marker-assisted selection)
berpotensi menghilangkan masalah-masalah ini (Allard, 1960).
Seleksi massa pada tanaman menyerbuk silang merupakan seleksi individu
berdasarkan fenotipe dalam suatu populasi kawin acak. Biji diperoleh dari
tanaman yang telah dipilih dan sejumlah biji yang sama dari setiap tetua (tanaman
terpilih) dicampur untuk membentuk bahan pertanaman generasi berikutnya.

5
Tidak ada penyerbukan yang dikendalikan dan diasumsikan bahwa tetua betina
yang diseleksi dikawinkan dengan sampel acak gamet-gamet jantan dalam
seluruh populasi (Nasir, 2001). Seleksi massa telah dilakukan pada tanaman
jagung karena prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan dibandingkan dengan
metode lainnya. Seleksi massa terhadap hasil umumnya mengalami kemajuan
seleksi rendah karena keragaman genetik rendah akibat seleksi terus berlangsung
setiap melakukan penanaman (Sudika et al ., 2011)

2.4 Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis


rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal,meski terdapat kemungkinan
munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu.
Batang jagung terdiri atas buku dan ruas.Daun jagung tumbuh pada setiap buku,
berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu
tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang (Subekti et al., 2007).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan
dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga
memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia
stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina.
Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang
dan menjadi bunga jantan (Paliwal, 2000).
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel
pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari
tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop),
di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya
serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban.
Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari.
Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan
kemudian kering (Subekti et al., 2007).

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Desember 2020 pukul 11.00 –
13.00 WIB dan bertempat di Jalan Jati 1 No.17 Rt003 Rw012, Cengkareng Timur,
Jakarta Barat.

3.2 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ATK, laptop, dan
jurnal acuan Seleksi Massa Tanaman Jagung.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Dicari pengertian seleksi massa
2. Dicari metode-metode seleksi massa yang dapat di gunakan pada tanaman
jagung
3. Dibandingkan antara metode dengan pengendalian penyerbukan dan metode
tanpa pengendalian penyerbukan
4. Dibuat dalam bentuk tabel perbandingan kelebihan dan kekurangan metode
tersebut.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan yang digunakan dalam Pemuliaan
Tanaman Metode Seleksi Massa dengan Pengendalian Penyerbukan
Metode Kelebihan Kekurangan
Seleksi Massa Kemajuan genetik yang Kemajuan seleksi atas
dengan Pengendalian diperoleh lebih besar dan dasar tinggi tanaman dan
Penyerbukan lebih cepat. jumlah daun belum
menunjukkan perubahan
yang nyata dengan
populasi awal setelah
lima siklus pada jagung
lokal Kebo.

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan yang digunakan dalam Pemuliaan


Tanaman Metode Seleksi Massa tanpa Pengendalian Penyerbukan
Metode Kelebihan Kekurangan
Seleksi Massa tanpa - Peningkatan daya hasil - Kemajuan seleksi yang
Pengendalian yang lebih besar diperoleh lebih kecil
- Peningkatan kemurnian
Penyerbukan
benihnya lebih kecil

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai seleksi massa. Seleksi massa
merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman yang dimana pada metode
ini dilakukan pemilihan dan penanaman kembali tidak memperhatikan asal-
usulnya (tidak dipisah). Menurut Allard (1960) menyatakan bahwa seleksi
massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling sederhana.
Dalam seleksi massa pemulia dapat memperbaiki suatu sifat dari populasi
yang diseleksi dengan tetap mempertahankan ciri populasi tersebut. Tujuan

8
dari seleksi massa adalah mengurangi keragaman genetik dari suatu populasi
dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.
Tanaman yang dibahas berdasarkan jurnal yang kami dapat yaitu
tanaman jagung. Menurut Indriani dan Mejaya (2012), penanaman jagung di
Indonesia berada di lahan kering sekitar 60 persen, sehingga diperlukan
varietas yang cocok untuk lahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut,
untuk pembentukan varietas yang cocok dilahan kering tersebut dapat
dilakukan dengan seleksi massa. Seleksi massa sudah banyak dilakukan pada
tanaman jagung. Menurut Hallauer dan Miranda (1991) menyatakan bahwa
efektivitas seleksi massa sangat dipengaruhi oleh sifat tanaman yang
diseleksi, isolasi yang memadai dan presisi teknik percobaan untuk
mengurangi pengaruh lingkungan. Ditambahkan oleh pernyataan Chaudry
(1984), keberhasilan seleksi massa tergantung dari heritabilitas dan
variabilitas suatu sifat, ukuran populasi dan intesitas seleksi.
Metode seleksi yang digunakan yaitu menggunakan seleksi massa
dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa pengendalian penyerbukan.
Seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan itu dilakukan pada tanaman
sebelum berbunga, sedangkan seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan
itu dilakukan pada tanaman sesudah berbunga. Menurut Nasrullah dan
Soemartono (1988) menyatakan bahwa seleksi massa pada tanaman sebelum
berbunga, penyerbukan terjadi diantara tanaman terpilih sehingga seleksinya
disebut seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan. Seleksi massa yang
dilakukan setelah tanaman berbunga, penyerbukan melibatkan baik tanaman
terpilih maupun yang tidak terpilih, sehingga disebut seleksi massa tanpa
pengendalian penyerbukan.
Seleksi massa tersebut dilakukan selama 7 siklus dilahan kering. Untuk
mengurangi pengaruh lingkungan pada petak seleksi tiap siklus yaitu
digunakan metode Subdevided block. Penggunaan metode tersebut dilakukan
dengan membagi petak seleksi menjadi 100 plot, lalu masing-masing plot
berisi 40 tanaman untuk setiap cara seleksi massa, kemudian seleksi
dilakukan dalam setiap plot dengan persentase tanaman terpilih sebanyak 5%.

9
Kelebihan metode seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan (TPP),
yaitu memiliki daya hasil yang lebih besar dibandingkan dengan metode
seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan (DPP). Hal ini terbukti pada
respon seleksi massa secara tidak langsung terhadap daya hasil tanaman
jagung selama tujuh siklus di lahan kering menunjukkan terjadi peningkatan
daya hasil sebesar 43.46% siklus seleksi massa dengan pengendalian
penyerbukan dan 79.21% tanpa pengendalian penyerbukan dibanding
populasi awal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudika, et al. (2018) yang
menyatakan bahwa respon seleksi untuk seleksi massa secara tidak langsung
dengan pengendalian penyerbukan, nilainya lebih kecil dibanding seleksi
secara tidak langsung tanpa pengendalian penyerbukan untuk daya hasil. Hal
ini dapat terjadi karena bobot tongkol kering panen memiliki hubungan yang
lebih erat dengan daya hasil dibanding tinggi tanaman dan jumlah daun yang
digunakan sebagai kriteria seleksi dengan pengendalian penyerbukan.
Kekurangan seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan (TPP), yaitu
kemajuan seleksinya lebih kecil dibandingkan dengan pengendalian
penyerbukan (DPP). Hal ini terbukti pada respon seleksi massa secara tidak
langsung terhadap daya hasil tanaman jagung selama tujuh siklus di lahan
kering menunjukkan rata-rata kemajuan seleksi dengan pengendalian adalah
14.04% dan untuk seleksi tanpa pengendalian 11.33% per siklus. Pernyataan
tersebut juga sesuai dengan pernyataan Basuki (2005) yang menyatakan
bahwa seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan umumnya memiliki
kemajuan seleksi lebih besar dibandingkan dengan tanpa pengendalian;
namun sangat tergantung dari keeratan hubungan antar sifat yang diseleksi
dengan sifat yang diperbaiki.
Untuk peningkatan kemurnian benih metode seleksi massa tanpa
pengendalian penyerbukan lebih kecil dibandingkan dengan pengendalian
penyerbukan. Hal ini sesuai pernyataan Runtuwutu, et. al (2016) yang
menyatakan bahwa untuk peningkatan kemurnian benih, tongkol yang
dipanen diseleksi berdasarkan tipe dan warna biji. Tongkol yang dipanen
sebanyak 120 tongkol dan setelah diseleksi diperoleh sebanyak 93 tongkol
tipe flint kuning (sesuai ciri jagung Manado Kuning) pada populasi dasar

10
dengan pengendalian, sedangkan pada populasi dasar tanpa pengendalian
penyerbukan diperoleh sebanyak 73 tongkol. Sisanya tipe biji dent, semi flint
dan semi dent, dan biji berwarna orange.
Cara pengaplikasian seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan ini
dilakukan setelah tanaman berbunga dengan menyertakan tanaman terpilih
maupun tidak saat penyerbukannya. Hal ini sesuai pernyataan Nasrullah dan
Soemartono (1988) yang menyatakan bahwa seleksi massa yang dilakukan
setelah tanaman berbunga, penyerbukan melibatkan baik tanaman terpilih
maupun yang tidak terpilih.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa seleksi massa
merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling sederhana. Tujuan
dari seleksi massa adalah mengurangi keragaman genetik dari suatu populasi
dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan. Seleksi massa sudah
banyak dilakukan pada tanaman jagung. Metode seleksi yang digunakan yaitu
menggunakan seleksi massa dengan pengendalian penyerbukan dan tanpa
pengendalian penyerbukan. Kelebihan dari seleksi massa dengan
pengendalian penyerbukan yaitu kemajuan genetik yang diperoleh lebih besar
dan lebih cepat, sedangkan kekurangannya yaitu kemajuan seleksi atas dasar
tinggi tanaman dan jumlah daun belum menunjukkan perubahan yang nyata
dengan populasi awal setelah lima siklus pada jagung lokal Kebo. Kelebihan
dari seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan yaitu peningkatan daya
hasil yang lebih besar, sedangkan kekurangannya yaitu kemajuan seleksi
yang diperoleh lebih kecil dan peningkatan kemurnian benihnya lebih kecil.

5.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu sebaiknya asisten laboratorium
menjelaskan melalui virtual meeting agar praktikan lebih memahami
mengenai hal yang akan dipraktikkan yaitu tentang seleksi massa, sehingga
praktikum dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang baik
sesuai dengan tujuan praktikum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1960. Pemuliaan Tanaman. Jakarta: PT. Bina Aksara.


Basuki, N. 2005. Genetika Kuantitatif. Malang : Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
Chaudry, R. C. 1984. Introduction of Plant Breeding. Oxford and IBH Pub. Co.
New Delhi. Bombay.
Guzhov, Y. 1989. Genetics and plant breeding for agriculture. Moscow : Mir
Publisher.
Hallauer A.R, and Miranda. 1991. Quantitative Genetic in Maize Breeding. Lowa
State University Press.
Indriani, F.C. dan Mejaya, 2012. Toleransi Genotipe Jagung Biji Putih terhadap
Cekaman Kekeringan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Matondang, R. H., dan Rusdiana, S. 2013. Langkah-Langkah Strategis Dalam
Mencapai Swasembada Daging Sapi Atau Kerbau. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol. 32(3):131-139.
Mejaya, M. J., Azrai dan R. N. Iriany. 2010. Pembentukan Varietas Unggul
Jagung Bersari Bebas. Hal. 55 -73. Dalam Jagung: Teknik Produksi dan
Pengembangan. Litbang Deptan.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Nasrullah dan Soemartono. 1988. Genetika Kuantitatif. Yogyakarta: PAU
Bioteknologi UGM.
Paliwal. 2000. Tropical Maize Morphology. Tropical Maize Improvement and
Production. P.13-20. Rome: Food and Agriculture Organization of the
United Nations.
Poespodarsono, Soemardjo. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor:
Pusat Antar Universitas IPB.
Runtunuwu, Semuel D., Yefta Pamandungan, dan Selvie Tumbelaka. 2016.
Pemurnian Genetik dan Produksi Benih Jagung Manado Kuning. Prosiding
dan Seminar Nasional Persatuan Agronomi Indonesia. 610-618.

13
Sparrow, D. H. B. 1979. Special Techniques in Plant Breeding. New York :
Brookhaven Symposia.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung. Marros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Sudika, Arya Parwata dan Soemeinaboedhy. 2018. Respon Seleksi Massa Secara
Tidak Langsung terhadap Daya Hasil Tanaman Jagung Selama Tujuh Siklus
di Lahan Kering. Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan. Vol. 4(2): 144-
152.
Sudika., Idris., Listiana, E. 2011. Kajian Kemajuan Seleksi Massa secara
Independent Culling Level Hingga Siklus Kedua pada Tanaman Jagung.
Crop Agro. Vol 4(2): 13-20.
Suyono, 1995. Pemuliaan Berlanjut. Jakarta: Surya Kencana.
Syukur, S.S, R. Yunianti, dan D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan Ragam Genetik
dan Heretabilitas Karakter Komponen Hasil Beberapa Genotipik Cabai.
Jurnal Agrivigor. Vol. 10 (2) : 148-156.
Welsh, J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta :
Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai