TEKNOLOGI BENIH
ACARA III
UJI VIGOR BENIH
Oleh :
Levina Tehas Fhate
17011012
A. Latar Belakang
Idealnya semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik.
Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-
masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini
menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh
menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub
optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama.
Pada hakikatnya vigor benih harus relevandengan tingkat produksi,
artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi
yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama,
tahan erhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta
mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik
dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit.
Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup
tanaman.Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena
diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi
rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis,
morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 1984).
Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam
2
3
tersebut merupakan suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatu
benih. Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya
kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya
keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah
benih menurun, kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat,
meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan rendahnya produksi tanaman
(Sajad, 1993).
B. Tujuan
1. Mengetahui beberapa variabel vigor benih dan cara mengamati variabel
tersebut
2. Menghitung nilai beberapa variabel vigor benih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji vigor dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Uji vigor
dikategorikan langsung jika cekaman lingkungan yang diharapkan terjadi di
lapang diperlakukan di laboratorium. Uji vigor dikategorikan tidak langsung, jika
sifat-sifat benih yang telah terbukti berkorelasi dengan aspek pemunculan bibit di
lapang diukur, misalnya laju respirasi/reaksi tetrazolium topografik dan uji
konduktivitas (ISTA, 2007). Justice dan Bass (2002) menambahkan bahwa uji
4
5
2. Bahan
a. Benih jagung
b. Air
c. Pasir
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan benih jagung masing-masing kelompok sebanyak 50 butir x
4
2. Menyiapkan media perkecambahan yaitu bak pengecambah (bak plastik)
yang diisi pasir sampai volume ¾ dari volume bak plastik
3. Menanam benih jagung pada media yang telah disiapkan sedalam 3 c,
masing-masing bak 50 butir kemudian menyiram media menggunakan
hand sprayer
4. Media perkecambahan setiap hari dijaga kelembabannya dengan
menyiram media secukupnya bilamana media kering.
5. Mengamati dan menghitung jumlah benih yang berkecambah normal
setiap hari selama 7 hari.
6
7
6. Menghitung:
K N1 K N2 K N3 K N 4 K N5 K N6 K N7
ILP = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan :
( KN 2 ×1 ) + ( KN 2 ×2 ) + …+(KN 7 ×7)
MGT =
jumlah benihberkecambah normal
Keterangan :
KN = jumlah kecambah normal pada hari 1,2,3 sampai hari ke n
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Perkecambahan Kelompok 3
A. ILP
0 16 16 4 0 0 5
- ILP k1u1 = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
= 0 + 8 + 5.3 + 1 + 0 + 0 + 0.7 = 15
0 17 10 13 1 0 1
- ILP k1u2 = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
∑k 1=15+15.39=30.39
0 13 24 9 2 0 1
- ILP h1u1 = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
0 8 2 36 4 0 0
- ILP h1u2 = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
= 0 + 4 + 0.6 + 9 + 0.8 + 0 + 0 = 14.4
∑ k 1=17.29+14.4=31.69
B. KB
8
9
36
KB k1u1 = ×100 %=72 %
50
40
KB k1u2 = × 100 %=80 %
50
(72 %+ 80 %)
x k 1= =76 %
2
46
KB h1u1 = ×100 %=92 %
50
46
KB h1u2 = ×100 %=92 %
50
(92 %+ 92 %)
x h1= =92 %
2
C. MGT
( 0 ×1 ) + ( 16 ×2 ) + ( 16 ×3 )+ ( 4 × 4 )+ ( 0× 5 ) + ( 0 ×6 )+(5 ×7)
MGT k1u1 =
37
( 0 ×1 ) + ( 17 ×2 ) + ( 10 ×3 ) + ( 13 × 4 )+ ( 1 ×5 )+ ( 0× 6 ) +(1× 7)
MGT k1u2 =
42
(3.54 +3.04)
x k 1= =3.29
2
( 0 ×1 ) + ( 13 ×2 ) + ( 24 ×3 )+ ( 9 ×4 ) + ( 2 ×5 ) + ( 0 ×6 ) +(1 ×7)
MGT h1u1 =
49
( 0 ×1 ) + ( 8 ×2 ) + ( 2 ×3 ) + ( 36 × 4 )+ ( 4 ×5 )+ ( 0 ×6 ) +(0 ×7)
MGT k1u2 =
50
10
(3.08+3.72)
x k 1= =3.4
2
11
Total Rata-Rata
Ulangan
Perlakuan Perlakuan Pelakuan
1 2 3 4
L1 (K) 32.87 30.39 9.94 10.71 83.91 20.98
L2 (H) 14.96 31.69 15.09 12.75 74.49 18.62
total ulangan 47.83 62.08 25.03 23.46 158.4
rata-rata ulangan 23.92 31.04 12.52 11.73
FK 3136.32
JK total 699.51
JK Perlakuan 11.09
JK Ulangan 522.93
JK Error 165.48
Keterangan : F hitung < F tabel artinya perlakuan lama simpan benih tidak
berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih
FK 27848
JK total 3786
JK Perlakuan 220.5
JK Ulangan 2929
12
JK Error 636.5
FK 160.74
JK total 21.76
JK Perlakuan 0.39
JK Ulangan 21.08
JK Error 0.30
Keterangan : F hitung < F tabel artinya perlakuan lama simpan benih tidak
berpengaruh nyata terhadap waktu rata-rata berkecambah benih
B. Pembahasan
Mutu fisiologis yang rendah akan menyebabkan produksi tanaman yang
rendah. Pemanenan yang dilakukan terlambat atau terlalu awal sebelum masak
fisiologis menyebabkan kebocoran zat benih yang lebih besar dibandingkan
dengan benih yang dipanen pada kisaran masak fisiologis, sehingga
menyebabkan vigor awal benih yang cukup rendah.
Sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam pada media pasir, benih
jagung yang digunakan yaitu jenis Komposit dan Hibrida. Pengamatan dilakukan
pada hari pertama sampai hari ketujuh setelah tanam dengan menghitung jumlah
benih jagung yang tumbuh setiap hari, lalu dicatat dan dimasukkan pada “Tabel
1. Data Pengamatan Perkecambahan Kelompok 3” (tabel diatas). Dari hasil
pengamatan pertumbuhan benih jagung pada hari kedua, ketiga dan keempat
benih jagung menunjukkan proses pertumbuhannya. Dari hasil perhitungan
Indeks Laju Pertumbuhan (ILP) jumlah untuk benih Komposit didapat hasilnya
30.39, dan untuk hasil benih yang Hibrida, yaitu 31.69. Selain untuk pengujian
daya berkecambah benih, perlakuan ini juga digunakan untuk tolok ukur
kecepatan tumbuh benih. Jumlah kecambah yang tumbuh pada hari ke-4
(kumulatif), merupakan data keserempakan tumbuh benih. Hasil perhitungan
untuk uji keserempakan tumbuh benih didapatkan hasil rata-rata untuk benih
komposit, yaitu 76%, sedangkan untuk Hibrida 92%. Untuk hasil waktu rata-raat
berkecambah pada benih jagung Komposit rata-ratanya, yaitu 3.29, sedangkan
untuk yang Hibrida, yaitu 3.4.
Kecepatan berkecambah berhubungan erat dengan vigor benih, benih yang
kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkan cenderung lebih
tahan terhadap keadaan lingkungan yang sub optimum.
Data hasil pengamatan semua kelompok kemudian disatukan untuk melihat
hasil berpengaruh nyata atau tidak terhadap indeks laju perkecambahan,
keserempakan berkecambah dan waktu rata-rata berkecambah. Dari hasil
perhitungan diatas menggunakan t.tabel, ketiga hasil menunjukkan bahwa tidak
14
ada pengaruh nyata karena ketiga hasil kesimpulan menunjukkan bahwa hasil f.
hitung lebih kecil dibandingkan t.tabel.
15
BAB V
KESIMPULAN
1. Dalam uji vigor ada beberapa variabel yang diukur yaitu indeks laju
perkecambahan, keserempakan berkecambah (%) dan waktu rata-rata
berkecambah (hari)
2. Semakin tinggi vigor benih, semakin baik daya simpannya, semakin
merata pertumbuhannya dan semakin tinggi produksi kecambah
normalnya
3. Dalam praktikum ini, lama simpan benih tidak berpengaruh nyata
terhadap indeks laju perkecambahan, keserempakan berkecambah dan
waktu rata-rata berkecambah. Hal ini menunjukkan bahwa vigor benih
jagung yang digunakan tinggi sehingga belum mengalami kemunduran
sampai lama simpan benih 4 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
AOSA. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. Prepared by The Seed Vigor
TestCommittee of The Associoation of Official Seed Analys Contribution.
No. 32.88p.
Arief, Ramlah dan Sania Saenong. 2009. Pengaruh Ukuran Biji dan Periode
Simpan Benih Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan Vol.25 No.1 2006, p 52-56.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principle of Seed Science and
Technology. 4th ed. Kluwer Academic Publisher. Massachusetts. 467p.
ISTA. 2007. Interntional Rules for Seed Testing. Edition 2007. International Seed
Testing Association. Zurich. Switzerland.
Justice, Oren L dan Bass, Louis N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih. Jakarta: PT. Raga Grafindo PersadaSadjad , et. al., 1999).
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Penerbit Grasindo: Jakarta. 144 hal.
Sutopo, Lita. 1984. Teknologi Biji. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali. 245 hlm.
17
Menanam benih jagung Tampilan benih jagung Tampilan benih jagung hibrida
kedalam 4 bak masing- komposit yang sednag yang sudah ditanam
masing di isi dengan 50 ditanam
benih dan dibuat menjadi
2 ulangan
dengan pasir
20 OKTOBER 2019
21 OKTOBER 2019
19
22 OKTOBER 2019
23 OKTOBER 2019