Anda di halaman 1dari 12

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNIK SILVIKULTUR

Materi 4:
TEKNIK PEMBIBITAN SECARA GENERATIF 2:
PERKECAMBAHAN

Oleh:
Dr. Yayat Hidayat

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

4 TEKNIK PEMBIBITAN SECARA GENERATIF 2:


PERKECAMBAHAN

Pendahuluan

Perkecambahan merupakan proses fisiologis pada benih yang ditandai dengan


munculnya radikula dan plumula sebagai cikal bakal individu baru generasi berikutnya.
Pola perkecambahan normal dimulai dengan penonjolan akar (radikula) diikuti dengan
pemanjangan sumbu embrio yang berkembang menjadi sumbu batang. Batang akan
terbagi menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Berdasarkan perkembangan
sumbu embrio tersebut perkecambahan benih dikelompokkan ke dalam dua tipe
perkecambahan (Schmidt, 2000) yaitu (1) tipe hypogeal dan (2) tipe epigeal (Gambar
1). Perkecambahan tipe hypogeal adalah perkecambahan suatu benih dimana bagian
hipokotil tidak membesar atau sedikit membesar sehingga kotiledonnya tetap berada di
bawah tanah (media kecambah) selama proses perkecambahan. Perkecambahan
epigeal adalah tipe perkecambahan dimana bagian hipokotil ikut berkembang sehingga
mendorong kotiledon muncul di atas media semai kadang bersamaan dengan kulit
benih dan sisa endosperm.

Gambar 1. Perkecambahan
tipe efigeal (A) dan tipe hipogeal (B)

Yayat Hidayat 1
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Proses fisiologis perkecambahan benih dimulai dengan proses imbibisi yaitu meresapnya air
ke dalam benih. Proses imbibisi sangat dipengaruhi oleh kondisi kulit luar benih (lapisan
kutikula). Setelah air masuk ke dalam benih maka mulai terjadi pembesaran ukuran benih
dan proses pembelahan sel dimulai. Aktivitas enzim dalam benih semakin meningkat Commented [S1]: Amilase: memecah tepung
Maltase: mengubah maltose jadi glukosa
sehingga banyak karbohidrat, pati, lemak dan protein diangkut dari endosperm ke embrio.
Kecepatan respirasi semakin meningkat dan banyak energi dibebaskan. Penambahan dan
pembesaran sel terus berlanjut sehingga benih mulai berkurang beratnya. Proses berikutnya
adalah proses diferensiasi sel menjadi jaringan dan organ sehingga muncul organ radikula
dan plumula.
Kemampuan berkecambah suatu benih dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal benih.
Faktor internal yaitu mutu genetik benih, kondisi kesehatan embrio dan endosperm,
permeabilitas kulit benih, dan ada tidaknya rintangan yang menghalangi embrio untuk
berkembang. Faktor eksternal merupakan pengaruh lingkungan di sekitar benih antara lain,
suhu udara, kelembaban media, cahaya, serta perlakuan pendahuluan (seed pre-treatment).
Variabel yang sering diukur dalam pengujian perkecambahan benih antara lain (1) persen
kecambah, (2) laju perkecambahan, (3) nilai perkecambahan, (4) rata-rata hari
berkecambah. Masing-masing variabel tersebut memiliki makna dan cara penghitungan
yang berbeda, sebagai berikut:
1) Persen Kecambah
Persentase perkecambahan (Germination Percentage/GP) menunjukkan jumlah
kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan
tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Ciri-ciri kecambah normal adalah
sebagai berikut:
a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama
akar primer dan memiliki panjang radikula 2 kali panjang benih.
b. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada
jaringannya.
c. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di
dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna
dengan kuncup yang normal.
d. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
Kecambah abnormal, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang
pendek.

2 Yayat Hidayat
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

b. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang


seimbang dari bagian-bagian yang penting.
c. Kecambah yang tidak membentuk klorofil
d. Kecambah yang lunak
e. Untuk benih pohon-pohonan bila dari mikrofil keluar daun dan bukannya akar.

Persentase kecambah hanya memberikan persentase benih berkecambah selama


waktu pengujian, namun tidak menunjukkan apakah perkecambahan terjadi pada saat
awal atau akhir dari periode uji. Periode waktu pengujian (pengamatan
perkecambahan) berbeda-beda tergantung jenisnya, misalnya untuk jenis surian wktu
pengamatan kecambah selama 14 hari (Hidayat et al, 2010) demikian juga untuk jenis
sengon. Hari pertama penghitungan kecambah (first day count) ditentukan pada hari
keenam, setelah benih disemai. Rumus persentase kecambah dihitung dengan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 Commented [NKA2]: Mulai hari keenam
𝐺𝑃 = 𝑋 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑚𝑎𝑖

2) Laju Perkecambahan
Laju perkecambahan (Germination Rate/GR) dihitung untuk mengetahui kecepatan
perkecambahan dari sampel benih. Suatu benih yang berkecamnbah secara serentak
pada periode awal pengamatan kecambah menunjukkan bahwa laju kecambahnya
sangat tinggi. Laju perkecambahan (GR= germination rate) dihitung dengan rumus
(Sutopo, 2002):
((𝑛1 𝑋ℎ1 )+(𝑛2 𝑋ℎ2 )+(𝑛3 𝑋ℎ3 )+ …+(𝑛𝑖 𝑋ℎ𝑖 )) Commented [NKA3]: Bukan kumulatifff, jadi kecambah
(GR) = tiap harinya
𝑛1 + 𝑛2 +𝑛3 + …+ 𝑛𝑖
Commented [NKA4]: Tiap hari

Di mana: Commented [NKA5]: Bias disebut rata rata harian


berkecambah (RH)
ni = jumlah benih berkecambah pada hari ke-i
hi = jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah kecambah ke-i

3) Nilai Perkecambahan
Nilai puncak perkecambahan menunjukkan energi kecambah maksimum yang dicapai
benih pada waktu tertentu. Pada prinsipnya energi perkecambahan dari suatu lot

Yayat Hidayat 3
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

benih mengikuti pola kurva normal, pada fase awal akan meningkat secara signifikan
sampai mencapai titik maksimal kemudian menurun kembali. Nilai puncak
perkecambahan tersebut menunjukkan vigor dari benih. Nilai rata-rata kecambah
harian diperoleh dari nilai maksimal perkecambahan dibagi dengan total hari
pengujian. Nilai ini menunjukkan kemampuan benih berkecambah pada setiap
harinya. Benih yang memiliki vigor yang bagus ditandai dengan nilai puncak
perkecambahan yang tinggi yang dicapai pada waktu yang relatif cepat. Menurut
Schmidt (2000) nilai perkecambahan (germination value) pertama kali dimunculkan
oleh Czabazor (1962) kemudian dimodifikasi oleh Djavansir dan Pourbeik (1976).
Rumus nilai perkecambahan (GV=germination value) menurut formula Czabator
adalah hasil perkalian nilai puncak (PV= peak value) perkecambahan dan nilai rata-
rata kecambah harian (MDG = mean daily germination) :

GV = PV x MDG, Commented [NKA6]: Buat grafik dari data kelompok.


Satuan: Persen kuadrat per hari (ethermal)
Di mana:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Commented [NKA7]: V: pada hari keberapa kecambah
(PV) =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 muncul paling banyak

𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Commented [S8]: Kumulatif GP


(MDG) =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛

Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat mengecambahkan benih tanaman hutan dengan baik pada media
semai yang optimum dengan perlakuan pendahuluan (pre-treatment) yang sesuai.
2. Praktikan dapat mengamati proses perkecambahan dengan baik
3. Praktikan dapat mengukur persentase kecambah
4. Praktikan dapat mengukur laju perkecambahan
5. Praktikan dapat mengukur nilai perkecambahan
6. Praktikan dapat membahas pengaruh pemberian ZPT terhadap keberhasilan
pembuatan bibit dari stek

Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah benih sengon, air hangat dan coco peat
(tergantung bahan yang tersedia). Sedangkan peralatan yang digunakan adalah saringan,
bak kecambah.

4 Yayat Hidayat
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Prosedur Praktikum
1. Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
perkecambahan.
2. Pilih benih yang baik (bernas dan berisi, sehat tanpa cacat), bisa dilakukan dengan
metode pengapungan dalam air.
3. Lakukan perlakukan pendahuluan untuk memcahkan dormansi benih. Perlakukan
pendahuluan dipiliha dari perlakukan yang terbaik pada materi pertama praktikum
Teknik silvikultur.
4. Siapkan media semai berupa cocopeat dengan cara menyaring terlebih dahulu
kemudian dimasukan ke dalam bak kecambah, setebal 3-5 cm.
5. Taburkan benih yang telah diberi perlakuan pendahuluan di atas media cocopeat
dalam bak kecambah dengan jarak yang teratur. Satu orang mahasiswa (M) menyemai
sebanyak 25 butir benih. Commented [NKA9]: Diganti dengan satu kelompok (?)
6. Simpan bak kecambah tersebut di tempat yang aman dan terlindung dari hujan.
7. Pertahankan media semai agar selalu basah, jika kering segera lakukan penyiraman.
8. Lakukan pengamatan terhadap benih yang berkecambah setiap harinya sampai hari ke
14 (2 minggu). Tandai benih yang berkecambah dalam bak kecambah pada setiap
harinya dengan menancapkan tusuk gigi di dekatnya (Gambar 2).
9. Hitung variabel perkecambahan untuk (a) Persen kecambah, (b) laju perkecambahan,
(c) nilai perkecambahan.
10. Lakukan pembahasan terhadap hasil pengukuran perkecambahan.

Tusuk gigi

Tusuk gigi

Benih tidak berkecambah

Gambar 2. Penandaan benih berkecambah pada hari ke-i

Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Tally sheet 1. Pengamatan benih berkecambah Commented [NKA10]:

Yayat Hidayat 5
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Jumlah benih berkecambah Total


Hari ke:
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 (Kelompok)
Commented [NKA11]: mahasiswa
1 Commented [NKA12]: bukan kumulatif
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jumlah
kecambah
Persen
kecambah
(%) (GP)
Laju
kecambah
(GR)
Rata
harian
kecambah
(MDG)
Nilai
Puncak
(PV)
Nilai
kecambah
(GV)

b. Pembahasan
(Gambarkan grafik/kurva perkecambahannya, dengan absis (sumbu X) hari
pengamtan dan aksis (sumbu Y) persen kecambah) lalu bahas.

6 Yayat Hidayat
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Yayat Hidayat 7
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Kesimpulan dan Saran

A. Simpulan

8 Yayat Hidayat
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

B. Saran

Referensi

Departemen Kehutanan. 1990. Petunjuk Teknis Pengadaan Bibit atau Persemaian.


Direktorat Jendral Pengusahaan Hutan. Jakarta.
Kurniaty, R dan Danu. 2012. Teknik Persemaian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan. Bogor.
Departemen Kehutanan Dan Perkebunan. 1999. Tata Cara Pengujian Benih. Balai
Perbenihan Tanaman Hutan Bandung. Bandung.
Hidayat, Y., Haeruman M, Amievn, S. dan Siregar IZ. 2010. Surian (Toona sinensis ) ditinjau
dari aspek ekologi, variasi genetik, silvikultur dan pemuliaan.
ISTA. 1985. International Rules for Seed Testing. Seed Sci. & Technol., 27, Suplement.
Zurich, Switzerland.
Schmidt, L. 2002. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest
Seed Centre. Denmark.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

…………….

Yayat Hidayat 9
Panduan Praktik Teknik Silvikultur

Tgl diperiksa

Ttd Asisten

10 Yayat Hidayat

Anda mungkin juga menyukai